LUQMANUL HAKIM
NIM. 1802201010005
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji serta syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Proposal penelitian ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal
ini.Untuk itu kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat,tata bahasa maupun bahan
materi referensi. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran,kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga proposal penelitian ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca
penyusun
2
PENDAHULUAN
3
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau yang sering disebut demam
typhoid. Kedua, septikemia yaitu demam yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella scoleraesusis. Ketiga, penyakit gastroenteritis yaitu penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan bakteri Salmonella
typhimurium (Parija, 2012).
Salmonellosis biasa terjadi akibat kontaminasi pada makanan yang
dikonsumsi manusia. (Kopanic et al., 1994). Penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella sp. karena tercemar BPAH khususnya produk unggas (Yuliani, 2016)
kontaminasi Salmonella sp. berasal dari cara transportasi dan pengolahan yang
tidak tepat. Oleh karena cara pengolahan yang salah, Salmonella sp. dapat
menginfeksi konsumen dan menyebabkan penyakit yang cukup serius, bahkan
bisa menyebabkan timbulnya outbreak.
Amerika Serikat, 48 juta orang yang terpapar oleh penyakit yang
berhubungan dengan makanan. Lebih dari satu juta di antaranya disebabkan oleh
infeksi Salmonella sp. (Dit. Kesmavet, 2016). (WHO 2018), terjadi 11-21 juta
kasus penyakit infeksius dan 128.000-161.000 kematian yang terjadi terkait
penyakit tipus. CDC (2019) melaporkan, dari 12 januari 2019 hingga 7 juni 2019
telah terjadi 279 teridentifikasi wabah yang disebabkan oleh agen bakteri
Salmonella sp.
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian mengenai pencemaran
Salmonella sp. yang ditransmisiskan oleh kecoa menarik untuk diteliti.
Salmonella sp. menyebabkan penyakit ketika mengkontaminasi Bahan Pangan
Asal Hewan ((BPAH)). Sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengetahui
keberadaan kecoa sebagai vektor Salmonella sp. juga kontaminasi bakteri tersebut
pada makanan awak kapal.
4
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah terdapat kecoa sebagai vektor penular bakteri Salmonella sp.
pada kapal yang sandar di pelabuhan laut Aceh Besar ?
1.2.2 Apakah (BPAH) pada kapal yang bersandar di pelabuhan laut Aceh
Besar tercemar bakteri Salmonella sp ?
1.2.3 Apakah terdapat hubungan antara kecoa sebagai vektor host
Salmonella sp dengan cemaran (BPAH) pada kapal yang bersandar
di pelabuhan laut di Aceh Besar ?
1.4. Hipotesis
5
1.5. Manfaat Penelitian
6
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
7
Gambar.1 Kecoa ( Blattella germanica)
Sumber : WHO.
8
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui
tiga stadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa
yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai
yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan. Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput
keras yang menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai kapsul
telur atau “Ootheca”. Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan
pada tempat tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan kayu
hingga menetas dalam waktu tertentu yang dikenal sebagai masa inkubasi kapsul
telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung
abdomen hingga menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul
telur berbeda menurut spesiesnya.
Gambar. 3
Mereka biasanya hidup berkelompok. Mereka sebagian besar aktif di
malam hari; di siang hari mereka bersembunyi di celah dan retakan di dinding,
9
kusen pintu dan furnitur, dan di tempat-tempat aman di kamar mandi, lemari,
terowongan uap, rumah hewan, ruang bawah tanah, televisi, radio dan perangkat
listrik lainnya, saluran air dan sistem saluran pembuangan. Jika lampu dinyalakan
di dapur penuh di malam hari kecoa akan lari dari piring, peralatan, permukaan
kerja dan lantai fl menuju tempat penampungan.
Gambar. 4
Vektor ini memakan berbagai macam makanan, termasuk semua makanan
yang digunakan untuk konsumsi manusia, Mereka juga mengeluarkan sekresi
mual dari keduanya mulut dan dari kelenjar yang terbuka pada tubuh yang
memberikan serangan bau pada kecoa lainnya ataupun makanan yang
dikunjungi.Mereka bergerak bebas dari gedung ke gedung atau dari saluran air,
kebun, selokan dan jamban untuk tempat tinggal manusia.
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro
organisme patogen. antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain, sehingga
mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara lain Disentri, Diare, Cholera,
Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak ,sebagai inang perantara bagi beberapa
spesies cacing,dan juga dapat menyebabkan reaksi alergi seperti dermatitis.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen. Penularan
penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang
terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh
kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa.
10
2.2. Salmonella sp
Sumber : textofbacteriology
Salmonella adalah bakteri jenis gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe
metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob.Termasuk kelompok bakteri
Enterobacteriacea. Ukurannya 2 - 4 mikrometer x 0,5 – 0,8 mikrometer. Sifat
Salmonella antara lain : dapat bergerak, tumbuh pada suasana aerob dan anerob
fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol
dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNA se, fenilalanin deaminase,
urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa. (Su dan
Chiu(2007)
11
Sumber : research gate
Genus Salmonella adalah bagian dari family Enterobacteriaceae.
Taksonomi telah direvisi dan berpotensi membingungkan. Genus terdiri dari dua
spesies, S. bongori dan S. enterica , yang kemudian dibagi menjadi enam
subspesies: S. e. enterica , S. e. salamae , S. e. arizonae , S. e. diarizonae , S. e.
houtenae , dan S. e. indica . Gillespie et al, (2004), Grup taksonomi berisi lebih
dari 2500 serotipe (juga serovar) yang ditentukan berdasarkan somatik O (
lipopolysaccharide ) dan antigen flagellar H (Klasifikasi Kauffman – White ).
Nama lengkap serotipe diberikan sebagai, misalnya, Salmonella enterica subsp.
enterica serotype Typhimurium, tetapi dapat disingkat menjadi Salmonella
Typhimurium. Diferensiasi lebih lanjut dari strain untuk membantu penyelidikan
klinis dan epidemiologis dapat dicapai dengan pengujian sensitivitas antibiotik
dan dengan teknik biologi molekuler lain seperti elektroforesis gel medan
berdenyut , mengetik urutan multilokus , dan, semakin, sekuensing genom
seluruh. Secara historis, salmonella telah dikategorikan secara klinis sebagai
invasif (tifoid) atau noninvasif (nontyphoidal salmonellae) berdasarkan preferensi
inang dan manifestasi penyakit pada manusia
12
2.3 Salmonellasis
13
penurunan tonus pembuluh darah, mengganggu pengaturan termal, muntah, dan
diare. Dalam bentuk penyakit yang parah, cairan dan elektrolit yang cukup hilang
untuk mengganggu keseimbangan cairan , menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit , menurunkan volume darah dan tekanan arteri yang bersirkulasi, dan
menyebabkan syok hipovolemik . Syok septik juga dapat terjadi. Kejutan karakter
campuran (dengan tanda-tanda syok hipovolemik dan syok septik) lebih sering
terjadi pada salmonelosis berat. Oliguria dan azotemia berkembang pada kasus
yang parah akibat keterlibatan ginjal akibat hipoksia dan toksemia.
14
tersebut di antaranya adalah hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas
dan jaringan otot Komariah et al,. (2009) Daging yang tercemar mikroba
berlebihan akan menjadi berlendir, berjamur, daya simpannya menurun, berbau
busuk dan rasa tidak enak, serta menyebabkan gangguan kesehatan bila
dikonsumsi. Beberapa mikroba patogenik yang biasa mencemari daging adalah
E.coli, Salmonella, dan Staphylococcus sp.Kandungan mikroba pada daging dapat
berasal dari peternakan dan rumah potong hewan yang tidak higienis Sugiyoto et
al, (2015)
Ikan dan produknya merupakan makanan boga bahari yang dikonsumsi di
seluruh dunia. Ikan menyediakan protein berkualitas tinggi; 14-16 persen protein
hewani yang dikonsumsi dunia berasal dari ikan. Lebih dari satu miliar penduduk
dunia mengandalkan ikan sebagai sumber protein utama., FAO (2019) Selain
menjadi bahan pangan, ikan dan organisme akuatik lainnya juga diolah menjadi
produk non-pangan.
Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya
akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh.
Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan
sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah
Escherichia coli dan Salmonella sp. serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran
mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air,
debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Proses
keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan sedini mungkin yakni
mulai dari peternakan (farm) hingga daging ayam dikonsumsi (dimeja makan).
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil
seperti telur ikan kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan.
15
2.5 Food borne
Menurut pasal 309 ayat (1) KUHD, “kapal” adalah semua alat berlayar,
apapun nama dan sifatnya. Termasuk didalamnya adalah : kapal karam, mesin
pengeruk lumpur, mesin penyedot pasir, dan alat pengangkut terapung lainnya.
Meskipun nebda-benda tersebut tidak dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri,
namun dapat digolongkan kedalam alat berlayar karena dapat
terapung/mengapung dan bergerak di air.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kapal
adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air,
serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
Kapal yang digunakan baik untuk keperluan transportasi antar pulau
maupun untuk keperluan eksploitasi hasil laut, harus memenuhi peryaratan kelaik
16
lautan, sehingga menjamin keselamatan kapal selama pelayarannya di laut.
Adapun Kelaik Lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang,
status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.(
Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal
oleh pemilik,atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai
dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (UU No.17/2008).
Hak-hak Awak Kapal adalah hak atas upah,jam kerja dan jam istirahat,hak
atas permakanan dan penginapan dikapal,hak atas cuti,hak atas perawatan kalau
sakit dikapal,hak atas angkutan bebas ketempat tujuan dan tempat
asal,kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mendapat
kecelakaan,kesempatan mengembangkan karier
Kewajiban Awak Kapal yaitu mentaati peritah Perusahaan,bekerja sesuai
dengan jangka waktu perjanjian,melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang
ditetapkan,hak perusahaan adalah mempekerjakan pelaut sesuai
perjanjian.Kewajiban Perusahaan adalah memenuhi semua hak pelaut sesuai
perjanjian hak dan kewajiban awak kapal dan pengusaha kapal tercantum dalam
Perjanjian kerja laut.
2.7. Pelabuhan
17
Pertama, Pelabuhan Umum
Diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang secara teknis
dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP), seperti pelabuhan umum krung
geukuh,dan pelabuhan malahayati
Kedua, Pelabuhan Khusus
Dikelola untuk kepentingan sendiri sebagai penunjang kegiatan tertentu,
baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan
usaha swasta seperti Pelabuhan laut lhoknga
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada dua pelabuhan laut yang
berlokasi di Aceh Besar, yaitu Pelabuhan Laut Lhoknga dan Pelabuhan Laut Malahayati.
Pemeriksaan sampel Bahan Pangan Asal Hewan dan vektor Kecoa akan dilakukan di
Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada bulan
Oktober 2019.
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah, perangkap kecoa,
plastic slip, hand gloves, pinset, cawan petri, ose, lampu spritus, tabung reaksi, erlen
meyer, plastic wrap, inkubator, rak tabung. Bahan yang akan digunakan pada penelitian
ini adalah, Selenite Cystine Broth (SCB), Salmonella Shigela Agara (SSA), Tripel Sugar
Iron Agar (TSIA), Lactose broth, rappapport vasiliadis (RV). Tetra Thionate Broth
(TTB), hectone enteric agar (HEA), xylose lysine deoxycholate agar (XLDA), dan
bismuth sulfite agar (BSA), lysine iron agar (LIA), Simmons sitrat, dan Methl Red Voges
Proskauer (MR-VP).
19
barang, waktu kapal bersandar pada bulan Oktober 2019. Sampel akan didapatkan dari
tiga kapal pada setiap pelabuhan. Sampel yang akan diperiksa berupa bahan pangan asal
hewan (BPAH) dan vektor kecoa pada kapal. Bahan pangan asal hewan yang akan
diperiksa adalah ikan, telur, dan daging ayam.
Besar sampel vektor kecoa yang akan diperiksa sejumlah tiga hingga lima ekor
per kapal. Jumlah sampel BPAH yang akan diperiksa adalah tiga sampel dari setiap kapal.
Teknik pengambilan sampel vektor kecoa dan BPAH dipilih menggunakan teknik
random sampling. Teknik pengambilan sampel kapal dilakukan menggunakan metode
cluster sampling. Kapal yang dipilih berasal dari dua pelabuhan, lalu jenis kapal yang
dipilih adalah kapal pengankut barang.
Teknik pengambilan sampel vektor kecoa akan dilakukan dengan pemasangan
perangkap pada sore hari di beberapa area dalam kapal yaitu dapur, gudang penyimpanan
barang, dan kamar mandi. Perangkap yang berisi vektor kecoa akan diambil kembali pada
pagi hari. Tenik pengambilan sampel BPAH dilakukan dengan mengumpulkan sisa
makanan awak kapal.
3.3.3. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah vektor kecoa yang mengandung Salmonella sp, yang
mempengaruhi variabel terikat yaitu, cemaran Salmonella sp. pada BPAH.
3.3.4. Prosedur Penelitian
3.3.4.1. Pengumpulan Data Kapal
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunderberupa jumlah data kapal di wilayah pelabuhan, serta
suart kelengkapan dari setiap kapal. Data akan diperoleh dari Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Kelas Tiga Banda Aceh.
3.3.4.2. Pengambilan Sampel Vektor Kecoa
Pengumpulan vektor kecoa sebagai sampel dilakukan dengan memasang
perangkap di berbagai area dalam kapal, yaitu dapur, gudang penyimpanan
barang, dan kamar mandi. Metode pembuatan perangkap mengacu pada WHO,
sebagai metode perancangan perangkap kecoa sederhana. Perangkap dibuat
penggunakan toples yang berisi umpan makanan seperti roti. Bagian dalam toples
diolesi minyak agar kecoa yang masuk perangkap tidak dapat keluar dari toples.
Bagian luar toples diberi kertas untuk mempermudah mobilisasi kecoa menuju ke
20
dalam toples. Perangkap akan dipasang pada sore hari, dan akan diambil kembali
pada waktu pagi di keesokan harinya. Sampel vektro kecoa akan diambil
menggunakan pinset, lalu dimasukkan ke dalam plastic slip, kemudian dibawa ke
laboratorium.
3.3.4.3. Pengambilan Sampel Bahan Pangan Asal Hewan (BPAH)
Pengambilan sampel BPAH dilakukan setelah awak kapal selesai
memakan makanan yang bersumber dari hewan. Jenis sampel BPAH yang akan
diambil adalah telur, ikan, dan daging ayam. Sampel yang didapatkan dari setiap
kapal berjumlah tiga sampel yang selanjutnya dimasukkan kedalam plastic slip.
Sampel yang didapatkan akan segara dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
analisis.
3.3.4.4. Pemeriksaan Salmonella sp. Pada Vektor Kecoa dan Pada BPAH
Pengujian pertama yang harus dilakukan pada sampel BPAH adalah uji
total plate count (TPC). Metode TPC dan identifikasi Salmonella sp. dilakukan
dengan mengacu pada SNI nomor 2897 tahun 2008 mengenai metode pengujian
cemaran mikroba dalam daging, telur, dan susu, serta hasil olahannya. Uji TPC
dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terkandung di dalam sampel
dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri yang berhasil tumbuh pada media
agar. 25 gram daging dimasukkan kedalam wadah plastik yang berisi 225 ml
buffer pepton water (BPW), lalu distomacher selama 1-2 menit. Suspensi tersebu
merupakan larutan dengan pengenceran 10-1. 1 ml suspensi 10-1 dipindahkan ke
dalam 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Tahapan untuk
mendapatkan pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5, dilakukan dengan metode yang
sama dengan pengenceran 10-2. Setiap tabung yang berisi pengenceran berbeda,
dipindahkan ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml. Cawan petri tersebut
selanjutnya diisi dengan 20 ml PCA, lalu diikubasi pada suhu 34-36ºC selama 24
jam, dengan posisi cawan terbalik.
Pertumbuhan Salmonella sp. pada media selektif dilakukan dengan
tahapan pre-enrichment, dan enrichment, serta dilanjutkan dengan metode uji
biokimia. Pada tahap pra enrinchment, 25 gram sampel makanan dicampurkan
dengan 225 ml larutan Lactose broth, lalu distomacher selama 1-2 menit.
21
Selanjutnya suspensi dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan diinkubasikan pada
suhu 35ºC selama 24 jam. kedalam erlenmeyer steril. Selanjutnya dilakukan
proses enrichment dengan memindahkan masing-masing 1 ml suspensi kedalam
10 ml media Tetra Thionate Broth (TTB), dan 0,1 ml dipindahkan de dalam 10 ml
rappapport vasiliadis (RV). Campuran pada media RV diikubasi pada suhu 42ºC
selama 24 jam, sedangkan campuran suspensi dengan media TTB diinkubasikan
pada suhu 43ºC selama 24 jam.
Metode isolasi dan identifikasi Salmonella sp. dilakukan dengan
mengambil dua atau lebih koloni dengan ose dari masing-masing media
enrichment yang telah diinkubasikan, lalu diinokulasikan pada media hectone
enteric agar (HEA), xylose lysine deoxycholate agar (XLDA), dan bismuth sulfite
agar (BSA), setelahnya inkubasikan kembali pada suhu 35ºC selama 24 jam.
Amati koloni Salmonella sp. pada media HEA, jika berwarna hijau kebiruan
dengan atau tanpa titik hitam. Pada media XLDA, koloni akan terlihat merah
muda, atau terlihat hampir seluruh koloni berwarna hitam. Pada media BSA,
koloni akan terlihat berwarna keabuan datu kehitaman.
Setelah dilakukan identifikasi di atas, selanjutnya koloni dari ketiga media
tersebut diinokulasikan pada media triper iron sugar agar (TSIA), dan lysine iron
agar (LIA). Setelah inkubasi pada suhu 35ºC selama 24 jam, koloni yang tumbuh
diamati dan dicocokkan dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil uji Salmonella sp pada TSIA dan LIA
Agar miring Dasar agar
Media H2 S
(Slant) (Buttom)
Alkaline Asam
TSIA Positif (hitam)
(merah) (kuning)
Alkaline Alkaline
LIA Positif (hitam)
(ungu) (ungu)
Uji biokimia yang akan dilakukan adalah uji IMVic ( Indol, Methyl Red-
Voges Proskauler, Simons’s citrate agar, Sulfit Indol Motility, dan Tripel sugar
iron agar) . Uji manitol, glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa dilakukan dengan
penanaman pada media tersebut, lalu diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu
37ºC. Uji Methyl Red-Voges Proskauler (MR-VP) dilakukan dengan,
22
menambahkan reagen methyl red pada uji MR, dan penambahan reagen KOH dan
α-Naptol masa inkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC.
Pemeriksaan Salmonella sp. pada vektor kecoa dilakukan dengan merujuk
kepada metode yang dilakukan Fatgpour et al. (2003). Sampel kecoa dieutanasi
menggunakan dietil ether, dengan memasukkan dietil ether yang dituang ke kapas
dan dimasukkan kedalam wadah berisi kecoa. Setelahnya saluran pencernaan
kecoa diambil melalui proses pembedahan, lalu dimasukkan kedalam media
selenite broth (SB). Sebagai tahapan enrichment, suspensi tersebut diikubasi pada
suhu 37ºC selama 6-24 jam. Setelah dilakukan enrichment, suspensi di ambil
menggunakan ose lalu dipindahkan ke media SSA, dan eosin methylene blue
(EMB). Media diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam. Hasil positif dapat
diamati dengan melihat keberadaan koloni berwarna hitam pada media SSA, serta
keberadaan koloni berwarna putih pada media EMB. Untuk uji identifikasi lebih
lanjut, dilakukan uji biokimia seperti yang telah dijelaskan di atas.
Survey lapangan
Pengolahan Data
23
3.6. Analisis Data
24
Daftar Pustaka
Clark M,A., and Barret E.L Juni 1987. Gen phs dan produksi hidrogen sulfida
oleh Salmonella typhimurium. Journal Bakteriologi . 169 (6): 2391–2397.
Eki Septiani Putri, 2017, efektivitas daun citrus hystrix dan daun syzygium
polyanthum sebagai zat penolak alami periplaneta americana, HIGEIA 1
(4) ,hal 154-162.
Fàbrega A, Vila J 2013. "Salmonella enterica serovar Typhimurium skills to
succeed in the host: virulence and regulation". Clinical Microbiology
Reviews. 26 (2): 308–38..
FAO , 2019, Consumption of Fish and Fishery Products
http://www.fao.org/fishery/statistics/global-consumption/en [01juli2019]
Farah Ghina Arifah, Retno Hestiningsih, Rully Rahadian,2016, Preferensi Kecoak
Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria : Blattidae) terhadap Baiting
Gel, Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 4, hal 289-298
Fsis 2013 Salmonella Preguntas y Respuestas,
https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/informational/enespanol/hojasinform
ativas/enfermedades-por-alimentos/salmonella-preguntas respuestas/
salmonella-preguntas-y-respuestas [30 06 2019]
Gal-Mor O, Boyle EC, Grassl GA 2014. Same species, different diseases: how
and why typhoidal and non-typhoidal Salmonella enterica serovars differ
Frontiers in Microbiology. 5: 391.
Geo F Brooks , Karen C Carroll , Janet S Butel , Stephen A Morse
Publisher:McGraw-Hill, Jawetz, Melnick & Adelberg’s 2007 Medical
Microbiology Sultan Qaboos Univ Med J
Gillespie SH, Hawkey PM 2006. Principles and practice of clinical bacteriology,
NJ: John Wiley & Sons.
Hald, T. (2013). Advances in microbial food safety 2 Pathogen update:
Salmonella. ELSEVIER INC
Indonesia, 2008, UU No.17/2008 tentang pelayaran
Intan Aulia Putri Tri Joko , Nikie Astorina Y. D, 2017, evaluasi sanitasi dan
keberadaan vektor pada kapal barang dan kapal penumpang di pelabuhan
tangjung emas semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat (5), hal 677-689
Komariah, Sri Rahayu, dan Sarjito, 2009, sifat fisik daging sapi, kerbau dan
domba pada lama postmortem yang berbeda, Buletin Peternakan. 33(3):
183-189
25
Mahsa Fardisi, Ameya D.Gondhalekar , Aaron R.Ashbrook & Michael E. Scharf,
2019, Rapid evolutionary responses to insecticide resistance management
interventions by the German cockroach (Blattella germanica L.), Scientific
Reports | (2019) 9:8292
Marianne D. Miliotis Jeffrey W. Bier, 2004 International Handbook Of
Foodborne Pathogens , MARCEL DEKKER, INC
Ojiezeh Tony Ifeanyi, Ogundipe Olawumi Odunayo, Microbiology of
Cockroaches - A Public Health Concern, Volume : 4 April 2015
Ryan, KJ dan Ray, CG 2004 Mikrobiologi medis Sherris. McGraw Hill, hal : 551-
552
Su LH, Chiu CH 2007. "Salmonella: clinical importance and evolution of
nomenclature". Chang Gung Medical Journal. PMID 17760271 vol 30
(3): 210–219.
Sugiyoto, Kusuma Adhianto , Veronica Wanniati, 2015, kandungan mikroba pada
daging sapi dari beberapa pasar tradisional di bandar lampung, JIPT Vol.
3: 27-30
Tortora GA 2008. Microbiology: An Introduction] (9th ed.). NCBI Pearson. pp.
323–324..
WHO 2018 Vaccine and Health :
https://www.who.int/immunization/diseases/typhoid/en/: [29 juni 2019]
WHO 2019, food safety , https://www.who.int/en/news-room/fact-
sheets/detail/food-safety [3 juli 2019]
WHO, 2018, Food safety/ microbiology risk
https://www.who.int/foodsaffoodety/areas_work/microbiological-risks/en/
[03Juli2019]
Yudi Prastowo, 2016 Keracunan Makanan
http://kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id di [29 juni 2019]
26