Anda di halaman 1dari 10

Kegiatan VII

A. Judul:
Tekanan Cairan Sel-Sel Darah
B. Tujuan:
1. Untuk mengamati konsentrasi sel-sel darah
C. Dasar Teori
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh
dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi,
oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah
manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat,
protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan
plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Setiawan, 2015).
Darah mempunyai pH basa lemah yaitu sekitar 7,36 dalam tubuh, darah
berfungsi sebagai alat transportasi zat-zat terutama oksigen, mengatur reaksi-raksi
kima dalam tubuh, pengaturan panas dan perlindungan terhadap infeksi.
Pengangkutan oksigen dalam darah dilakukan oleh hemoglobin yang tersusun dari
gugus prostetik dan kofaktor Fe2+ dan senyawa organic non protein yang disebut
protoheme adalah turunan dari protofirin yang tengahnya terdapat Fe2+ (Triyana,
2014)
Darah arteri sedikit lebih alkalis daripada darah vena, dan plasma darah
lebih alkalis daripada butir-butir darahnya. Reaksi darah terutama ditentukan oleh
ratio (NaHCO3) dimana pada keadaan normal ratio ini kira-kira 1/20. Bila
kandungan bahan asam seperti asam laktat, asam fosfat, asam sulfat dan asam urat
(uric acid) meningkat dalam jaringan dan akhirnya masuk ke dalam darah maka
akan dipecah/diubah oleh bikarbonat. Misalnya asam laktat meningkat maka asam
laktat akan bereaksi dengan NaHCO3 membentuk Na laktat dan H2CO3. Garam
Na laktat akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan asam karbonatnya
(H2CO3) akan diuarai menjadi H2O dan CO2. Karbon dioksida ini akan
dikeluarkan melalui paru-paru (Siswanto,2017).
Bila dua larutan yang konsentrasinya berbeda, yang satu pekat dan yang
lainnya encer dipisahkan oleh membran semipermiabel, maka molekul-molekul
pelarut akan mengalir dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat,
sedangkan molekul zat terlarut tidak mengalir. Hal ini terjadi karena partikel
pelarut lebih kecil daripada partikel zat terlarut sehingga partikel pelarut dapat
menembus membran semipermiabel dan partikel zat terlarut tidak. Aliran suatu
pelarut dari suatu larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke larutan dengan
konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel disebut osmosis. Peristiwa
osmosis dapat dicegah dengan memberi tekanan pada permukaan larutan.
Tekanan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya osmosis ini disebut tekanan
osmotik (Hernawati, 2013).
Sel darah merah/eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi
permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit, dan
mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan
membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan
osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan
tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau
fragilitas (Purwari, 2016).
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Kaca benda
2. Mikroskop
b. Bahan
1. Larutan NaCl 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1%; 1,2%
E. Prosedur Kerja:

Probandus

Meneteskan sedikit darah pada 5 buah kaca


obyek

Meneteskan larutan NaCl pada masing-masing


kaca objek dengan konsentrasi: 0,4%; 0,6%;
0,8%; 1%; 1,2%

Mangamati masing-masing objek gelas tersebut


dibawah mikroskop
F. Hasil Pengamatan
Nama
No 0,4% 0,6% 0,8% 1% 1,2%
Tester
1 Hipertonis
Israwati Hipertonis Isotonis Hipotonis Hipotonis
(Lisis dan
Monoarfa (Lisis) (Normal) (Mengkerut) (Mengkerut)
mengkerut)

Konsentrasi Larutan:
0,4% 0,6%

0,8% 1%

1,2%
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan diamati tekanan cairan dari sel-sel darah,
utamanya pada sel darah merah. Dengan mengati tekanan cairan sel-sel darah ini,
kita dapat mengetahui seberapa besar konsentrasi yang pas untuk sel-sel darahagar
tidak mengalami lisis ataupun hemolisis. Konsentrasi dari sel darah ini dapat
diamati melalui fragilitas eritrosit. Menurut Purwari (2016) Fragilitas eritrosit
adalah reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di
sekelilingnya, guna mengetahui berapa besar fragilitas atau daya tegang dinding
eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit kedalam berbagai larutan
(biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis beragam. Konsentrasi larutan dengan
tenakan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang menunjukkan
fragilitas eritrosit tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Hasil yang diperoleh yakni
bahwa tingkat konsentrasi NaCl atau garam dapur sangat berpengaruh terhadap
fragilitas eritrosit. Hal ini dapat dilihat dari semakin tinggi konsentrasi suatu
larutan NaCl, maka semakin banyak sel-sel darah merah yang mengalami
pengerutan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat hipotonis,
sementara konsentrasi dalam sel bersifat hipertonis, sehingga cairan dalam sel
keluar dari sel yang menyebabkan sel darah menjadi mengerut. Sedangkan
semakin kecil konsentrasi suatu larutan, yang terjadi malah malah sebaliknya sel
darah mengalami lisis. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat
hipertonis, sementara konsentrasi dalam sel bersifat hipotonis, yang menyebabkan
cairan diluar sel masuk ke dalam sel dan sel mengalami kelebihan cairan sel dan
akan mengalami lisis atau pecah.
Hasil yang didapatkan diatas sesuai dengan dengan percobaan yang
dilakukan Utami, dkk (2012), Hasil yang diperolehnya antara lain Darah bila
dimasukkan ke dalam larutan isotonis  tidak akan terjadi perubahan apa apa.
Darah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis  membran akan
mengembang karena larutan hipotonis masuk ke dalam sel darah merah 
kemudian pecah di satu tempat  sehingga  Hb keluar  hemolisis.
Berdasarkan apa yang telah diamati, sel-sel darah yang diberikan larutan
NaCl 0,4% yakni larutan yang terendah, sel-sel darah merah banyak yang terlihat
seperti membengkak dan ada juga yang mengalami lisis atau pecah. Pada darah
yang diberikan larutan NaCl 0,6% menunjukkan adanya sel-sel darah yang
membesar dan lisis, namun ada juga beberapa sel darah mengalami pengerutan,
namun lebih didominasi oleh darah yang mengalami perbesaran. Pada darah yang
diberikan larutan NaCl dengan konsentrasi 0,8%, dapat diamati bahwa darah
tersebut tetap dalam keadaan normal, tidak mengalami pembesaran bahkan lisis
dan juga tidak mengalami pengerutan atau hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa
pada konsentrasi NaCl 0,8% antara sel darah sengan larutan mengalami isotonis
atau keseimbangan tekanan cairan didalam sel maupun diluar sel.
Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl, semakin banyak sel-sel darah
yang mengalami pengerutan membran selnya. hal ini dinamakan dengan peristiwa
hemolisis. Pada saat darah diberikan larutan NaCl 1%, kemudian diamati dibawah
mikroskop, teramati bahwa membran seldarah mulai mengalami pengerutan,
demikian juga pada darah yang diberikan larutan NaCl 1,2%, lebih banyak lagi
jumlah sel darah yang mengalami pengerutan membran selnya dibanding yang
diberi larutan NaCl 1%.
Menurut Siswanto (2017), Secara fisiologis volume darah adalah tetap
(homeostatik) dan diatur oleh tekanan osmotik koloid dari protein dalam plasma
dan jaringan. Larutan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui
pembuluh darah harus bersifat larutan isotonis ( memiliki tekanan osmotic yang
sama) dengan sel darah. Jika larutan infuse itu hipertonis (tekanan osmotiknya
lebih tinggi), maka terjadi krenasi (air keluar dari sel darah), sehingga sel
mengkerut dan rusak. Jika larutan infus itu hipotonis (tekanan osmotiknya lebih
rendah) maka terjadi hemolisis (air masuk ke sel darah) yang menyebabkan sel
darah menggelembung dan pecah.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan NaCl, maka semakin banyak sel-
sel darah merah yang mengalami pengerutan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
tersebut bersifat hipotonis, sementara konsentrasi dalam sel bersifat hipertonis,
sehingga cairan dalam sel keluar dari sel yang menyebabkan sel darah menjadi
mengerut. Sedangkan semakin kecil konsentrasi suatu larutan, yang terjadi malah
malah sebaliknya sel darah mengalami lisis. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
tersebut bersifat hipertonis, sementara konsentrasi dalam sel bersifat hipotonis,
yang menyebabkan cairan diluar sel masuk ke dalam sel dan sel mengalami
kelebihan cairan sel dan akan mengalami lisis atau pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawati. 2013. Keseimbangan Ionik dan Tekanan Osmosis. Bandung: UPI

Purwari, Niken Istighfarin. 2016. Uji Konsentrasi NaCl Terhadap Fragilitas


Eritrosit. Jember: Universitas Jember

Setiawan, Deni. 2015. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Bogor: Universitas


Pakuan

Siswanto. 2017. Darah dan Cairan Tubuh. Denpasar: Universitas Udayana

Triyana, Nunung. 2014. Darah. Bandung: UPI

Utami, Aldha Rizki. 2012. Pengamatan Sel Darah Merah Manusia. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah
LAMPIRAN

Hasil pengamatan darah dengan NaCl Hasil pengamatan darah dengan NaCl
0,4% 0,6%

Hasil pengamatan darah dengan NaCl Hasil pengamatan darah dengan NaCl
0,8% 1%

Hasil pengamatan darah dengan NaCl Penusukan jari probandus


1,2% mengguanakan blood lancet

Anda mungkin juga menyukai