Anda di halaman 1dari 6

Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual


pada Wanita

Zahra Zettira, Khairun Nisa


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Disfungsi seksual pada wanita merupakan suatu masalah kesehatan reproduksi yang penting karena hal ini berhubungan dengan
kelangsungan fungsi dari reproduksi seorang wanita dan hal ini dapat berpengaruh besar terhadap keharmonisan dari hubungan
antara suami dan isteri. Lebih dari separuh kaum wanita di dalam suatu negara menunjukkan potensi tinggi untuk mengalami
gangguan fungsi seksual. Data Epidemiologi di Amerika Serikat melaporkan bahwa insiden disfungsi seksual pada wanita adalah
sebesar 43%, dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebesar 10 - 46%, gangguan rangsang seksual sebesar 4 – 7 %, gangguan
orgasme sebesar 5 – 42%, Nyeri sebesar 3 – 18% dan vaginismus sebesar 30%. Penggunaan metode kontrasepsi hormonal
merupakan salah satu dari faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual pada penggunanya karena
kandungan hormon yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari seorang wanita sehingga
hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual, contohnya seperti antara lain adalah gangguan minat, gangguan
orgasme ataupun gangguan birahi.

Kata kunci: Disfungsi Seksual, Kontrasepsi hormonal

Analysis of the Relationship of Hormonal Contraceptive Use in Women with


Sexual Dysfunction
Abstract
Sexual dysfunctionin women is an important reproductive health issues as its relate to the continuity of a woman's reproductive
function and influence on the harmony of marriage. More than half of women in a country may experience sexual dysfunction.
Epidemiologic data in the United States reported the incidents of sexual dysfunction in women is 43%, with complaints of sexual
desire disorder 10 - 46%, disorders of sexual arousal disorder 4 - 7%, orgasm disorder 5 - 42%, pain is 3 - 18% and 30%
vaginismus. Use of hormonal contraception method is one of the risk factors that may affect the incidence of sexual dysfunction
in users. The use of hormonal contraceptive methods is one of the risk factors that may affect the incidence of sexual
dysfunction in users because the content contained therein affect physiological function of hormonal women that can lead to
various sexual disorders such as disorders of interest, orgasm disorders and disorders lust.

Keywords: Hormonal Contraception, Sexual Dysfunction

Korespondensi: Zahra Zettira dan Khairun Nisa | Rharha_smanda@yahoo.com dan nisa0226@gmail.com

Pendahuluan
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya Dewasa ini hampir 380 juta pasangan
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu menjalankan keluarga berencana dan 66 –75
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat juta diantaranya, terutama di Negara
permanen. Pada saat ini telah banyak beredar berkembang, menggunakan kontrasepsi
berbagai macam alat kontrasepsi. Macam- hormonal. Kontrasepsi hormonal yang
macam metode kontrasepsi tersebut adalah digunakan untuk mencegah terjadi kehamilan
Intra Uterine Device, implant, kondom, suntik dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
,metode operatif untuk wanita (MOW), metode terhadap berbagai organ tubuh, baik organ
operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. genitalia maupun non genitalia2.
Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat Data SDKI 2012 menunjukkan
yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi
efek samping yang merugikan tidak ada, lama atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di
kerjanya dapat diatur keinginan, tidak Indonesia sejak 1991-2012 sementara angka
mengganggu hubungan seksual, harganya murah fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR)
dan dapat diterima oleh pasangan suami istri1. cenderung menurun. Tren ini menggambarkan

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 103


Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun paling banyak terjadi adalah rendahnya gairah
yang melakukan KB sejalan dengan menurunnya seksual/libido7.
angka fertilitas nasional3. Selama tahun 2013, BKKBN mencatat ada
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara 3.287 kegagalan pada KB. Jumlah terbesar terjadi
nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, masih pada metode kontrasepsi IUD atau Alat
ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dengan 1.513
dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu (46,03%) kejadian kegagalan,diikuti oleh implant
merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi 1.189 (36,17%) kejadian kegagalan. Sementara
sebesar 85,70% dan provinsi Papua merupakan untuk komplikasi berat, dari total 2.548 kejadian
provinsi dengan cakupan terendah sebesar komplikasi berat, 1.358 (53,3%) terjadi pada
67,15%. Data juga menunjukkan bahwa ada metode implant, diikuti oleh IUD dengan 1.25
8.500.247 PUS yang merupakan peserta KB baru (40,23%) kejadian. Baik pada kejadian kegagalan
dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan maupun komplikasi berat, paling sedikit terjadi
metode kontrasepsi suntikan, IUD ( 7,75%) , pada MOP karena jumlah peserta KB yang
Metode Operasi Wanita (1,52%), Metode menggunakan metode ini memang paling
Operasi pria (0,25%), kondom ( 6,09 %), implant sedikit4.
(9,23 5), dan pil (26,6%)4. Kurang berhasilnya program KB,
Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi diantaranya dipengaruhi oleh efek samping. Efek
Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah samping dari kontrasepsi itu sendiri seperti efek
pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenis- seksual, baik pemakai kontrasepsi hormonal
jenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang maupun non hormonal. Namun efek samping ini
(40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah
dan implant 20,713 orang (12,05%)4. tangga dan dapat mempengaruhi psikologi untuk
Adapun data BPS Kabupaten Lampung yang bekerja. Oleh karena itu mengingat
Utara menyebutkan jumlah pengguna alat pentingnya kehidupan seksual dalam
kontrasepsi jangka panjang (MKPJ) terdiri dari kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual
IUD 8.695 orang , MOP 674 orang, MOW 1.315 perlu mendapat penanganan yang benar8.
orang dan KDM 1.667 orang. Sedangkan alat
kontrasepsi non MKPJ terdiri atas Pil 28366 Isi
orang, Suntik 30.166 orang dan INF 13.018 Kontrasepsi adalah upaya mencegah
orang5. kehamilan yang bersifat sementara atau
Data diatas menunjukkan bahwa menetap, yang dapat dilakukan tanpa
kontrasepsi hormonal dan non hormonal paling menggunakan alat, secara mekanis,
banyak diminati di negara-negara berkembang menggunakan alat/obat, atau dengan operasi9.
seperti Indonesia, tetapi tidak semua alat Tujuan dari penggunaan kontrasepsi
kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang, adalah menghindari atau mencegah terjadinya
untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
kontrasepsi yang cocok. Resiko efek samping antara sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan
juga dapat terjadi pada pemakai kontrasepsi maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
seperti gangguan haid, perubahan berat badan membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan
dan perubahan libido atau masalah seksual6. yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
Masalah seksual termasuk gangguan duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
keinginan, gairah seksual, lubrikasi, orgasme, dan menghendaki kehamilan6.
rasa sakit. Masalah tersebut tanpa melihat faktor Kontrasepsi terbagi menjadi dua macam
usia, dapat memberikan dampak negatif yaitu kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi
terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi. nonhormonal. Kontrasepsi hormonal adalah
Disfungsi seksual adalah penyakit yang umum kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
dimana dua dari lima wanita memiliki setidaknya progesteron ataupun hanya salah satu diantara
satu jenis disfungsi seksual, dan keluhan yang keduanya10.

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 104


Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

Metoda KB hormonal adalah memakai Disfungsi seksual akibat pemakaian kontrasepsi


obat-obatan yang mengandung 2 hormon, bergantung pada jenis kontrasepsi itu sendiri.
estrogen dan progestin. Adapun macam-macam Dimana pada kontrasepsi hormonal akan
kontrasepsi hormonal : pil (pil kombinasi dan pil berpengaruh pada efek umpan balik positif
progestin), suntik (suntikan kombinasi dan estrogen (estrogen positive feedback) dan umpan
suntikan progestin), implan, alat kontrasepsi balik negatif progesteron (progesteron negative
dalam rahim dengan progestin11. feedback). Pemberian hormon yang berasal dari
Beberapa mekanisme kerja konrasepsi luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal
hormonal dalam menunda/ menjarangkan baik berupa estrogen maupun progesteron
kehamilan, yaitu: mencegah ovulasi, mengurangi menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon
dan mengentalkan jumlah lendir servik sehingga tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh
menurunkan kemampuan penetrasi sperma, hipofisis anterior dan hipofisis anterior dan akan
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi, menimbulakn umpan balik negatif dengan
menghambat transportasi gamet dan tuba, dan menurunkan sekresi hormon FSH dan LH dan
mengubah endometrium menjadi tidak dengan keberadaan progesteron efek
8
sempurna untuk implantasi hasil konsepsi . penghambatan estrogen akan berlipat ganda.
Perilaku seksual adalah manisfestasi Dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat
aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi
seksual (intercourse; coitus) maupun masturbasi. estrogen agar tetap dalam keadaan normal
Dorongan/ nafsu seksual adalah minat/ niat namun dalam jangka waktu yang lama
seseorang untuk memulai atau mengadakan menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan
hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan menurunnya sekresi hormon terutama
seksual (sexual excitement) adalah respons estrogen13.
tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua Disfungsi seksual wanita secara
respons yang mendasar yaitu myotonia tradisional terbagi menjadi gangguan minat/
(ketegangan otot yang meninggi) dan keinginan seksual atau libido, gangguan birahi,
vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke nyeri atau rasa tidak nyaman dan hambatan
daerah genital)12. untuk mencapai puncak atau orgasme. Pada
Disfungsi seksual adalah gangguan respon DSM IV dari American Phychiatric Association,
fungsi seksual atau gangguan pada perilaku dan ICD-10 dari WHO, disfungsi seksual wanita
seksual. Pada wanita disfungsi seksual diartikan ini dibagi menjadi empat kategori yaitu:
sebagai kegagalan yang menetap atau berulang, gangguan minat/ keinginan seksual yaitu
baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan
memperoleh dan atau mempertahankan respon tentang seks dan minat untuk melakukan
lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya hubungan seks, atau takut dan menghindari
aktifitas seksual12. hubungan seks, gangguan birahi/ perangsangan
Diagnostic and Statistical Manual of yaitu ketidakmampuan mencapai
Mental Disorders IV (DSM-IV) menjabarkan keterangsangan dan kenikmatan seksual secara
tentang disfungsi seksual sebagai gangguan subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya
hasrat seksual dan atau di dalam siklus cairan atau lendir pada vagina (lubrikasi),
tanggapan seksual yang menyebabkan tekanan gangguan orgasme yaitu sulit atau tidak dapat
berat dan kesulitan hubungan antar manusia. mencapai orgasme, walaupun telah ada
Disfungsi seksual ini dapat terbagi menjadi rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai
empat kategori yaitu gangguan minat, gangguan fase arousal, gangguan nyeri seksual yaitu
birahi, gangguan orgasme, dan gangguan nyeri merasakan nyeri saat melakukan senggama dan
seksual. Salah satu penyebab terjadinya disfungsi dapat terjadi saat masuknya penis ke dalam
seksual adalah penggunaan kontrasepsi vagina (penetrasi) atau selama berlangsungnya
hormonal, dimana penyebab lainnya yaitu : hubungan seks, dan vaginismus yaitu terjadinya
gangguan vaskuler pembuluh darah, penyakit kontraksi atau kejang otot-otot vagina sepertiga
sistemik, gangguan neurologis dan psikoseksual.

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 105


Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

bawah sebelum atau selama senggama sehingga Simpulan


penis sulit masuk ke dalam vagina14. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
Female Sexual Function Index (FSFI) menyebabkan terjadinya disfungsi seksual bagi
merupakan alat ukur yang valid dan akurat penggunanya dikarenakan kandungan hormon
terhadap fungsi seksual wanita. Kuesioner ini yang terdapat didalamnya. Penggunaan
terdiri dari 19 pertanyaan yang terbagi dalam kontrasepsi hormonal yang mengandung
enam subskor, termasuk hasrat seksual, kombinasi kedua hormon yaitu estrogen dan
rangsangan seksual, lubrikasi, orgasme, progestin ataupun yang hanya mengandung
kepuasan, dan rasa nyeri. FSFI digunakan untuk salah satu dari hormon mempunyai peran yang
mengukur fungsi seksual termasuk hasrat seksual cukup signifikan pada kejadian disfungsi seksual
dan respon seksual dalam empat minggu namun pada penggunaan kontrasepsi hormonal
terakhir. Skor domain individu dan skor yang mengandung kombinasi kedua hormon
keseluruhan dapat diperoleh dari tabel yang lebih signifikan dalam menyebabkan disfungsi
sudah ditetapkan pada FSFI. Wanita dengan skor seksual dibandingkan dengan kontrasepsi
FSFI ≤26,5 dinyatakan mengalami disfungsi hormonal yang hanya mengandung salah satu
seksual. Pada penelitian sebelumnya yang hormon.
bertepatan di Puskesmas Rajabasa dinyatakan
bahwa hampir separuh dari pengguna Daftar Pustaka
kontrasepsi hormonal mengalami disfungsi 1. BKKBN. Konversi peserta keluarga
seksual dengan skor FSFI≤ 26,5 15. berencana menurut Jenis kontrasepsi
[internet]; 2006 [diakses pada 20 Maret
Ringkasan 2015]. tersedia dari
Penggunaan kontrasepsi hormonal yang http://www.bkkbn.go.id.
selama ini membantu masyarakat dalam 2. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. Jakarta:
mencegah kehamilan ataupun mengendalikan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
produksi rumah tangga ternyata mempunyai Prawirohardjo; 2008.
efek negatif bagi penggunanya yaitu dapat 3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
menyebabkan pengguna mengalami disfungsi (SDKI). Tren pemakaian kontrasepsi pada
seksual. Dimana pada kontrasepsi hormonal wanita kawin, Indonesia 1991-2012
akan berpengaruh pada efek umpan balik positif [internet]; 2012 [diakses pada 24 Maret
estrogen (estrogen positive feedback) dan umpan 2015]. Tersedia dari
balik negatif progesteron (progesteron negative http://surveidemografidankesehatanindone
feedback). Pemberian hormon yang berasal dari siaSDKI.com.
luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal 4. BKKBN Provinsi Lampung. Penduduk dan
baik berupa estrogen maupun progesteron ketenagakerjaan [internet]; 2013 [diakses
menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon pada 21 Maret 2015]. Tersedia dari
tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh http://lampung.bkkbn.go.id.
hipofisis anterior dan hipofisis anterior dan akan 5. Badan Pusat Statistik (BPS). Penggunaan
menimbulkan umpan balik negatif dengan akseptor bagi pasangan subur [internet];
menurunkan sekresi hormon FSH dan LH dan 2009 [diakses pada 19 Maret 2015].
dengan keberadaan progesteron efek Tersedia dari
penghambatan estrogen akan berlipat ganda, http://www.demografi.bps.go.id.
dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat 6. Saifuddin AB.
mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi Buku panduan praktis pelayanan
estrogen agar tetap dalam keadaan normal kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
namun dalam jangka waktu yang lama Sarwono Prawirohardjo; 2006.
menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan 7. Michael A and O’keane V. Sexual
menurunnya sekresi hormon terutama estrogen. dysfunction in depression. J. Hum
Psychopharmacol. 2007; 15: 337-45.

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 106


Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

8. Prawirohardjo S. Obstetri dan ginekologi 12. Chandra L. Gangguan fungsi atau perilaku
sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka seksual dan penanggulangannya. Jakarta :
Sarwono Prawirohardjo; 2005. Cermin Dunia Kedokteran; 2005.
9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB & 13. Guyton AC and Hall JE. Buku ajar fisiologi
Rachimhadhi T. Ilmu kandungan. Jakarta: kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono 14. Elvira D. Disfungsi seksual pada perempuan.
Prawirohardjo; 2006. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006.
10. Hanafi. Keluarga berencana dan kontrasepsi. 15. Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004. Meston C, Shasigh R. et al. Female sexual
11. Rabe T. Ilmu kandungan. Jakarta: function index (FSFI) . J. Sex and Marital
Hipokrates; 2003. Therapy. 2010; 26: 191-208.

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 107


Zahra Zettira dan Khairun Nisa| Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

Majority | Volume 4 | Nomor 7| Juni 2015 | 108

Anda mungkin juga menyukai