Anda di halaman 1dari 4

Tulis kembali makalah dibawah ini sesuai dengan bahasa Indonesia yang benar dan baik.

Tentukan Judul Penelitian, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Perumusan masalah, Tujuan
Penelitian, dan Manfaat Penelitian dari makalah di bawah ini.

Spasi : Jarak antara dua baris pengetikan 1,5 spasi.


Margin:
Batas tepi pengetikan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Tepi atas : 4 cm Tepi bawah : 3 cm
Tepi kiri : 4 cm Tepi kanan : 3 cm
Pengetikan alinea baru dimulai pada ketukan keenam dari tepi kiri.

Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi, sehingga tidak heran apabila masyarakat
mencarinya walaupun untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit seperti
dengan melakukan penggalian atau eksplorasi alam. Sayangnya banyak usaha penambangan emas
tidak memperhatikan permasalahan lingkungan hidup yang akan muncul akibat kegiatan tersebut
perlu dipertanyakan apakah pertambangan rakyat ini merupakan hal yang baik atau tidak karena
kegiatan tersebut dapat mendatangkan bencana dibalik pahala saat ini dan generasi kita dimasa
datang apabila tidak ditangani dengan serius.

Di Kota Palangka Raya penambangan emas dilakukan di Sungai Takaras yang dimulai sejak tahun
2002 merupakan penambangan emas berskala kecil yang dilakukan tanpa seijin Pemerintah Kota
Palangka Raya. Hal ini yang perlu ditangani secara terpadu karena Penambangan emas ini
dilakukan oleh masyarakat dengan teknologi yang tidak ramah dengan lingkungan yaitu
menggunakan mesin sedot atau mesin semprot dan menggunakan air raksa (merkuri) yang
limbahnya langsung dibuang ke sungai sehingga dapat menimbulkan bencana bagi kita sekarang
maupun bagi anak cucu kita dimasa yang akan datang.

Dampak dari penambangan liar tersebut menyebabkan erosi seluas 4.320 m2/hr, jumlah
sedimentasi sedalam 12.960 m3/hr. Musnahnya pepohonan/hutan dipinggir sungai Takaras dalam
radius 100 m. Dalam waktu 2 tahun kemungkinan sungai tersebut tidak bisa dilewati sarana
transportasi air. Begitu juga dampak merkuri yang sudah mencemari sungai-sungai di Palangkara
Raya dapat meracuni manusia lewat air minum, bahan makanan, pernafasan dan lewat pori-pori
tubuh.

Dewasa ini Pencemaran Lingkungan di wilayah Kalimantan Tengah sangat memprihatinkan, hal

ini dapat dilihat dari semua fakta yang ada.

SEPULUH tahun ke depan, Suku Dayak akan terancam punah jika masalah pencemaran

lingkungan tidak segera diantisipasi sejak dini, Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan mendasar.

Kekhawatiran ini berdasarkan fakta setiap tahun paling sedikit 10 ton air raksa dibuang

secara semrawut, baik di sungai maupun di daratan sebagai akibat dari tak terkendalinya

penggunaan air raksa dalam penambangan emas oleh rakyat. Penambang itu beroperasi di alur 11

sungai besar di Kalimantan Tengah, dan mereka membuang limbah air raksa ke sungai-sungai itu.

Selama ini Bappeda dan pemerhati lingkungan di Kalteng selalu mengingatkan bahwa tingkat

pencemaran air raksa sudah pada titik ambang batas toleransi kesehatan. Artinya, sudah pada titik

yang dapat mengancam jiwa manusia dan makhluk hidup lainnya.

SEPINTAS, air raksa hanya mengancam para penambang, tetapi sesungguhnya pencemaran air

raksa sudah mengancam kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalteng. Air dari kawasan Ampalit

mengalir ke Daerah Alur Sungai (DAS) Mentaya dan Katingan. Sejak dulu air 11 sungai yang

membelah provinsi seluas 153.560 km2 itu masih merupakan sumber air utama penduduk untuk

memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Apalagi kegiatan penambang tidak hanya di daratan. Ratusan ribu

penambang lainnya kini masih beroperasi di alur 11 sungai besar di Kalteng Lebih parah lagi,

penambang di sungai umumnya membuang air raksa bekas peleburan langsung ke sungai.
Lebih mengkhawatirkan lagi, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengambil bahan baku

dari air sungai yang ada. Meski pihak PDAM Palangka Raya menjamin kualitas air yang disuplai

ke konsumen bebas dari pencemaran ,tetapi jaminan itu tetap tidak melegakan masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menginformasikan, enam orang setiap menit mengalami

keracunan. Bahkan, menurut Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, sejak tahun 1973

diketahui 632 kasus keracunan akut dengan angka kematian 0-100 persen. Sulit membayangkan

dalam kehidupan sehari-hari saja, sudah

dikelilingi racun. Sekarang muncul ancaman baru bahaya dari pencemaran air raksa.

Sekali lagi, kekhawatiran bahwa Suku Dayak akan punah akibat

pencemaran lingkungan oleh air raksa lebih meyakinkan. Tetapi, sesungguhnya, persoalan

pencemaran air raksa tidak hanya mengancam etnis yang menghuni Pulau Kalimantan itu.

Melainkan akan melibatkan seluruh makhluk hidup dipulau tersebut. Meski tanpa melalui

penelitian secara medis, namun beberapa kasus penyakit

sudah menimpa masyarakat yang bermukim di tepian Sungai Kahayan. Seperti kasus

meninggalnya secara mendadak seorang penambang ketika sedang tidur. Mayat korban tampak

membiru dan kehitaman. Padahal menurut keluarganya, korban sebelumnya terlihat sehat dan

tanpa ada keluhan kesehatan. Ciri-ciri peristiwa pencemaran air raksa di Jepang yang terkenal

dengan kasus Minamata, sepertinya sudah ada tanda-tandanya akan terjadi di Kalteng. Karena itu,

pemasaran dan penggunaan air raksa secara semrawut harus segera dihentikan. Jika tidak, Kalteng

daerah yang paling rentan mengulang peristiwa besar Minamata. (Alfridel Jinu).

SEJAK mulai digunakan di pertambangan emas, air raksa yang sejak dulu kala dinamai merkuri

terus mengancam kehidupan di muka Bumi ini. Ancaman kematian akibat bahan beracun itu

bahkan kian meluas karena penggunaannya yang kini beragam.


MERKURI yang telah dikenal zaman Mesir Kuno dan Romawi sejak awal memang digunakan

sebagai bahan pemisah emas dari batuan lain dalam proses pengolahan tambang. Dalam

perkembangannya kemudian, merkuri digunakan untuk termometer, bahan penambal gigi, juga

baterai. Demikian juga cat dan obat gangguan ginjal. Semua ada merkurinya.

Berbagai produk dan aplikasi itu tidak tertutup kemungkinan mencemari lingkungan, baik dalam

proses pembuatan, pemakaian maupun pembuangannya. Di antara berbagai kemungkinan itu,

yang paling mengancam kesehatan dan kehidupan masyarakat memang limbah dari pertambangan

emas. Pencemaran merkuri akibat praktik pertambangan emas yang tidak terkontrol terjadi di

berbagai wilayah di Tanah Air.

Anda mungkin juga menyukai