Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO FASILITAS

RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu 38221

Telp. (0736) 5500938 e-mail : rsgadingmedika805@gmail.com

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji-puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas


seluruh limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami bisa sampai dalam menyusun
Panduan ini dengan judul “Panduan Manajemen Resiko Fasilitas” dengan baik.

Adapun tujuan dan maksud kami membuat karya ini adalah sebagai salah
satu pemenuhan Akreditasi Rumah sakit. Sekaligus pula penulis sampaikan rasa
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh yang telah ikut membantu dalam
pembuatan panduan ini.

Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang terdapat pada panduan
ini.Dengan demikian, kami sungguh-sungguh mengharapkan kritik dan saran bagi
segenap pihak buat kami jadikan sebagai bahan evaluasi demi meningkatkan dan
perbaikan selanjutnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. iii
I. DEFINISI ………………………………………………………………. 1
II. RUANG LINGKUP ……………………………………………………….. ……… 2
III. TATA LAKSANA ………………………………………………………………… 3
A. Manajemen resiko fasilitas Rumah Sakit ., ………………………………… 3
B. Keselamatan dan Keamanan ……………………………………………….. 6
C. Bahan Berbahaya………………….. ………………………………...……… 11
D. Manajemen Emergensi ……………………………………………………… 12
E. Pengamanan Kebakaran …………………………………………………… 13
F. Peralatan Medis ………………………………………………………………. 15
G. Sistem Utilitas …………………………………………………………………. 17
H. Peninjauan Pembaharuan Program ………………………………………… 18
I. Kepatuhan Tenant …………………………………………………………….. 19
IV. DOKUMENTASI ………………………………………………………………19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
1. Manajemen resiko adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komprehensif di lingkungan Rumah Sakit.
2. Resiko yaitu kemungkinan / peluang suatu hazard menjadi suatu
kenyataan
3. Konsekuensi adalah akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara
kualitatif atau kuantitatif berupa kerugian sakit, cedera, keadaan
merugikan atau menguntungkan.
4. Bahaya potensial/hazard adalah suatu keadaan / kondisi yang dapat
mengakibatkan (berpotensi) menimbulkan kerugian
(cedera/injury/penyakit) bagi pekerja, menyangkut lingkungan kerja,
pekerjaan (mesin, metoda, material), pengorganisasian pekerja, budaya
kerja dan pekerja lain.
5. Evaluasi resiko adalah membandingkan tingkat resiko yang telah dihitung
pada tahapan analisa resiko dengan criteria standar yang digunakan.
6. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground, peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di
lingkungan Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi
pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar.Prasarana atau
system utilitas rumah sakit adalah system dan peralatan yang
mendukung pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman.
7. Peralatan medis adalah sarana pelayanan di rumah sakit dalam
memberikan tindakan kepada pasiennya, perawatan, dan pengobatan
yang digunakan untuk diagnose, terapi, rehabilitasi, dan penelitian medic
baik secara langsung maupun tidak langsung
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak
kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat
oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia atau bencana yang dapat
terjadi setiap saat dan dimana saja (internal dan eksternal).
9. Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal atau tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung
membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda atau
merusak lingkungan sekitarnya.
10. Tenant adalah penyewa lahan di sekitar rumah sakit seperti kantin,
pengelola parkir (pihak ke-2)

4
Tujuan :
1) menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi
pasien, keluarganya, staf dan pengunjung
2) mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
3) mencegah kecelakaan dan cedera
4) memelihara kondisi yang aman

5
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Manajemen resiko fasilitas dan lingkungan rumah sakit


Manajemen resiko fasilitas dan lingkungan rumah sakit meliputi enam
bidang :
1) Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan yaitu sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah
sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau
pengunjung.
Keamanan yaitu perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau
akses atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.
2) Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan
lainnya dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran
dan asap.
5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa
agar mengurangi risiko.
6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan
dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan

B. Peninjauan Pembaharuan Program Manajemen Resiko Fasilitas

C. Kepatuhan Tenant terhadap Program Manajemen Resiko Fasilitas


Rumah Sakit

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. Manajemen Resiko Fasilitas Rumah Sakit


1. Menentukan Konteks
Persiapan dilakukan dengan penetapan konteks parameter (baik
parameter internal maupun eksternal) yang akan diambil dalam
kegiatan manajemen risiko. Penetapan konteks proses menajemen
risiko K3RS meliputi:
1) Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen
risiko yang terdiri dari karyawan, kontraktor dan pihak ketiga.
2) Penentuan ruang lingkup manajemen risiko
3) Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun
emergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di
tempat kerja.
4) Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi manajemen
risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko dilakukan dengan cara metoda Identifikasi
dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebabnya dan
potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan
dengan kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi.

3. Analisa Risiko
Melakukan analisis dampak dankemungkinan semua risiko yang
dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan area beresiko
dan menyediakan data untuk membantu langkah evaluasi dan
mitigasi risiko.Analisis risiko mencakup pertimbangan dan
mengkombinasikan estimasi terhadap consequence dan probabilitas
didalam konteks untuk mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam program ini adalah
analisa semikuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias
kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin timbul
jika risiko benar-benar terjadi.

7
Kemungkinan/Probabilitas :
Kategori Kemungkinan/Probabilita
s
1 – sangat jarang Terjadi sekali dalam lima tahun

2 – jarang Terjadi sekali dalam 2-5 tahun

3 – mungkin Terjadi sekali dalam 1-2 tahun

4 – sering Terjadi beberapa kali dalam


setahun
5 – sangat sering Terjadi dalam hitungan minggu atau
bulan

Kriteria Consequences :

4. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan dalam rangka membandingkan tingkat risiko
yang telah dihitung dengan upaya pengendalian yang telah dilakukan.
Bila masih ada sisa risiko maka perlu diterapkan pengendalian
lanjutan. Tahap ini juga digunakan untuk menilai efektivitas
pengendalian. Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah:
• Gambaran tentang sisa risiko yangada.
• Gambarantentangprioritasrisikoyangperluditanggulangi.
• Masukan/informasi untuk pertimbanganpenerapanpengendalian
lanjutan.

8
Matriks Resiko :
Dampak/Konsekuensi
X 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
Kemungkinan/
Probabilitas

2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat risiko K3,


apakah termasuk dalam kategori Dapat Diterima,
Moderat,atauPenting.Kategoritingkatrisikoinipentinguntuk
menentukan prioritas pengendalian risiko dan jangka waktu
pengendaliannya.
Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan
Metode Analisis Risiko Semikuantitatif

Nilai Kategori Kategori Prioritas Jangka Waktu


Risik Nilai Tingkat Pengend Pengendalian
o Risiko Risiko alian

1–3 Rendah Dapat Prioritas Membutuhkan

Diterima 4 pengendalian
dalam waktu 1 tahun

4–6 Sedang Prioritas Membutuhkan


Moderat 3 pengendalian
dalam waktu 6 bulan

8– Bermakna Prioritas Membutuhkan

12 2 pengendalian
dalam waktu 3 bulan
Membutuhkan
15 – Tinggi Penting Prioritas pengendalian segera
25 1 (maksimal dalam
waktu
1 bulan)

9
5. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan tahapan terakhir dalam manajemen
risiko. Bila tingkat risiko belum dapat diterima, maka risiko harus
dikendalikan sampai kepada tingkat risiko yang dapat diterima (tidak
memiliki dampak kesehatan dan
keselamatanpadapekerjayangberarti)

6. Pemantauan/pengawasan program manajemen resiko dan telaah


ulang (Monitoring dan review)
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu
dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa
terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah
ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan- perbaikan. Pada
prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan
untuk menjamin terlaksananya seluruh proses pengelolaan risiko
denganoptimal.

B. Keselamatan dan Keamanan


1. Tujuan
- Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan fisik rumah sakit.
- Mengelola aktifitas staf untuk mengurangi cedera
pekerjaan danlingkungan.
2. Ruang Lingkup.
1) Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan
mengambil barang milik masyarakat rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan
keselamatan dan keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat
rumah sakit lain dari cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa
dengan melengkapi fasilitas nurse call untuk semua pasien, trali
jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai kebutuhan,
handrail untuk pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk
di ruangan perawatan termasuk kamar mandi dan disekitar
bangunan RS, pengamanan tempat tidur untuk mencegah pasien
jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah
pasien jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar
untuk dapat segera membantu pasien yang terkunci tanpa
mencenderai saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas lain yang
dibutuhkan. Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi

10
semua area rumah sakit yaitu semua lingkungan pelayanan,
lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis yang ada
dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan
pasien, keluarganya, pengunjung dan karyawan rumah sakit.

2) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil


barang milik masyarakat rumahsakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan
sehingga masyarakat rumah sakit terhindar dari kecurian
maupun pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu
rumah sakit diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan
keluarga pasien yang menunggu/ menginap di rumah sakit
diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan pemasangan trail sesuai
kebutuhan keselamatan keamanan, pasien dan keluarga
diinfokan untuk tidak membawa barang berharga dan uang yang
berlebihan, pemasangan kamera untuk mengindentifikasi
kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan.

3) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain


dan pengunjung di rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan karyawan dilindungi oleh rumah sakit
dari bahaya akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh
pengunjung maupun karyawan rumah sakit sendiri. Disediakan
sebuah sistem bila petugas, pasien/ maupun keluarga
mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental
maupun fisik.

4) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya


bangunan baru ataupun renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari
bahaya karena polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun
bahaya lain yang diakibatkan oleh adanya penambahan
bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena itu untuk setiap
proses renovasi bangunan gedung baru dan proses
pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan
menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan
masuk, kecuali yang berkepentingan.
5) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun
pencurian.

11
Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun
pencurian yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan
rumah sakit (handrail, trali jendela, pintu kamar mandi, nurse call,
lantai beda level/ licin, fasilitas penanganan kebakaran,
pengamanan tempat tidur, kamera di unit risiko gangguan
keamanan).

6) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan


hospital ground (penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/
penempatan tabung gas, fasilitas bermain anak, pagar,
taman, trotoar dan pembatas jalan, pengaturan parkir).
a) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang
aman dari segi fisik lingkungannya seperti semua saluran
pembuangan tertutup dan tidak bau.
b) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa
lubang maupun pecahan beton.
c) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan
pembungkus sehingga tidak mengancam keselamatan
e) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman
dari api, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa
untuk mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
f) dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan
lain, yang dapat berisiko menyebabkan gangguan
keselamatan.
g) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak
ada bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang
dapat menyebabkan keselamatan fisik anak terganggu
h) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu
lintas berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki
yang ada di sekitarnya.
i) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah
gangguan keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah
sakit. Akses masuk ke dalam rumah sakit ada di piketan, IGD,
Poliklinik,Dapur dan Angkutan.
j) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien
diatur 2 kali dalam sehari yaitu jam 11.00-13.00 dan jam
16.00-18.00 kecuali Jumat dan Sabtu untuk siang hari jam
10.30 – 13.00

12
k) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan
tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada
masyarakat rumah sakit maka semua petugas dan peserta
didik di RS. Gading Medika menggunakan label Identitas dan
pakaian seragam sesuai ketentuan rumah sakit pada setiap
periode tugasnya baik pagi, siang, maupun malam. Untuk
tamu rumah sakit seperti Medical Representative dan tamu
rumah sakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh
petugas security.

7) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.


Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus
sehingga tidak mencederai staf maupun pasien dan
pengunjung. Apabila seseorang terkena jarum, maka yang
bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.
(SOP penanganan tertusuk jarum/ benda tajam).

8) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.


Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan
dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan
apron masih tetap aman digunakan. Perawatan terhadap apron
dilakukan setiap hari setelah digunakan oleh petugas radiologi,
sedangkan uji terhadap efektifitas apron dilakukan oleh petugas
PPR setiap 1 tahun sekali..
Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi
yang di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk
memastikan keefektifan badge tersebut.

9) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.


Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang
yang masuk ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan.
Ibu bayi yang baru melahirkan memiliki dua gelang identitas
yaitu identitas ibu dan bayi.

10) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang
pasien pada tangannya, petugas security melakukan
pengawasan apabila ada seseorang dengan menggunakan

13
gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit.Bila petugas security
menemukan individu seperti itu, maka petugas melakukan
identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak dengan
ruangan perawatan untuk koordinasi.

3. Koordinasi dan Wewenang.


Kabag Umum dan Kepala Bagian Rumah Tangga bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program keselamatan
dan keamanan rumah sakit dengan menyesuaikannya dengan
peraturan dan UU yang berlaku, termasuk mengkoordinasikan
aktivitas yang dilakukan oleh tiap-tiap instalasi, bagian/ unit kerja
lainnya dan Karyawan maupun rekanan yang berkaitan dengan
keselamatan lingkungan rumah sakit. Kabag Umum dan Kasubag
Rumah Tangga memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan
segera dalam situasi yang mengancam hidup, kesehatan dan
keamanan proferti rumah sakit.Semua level pimpinan di rumah sakit
dari Kepala ruangan sampai Jajaran Direksi bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa area tempat mereka bekerja semua aspek telah
sesuai dengan kebijakan dan prosedur keselamatan dan
keamanan.Semua anggota dan karyawan serta siswa rumah sakit
bertanggungjawab untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur
keselamatan dan keamanan.
Koordinator penanggung jawab, bertemu setiap bulan dengan Tim
K3RS yang merupakan tim multidisiplin untuk memfasilitasi temuan
dan dapat memberikan masukan berkaitan dengan pelaksanaan
program keselamatan dan keamanan. Informasi dan data
diidentifikasi dan dikompilasi yang merupakan bagian dari kegiatan
keselamatan dan keamanan rumah sakit yang selanjutnya
dipresentasikan dan diberikan masukan untuk dilakukan review dan
dibuatkan rekomendasi. Penanggung jawab program membuat
laporan triwulan kepada Direktur.

C. Bahan Berbahaya
1. Tujuan
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan
bagi manusia maupun lingkungan.Penatalaksanaan ini dilakukan
untuk meminimalkan risiko bahaya maupun cedera.Proses yang
dilaksanakan meliputi edukasi, informasi prosedur untuk
penggunaan yang aman, penyimpanan danpembuangan serta

14
pengelolaan bila terpapar dengan jatuhan bahan berbahaya ini. Dan
proses ini dibuat juga untuk mengevaluasi risiko yang dapat
mengancam hidup maupun kesehatan pasien, pengunjung dan staf
rumah sakit.

2. Ruang Lingkup.
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacam-macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi
lingkungan rumah sakit, pada pasien, pengunjung dan karyawan
rumah sakit, juga agar dapat dilaksanakan sesuai peraturan dan
kebijakan yang ada, ruang lingkupnya yaitu :
1) Menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yang
dipergunakan dan limbah yang dihasilkan di rumah sakit.
2) Data bahan berbahayadan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS) atau dokumen sejenis yang
disediakan oleh supplier atau pabrik.
3) Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian
tumpahan, kebocoranatau paparan bila terjadi.
4) Prosesyang digunakan untuk memilih, transportasi,
penyimpanan, penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk
memilah, memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus
dan membuang limbahberbahaya yang ditulis lengkap pada
SOP.
5) Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap,
maupun radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh
manusia.

3. Koordinasi dan Kewenangan


1) Direktur melalui Wadir Umum dan Keuangan menerima laporan
Kabag Umum dengan berkoordinasi dengan Kepala Instalasi
Sanitasi dan Instalasi K3RS mengenai pelaksanaan program
pengendalian B3 dan limbah berbahaya, yang selanjutnya
memberikan dukungan untuk memfasilitasi kelanjutan program
dari segi pembiayaan maupun kebijakan.
2) Kabag Umum dan Instalasi Sanitasi melakukan pengelolaan
terhadap B3 dan limbah berbahaya dengan berkoordinasi
dengan Instalasi K3RS
3) Staf yang bertanggung jawab terhadap penggunaan B3 dan
limbah berbahaya inibertanggungjawab untuk menggunakan dan
pengelolanya dengan aman sesuai SOP

15
D. Manajemen Emergensi
1. Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif
kejadian bencana yang ada baikbencana internal maupun external.
2. Ruang Lingkup
1) Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya,
konsekuensi bahaya/ ancaman/ kejadian.
2) Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana
tersebut.
3) Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4) Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakitmaupun
mengaktifkan bantuan external (sumber daya alternative).
5) Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan
korban.
6) Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab staf selama
kejadian.
7) Mengalihkan penugasan staf yang tidak sesuai dengan
kompetensinya saat kejadian.

3. Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.


Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di RS. Gading Medika Bengkulu

4. Koordinasi dan Kewenangan.


Mengacu pada Pedoman Penanggulangan Bencana di RS. Gading
Medika Bengkulu

E. Pengamanan Kebakaran
1. Tujuan.
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan
memastikan penghuni rumah sakit selamat dan aman dari
resiko adanya cedera maupun kemungkinan kehilangan
nyawa saat terjadinya kebakaran
2. Ruang Lingkup
1) Pencegahan risiko kebakaran
2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
3) Akses keluar saat terjadi kebakaran
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini
5) Mekanisme pemadaman api

16
6) Evakuasi pasien

3. Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran


1) Pencegahan risiko kebakaran
2) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan
pada area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang
diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk
terkunci).
3) Pasien/ keluarga pasien dilarang untuk merokok di ruang
perawatan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang
disebabkan adanyaapi dan adanya gas yang ada di ruang
perawatan (gas O 2)
4) Larangan merokok di areal rumah sakit.Kebijakan larangan
merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/
keluarganya dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah
sakit dipasang poster larangan merokok sebagai informasi pada
staf, pasien dan pengunjung rumah sakit.
5) Pengaturan Konstruksi Bangunan.
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di
rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak
menyebabkan kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari
kayu tidak dianjurkan. Bangunan tambahan untuk Kantin di
dalam lingkungan rumah sakit merupakan bangunan permanen
yang tidak terbuat dari papan/ triplek
6) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran
a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelaya nan diberi
tanda „EXIT‟, dimana pintu darurat tersedia di semua
unitpelayanandanperkantoran untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas
yang tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun
terhalang meubel dan fasilitas lain
c) Tanda-tanda menujuarea berkumpul terpasang pada area
strategis yang menuju kearah area berkumpul dan dapat
dilihat dari semua area keluar dari tiap unit pelayanan
maupun perkantoran
d) Titik kumpul pertama di lapangan Parkir Depan RS. Gading
Medika dan titik kumpul kedua di pintu Belakang Instalasi
Forensik dan Medikolegal yaitu lapangan Benggala
e) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.

17
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke
detectorpada bangunan. Dan diadakan pemeliharaan untuk
memastikan kelayakan penggunaan smoke detector.
f) Mekanisme pemadaman api
g) APAR di pasang di seluruh gedung perawatan di tiap jarak
20-25 meter, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan
dipasang berjarak minimal 15 cm dari atas lantai sehingga
memudahkan untuk dijangkau
h) Prosedur pemadaman api sesuai SPO Code Red. Bila ada
asap/kebakaran, petugasyang pertama kali menemukannya
menghubungi operator ada situasi Code Red, secara pararel
petugas tersebut memberikan informasi ke petugas
keamanan . Petugas yang bertanggung jawab dalam sistem
kode merah mengambil peran masing-masing dengan
menggunakan identitas berupa helm sebagai berikut

No Jenis Peran Tindakan yang dilakukan Helm


1. Penanggungjawab Api Memadamkan Api, Merah
memutuskan panel
listruk dan mengatur
pergerakan APAR
2. Penanggungjawab Melakukan triase pasien Kuning
pasien sesuai kondisi pasien
dan mengamankan
pasien
3. Penanggungjawab Mengamankan dokumen Biru
Dokumen penting
4. Penanggungjawab Mengamanakan fasilitas Putih
fasilitas medis medis

4. Koordinasi dan Kewenangan


1) K3RS bertanggung jawab untuk mengkoordinir saat terjadinya
kebakaran.
2) K3RS melakukan kegiatan inspeksi pencegahan terhadap risiko
kebakaran dan kesiapan alat/ fasilitas untuk menangani kebakaran
3) Koordinator membuat dokumentasi dan laporan pengujian/
simulasi penanganankebakaran setiap tahun.

F. Peralatan Medis

18
1. Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam
keadaan aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat
dijangkau.

2. Ruang Lingkup
1) Inventarisir semua peralatan medis yang ada di rumah sakit
2) Pelaksanaan inspeksi dan pengujian fasilitas dan keselamatan
di rumah sakit
3) Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan system utilitas rumah
sakit
4) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
3. Penatalaksanaan Peralatan Medis
Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan
dengan kebijakan dan prosedurmulai dari pengadaan,
inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk
mengetahui perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil
inspeksi berupa data yang akan digunakan untuk perencanaan
perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru
selanjutnya disesuaikan dengan aturan pabrik atau
perencanaan rumah sakit, yang dilengkapi dengan data hasil
inspeksi dan pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut
sebagai tindakan pencegahan terhadap peralatan tersebut
dari kerusakan ataupun masalah kecil yang berdampak pada
ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien. Jadwal
pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti
pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk
peralatan tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat
yang rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit
menarik alattersebut dari penggunaannya untuk selanjutnya
dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk
pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari rumah
sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran
Rumah sakit mengeluarkan surat edaran untuk informasi bila
ada alat yang ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit

19
pelayanan pasien dan informasi pemberhentian pemakaian
pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi Jangmed akan
melaporkan kepada Karumkituntuk penarikan alat tsb dari unit
pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh
karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan
selanjutnya.

G. Sistem utilitas
1. Tujuan
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien,
pengunjung, dan staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan,
gangguan kesehatan mapunKeselamatan mereka :
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas
denganmenggunakan kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan
sistem utilitas secara efisiendan pengelolaan lifecycle dari
alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan
pelatihan mengenai sistemutilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan
lingkungan rumahsakit yang aman.
2. Ruang lingkup
1) Distribusi listrik dan emergency power ( Genzet)
2) Distribusi Air Bersih
3) Ventilasi dan Air Conditioner
4) Plumbing (system air kotor)
5) Gas medis
6) Sistem komunikasi (nurse call, komputer, telephone)
7) Medical Air compressor
8) Medical and surgical vacuum system

3. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang
dipastikan ketersediaanya yang tersedia di rumah
sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali
disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan
keamanan air yang digunakan oleh rumah sakit.
Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative
sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam
setahun oleh petugas yang bertanggung jawab.

20
Akses Ground waterthank dilindungi dengan trail
terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya yang
ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di
masukkan bahan beracun.
2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan
pemantauan secara periodik untuk memastikan kualitas air
yang digunakan untuk dialysis ginjal oleh provider/
pemasok alat.
3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan
ketersediaannya baik melalui sumber listrik negara
maupun sumber listrik alternative yang disediakan rumah
sakit (genset). Seluruh genset yang ada di
pastikankesiapannya dengan melakukan uji sekali dalam
setahun.
6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang
aman dari api, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah
jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk
dibatasi.
7) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga
meminimalkan kemungkinan terkoyak.

4. Identifikasi risiko – kedaruratan.


Risiko yang mungkin terjadi bila adanya kegagalanpada sistim
utilitas yang ada, sehingga perludilakukan uji terhadap backup
dari setiap sistim yang ada, utamanya di area berisiko.

B. Peninjauan Pembaharuan Program Manajemen Resiko Fasilitas


Program manajemen resiko fasilitas dibuat setiap tahun dari tiap bidang
Pembaharuan program manajemen resiko fasilitas dilakukan apabila :
1) Jika terjadi perubahan lingkungan rumah sakit
2) Terjadi insiden baru
Pemantauan selama program berlangsung perlu dilakukan untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-
perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan- perbaikan. Pemantauan dan telaah ulang
dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses pengelolaan
risiko denganoptimal sehinggaseluruh program terlaksana dengan baik

21
C. Kepatuhan Tenant terhadap Program Manajemen Resiko Fasilitas
Rumah Sakit
Tenant di RS. Gading Medika seperti kantin, pengelola parkir, Bank BJB,
Pengelola Cleaning Service dan Satpam wajib mematuhi program
manajemen resiko fasilitas :
1) Program keselamatan dan keamanan
2) Program penanganan B3 dan limbahnya
3) Program manajemen penanggulangan Bencana
4) Program Proteksi Kebakaran

Tata Laksana :
1) Adanya pelatihan manajemen resiko fasilitas yang dilaksanakan RS.
Gading Medika yang melibatkan tenant di rumah sakit
2) Adanya check list kepatuhan tenant terhadap manajemen resiko
fasilitas sebagai bentuk evaluasi

22
BAB II
DOKUMEN

1. Laporan setiap bidang program manajemen resiko fasilitas


2. Bukti pelatihan manajemen resiko fasilitas
3. Bukti Checklist kepatuhan tenant

23

Anda mungkin juga menyukai