Anda di halaman 1dari 42

BAB 2

PENGKAJIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi


pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi dan prioritas masalah.
2.1 Orientasi Ruangan
2.1.1 Visi RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Menjadi Rumah Sakit pilihan dengan layanan yang berkualitas
dan terjangkau masyarakat.
2.1.2 Misi RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional
dan bermutu serta tetap peduli pada sesama dengan layanan yang
profesional, transparan dan berakhlak mulia
 Mengutamakan kesehatan pasien serta memberi kepuasan kepada
pengunjung
 Membangun kualitas SDM RS yang profesional dalam memberikan
pelayanan
 Meningkatkan sarana dan prasarana RS dalam memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
 Menyelenggarakan sistem manajemen dengan tata kelola yang baik.
2.1.3 Motto RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Motto RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi adalah “Peduli,
salam, senyum, sentuh, sembuh”.
2.1.4 Visi Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Menjadi Rumah Sakit pilihan dengan layanan yang
berkualitas dan terjangkau masyarakat.
2.1.5 Misi Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional
dan bermutu serta tetap peduli pada sesama dengan layanan yang
profesional, transparan dan berakhlak mulia
 Mengutamakan kesehatan pasien serta memberi kepuasan kepada
pengunjung

8
 Membangun kualitas SDM RS yang profesional dalam memberikan
pelayanan
 Meningkatkan sarana dan prasarana RS dalam memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
 Menyelenggarakan sistem manajemen dengan tata kelola yang baik.
2.1.6 Motto Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Motto Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
adalah “Peduli, salam, senyum, sentuh, sembuh”.
2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada 29-31 Oktober 2019 meliputi data M1
(Man), M2 (Materials), M3 (Method), M4 (Money), dan M5 (Mutu). Data
yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga ditemukan
beberapa prioritas masalah.
1) Struktur Rawat Inap Ruang Anggrek
Ruang Anggrek dipimpin oleh kepala ruangan dan 12 perawat
pelaksana. Adapun struktur organisasinya adalah:
Ka.INSTALASI RAWAT INAP
dr. Mohammad Riza Muzaqi

KEPALA RUANGAN ANGGREK


Ns. Bibit Edi S, S.Kep

ANGGOTA TIM KEPERAWATAN

1. Hasan Irfan Amd.Kep 4. Dewi Sumarsih Amd.Kep


2. Afifatul Ma’rifah S.Kep 5. Ferdian Ega S.Kep.Ns
3. Kusnul Khotimah S.kep 6. Wansil Mustofa Amd.Kep
7. Sri Wijiati Amd.Kep 10. Elis Eka P. Amd.Kep
8. Irwan Luki Amd.Kep 11.Moh. Khoirul M. Amd.Kep
9. Ade Sumber: Diagram sistem Asuhan Keperawatan
Sanjaya S.Kep.Ns Primer (Marquis
12. Ratna Lauranita S.Kep.Ns &
Hutson,1998;138)
2) Jumlah tenaga

9
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Anggrek RS Nahdlatul
Ulama Banyuwangi terdiri dari 1 kepala ruangan dan 12 orang perawat
pelaksana.

10
11

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Anggrek RS


Nahdlatul Ulama dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung
dengan perawat ruangan. Tenaga keperawatan di Ruang Anggrek terdiri dari 6
orang tenaga kerja yang berpendidikan S-1 dan 7 orang yang berpendidikan D-3.
Setiap perawat di Ruang Anggrek diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemerintah melalui rumah sakit telah
memberikan kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapatkan kesempatan
belajar dan pelatihan keperawatan yang telah diatur dalam Undang-Undang No.
8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, serta telah dirubah dalam
Undang-Undang No. 43 Tahun 1999. Jenjang pendidikan yang tinggi dan
pelatihan keterampilan keperawatan akan menunjang mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Kebijakan yang diterapkan dalam
pengembangan mutu pendidikan karyawan di Anggrek adalah memberi
kesempatan satu orang perawat untuk tugas belajar sampai dengan lulus, setelah
itu dilanjutkan perawat yang lain untuk memperoleh kesempatan tugas belajar
sesuai dengan urutannya. Hal ini berkaitan dengan jumlah perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan di Anggrek.
3) Pengaturan ketenagaan
Berikut akan dipaparkan penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
di ruang rawat inap dengan menggunakan rumus Departemen Kesehatan
(Depkes), Metode Gillies, dan Metode Douglas (1984).
(1) Perhitungan berdasarkan rumus Depkes (2011)
Kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang
ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di
rumah sakit salah satunya adalah ruang rawat inap. Cara penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan menurut Depkes (2011) berdasarkan: tingkat
ketergantungan pasien, jumlah perawatan yang diperlukan /hari /pasien, jam
perawatan yang diperlukan /ruangan /hari, dan jam kerja efektif tiap
perawat 7 jam /hari.
a. Penghitungan tenaga ruang Anggrek
Berdasarkan data pada hari Selasa 29 Oktober 2019 pada ruang
Anggrek dengan jumlah pasien 18 orang.
12

Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan


secara keseluruhan diruang anggrek rata-rata perbulan tahun 2019
Klasifikasi Jumlah Pagi Sore Malam
pasien pasien
Total care 5 5x0,36= 1,8 5x0,30= 1,5 5x0,20= 1
Partial care 13 13x0,27= 3,51 13x0,15= 1,95 13x0,07= 0,91
Minimal Care 10 10x0,17= 1,7 10x0,14= 1,4 10x0,10= 1
Total 28 7,01 4,85 2,91
Kebutuhan 7 5 3
tenaga

Total tenaga perawat :


Pagi : 7 Orang
Sore : 5 Orang
Malam : 3 Orang
Total 15 Orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
86 x 15 = 4,3 dibulatkan menjadi 4
297
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari diruang
Anggrek adalah 15 orang, ditambah 1 kepala ruangan , ditambah tenaga lepas
dinas 4 orang = 20 orang sedangkan yang dinas di ruang anggrek setiap harinya
20 orang perawat.
Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Douglas
(1984) dalam Nursalam (2014) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
1. Kategori I : Self care/ perawatan mandiri memerlukan waktu 1-2 jam/hari
meliputi :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makanandan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e) Minimal dengan status psikologi stabil
f) Perawatan luka sederhana
2. Kategori II : intermediate care/peraatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari meliputi :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Ambulasi dibantu
c) Pengobatan dengan injeksi
d) Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat
e) Klien dengan infus dan klien dengan pleura pungsi.
13

3. Kategori III : Total care/intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari


meliputi :
a) Semua kebutuhan klien dibantu
b) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d) Makan dan minum melalui selang lambung
e) Pengobatan intravena “Perdrip”
f) Dilakukan suction
g) Gelisah/disorientasi
h) Perawatan luka kompleks

4) Alur pasien masuk


Gambar di bawah menunjukkan tentang alur penerimaan pasien di
Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi. Alur pasien masuk ke Ruang
Anggrek dapat melalui beberapa alur, diantaranya adalah dari IRD. Pasien dengan
keadaan umum baik dan sesuai dengan kriteria ruangan (penyakit tropik infeksi
dan penyakit dalam), dapat langsung masuk ke Ruang Anggrek. Bila pasien dari
IRJ, harus menelepon chief dahulu kemudian daftar, setelah itu masuk Ruang
Anggrek.

Pasien

IGD IRJ

MRS

Ruang Anggrek Pindah ke Unit lain

KRS

Pulang Dipulangkan Meninggal


14

Gambar 2.2 Alur Masuk Pasien Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama


Banyuwangi

5) BOR (Bed Occupacy Rate)


Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa tanggal 28 Oktober
2019, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Ruang Anggrek kelas III yaitu
24 tempat tidur, ruang kelas II yaitu 6 tempat tidur, dan ruang isolasi I sebanyak 1
tempat tidur.
2.2.1 Sarana dan prasarana (M2-Material)
Penerapan proses praktika profesi manajemen keperawatan mahasiswa
Profesi Ners Keperawatan Angkatan IX di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama.
Pengkajian data awal dilakukan tanggal 28 Oktober 2019. Adapun data yang
didapat adalah sebagai berikut:

1) Lokasi dan denah


Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan dalam
kegiatan profesi keperawatan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Angkatan IX
di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama. Ruang Anggrek merupakan bagian dari
ruang perawatan Irna Medik RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2019, didapatkan bahwa
ruang Anggrek terletak di lantai dua yang berada di lantai 2 dengan uraian sebagai
berikut:
(1) Sebelah Timur berbatasan dengan Ruang Mawar.
(2) Sebelah selatan berbatasan dengan Ruang Adenium.
(3) Sebelah barat berbatasan dengan Ruang Musholla
Ruang Anggrek terdiri dari 8 ruang kelas 3, 4 ruang kelas 2, 1 ruang kelas
isolasi, ruang diskusi, ruang mahasiswa, jalur evakuasi, mushola, kamar mandi
pegawai, kamar mandi umum, ruang karu ruang anggrek, dan nurse station.
15

Pintu depan

Ruang nurse Ruang


station karu

Kamar pasien kelas

Kamar pasien
kelas III
III

pasien kelas
Kamar
Mushola

Kamar pasien

II
kelas II

Kamar
isolasi
Toilet umum

Pintu
belakang
station

Ruang
Loundry

Gambar 2.2 Denah Ruang Anggrek


2) Data Tempat Tidur Pasien
Jumlah kapasitas tempat tidur pasien di Anggrek RS Nahdlatul Ulama
berdasarkan hasil pengkajian tanggal 28 Oktober 2019, didapatkan sebagai
berikut:
(1) Ruang Isolasi : 1 ruang (1 bed dalam 1 kamar)
(2) Ruang Kelas II: 4 ruang (2 bed dalam 1 kamar)
(3) Ruang Kelas III: 8 ruang (3 bed dalam 1 kamar)
Total jumlah bed di ruang Anggrek = 31 bed
Di ruang rawat inap Anggrek RS Nahdlatul Ulama tersedia toilet untuk
pasien setiap ruang kamar 1 kamar mandi.
Di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama terdapat 13 Perawat dengan 1
kamar mandi sekaligus toilet. Fasilitas toilet Anggrek RS Nahdlatul Ulama sudah
terpelihara dengan bersih dan selalu dibersihkan minimal 1 kali sehari.

3) Peralatan dan Fasilitas


16

a. Peralatan medis di ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama


Tabel 2.19 Peralatan Medis di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)
No Jenis alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan
ideal
1 Nebuleser 1 1/ruangan Baik -
2 Suction 1 1/ruangan Baik

3 Troli Emergency 1 1/ruangan Baik


4 Ambubag 1 1/ruangan Baik -
5 Standar infuse 31 1:1 Baik -
6 Gunting verban 3 2/ruangan Baik -
9 Termometer 2 1/ruangan Kurang
10 Tensi meter 2 2/ruangan Baik -
11 Stetoskop 2 2/ruangan Baik -
12 Bengkok stenlis 2 2/ruangan Baik
13 Infus pump 1 1/ruangan Kurang
14 Kursi roda 1 1/ruangan Baik
15 Kereta injeksi 1 1/ruangan Baik -
16 Oxigen kecil 1 2/ruangan Kurang -
17 Bak injeksi stenlis 2 2/ruangan Baik
18 Bak instrument 2 1/ruangan Kurang
20 Gliseri spuit 1 1/ ruangan Baik -
21 Cuching 2 1/ruangan Baik -
23 Gerusan obat 1 1/ruangan Baik -
24 Kulkas darah 1 1/rungan Baik -
25 Timbangan 3 1/ruangan Baik -
26 Rak Obat 1 1/ruangan Baik -
27 Kereta obat 1 1/ruangan Baik -
Sumber: Instalasi Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi Tahun 2019
Berdasarkan data di atas peralatan medis di ruang Anggrek sudah cukup
baik sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, namun perlu beberapa alat
yang ditambah.
b. Sarana dan prasarana di Ruang Anggrek RS Nahdlatul
Ulama
17

Tabel 2.20 Sarana dan Prasarana di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama


(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)

No Jenis alat Jumlah yang Jumlah ideal Kondisi Usulan


tersedia
1 Korden 34 Secukupnya Baik -
2 Jam dinding 1 12 Baik Ditambah
11
3 Kereta cucian 1 1-2 ruangan Baik -
kotor/bersih
4 Kereta makan 1 1/ruangan Baik -
pasien
5 Kursi pasien 31 31 Baik -
6 Meja pasien 31 31 Baik -
7 Sarung bantal 50 Secukupnya Baik -
8 Telepon 1 1/ruangan Baik
9 Perlak 31 31 Baik
11 Bantal dewasa 36 36 Baik -
13 Selimut tebal 0 31 Baik 31
16 Tempat tidur 31 1:1 Baik -
17 Alat pemadam 1 1/ruangan Baik -
kebakaran
18 Waslap 8 24 Baik
19 Stik laken 31 31 Baik
20 Printer 1 1/ruangan Baik
21 Papan tulis/white 1 1/ruangan Baik -
board
22 Lemari kayu 2 1/ruangan Baik -
23 Lemari Kaca 1 1/ruangan Baik -
24 Komputer 1 1/ruangan Baik -
25 Wastafel cuci 1 1/ruangan Baik
tangan
26 Kursi 6 6 Baik -
28 Tempat sampah 1 1 Baik -
medis
29 Tempat sampah 1 1 Baik -
non medis
30 Tempat sampah 1 1 Baik
infeksius
31 Tempat cucian 1 1 Baik
kotor
18

Sumber: Data Primer Tahun 2019


Dari tabel diatas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di Anggrek RS
Nahdlatul Ulama dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai
dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, sprei, sarung bantal, perlak,
stik laken, baju pasien, waslap.
1) Fasilitas untuk pasien
(1) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang isolasi, kelas II, dan
III.
(2) Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di masing-masing
ruangan. Tiap 1 ruangan terdiri dari 1 kamar mandi.
2) Fasilitas untuk petugas kesehatan
(1) Ruang dokter dan ruang perawat.
(2) Kamar mandi pegawai berada didalam ruangan perawat.
(3) Nurse station berada di bagian depan ruangan karu.
(4) Musholla berada di belakang ruangan kelas II.
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap (Ruang isolasi, ruang kelas II dan kelas III), Nurse station, ruang
konsultasi, ruang administrasi, ruang dokter,ruang karu, ruang perawat, ruang
linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, Kamar mandi/toilet. Di ruang
Anggrek peralatan dan fasilitas cukup baik, namun belum ada tempat sampah
untuk pasien dan kamar mandi pasien dan WC pasien digabung.
4) Consumable (Obat dan Bahan Habis Pakai)
Di bawah ini tabel stok obat emergency pada bulan Agustus 2019 di
ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama.
Tabel 2.21 Stok Obat Emergency Pada Bulan oktober 2019 di ruang Anggrek RS
Nahdlatul Ulama Berdasarkan Depkes RI 2006
No Nama alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan
yang ideal
tersedia
Alkes
1 Jackson Reese dewasa 0 1 - Ditambah 1
3 BVM Dewasa 1 1 Baik -
6 Nasopharingeal Tube 26 0 1 - Ditambah 1
7 Nasopharingeal Tube 30 0 1 - Ditambah 1
9 Ophtalmoscop set 0 1 - Ditambah 1
Intubasi Set
1 Laringoskopi Handle + 0 1 - Ditambah 1
19

Blade dewasa
3 ETT 6 Cuff 0 1 - Ditambah 1
4 ETT 6,5 Cuff 0 1 - Ditambah 1
5 ETT 7 Cuff 0 1 - Ditambah 1
6 ETT 7,5 0 1 - Ditambah 1
7 Suction Cateter 10 0 1 - Ditambah 1
8 Suction Cateter 12 0 1 - Ditambah 1
9 Suction Cateter 14 0 1 - Ditambah 1
10 Aqua jellly Sachet 0 1 - Ditambah 1
11 Gunting 0 1 - Ditambah 1
12 Plester coklat 2.5 cm x1m 1 secukupnya -
13 Hypapix 10 cm x 5 m 1 secukupnya -
14 Xylocain spray 0 1 - Ditambah 1
15 Tongue Spatle 0 1 - Ditambah 1
Consumable
1 Extention tube 0 1 - Ditambah 1
2 NGT 12 0 1 - Ditambah 1
3 NGT 14 0 1 - Ditambah 1
4 NGT 16 0 1 - Ditambah 1
5 NGT 18 0 1 - Ditambah 1
6 Cateter urine 12 0 1 - Ditambah 1
7 Cateter urine 18 0 1 - Ditambah 1
8 Urine bag 0 1 - Ditambah 1
9 IV canula 16 1 2 - Ditambah 1
10 IV canula 18 1 2 - Ditambah 1
11 IV canula 22 1 2 - Ditambah 1
12 IV canula 24 1 2 - Ditambah 1
13 IV canula 26 0 2 - Ditambah 2
14 Alkohol swab 10 10 -
15 Infuset dewasa 1 3 - Ditambah 2
16 Infuset anak 0 - Ditambah
17 Three way panjang 0 2 - Ditambah 2
18 Three way pendek 0 2 - Ditambah 2
19 Blood set 0 2 - Ditambah 2
20 Spuit 3 ml 5 5 Baik -
21 Spuit 5 ml 5 5 Baik -
22 Spuit 10 ml 5 5 Baik -
23 Spuit 25 ml 0 2 - Ditambah 2
24 Kasa steril 16 x 16 0 10 - Ditambah 10
25 Elektroda 0 - - Ditambah
26 Orofaringeal tube 5 Fr 0 - Ditambah
27 Orofaringeal tube 6 Fr 0 - Ditambah
28 Orofaringeal tube 8 Fr 0 - Ditambah
Cairan
1 Gelofusin 0 2 - Ditambah 2
2 Kcl 25 ml 0 5 - Ditambah 5
3 Koloid (Hemacel/HES) 0 3 - Ditambah 3
4 Manitol 500 ml 0 1 - Ditambah 1
5 Mg SO4 20% 25 ml 0 2 - Ditambah 2
6 MgSO4 40% 25 ml 0 2 - Ditambah 2
7 NaBic 25 ml 0 5 - Ditambah 5
8 NaCl 0.9 % 500 ml 1 4 - Ditambah 3
9 Ns 25 ml 0 5 - Ditambah 5
20

10 RL 500 ml 1 5 - Ditambah 4
11 Salin 3% 500 ml 0 - - Ditambah
12 Steril water 0 2 - Ditambah 2
Emergency Drugs
1 Adrenaline 5 - Baik -
2 Aminophyline inj 5 2 Baik -
5 Atropin Sulfat 0.25 mg inj 5 10 Baik -
6 Ca gulconas 10% 10 ml inj 5 1 Baik -
7 D40% 25 ml 0 - - Ditambah
8 Dexamethason inj. 5 - Baik -
10 Digoxin inj 0 - - Ditambah
11 Diazepam 5 Baik -
12 Diphenhydramine inj 5 - Baik -
13 Dobutamin inj 0 - - Ditambah
14 Dopamin inj 0 - - Ditambah
15 Ephederine 50 mg inj 0 - - Ditambah
16 Fentanyl inj 0 - - Ditambah
17 Furosemid inj 5 - Baik -
18 Heparin 0 - - Ditambah
19 ISDN inj 0 - - Ditambah
20 Lidocain 2% 20 mg/ml inj 5 - Baik -
21 Midazolam 15 mg inj 0 - - Ditambah
22 Morphin inj 0 - - Ditambah
25 Norepinephrine 4 mg inj 0 - - Ditambah
26 Pethidin inj 0 - -- Ditambah
27 Phenytoin Na inj 0 - - Ditambah
29 Neastigmin inj 0 - - Ditambah
30 Oksitosin 0 - - Ditambah

Sumber: Data Primer Tahun 2019


Pada Anggrek sudah tersedia Stok Obat dan alat Emergency di ruangan,
namun masih ada beberapa alat dan obat yang kurang atau belum tersedia dalam
stok yang disediakan.

5) Administrasi Penunjang
(1) Lembar medication chart
(2) Lembar standard emergency troly
(3) Buku hand over
(4) SOP
(5) SAK
(6) Leaflet
(7) Rekam Medis
(8) Buku injeksi
(9) Buku observasi
21

(10) Buku dalin


Ruang Anggrek sudah memililki administrasi penunjang yang lengkap.
6) Pencahayaan dan Ventilasi
Pencahayaan di Ruang Rawat Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
cukup terang, baik pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari
dalam/lampu. Semua sudut ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar
ditempatkan dekat pintu masuk, disekitar individu ditempatkan pada tempat yang
mudah dijangkau.
Ventilasi di Ruang Rawat Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
sudah cukup baik, sirkulasi di udara sudah baik. Sudah tersedia kipas angin untuk
setiap kamar di ruangan kamar isolasi, kelas II dan kelas III kipas angin berada di
tengah ruangan.
Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang
Rawat Rawat Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi sudah memenuhi
standart.
7) Alur Pengadaan Alat Kesehatan
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian
dilaporkan pada bagian keuangan.
8) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi masuk bagian sarana dan prasana dilakukan sesuai jadwal.
untuk masing-masing alat rata rata 1 tahun sekali. Bagian sarana akan mengontrak
vendor dan kemudian vendor akan melakukan kalibrasi alat kesehatan. Untuk
pembersihan alat kesehatan secara berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada
saat pasca kontak dengan infeksius disease. Warming up alat-alat hanya dilakukan
untuk alat besar saja, misalnya syring pump, infus pump, dll.
9) Pengelolaan Sampah
Tempat sampah telah dibedakan antara limbah medis dan nonmedis.
Terdapat pula tempat sampah dengan label sampah medis dan label sampah botol
kaca benda tajam.
10) Hasil Angket Sarana Dan Prasarana (M2)
Di bawah ini hasil angket sarana dan prasarana di Ruang Anggrek RS
Nahdlatul Ulama Banyuwangi.
22

Tabel 2.22 Angket Sarana dan Prasana di ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama
menggunakan Angket M2 (Material/Sarana dan Prasarana),
Nursalam 2014.
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah tata letak gedung ruagnan sudah sesuai dengan 100% 0
standart pelayanan?
2 Apakah fasilitas diruangan anda sudah lengkap untuk 75% 25%
perawatan pasien ssesuai dengan standart yang berlaku?
3 Apakah peralatan kesehatan di ruangan anda sudah lengkap 50% 50%
untuk perawatan?
4 Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio 50% 50%
pasien? Apakah anda berencana untuk menambah
peralatan?
5 Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan semua 100% 0
alat-alat perawatan?
6 Apakah persediaan consumable (alat habis pakat) selalu 100% 0
tersedia sesuai yang dibutuhkan pasien?
7 Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah 75% 25%
memadai?
Sumber : Kuesioner menurut Nursalam 2014

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 3 orang perawat,


100% responden menjawab tata letak gedung sudah sesuai dengan standar
pelayanan, fasilitas diruangan sudah lengkap untuk perawatan sesuai dengan
standar yang berlaku 75%, peralatan kesehatan diruangan belum lengkap untuk
perawatan 50%, jumlah alat yang tersedia tidak sesuai dengan rasio pasien 50%,
semua responden mengerti cara menggunakan semua alat perawatan 100%,
persediaan alat habis pakai selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan dengan pasien
100%, dan administrasi penunjang yang memiliki sudah memadai 25%.
Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang Anggrek RS Nahdlatul
Ulama dalam keadaan baik, namun masih ada yang perlu ditambahkan untuk
menunjang perawatan pasien misalnya tensimeter, stetoskop, gunting verban,
humidifier sentral, bak instrumen, tromol kecil, kom kecil, kereta injeksi,
korentang, tempat korentang, O2 transport, kereta O2 transport, set rawat luka,
vena seksi set, nebulizer, tong spatel, termometer, blass spuit, ambu bag, syringe
pump, infus pump, mayo, dan tabung humidifier. Seharusnya peralatan yang
dimiliki disesuaikan dengan standart ideal untuk menunjang perawatan pasien.
23

Sistem dokumentasi alat yang ada di ruang Anggrek belum terkoordinasi dengan
baik sehingga apabila terdapat alat yang rusak atau hilang, akan kesulitan dalam
proses dokumentasi yang dilakukan pertahun.
24

Tabel 2.18 Daftar Obat Emergency Di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama


Banyuwangi Periode 2019
Jumlah Tanggal
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
ideal kadaluarsa
1. Aminophylin 3 3 Baik Juli 2017 Sesuai standar
September
2. Atrophyn sulfat 5 5 Baik Sesuai standar
2018
Agustus
3. Ca Glukonas 2 2 Baik Sesuai standar
2018
Oktober
4. Dexamethasone 5 5 Baik Sesuai standar
2018
November
5. Diazepam 1 3 Baik Ditambah 2
2019
6. Ephineprin 2 5 Baik Juni 2017 Ditambah 3
7. Furosemid 5 5 Baik Mei 2017 Sesuai standar
Desember
8. Infus set 2 2 Baik Sesuai standar
2018
Oktober
9. Lidokain HCl 5 5 Baik Sesuai standar
2018
10. Venflon 20 1 1 Baik Maret 2018 Sesuai standar
Desember
11. Normal Salin 1 1 Baik Sesuai standar
2020
Januari
12. RL 1 1 Baik Sesuai standar
2018
Agustus
13. Spuit 3cc 4 5 Baik Ditambah 1
2018
Agustus
14. Spuit 5cc 5 5 Baik Sesuai standar
2018
Agustus
15. Spuit 10cc 5 5 Baik Sesuai standar
2018
Sumber: Data Primer Alat Kesehatan Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama
Banyuwangi per tahun 2019

Di ruang Anggrek tersedia box emergency. Obat emergency yang ada di


Ruang Anggrek sebagian besar sudah memenuhi standart yang ditetapkan, namun
masih ada beberapa obat yang jumlahnya masih kurang seperti diazepam dan
ephineprin. Kurangnya ketersediaan alat dan obat emergency menunjukkan bahwa
perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana yang masih kurang. Hal ini
dapat berdampak pada penurunan kualitas pelayanan Rumah Sakit.
25

Pendokumentasian alat dan obat harus dilakukan lebih teratur dan disiplin.
Ketersediaan obat dan peralatan emergency harus lengkap dan wajib dilengkapi
setiap kali obat dan peralatan emergency mengalami kerusakan, hilang, atau sudah
di pakai. Obat dan peralatan emergency merupakan bagian dari basic life support
yang harus ada ketika sewaktu-waktu ada pasien kritis.
2.2.2 Metode (M3-Methode)
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional di Anggrek
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruang
Anggrek, model asuhan keperawatan yang diterapkan di ruang Anggrek yaitu
menggunakan metode Tim. Metode ini menggunakan perawat tim untuk
melaksanakan suatu asuhan keperawatan. Pemilihan model asuhan keperawatan
ini didasarkan atas pertimbangan keterbatasan jumlah tenaga kerja yang
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara di ruang
Anggrek. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2011) menyebutkan bahwa MAKP
moduler dilakukan karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagian besar
adalah lulusan D3 sehingga dengan kombinasi ini diharapkan perawat primer atau
ketua tim dapat memberikan bimbingan asuhan keperawatan kepada lulusan D3.
Pada pelaksanaannya, perawat primer dan perawat pelaksana akan bekerja sama
dalam pengelolaan pasien setiap satu kali shift. Pada masing- masing shift,
terdapat perawat penanggung jawab yang bertugas atas shift tersebut mulai dari
timbang terima sampai dengan tanggung jawab terhadap pasien.

2) Timbang Terima
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien (Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan
26

juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau
belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011)
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah
Situation, Background, Assessment dan Recommendation

Situation

Data demografi Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Medis (data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment:
Kesadaran, TTV, GCS, skala
nyeri, skala resiko jatuh, dan
ROS (poin yang penting)

Recommendation:
Tindakan yang sudah
Dilanjutkan
Stop
Modifikasi
Strategi Baru

Gambar 2.3 Diagram Alur Timbang Terima (Nursalam, 2014)


27

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada perawat Ruang


Anggrek pada tanggal 28-29 Oktober 2019, pelaksanaan timbang terima di Ruang
Anggrek dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift
sore (pukul 14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke
shift pagi (pukul 07.00). Pada shift pagi, timbang terima dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan dihadiri oleh seluruh perawat yang berkepentingan. Persiapan yang
dilakukan sebelum kegiatan timbang terima berlangsung yaitu buku operan yang
berisi catatan perkembangan pasien. Proses timbang terima di awali dengan
pembukaan oleh Kepala Ruangan dilanjutkan dengan pelaporan kondisi pasien
yang dibacakan oleh perawat yang bertugas pada saat itu kepada perawat yang
akan bertugas pada shift berikutnya. Kondisi pasien dibacakan satu-persatu dan
komunikasi yang digunakan oleh perawat sebagian besar sudah menggunakan
SBAR yang meliputi S (Situation) yaitu identitas pasien, keluhan utama dan
masalah keperawatan. B (Background) adalah perkembangan pasien saat ini,
riwayat pembedahan, dan alat invasive yang terpasang serta program cairan. A
(Assesment) meliputi keadaan umum dan vital sign klien. R (Recommendation)
meliputi rencana pengobatan atau terapi yang akan dilakukan dan yang perlu
dilanjutkan untuk klien. Apabila masalah belum terselesaikan maka didiskusikan
kembali tindakan selanjutnya untuk menyelesaikan masalah. Kegiatan timbang
terima ditutup dengan validasi pada pasien yaitu berkeliling dari satu pasien ke
pasien yang lain, dimana perawat menanyakan langsung pada beberapa pasien
tentang apa yang dirasakan atau keluhan. Diskusi tentang keadaan pasien terutama
mengenai keluhan utama dan intervensi apa yang akan dilakukan pada hari itu.
Terkadang pada beberapa pasien juga diberikan health education ataupun
pemberian motivasi secara singkat. Pelaksanaan timbang terima shift siang dan
malam kurang lebih sama dengan shift pagi, hanya saja timbang terima dilakukan
secara individu antar perawat dengan cara validasi langsung ke pasien. Hal-hal
yang disampaikan antara lain kondisi pasien saat itu, rencana intervensi dan terapi
yang telah dan akan dilakukan.
Hasil kegiatan timbang terima yang telah dilakukan di ruangan
kemudian didokumentasikan ke dalam buku khusus (buku operan), dimana di
dalam buku tersebut terdapat tanda tangan perawat di akhir penulisan. Dalam
28

buku khusus (operan) juga disertakan jumlah seluruh pasien, jumlah pasien yang
KRS .
Hasil wawancara mengenai proses timbang terima disampaikan bahwa
prinsip timbang terima sudah sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu semua
pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan validasi ke pasien, data
yang disampaikan sudah sesuai, serta masalah keperawatan sudah benar.
Walaupun sebagian perawat menyatakan operan tidak dilakukan 3kali, operan
belum optimal dari pelaksanaan timbang terima yaitu timbang terima shift siang
dan malam dilakukan secara individu antar perawat dengan cara validasi langsung
dari satu pasien ke pasien lain membawa buku laporan operan.
3) Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang Anggrek
didapatkan bahwa ruang Anggrek belum pernah melakukan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan disamping pasien, membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta melibatkan seluruh
anggota tim. Namun demikian, di ruang Anggrek dalam 1 bulan tidak dilakukan
ronde keperawatan 80%. Dan 60% keluarga tidak mengerti mengenai ronde
keperawatan menurut keterangan perawat dalam angket yang kami berikan pada
tanggal 28-29 Oktober 2019.
M3.3 Ronde Keperawatan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde
20% 80%
keperawatan?
2 Apakah sebagian besar perawat di ruang anggrek
80% 20%
mengerti adanya ronde keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan
- 100%
ini telah optimal?
4 Berapa kali ronde keperawatan dilakukan dalam 1
- 100%
bulan ? 1 kali
5 Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya
100%
ronde keperawatan?
6 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde
60% 40%
keperawatan sudah dibentuk ?
7 Apakah tim yang telah dibentuk melaksanakan 20% 80%
29

kegiatan ronde dengan optimal?


Sumber: Data Primer

4) Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat.
Penanggung jawab dalam pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan
operasional dapat didegasikan pada staf yang di tunjuk (PP). Tujuan dari
pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan
salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur
yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh
perawat dan untuk meminimalisir resiko kerugian baik material maupun
nonmaterial. Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan
obat secara ketat oleh perawat, serta didukung peran keluarga untuk
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
30

Dokter
Koordinasi dengan perawat
Pasien/ Keluarga

Farmasi/ Apotik

Pasien/Keluarga

PP/ Perawat yang menerima Surat persetujuan


sentralisasi obat dari
perawat
Pengaturan dan pengelolaan
oleh perawat Lembar serah terima obat

Buku serah terima/ masuk


obat
Pasien/Keluarga

Gambar 2.4 Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)


31

Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut, pada awalnya
pasien mendapat RPO (Resep Pemberian Obat) dari dokter yang merawat,
kemudian pasien atau keluarga akan menyerahkan RPO tersebut ke depo farmasi
yang ada di ruangan Anggrek. Pasien dengan BPJS dan pasien umum memiliki
perbedaan yaitu pasien dengan BPJS harus membawa persyaratan yang diperlukan
serta RPO yang akan ditebus, sedangkan pasien umum hanya membawa RPO dan
biaya yang dibutuhkan. Setelah administrasi obat selesai, petugas depo farmasi
akan mengantarkan obat yang telah dibeli pasien kepada perawat yang bertugas
saat itu. Obat yang diterima dari depo farmasi akan disimpan di lemari obat sesuai
dengan nomer bed pasien kemudian obat tersebut akan diberikan pada pasien
sesuai dengan jadwal dengan prinsip 6B, benar obat, benar dosis, benar pasien,
benar rute, benar waktu, benar pendokumentasian dan waspada efek samping.
Perawat memastikan aspek benar obat dengan cara menyesuaikan terapi di rekam
medis dengan obat yang didapatkan dari farmasi. Aspek tepat jadwal dilakukan
dengan cara memeriksa jadwal pemberian obat pada RPO dengan jam pemberian
obat tersebut. Aspek tepat dosis dilakukan dengan cara memeriksa dosis terapi
pasien di rekam medis dengan dosis obat yang diberikan farmasi. Sebagian
perawat melakukan aspek tepat pasien dengan cara memanggil nama pasien,
sebagian dengan mencocokan nomor bed, dan sebagian mencocokan dengan Id
band. Aspek cara pemberian dilakukan dengan cara mencocokan terapi di RPO
dengan rekam medis. Aspek waspada efek samping dilakukan dengan cara
memantau kondisi klinis pasien.
32

Berikut adalah alur pelayanan farmasi yang ada di Ruang Anggrek:

Rekam pemberian obat 4 lembar

Diserahkan keluarga ke AA

Rekam pemberian obat lembar Rekam pemberian obat lembar


1,2 diberikan ke perawat 3,4 diambil oleh AA

Apoteker mengkaji penggunaan obat

AA satelit farmasi menyiapkan obat secara ODD

AA satelit farmasi menyerahkan obat ke perawat dengan buku


timbang terima dan perawat mencocokan obat sesuai dengan
rekam pemberian obat lembar 1

Perawat memberikan obat oral dan injeksi ke pasien sesuai


dengan jam pemberian

Gambar 2.5Alur Pelayanan Farmasi Ruang Anggrek Medik RS Nahdlatul Ulama


Banyuwangi
Prosedur penerimaan obat di sore atau malam hari serta pada hari libur,
dengan kondisi Depo Farmasi Anggrek tutup, maka prosedur pengambilan obat
yaitu bagian depo farmasi menyiapkan obat yang akan diberikan pada hari
selanjutnya.
33

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pengadaan sentralisasi obat
1) Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat? 60%
2) Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat? 30%
3) Jika Ya, apakah anda sentralisasi obat yang ada sudah 50% 50%
dilaksanakan secara optimal?
4) Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang dalam 40% 60%
sentralisasi obat?
5) Jika tidak, menurut Anda apakah di ruangan perlu diadakan 80% 20%
sentralisasi obat ?
6) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat?(Oral- 100%
Injeksi-Supositoria-Infus-Insulin-Obat gawat darurat)
2 Alur penerimaan obat
1) Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat dari 80% 20%
pasien/keluarga pasien?
2) Bagaimana proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien ? 100%
PPB  farmasi (ODD)  perawat  pasien
3 Cara penyimpanan obat
1) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi 100%
obat?
2) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi 100%
obat?
3) Apakah selama ini Bapak/Ibu memisahkan kepemilikan antar 100%
obat-obat pasien?
4) Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi etiket dan alamat pada 100%
obat-obat pasien?
4 Cara penyiapan obat
1) Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien 80% 20%
Bapak/Ibu selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat
yang telah digunakan?
2) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Bapak/Ibu 100%
memberikan obat ke pasien?
34

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat, sentralisasi obat sudah


menjadi wewenang farmasi. Depo farmasi Ruang Anggrek melayani pasien
selama hari aktif, dan pada hari libur akan dilayani oleh Depo farmasi bersama
lantai 2. Perawat hanya akan menerima obat yang akan dimasukkan sesuai resep
yang disiapkan oleh farmasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Depo
Farmasi Ruang Anggrek, obat diserahkan pada perawat setiap hari pada pukul
07.00 WIB, 14.00 WIB, 19.00 WIB dan 21.00 WIB.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa sentralisasi obat di
Ruang Anggrek dilakukan oleh Depo Farmasi Ruang Anggrek dengan didukung
kerjasama yang baik antara farmasi, dokter dan perawat. Format Rencana
Pemberian Obat (RPO) didokumentasikan secara berkesinambungan sesuai
kebutuhan pasien, ada lembar serah terima obat dari farmasi ke perawat, dan
belum ada form serah terima obat dari perawat ke pasien atau sebaliknya. Sarana
dan prasarana yang mendukung yaitu terdiri atas almari cairan infus, emergency
kit, kulkas obat/insulin.
Sentralisasi obat sangat membantu perawat dalam mengatur pemberian
obat pada pasien. Dokter memberikan RPO setiap hari sesuai kebutuhan pasien
dan petugas depo farmasi akan mengecek persediaan obat pasien. Selama ini
semua perawat melakukan pengecekan dan pemberian obat kepada pasien setiap
hari. Namun, untuk persiapan dan penyimpanan obat masih dilakukan oleh
petugas farmasi.
5) Supervisi Keperawatan
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok
manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1)
Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4)
Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda mengerti tentang supervisi? 100% 0
2 Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan? 20% 80%
3 Berapa kali supervisi dilakukan? 30% 70%
4 Apakah sudah ada format baku supervisi ? 30% 70%
5 Apakah format untuk supervisi sudah sesuai 30% 70%
35

standar keperawatan ?
6 Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia 30% 70%
secara lengkap ?
7 Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada 30% 70%
perawat pelaksana?
8 Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk 30% 70%
setiap tindakan?
9 Apakah Anda puas dengan hasil dari feed back 30% 70%
tersebut?
10 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari 30% 70%
supervisi?
11 Apakah Anda menginginkan perubahan untuk 30% 70%
setiap tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari
supervisi?
12 Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan dan 30% 70%
sosialisasi tentang supervisi ?
13 Apakah Anda menginginkan perubahan untuk 30% 70%
setiap tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari
supervisi?
14 Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan dan 30% 70%
sosialisasi tentang supervisi ?

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruang


Anggrek pada tanggal 28-29 Oktober 2019, seluruh perawat belum mengerti
mengenai supervisi dan 80% perawat mengatakan belum dilakukan supervisi dan
mendapatkan pelatihan dan sosialisasi mengenai supervisi.
36

6) Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam, 2011).
Tahapan Penerimaan Pasien Baru:
(1) Tahap pra penerimaan pasien baru
(2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(3) Tahap pasca penerimaan pasien baru
KARU memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan :
Lembar pasien masuk RS
Buku status dan lembar format pengkajian pasien
Nursing kit
Informed Concent sentralisasi obat
Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
Lembar tingkat kepuasan pasien
Tempat tidur pasien baru

KARU, PP dan PA menyambut pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi

Evaluasi

Gambar 2.6 Bagan Alur Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2014)


37

Sebelum pasien datang ke ruang Anggrek biasanya perawat mendapat


konfirmasi terlebih dahulu dari tempat pasien baru datang seperti IRD maupun
POSA atau Poli (IRJ), kemudian perawat yang menerima informasi akan
memeriksa kelengkapan dokumen saat pasien tiba di ruangan. Apabila dokumen
sudah lengkap, perawat akan menunjukkan ruangan beserta aturan- aturan yang
ada di ruangan Anggrek. Berdasarkan hasil observasi, perawat yang bertugas
untuk menerima pasien baru adalah perawat yang sedang dinas dalam ruangan,
tidak harus selalu didampingi oleh karu maupun perawat primer. Hal-hal yang
disiapkan oleh perawat saat menerima pasien baru seperti lembar pasien MRS,
lembar persetujan di rawat di ruangan Anggrek, dan kartu penunggu pasien.
Pasien baru kemudian didokumentasikan di buku pasien dan di buku
operan. Kemudian lembar asuhan keperawatan yang ada di rekam medik
dilengkapi, lalu rekam medik diserahkan kepada bagian administrasi. Bagian
administrasi kemudian memasukan data dan mendokumentasikan pasien baru
tersebut ke dalam komputer ruangan. Jika dibandingkan dengan teori yang ada,
proses penerimaan pasien baru yang ada di ruang Anggrek masih belum
memenuhi standar. Jumlah PP yang hanya 3 orang dan banyaknya jumlah pasien
baru yang masuk membuat beban kerja PP semakin tinggi. Pada saat-saat tertentu
PP harus mendelegasikan tugasnya kepada perawat lain yang bukan PP.
38

7) Discharge planning
No. Pertanyaan Ya Tidak
Apakah Anda mengerti tentang discharge
1. 100%
planning?
Apakah yang Anda berikan saat melakukan
2. 100%
discharge planning?
Apakah Anda bersedia melakukan discharge
3. 100%
planning?
Mulai
Pasien
masuk
4. Kapan Anda melakukan discharge planning? pulang
sampai
40%
pulang 60%
Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
5. 100%
discharge planning?
Bagaimana operasional pemberian tugas discharge Dari PP ke
6.
planning oleh kepala ruangan? PA 100%
Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat
7. 60% 40%
melakukan discharge planning?
Lisan dan
Bagaimana teknik yang digunakan saat pemberian
8. tertulis
discharge planning?
100%
Bahasa
Bahasa yang
Bahasa apa yang digunakan saat melakukan
9. Indonesia mudah
discharge planning?
40% dimengerti
60%
Apakah bahasa yang Anda gunakan dalam
10. melakukan discharge planning mengalami kesulitan 20% 80%
untuk dipahami oleh pasien?
Apakah setiap selesai melakukan discharge
11- 100%
planning Anda melakukan pendokumentasian?
39

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di Ruang Anggrek


pada tanggal 28-29 Oktober 2019 didapatkan bahwa discharge planning sudah
dilaksanakan pada saat pasien akan keluar rumah sakit terutama pada pasien-
pasien dengan penyakit interna. Pelaksanaaan discharge planning dilakukan oleh
perawat jaga dengan mengisi form discharge planning dan menjelaskan aturan
tertentu pada saat pasien pulang seperti jadwal kontrol, aktivitas, diet makanan
secara umum, dan perawatan di rumah. Sebagian besar perawat melakukan
dischage planning menggunakan lisan/tertulis dan menggunakan bahasa yang
dimengerti pasien (bahasa jawa), hanya sedikit pasien yang tidak mengerti bahasa
yang diterangkan oleh perawat hal ini disebabkan beberapa pasien ada yang
berasal dari luar jawa dan tak dapat bahasa Indonesia.
8) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
buku dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan. Berdasarkan hasil
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dilakukan tanggal 28-
29 Oktober 2019 kepada perawat Ruang Anggrek didapatkan sudah ada standar
operasional pelaksanaan dokumentasi keperawatan namun belum lengkap disertai
petunjuk teknis pengisian secara detail. Instrumen dokumentasi keperawatan
yakni medical record (status) pasien didapatkan hasil bahwa penggunaan
instrumen pengkajian menggunakan format Review Of System (ROS). Format
diagnosis keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated
Note (IN) serta menggunakan sistem komunikasi SOAPI.

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan Anggrek RS Nahdlatul
Ulama? 100% 0
Apakah sudah ada format pendokumentasian
yang baku?
2. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian
format dokumentasi tersebut dengan benar dan 100% 0
tepat?
3. Apakah menurut Anda format yang digunakan 100% 0
40

ini bisa membantu (memudahkan) dalam


melakukan pengkajian pada pasien?
4. Apakah Anda sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera 100% 0
setelah melakukan tindakan)?
5. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
60% 40%
digunakan ini menambah beban kerja?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
60% 40%
digunakan ini menyita banyak waktu?

Berdasarkan hasil wawancara, perawat menyatakan bahwa format


dokumentasi dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian kepada
pasien. Akan tetapi, model pendokumentasian yang terdiri dari banyak form
menyita waktu perawat dalam mengisinya. Dengan pembagian tugas perawat
antara melayani pasien dan mengisi RM maka lembar RM baru dapat diisi setelah
selesai tindakan dan tidak selalu lengkap. Selain itu, cara pengisian berkas RM
yang berubah- ubah dan hanya disampaikan secara lisan juga membuat perawat
mengalami hambatan dalam pengisian RM. Sebagian perawat merasa model
dokumentasi yang digunakan dapat menyita waktu dan menambah beban kerja
perawat.
2.2.3 Keuangan (M4-Money)
Pengelolaan pendanaan saat ini di RS Nahdlatul Ulama sudah dikelola
sendiri oleh pihak RS Nahdlatul Ulama dengan tetap menggunakan dana dari
APBD, pasien BPJS dan pasien umum. Pelaksanaan billing pasien di Ruang
Anggrek sudah dilakukan oleh petugas administrasi.
Sedangkan pembiayaan pasien berasal dari pasien umum, Jamkesda, JKN,
Jamkesmas, JKN ASKES, JKN MANDIRI, JKN JAMSOSTEK, JKN TNI-
POLRI. Pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2019 terdapat 40,7% JKN Mandiri,
20,1% JKN Jamkesma, 12,6% JKN jamsostek, 26,6% dari pembiayaan lain-lain.
Besar biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan.
Tabel 2.19 Tarif ruangan, tarif makan dan fasilitas di Ruang Anggrek RS
Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Kelas Tarif ruangan Fasilitas
II 90.000 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja, 2 kursi,
(kamar + makan)
41

1 TV
III 65.000 3 bed, 3 meja, 3 kursi.
(kamar + makan)

Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang RS Nahdlatul


Ulama Banyuwangi
Setiap bulan perawat mendapat gaji pokok selain itu juga mendapatkan
remunerasi. Remunerasi didapatkan berdasarkan total penghasilan ruangan yang
bergantung dari jumlah pasien rawat inap setiap harinya, kemudian dibagi secara
merata berdasarkan jabatan/golongan, pendidikan, dan lama pengabdian di rumah
sakit. Selain itu, perawat juga mendapatkan untuk PNS, uang makan dan minum
berbeda dengan gaji pokok dan gaji LP, namun untuk pegawai non-PNS tunjangan
makan dan minum masuk jadi satu dengan gaji pokok. Pengeluaran mengenai
pembayaran listrik, air, telepon dan lainnya di Ruang Anggrek sudah terpusat
langsung di bagian keuangan RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi.
Pembayaran biaya pasien sudah terpusat di bagian keuangan. Semua
biaya tindakan dan perawatan pasien dientry oleh administrasi Ruang Anggrek ke
dalam komputer. Sistem komputer ruang Anggrek berhubungan langsung dengan
sistem komputer di bagian keuangan Irna Medik. Hal ini membuat sistem
administrasi rumah sakit terintegrasi dengan baik.
Mayoritas pasien di Ruang Anggrek RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
adalah pasien BPJS. Apabila pasien masuk dengan jatah BPJS mandiri kelas II
tetapi menginginkan perawatan di kelas I maka pasien wajib menandatangani
form penambahan biaya kekurangan sesuai kelas I karena biaya perawatan
melebihi tanggungan BPJS yang dimiliki pasien. Pasien BPJS kelas III tidak dapat
naik ke kelas I maupun kelas II.
Alur pembayaran pasien dengan BPJS, yaitu setelah pasien disetujui
dokter untuk keluar rumah sakit (KRS). Keluarga mengurus kepulangan pasien ke
bagian administrasi ruangan untuk memenuhi persyaratan pulang, kemudian
keluarga ke bagian tim pengendali (Senin-Kamis pukul 08.00-14.30, Jumat pukul
08.00-14.00, Sabtu pukul 08.00-13.00, Minggu libur), dengan membawa
persyaratan sebagai berikut:
1) BPJS Mandiri
Form SJP, photo copy kartu BPJS.
42

2) BPJS Askes
Form SJP,photo copy kartu BPJSaskes,
3) Jamkesmas
Form SJP, photo copy kartu jamkesmas, photo copy kartu keluarga.
4) SKTM
Form SJP,photo copysurat SKTM dari RT dan RW, photo
copykartukeluarga,photo copy KTP
Setelah selesai keluarga kembali lagi ke bagian administrasi ruangan.
Pembayaran pasien umum, yaitu :
Setelah pasien disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS),
keluarga mengurus kepulangan di bagian kasir dengan membawa surat
persetujuan dokter dan ID Rumah Sakit. Kemudian keluarga kembali ke bagian
administrasi ruangan.

2.2.4 Mutu (M5-Marketing-Mutu)


1) Standard Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Menurut Joint Commision International Accreditation Standards
for Hospital Mutu pelayanan keperawatan berdasarkan Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospital yaitu Standar
Keselamatan Pasien yang meliputi:
(1) Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas
yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi antara lain
nama pasien, nomor register, alamat dan usia. Identifikasi pasien dilakukan
ketika penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi, sebelum
melakukan tindakan dan discharge planning.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 28-29
Oktober 2019 di Ruang Anggrek belum semua perawat menerapkan
identifikasi pasien dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai
pasien dan mengkonfirmasi nama pasien, nomer register, alamat, dan usia
sebelum melakukan tindakan keperawatan setiap harinya kecuali pada
pasien baru. Pada pasien lama, biasanya perawat hanya memanggil nama
dan mencocokkan nomor bed pasien.
(2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan dengan
metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation).
43

SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang


lain, timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi
pasien dan melaksanakan informed concent.
Pelaksanaan komunikasi efektif di RS Nahdlatul Ulama Ruang
Anggrek menggunakan metode SBAR. Metode SBAR yang digunakan
masih belum sesuai dengan teori yang ada.
iii. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Kewaspadaan terhadap obat high alert sudah dilakukan dengan
memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look A Like, Sound A Like,
cairan pekat seperti KCl, MgSO4, Nabic, dll) dengan obat lainnya.
Pemberian elektrolit konsentrat harus dengan pengenceran dan
penggunaan label khusus, setiap penerapan obat menerapkan prinsip 7
benar. Untuk obat LASA, sudah ada pemberian label tambahan. Salah satu
cara untuk mewaspadai pemberian obat perawat menggunakan double
crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 28-29 Oktober 2019,
dapat diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai
sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat
yang telah disediakan. Pemberian labeling dan double crosscheck juga
sudah diilakukan di Ruang Anggrek.
iv. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu
tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan
tepat lokasi yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker
atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator
menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien
yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang
identifikasi, sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang OK
menggunakan beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur.
Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
44

i) Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien,


keluar pasien dan tim anestesi
ii) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasi kepada
tim bedah
iii) Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada 28-29 Oktober 2019 , di Ruang
Anggrek sudah terdapat form check list pre operasi namun belum terdapat
papan daftar pasien operasi. Pengecekan tanda lokasi operasi dengan
menggunakan spidol permanen sebelum operasi dilakukan di ruang
operasi.
v. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Ruang Anggrek telah
dibentuk Tim Pengendalian Infeksi. Infeksi nosokomial meliputi plebitis,
dekubitus, Infeksi Saluran Kencing (ISK), Infeksi Luka Operasi (ILO).
Pendataan dilakukan setiap hari per shift yang dilakukan oleh Infection
Preventif and Control Link Nurse (IPCLN) atau anggota tim pengendalian
infeksi kemudian dijadikan satu disetiap bulannya oleh ketua tim
pengendalian infeksi.
Salah satu cara pencegahan infeksi di ruangan dengan disediakan
hand scrub di setiap 2 bed pasien dengan cara 6 langkah cuci tangan,
mencanangkan dengan Five Moments dan memasangkan poster cuci
tangan di dalam Ners Station dan di samping wastafel ruangan. Namun
dalam pelaksanaannya, perawat dan petugas kesehatan lainnya masih
jarang sekali melakukan hand hygiene bersama-sama dengan keluarga
pasien dan penyuluhan cuci tangan tidak rutin dilaksanakan.
2.3 Analisis SWOT
Terlampir
45

2.1 Diagram Layang


O
M1 (0,8: 0,6)
1.4
M4 (1; 0,6)
1.3
1.2
DP (-0,4; 1) SO (0,2; 0,4) M5 (0,4, 0,5)
1.1
1.0
0.9 MAKP (1,0; 1,0)
0.8
RK (-0,2; 0,7)
0.7
M2 (0,4; 0,5)
5
TT (-0,6; 0,4)
0.4
PPB (-0,5; 0,3)
0.3
0.2
DK (-1; 0,3)
0.1

-1.5 -1.4 -1.3 -1.2 -1.1 -1.0 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0,10,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5
46

-0,1
W -0,2
S
-0,3 SV (0,9; -0,6)
-0.4
-0.5
u-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1

-1.1

-1.2

-1.3

-1.4

-1.5

T
Gambar 2.9 Diagram Layang
KETERANGAN :
M1 : Ketenagaan
M2 : Sarana dan Prasarana
M4 : Keuangan
M5 : Mutu
MAKP : Metode-Penerapan Model
DK : Metode-Dokumentasi
RK : Metode-Ronde Keperawatan
SO : Metode-Sentralisasi Obat
SV : Metode-Supervisi
TT : Metode-Timbang Terima
DP : Metode-Discharge planning
PPB : Metode Penerimaan
Pasien Baru
47

2.1 Identifikasi Masalah


Setelah dilakukan analisis situasi, dengan menggunakan pendekatan
SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah:
1. Sumber Daya Manusia (M1)
Masalah : terdapat masalah
Penyebab : -
Perbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien belum sesuai dengan
teori. Penyediaan tenaga kerja belum sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.
2. Materials (M2)
Masalah : terdapat masalah
Penyebab : -
Peralatan yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan ruangan dan
koordinasi ruangan dengan pengadaan peralatan masih kurang serta tata
letak ruangan masih belum tertata sesuai dengan teori, dan struktur
organisasi masih belum sesuai dengan teori.
3. Method (M3)
1) Penerapan Model MAKP
Masalah : tidak terdapat masalah
Penyebab: -
Selama ini sesuai dengan kebijakan rumah sakit, maka model asuhan
keperawatan yang digunakan adalah moduler. Penerapan model
modular ini sesuai dengan jumlah sumber daya perawat yang tersedia
yaitu perawat dengan jenjang pendidikan diploma.
2) Timbang Terima
Selalu dilakukan timbang terima di ruang anggrek sesuai dengan teori
yang sudah ada.
3) Sarana dan Prasarana
Masalah : terdapat masalah di sarana prasarana
Penyebab:-
Di ruang anggrek sarana prasarana belum mencukupi seperti ember,
sampah per ruangan, dan handscrup per bed pasien masih belum ada.
4) Ronde Keperawatan
Masalah : tidak pernah dilakukan ronde keperawatan di ruang anggrek.
Penyebab:-
Di ruang anggrek belum pernah dilakukan ronde keperawatan.
5) Sentralisasi Obat
48

Masalah : Masih banyak keluarga pasien baru yang tidak mengetahui


sistem pemberian obat
Penyebab :
Penjelasan alur sentralisasi obat kepada pasien baru masih kurang
optimal sehingga masih banyak keluarga pasien yang kurang paham.
6) Supervisi Keperawatan
Masalah : ada supervisi namun ruang anggrek belum dilakukan
supervisi
Penyebab:
Tidak terdapat kontrak jelas dan feedback dari supervisor kepada
perawat tentang supervisi.
7) Penerimaan Pasien Baru
Masalah : tidak ada masalah untuk penerimaan pasien baru.
8) Discharge planning
Masalah :
(1) Discharge planning belum terlaksana secara optimal, diantaranya:
pemberian pendidikan kesehatan hanya dilakukan secara lisan
kepada pasien/keluarga, tidak terdapat media yang disediakan
untuk pasien.
Penyebab :
Pelaksanaan yang kurang optimal karena belum tersedianya media
untuk pasien.
9) Dokumentasi
Masalah:
(1) Pengisian format dokumentasi keperawatan belum lengkap
Penyebab:
(1) Form dokumentasi lembar RM terkadang mengalami beberapa
perubahan dan penyampaian cara pengisiannya hanya disampaikan
secara lisan
(2) Pembagian tugas perawat antara memenuhi kebutuhan ADL pasien,
tugas delegasi dan pengisian RM yang terdiri dari banyak form
4. Money (M4)
Masalah : tidak terdapat masalah
Penyebab :
Sudah terdapat sistem pembayaran yang terpusat
5. Mutu (M5)
Masalah :
49

1) Kurangnya penyuluhan atau promosi kesehatan mengenai pengendalian


infeksi (cuci tangan dan five moments) oleh ruangan.
Penyebab :
1) Kurang optimalnya fungsi tim PKRS atau penyuluhan di ruangan
dengan baik dan terjadwal.
2.2 Prioritas Masalah
Tabel 2.35 Prioritas Masalah
NO. Perioritas Masalah
1. Ronde Keperawatan
2. Dokumentasi
3. Sarana prasarana
4. Ketenagaan
Metode
6. Overan
Discharge Planing
Sentralisasi Obat
Supervisi

Anda mungkin juga menyukai