Abstrak
Disfungsi seksual pada wanita merupakan suatu masalah kesehatan reproduksi yang penting karena hal ini berhubungan dengan
kelangsungan fungsi dari reproduksi seorang wanita dan hal ini dapat berpengaruh besar terhadap keharmonisan dari hubungan
antara suami dan isteri. Lebih dari separuh kaum wanita di dalam suatu negara menunjukkan potensi tinggi untuk mengalami
gangguan fungsi seksual. Data Epidemiologi di Amerika Serikat melaporkan bahwa insiden disfungsi seksual pada wanita adalah
sebesar 43%, dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebesar 10 - 46%, gangguan rangsang seksual sebesar 4 – 7 %, gangguan
orgasme sebesar 5 – 42%, Nyeri sebesar 3 – 18% dan vaginismus sebesar 30%. Penggunaan metode kontrasepsi hormonal
merupakan salah satu dari faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual pada penggunanya karena
kandungan hormon yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari seorang wanita sehingga
hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual, contohnya seperti antara lain adalah gangguan minat, gangguan
orgasme ataupun gangguan birahi.
Pendahuluan
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya Dewasa ini hampir 380 juta pasangan
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu menjalankan keluarga berencana dan 66 –75
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat juta diantaranya, terutama di Negara
permanen. Pada saat ini telah banyak beredar berkembang, menggunakan kontrasepsi
berbagai macam alat kontrasepsi. Macam- hormonal. Kontrasepsi hormonal yang
macam metode kontrasepsi tersebut adalah digunakan untuk mencegah terjadi kehamilan
Intra Uterine Device, implant, kondom, suntik dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
,metode operatif untuk wanita (MOW), metode terhadap berbagai organ tubuh, baik organ
operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. genitalia maupun non genitalia2.
Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat Data SDKI 2012 menunjukkan
yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi
efek samping yang merugikan tidak ada, lama atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di
kerjanya dapat diatur keinginan, tidak Indonesia sejak 1991-2012 sementara angka
mengganggu hubungan seksual, harganya murah fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR)
dan dapat diterima oleh pasangan suami istri1. cenderung menurun. Tren ini menggambarkan
bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun paling banyak terjadi adalah rendahnya gairah
yang melakukan KB sejalan dengan menurunnya seksual/libido7.
angka fertilitas nasional3. Selama tahun 2013, BKKBN mencatat ada
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara 3.287 kegagalan pada KB. Jumlah terbesar terjadi
nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, masih pada metode kontrasepsi IUD atau Alat
ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dengan 1.513
dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu (46,03%) kejadian kegagalan,diikuti oleh implant
merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi 1.189 (36,17%) kejadian kegagalan. Sementara
sebesar 85,70% dan provinsi Papua merupakan untuk komplikasi berat, dari total 2.548 kejadian
provinsi dengan cakupan terendah sebesar komplikasi berat, 1.358 (53,3%) terjadi pada
67,15%. Data juga menunjukkan bahwa ada metode implant, diikuti oleh IUD dengan 1.25
8.500.247 PUS yang merupakan peserta KB baru (40,23%) kejadian. Baik pada kejadian kegagalan
dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan maupun komplikasi berat, paling sedikit terjadi
metode kontrasepsi suntikan, IUD ( 7,75%) , pada MOP karena jumlah peserta KB yang
Metode Operasi Wanita (1,52%), Metode menggunakan metode ini memang paling
Operasi pria (0,25%), kondom ( 6,09 %), implant sedikit4.
(9,23 5), dan pil (26,6%)4. Kurang berhasilnya program KB,
Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi diantaranya dipengaruhi oleh efek samping. Efek
Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah samping dari kontrasepsi itu sendiri seperti efek
pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenis- seksual, baik pemakai kontrasepsi hormonal
jenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang maupun non hormonal. Namun efek samping ini
(40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah
dan implant 20,713 orang (12,05%)4. tangga dan dapat mempengaruhi psikologi untuk
Adapun data BPS Kabupaten Lampung yang bekerja. Oleh karena itu mengingat
Utara menyebutkan jumlah pengguna alat pentingnya kehidupan seksual dalam
kontrasepsi jangka panjang (MKPJ) terdiri dari kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual
IUD 8.695 orang , MOP 674 orang, MOW 1.315 perlu mendapat penanganan yang benar8.
orang dan KDM 1.667 orang. Sedangkan alat
kontrasepsi non MKPJ terdiri atas Pil 28366 Isi
orang, Suntik 30.166 orang dan INF 13.018 Kontrasepsi adalah upaya mencegah
orang5. kehamilan yang bersifat sementara atau
Data diatas menunjukkan bahwa menetap, yang dapat dilakukan tanpa
kontrasepsi hormonal dan non hormonal paling menggunakan alat, secara mekanis,
banyak diminati di negara-negara berkembang menggunakan alat/obat, atau dengan operasi9.
seperti Indonesia, tetapi tidak semua alat Tujuan dari penggunaan kontrasepsi
kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang, adalah menghindari atau mencegah terjadinya
untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
kontrasepsi yang cocok. Resiko efek samping antara sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan
juga dapat terjadi pada pemakai kontrasepsi maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
seperti gangguan haid, perubahan berat badan membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan
dan perubahan libido atau masalah seksual6. yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
Masalah seksual termasuk gangguan duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
keinginan, gairah seksual, lubrikasi, orgasme, dan menghendaki kehamilan6.
rasa sakit. Masalah tersebut tanpa melihat faktor Kontrasepsi terbagi menjadi dua macam
usia, dapat memberikan dampak negatif yaitu kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi
terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi. nonhormonal. Kontrasepsi hormonal adalah
Disfungsi seksual adalah penyakit yang umum kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
dimana dua dari lima wanita memiliki setidaknya progesteron ataupun hanya salah satu diantara
satu jenis disfungsi seksual, dan keluhan yang keduanya10.
8. Prawirohardjo S. Obstetri dan ginekologi 12. Chandra L. Gangguan fungsi atau perilaku
sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka seksual dan penanggulangannya. Jakarta :
Sarwono Prawirohardjo; 2005. Cermin Dunia Kedokteran; 2005.
9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB & 13. Guyton AC and Hall JE. Buku ajar fisiologi
Rachimhadhi T. Ilmu kandungan. Jakarta: kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono 14. Elvira D. Disfungsi seksual pada perempuan.
Prawirohardjo; 2006. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006.
10. Hanafi. Keluarga berencana dan kontrasepsi. 15. Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004. Meston C, Shasigh R. et al. Female sexual
11. Rabe T. Ilmu kandungan. Jakarta: function index (FSFI) . J. Sex and Marital
Hipokrates; 2003. Therapy. 2010; 26: 191-208.