Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

ISOLASI BAKTERI SALMONELLA sp PADA KECOA (Blattodae) DAN


BAHAN PANGAN ASAL HEWAN YANG DI KONSUMSI AWAK KAPAL
PADA KAPAL YANG BERSANDAR DI PELABUHAN
WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR

Diajukan Sebagai Syarat Melakukan Penelitian


untuk Penyusunan Tesis

LUQMANUL HAKIM
NIM. 1802201010005

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji serta syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Proposal penelitian ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal
ini.Untuk itu kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat,tata bahasa maupun bahan
materi referensi. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran,kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga proposal penelitian ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca

Banda Aceh, 5 Juli 2019

penyusun

2
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan transportasi harus didukung dengan perkembangan


pembangunan kesehatan di seluruh pelabuhan darat, laut dan udara demi
mewujudkan pembangunan kesehatan nasional (Putri et al, 2017). Peningkatan
frekuensi perpindahan melalui alat transportasi memungkinkan peningkatan
terjadinya pernularan vektor borne disease. Hal tersebut menyebabkan awak kapal
dan masyarakat di sekitar pelabuhan akan terinfeksi penyakit yang ditularkan
melalui vektor penyakit seperti lalat, tikus, nyamuk maupun kecoa (Kemenkes RI,
2014)
Salah satu efek tidak langsung dari vektor adalah penularan penyakit
kepada manusia, melalui cara mekanis dan kontaminasi feacal. Mereka juga
bertindak sebagai inang perantara berbagai parasit dan mikroorganisme lainnya.(
Ifeanyi, 2015) Investigasi mikrobiologis pada kecoa menunjukkan 29 isolat
bakteri berbeda, 17 parasit berbeda, 7 spesies berbeda. dan sejumlah virus eksotis
termasuk virus Hepatitis. kecoa telah terlibat dalam transmisi Salmonella spp. dan
Shigella spp. yang merupakan implikasi klinis yang serius.
Pada tahun 2004-2017 telah terjadi outbreak gastrointestinal pada 10.000
penumpang dan crew dari total 239 kapal yang tiba di pelabuhan amerika serikat
(CDC 2017). Gejala yang dialami berupa muntah dan diare. Setelah dilakukan
pemeriksaan, agen patogen yang menyebabkan outbreak tersebut adalah
Nerovirus, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Shigella sp, Enterobacter,
Entamoeba histolytica, Cyclospora cayetanensia, dan Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan salah satu agen patogen yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, hewan piaraan, ternak, bahkan hewan air.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp disebut salmonellosis, yaitu
infeksi bakteri yang timbul akibat tertelannya agen patogen yang masih hidup
(Kumarso, 1987). Jenis penyakit yang ditimbulkan bakteri Salmonella sp. Dapat
dibagi menjadi tiga macam: pertama, deman enterik yaitu demam yang

3
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau yang sering disebut demam
typhoid. Kedua, septikemia yaitu demam yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella scoleraesusis. Ketiga, penyakit gastroenteritis yaitu penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan bakteri Salmonella
typhimurium (Parija, 2012).
Salmonellosis biasa terjadi akibat kontaminasi pada makanan yang
dikonsumsi manusia. (Kopanic et al., 1994). Penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella sp. karena tercemar BPAH khususnya produk unggas (Yuliani, 2016)
kontaminasi Salmonella sp. berasal dari cara transportasi dan pengolahan yang
tidak tepat. Oleh karena cara pengolahan yang salah, Salmonella sp. dapat
menginfeksi konsumen dan menyebabkan penyakit yang cukup serius, bahkan
bisa menyebabkan timbulnya outbreak.
Amerika Serikat, 48 juta orang yang terpapar oleh penyakit yang
berhubungan dengan makanan. Lebih dari satu juta di antaranya disebabkan oleh
infeksi Salmonella sp. (Dit. Kesmavet, 2016). (WHO 2018), terjadi 11-21 juta
kasus penyakit infeksius dan 128.000-161.000 kematian yang terjadi terkait
penyakit tipus. CDC (2019) melaporkan, dari 12 januari 2019 hingga 7 juni 2019
telah terjadi 279 teridentifikasi wabah yang disebabkan oleh agen bakteri
Salmonella sp.
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian mengenai pencemaran
Salmonella sp. yang ditransmisiskan oleh kecoa menarik untuk diteliti.
Salmonella sp. menyebabkan penyakit ketika mengkontaminasi Bahan Pangan
Asal Hewan ((BPAH)). Sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengetahui
keberadaan kecoa sebagai vektor Salmonella sp. juga kontaminasi bakteri tersebut
pada makanan awak kapal.

4
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah terdapat kecoa sebagai vektor penular bakteri Salmonella sp.
pada kapal yang sandar di pelabuhan laut Aceh Besar ?
1.2.2 Apakah (BPAH) pada kapal yang bersandar di pelabuhan laut Aceh
Besar tercemar bakteri Salmonella sp ?
1.2.3 Apakah terdapat hubungan antara kecoa sebagai vektor host
Salmonella sp dengan cemaran (BPAH) pada kapal yang bersandar
di pelabuhan laut di Aceh Besar ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengidentifikasi kecoa sebagai vektor penular bakteri Salmonella sp.


pada kapal yang bersandar di pelabuhan laut Aceh Besar
1.3.2. Menganalisis cemaran bakteri Salmonella sp. pada (BPAH) di kapal
yang bersandar di pelabuhan laut Aceh Besar.
1.3.3. Mengetahui hubungan antara kecoa sebagai vektor host Salmonella
sp. dengan cemaran (BPAH) pada kapal yang bersandar di
pelabuhan laut di Aceh Besar.

1.4. Hipotesis

1.4.1. Bakteri Salmonella sp dapat terdeteksi pada kecoa di kapal yang


bersandar di pelabuhan laut di Aceh Besar.
1.4.2. BPAH di kapal yang bersandar di pelabuhan laut di Aceh Besar
tercemar bakteri Salmonella sp.
1.4.3. Terdapat hubungan yang kuat antara keberadan vektor kecoa dengan
cemaran (BPAH) oleh Salmonella sp.

5
1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat teoritis


Menambah wawasan peneliti tentang keberadaan Salmonella sp. pada
vektor kecoa dan di (BPAH) di kapal yang bersandar di pelabuhan laut Aceh
Besar
1.5.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan
untuk meningkatkan higeine dan sanitasi kapal serta awak kapal. Diharapkan
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai dasar atas dilakukannya screening rutin
infeksi salmonellosis pada awak kapal.

6
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecoa ,jenis dan daur hidup

Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral.


Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata
majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga
pasang kaki. Pronotum dan sayap licin, tidak berambut dan tidak bersisik,
berwarna coklat sampai coklat tua, (Putri, 2017)
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, lima jenis yang paling
umum di jumpai yaitu : Periplaneta americana, kecoa Amerika, yang terdapat di
seluruh dunia. Panjang 35-40 mm panjang berwarna coklat mengkilat.
Periplaneta australasiae, kecoa Australia, yang terjadi terutama di daerah tropis
dan subtropis. Hal ini mirip dengan kecoa Amerika, tetapi lebih kecil (31-37mm
panjang) dan gelap Memiliki garis kuning pucat pada setiap sayap depan
memanjang sekitar sepertiga panjangnya. Blatta orientalis, kecoa Oriental,
ditemukan terutama di daerah beriklim dingin. Hal ini kehitaman dan 20-27mm
panjang Supella longipalpa, coklat-banded kecoa, yang terjadi di seluruh dunia.
Hal ini 10-14mm panjang dan memiliki band kuning
Blattella germanica, kecoa Jerman, ditemukan di sebagian besar belahan
dunia. Hal ini coklat muda kekuningan dan 10-15mm panjang, membuatnya
menjadi salah satu kecoak domestik terkecil. Kecoak Jerman (Blattella germanica
L.) semakin sulit dihilangkan karena mereka mengembangkan resistensi silang
terhadap pembasmi pembasmi hama sehingga hamper mustahil untuk
mengendalikan hama ini bahan kimia saja. Fardisi et al., (2019)

7
Gambar.1 Kecoa ( Blattella germanica)
Sumber : WHO.

Gambar 2. Spesies kecoa yang paling umum: (a) kecoa Amerika,


americana Periplaneta; ( b) lian kecoa Austra-, australasiae Periplaneta; (( c)
kecoa Oriental, Blatta orientalis; ( d) brown-banded kecoa, Supella longipalpa; (
e) kecoa Jerman, Blattella Blattella germanica

8
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui
tiga stadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa
yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai
yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan. Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput
keras yang menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai kapsul
telur atau “Ootheca”. Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan
pada tempat tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan kayu
hingga menetas dalam waktu tertentu yang dikenal sebagai masa inkubasi kapsul
telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung
abdomen hingga menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul
telur berbeda menurut spesiesnya.

Gambar. 3
Mereka biasanya hidup berkelompok. Mereka sebagian besar aktif di
malam hari; di siang hari mereka bersembunyi di celah dan retakan di dinding,

9
kusen pintu dan furnitur, dan di tempat-tempat aman di kamar mandi, lemari,
terowongan uap, rumah hewan, ruang bawah tanah, televisi, radio dan perangkat
listrik lainnya, saluran air dan sistem saluran pembuangan. Jika lampu dinyalakan
di dapur penuh di malam hari kecoa akan lari dari piring, peralatan, permukaan
kerja dan lantai fl menuju tempat penampungan.

Gambar. 4
Vektor ini memakan berbagai macam makanan, termasuk semua makanan
yang digunakan untuk konsumsi manusia, Mereka juga mengeluarkan sekresi
mual dari keduanya mulut dan dari kelenjar yang terbuka pada tubuh yang
memberikan serangan bau pada kecoa lainnya ataupun makanan yang
dikunjungi.Mereka bergerak bebas dari gedung ke gedung atau dari saluran air,
kebun, selokan dan jamban untuk tempat tinggal manusia.
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro
organisme patogen. antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain, sehingga
mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara lain Disentri, Diare, Cholera,
Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak ,sebagai inang perantara bagi beberapa
spesies cacing,dan juga dapat menyebabkan reaksi alergi seperti dermatitis.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen. Penularan
penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang
terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh
kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa.

10
2.2. Salmonella sp

Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika,


Klasifikasi salmonella
Domain: Bakteri
Divisi: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria
Memesan: Enterobacteriales
Keluarga: Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Lignières 1900

Sumber : textofbacteriology
Salmonella adalah bakteri jenis gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe
metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob.Termasuk kelompok bakteri
Enterobacteriacea. Ukurannya 2 - 4 mikrometer x 0,5 – 0,8 mikrometer. Sifat
Salmonella antara lain : dapat bergerak, tumbuh pada suasana aerob dan anerob
fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol
dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNA se, fenilalanin deaminase,
urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa. (Su dan
Chiu(2007)

11
Sumber : research gate
Genus Salmonella adalah bagian dari family Enterobacteriaceae.
Taksonomi telah direvisi dan berpotensi membingungkan. Genus terdiri dari dua
spesies, S. bongori dan S. enterica , yang kemudian dibagi menjadi enam
subspesies: S. e. enterica , S. e. salamae , S. e. arizonae , S. e. diarizonae , S. e.
houtenae , dan S. e. indica . Gillespie et al, (2004), Grup taksonomi berisi lebih
dari 2500 serotipe (juga serovar) yang ditentukan berdasarkan somatik O (
lipopolysaccharide ) dan antigen flagellar H (Klasifikasi Kauffman – White ).
Nama lengkap serotipe diberikan sebagai, misalnya, Salmonella enterica subsp.
enterica serotype Typhimurium, tetapi dapat disingkat menjadi Salmonella
Typhimurium. Diferensiasi lebih lanjut dari strain untuk membantu penyelidikan
klinis dan epidemiologis dapat dicapai dengan pengujian sensitivitas antibiotik
dan dengan teknik biologi molekuler lain seperti elektroforesis gel medan
berdenyut , mengetik urutan multilokus , dan, semakin, sekuensing genom
seluruh. Secara historis, salmonella telah dikategorikan secara klinis sebagai
invasif (tifoid) atau noninvasif (nontyphoidal salmonellae) berdasarkan preferensi
inang dan manifestasi penyakit pada manusia

12
2.3 Salmonellasis

Salmonellosis adalah salah satu penyebab diare paling umum di dunia.


Pada 2015, 90.300 kematian terjadi karena salmonellosis nontyphoidal , dan
178.000 kematian akibat salmonellosis tipus. Di Amerika Serikat, sekitar 1,2 juta
kasus dan 450 kematian terjadi akibat salmonellosis nontyphoidal setahun. Di
Eropa, ini adalah penyakit bawaan makanan paling umum kedua setelah
campylobacteriosis .( Hadi T 2017)
Setelah masa inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, bakteri
berkembang biak di usus kecil , menyebabkan peradangan usus ( enteritis ).
Kebanyakan orang dengan salmonellosis mengalami diare, demam, muntah, dan
kram perut 12 hingga 72 jam setelah infeksi. Diare sering encer dan tidak
berdarah tetapi mungkin berlendir dan berdarah. Dalam kebanyakan kasus,
penyakit ini berlangsung empat hingga tujuh hari, dan tidak memerlukan
perawatan. Dalam beberapa kasus, diare mungkin sangat parah sehingga pasien
mengalami dehidrasi berbahaya dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit,
pasien dapat menerima cairan secara intravenauntuk mengobati dehidrasi, dan
dapat diberikan obat-obatan untuk menghilangkan gejala, seperti pengurangan
demam. Dalam kasus yang parah, infeksi Salmonella dapat menyebar dari usus ke
aliran darah, dan kemudian ke situs tubuh lainnya, dan dapat menyebabkan
kematian, kecuali orang tersebut segera diobati dengan antibiotik.
Pada orang dewasa yang sehat, gejalanya bisa ringan. Biasanya, tidak ada
sepsis yang terjadi, tetapi dapat terjadi secara luar biasa sebagai komplikasi pada
immunocompromised . Namun, pada orang yang berisiko seperti bayi, anak kecil,
dan orang tua, infeksi Salmonella bisa menjadi sangat serius, yang menyebabkan
komplikasi. Pengobatan osteomielitis, dalam hal ini, akan menggunakan
fluoroquinolones ( ciprofloxacin, levofloxacin, asam nalidiksat ).Mereka yang
hanya memiliki gejala diare biasanya sembuh sepenuhnya, tetapi kebiasaan buang
air besar mereka mungkin tidak kembali normal selama beberapa bulan.
Demam tifoid terjadi ketika bakteri Salmonella memasuki sistem limfatik
dan menyebabkan bentuk sistemik dari salmonellosis. Endotoksin pertama-tama
bekerja pada alat vaskular dan saraf, menghasilkan peningkatan permeabilitas dan

13
penurunan tonus pembuluh darah, mengganggu pengaturan termal, muntah, dan
diare. Dalam bentuk penyakit yang parah, cairan dan elektrolit yang cukup hilang
untuk mengganggu keseimbangan cairan , menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit , menurunkan volume darah dan tekanan arteri yang bersirkulasi, dan
menyebabkan syok hipovolemik . Syok septik juga dapat terjadi. Kejutan karakter
campuran (dengan tanda-tanda syok hipovolemik dan syok septik) lebih sering
terjadi pada salmonelosis berat. Oliguria dan azotemia berkembang pada kasus
yang parah akibat keterlibatan ginjal akibat hipoksia dan toksemia.

2.4. Bahan Pangan Asal Hewan

Pangan asal hewan dibutuhkan manusia sebagai sumber protein hewani


yang didapat dari susu, daging dan telur. Protein hewani merupakan zat yang
penting bagi tubuh manusia karena mengandung asam amino yang berguna untuk
meningkatkan metabolisme tubuh serta pembakaran energy. (Herawati, 2017)
Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek
daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya
daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan
pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh
sebagaimana pada hasil tanaman. Karakteristik masing-masing bahan pangan
hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging
sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda dengan pangan nabati yang
memiliki kesamaan dalam hal jaringan-jaringan atau komponen-komponen
penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging terletak pada
jaringan lemak, pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada telur
terdapat pada kuning telur.
Daging adalah jaringan hewan ternak atau hewan liar yang berupa otot
seran lintang yang bersih dan segar dan dapat digunakan sebagai bahan makanan
atau produk yang mengandung jaringan hewan. Daging adalah semua jaringan dan
semua produk hasil pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta
tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Jaringan

14
tersebut di antaranya adalah hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas
dan jaringan otot Komariah et al,. (2009) Daging yang tercemar mikroba
berlebihan akan menjadi berlendir, berjamur, daya simpannya menurun, berbau
busuk dan rasa tidak enak, serta menyebabkan gangguan kesehatan bila
dikonsumsi. Beberapa mikroba patogenik yang biasa mencemari daging adalah
E.coli, Salmonella, dan Staphylococcus sp.Kandungan mikroba pada daging dapat
berasal dari peternakan dan rumah potong hewan yang tidak higienis Sugiyoto et
al, (2015)
Ikan dan produknya merupakan makanan boga bahari yang dikonsumsi di
seluruh dunia. Ikan menyediakan protein berkualitas tinggi; 14-16 persen protein
hewani yang dikonsumsi dunia berasal dari ikan. Lebih dari satu miliar penduduk
dunia mengandalkan ikan sebagai sumber protein utama., FAO (2019) Selain
menjadi bahan pangan, ikan dan organisme akuatik lainnya juga diolah menjadi
produk non-pangan.
Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya
akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh.
Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan
sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah
Escherichia coli dan Salmonella sp. serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran
mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air,
debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Proses
keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan sedini mungkin yakni
mulai dari peternakan (farm) hingga daging ayam dikonsumsi (dimeja makan).
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil
seperti telur ikan kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan.

15
2.5 Food borne

Kontaminasi makanan oleh agen mikrobiologis adalah masalah kesehatan


masyarakat di seluruh dunia. Sebagian besar negara telah mendokumentasikan
peningkatan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir dalam insiden
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan, termasuk
patogen seperti Salmonella, dan enterohaemorrhagic Escherichia coli, dan parasit
seperti cryptosporidium dan trematoda
Makanan dapat terkontaminasi pada titik produksi dan distribusi mana
pun, dan tanggung jawab utama terletak pada produsen makanan. Namun
sebagian besar insiden penyakit bawaan makanan disebabkan oleh makanan yang
tidak disiapkan dengan benar atau salah penanganan di rumah, di perusahaan atau
pasar layanan makanan. Tidak semua penjamah makanan dan konsumen
memahami peran yang harus mereka mainkan, seperti mengadopsi praktik
higienis dasar ketika membeli, menjual, dan menyiapkan makanan untuk
melindungi kesehatan mereka dan masyarakat luas .(WHO, 2018)

2.6. Kapal dan awak kapal

Menurut pasal 309 ayat (1) KUHD, “kapal” adalah semua alat berlayar,
apapun nama dan sifatnya. Termasuk didalamnya adalah : kapal karam, mesin
pengeruk lumpur, mesin penyedot pasir, dan alat pengangkut terapung lainnya.
Meskipun nebda-benda tersebut tidak dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri,
namun dapat digolongkan kedalam alat berlayar karena dapat
terapung/mengapung dan bergerak di air.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kapal
adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air,
serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
Kapal yang digunakan baik untuk keperluan transportasi antar pulau
maupun untuk keperluan eksploitasi hasil laut, harus memenuhi peryaratan kelaik

16
lautan, sehingga menjamin keselamatan kapal selama pelayarannya di laut.
Adapun Kelaik Lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang,
status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.(
Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal
oleh pemilik,atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai
dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (UU No.17/2008).
Hak-hak Awak Kapal adalah hak atas upah,jam kerja dan jam istirahat,hak
atas permakanan dan penginapan dikapal,hak atas cuti,hak atas perawatan kalau
sakit dikapal,hak atas angkutan bebas ketempat tujuan dan tempat
asal,kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mendapat
kecelakaan,kesempatan mengembangkan karier
Kewajiban Awak Kapal yaitu mentaati peritah Perusahaan,bekerja sesuai
dengan jangka waktu perjanjian,melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang
ditetapkan,hak perusahaan adalah mempekerjakan pelaut sesuai
perjanjian.Kewajiban Perusahaan adalah memenuhi semua hak pelaut sesuai
perjanjian hak dan kewajiban awak kapal dan pengusaha kapal tercantum dalam
Perjanjian kerja laut.

2.7. Pelabuhan

.Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan


dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat Kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat Barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
Kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi. (UU No.17/2008).
Pelabuhan Menurut Pengelolaan

17
 Pertama, Pelabuhan Umum
Diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang secara teknis
dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP), seperti pelabuhan umum krung
geukuh,dan pelabuhan malahayati
 Kedua, Pelabuhan Khusus
Dikelola untuk kepentingan sendiri sebagai penunjang kegiatan tertentu,
baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan
usaha swasta seperti Pelabuhan laut lhoknga

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada dua pelabuhan laut yang
berlokasi di Aceh Besar, yaitu Pelabuhan Laut Lhoknga dan Pelabuhan Laut Malahayati.
Pemeriksaan sampel Bahan Pangan Asal Hewan dan vektor Kecoa akan dilakukan di
Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada bulan
Oktober 2019.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah, perangkap kecoa,
plastic slip, hand gloves, pinset, cawan petri, ose, lampu spritus, tabung reaksi, erlen
meyer, plastic wrap, inkubator, rak tabung. Bahan yang akan digunakan pada penelitian
ini adalah, Selenite Cystine Broth (SCB), Salmonella Shigela Agara (SSA), Tripel Sugar
Iron Agar (TSIA), Lactose broth, rappapport vasiliadis (RV). Tetra Thionate Broth
(TTB), hectone enteric agar (HEA), xylose lysine deoxycholate agar (XLDA), dan
bismuth sulfite agar (BSA), lysine iron agar (LIA), Simmons sitrat, dan Methl Red Voges
Proskauer (MR-VP).

3.3. Metoe Penelitian

3.3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan jenis penelitian observasional.
Rancangan penelitian ini akan menggunakan pendekatan desain cross sectional.
3.3.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel
Target populasi pada penelitian ini adalah kapal yang bersandar di Pelabuhan
Laut Lhoknga dan Pelabuhan Laut Malahayati. Target sampel penelitian dipilih
berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang akan diambil harus memenuhi
kriteria sebagai berikut : kapal bersandar minimal tiga hari, jenis kapal pengangkut

19
barang, waktu kapal bersandar pada bulan Oktober 2019. Sampel akan didapatkan dari
tiga kapal pada setiap pelabuhan. Sampel yang akan diperiksa berupa bahan pangan asal
hewan (BPAH) dan vektor kecoa pada kapal. Bahan pangan asal hewan yang akan
diperiksa adalah ikan, telur, dan daging ayam.
Besar sampel vektor kecoa yang akan diperiksa sejumlah tiga hingga lima ekor
per kapal. Jumlah sampel BPAH yang akan diperiksa adalah tiga sampel dari setiap kapal.
Teknik pengambilan sampel vektor kecoa dan BPAH dipilih menggunakan teknik
random sampling. Teknik pengambilan sampel kapal dilakukan menggunakan metode
cluster sampling. Kapal yang dipilih berasal dari dua pelabuhan, lalu jenis kapal yang
dipilih adalah kapal pengankut barang.
Teknik pengambilan sampel vektor kecoa akan dilakukan dengan pemasangan
perangkap pada sore hari di beberapa area dalam kapal yaitu dapur, gudang penyimpanan
barang, dan kamar mandi. Perangkap yang berisi vektor kecoa akan diambil kembali pada
pagi hari. Tenik pengambilan sampel BPAH dilakukan dengan mengumpulkan sisa
makanan awak kapal.
3.3.3. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah vektor kecoa yang mengandung Salmonella sp, yang
mempengaruhi variabel terikat yaitu, cemaran Salmonella sp. pada BPAH.
3.3.4. Prosedur Penelitian
3.3.4.1. Pengumpulan Data Kapal
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunderberupa jumlah data kapal di wilayah pelabuhan, serta
suart kelengkapan dari setiap kapal. Data akan diperoleh dari Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Kelas Tiga Banda Aceh.
3.3.4.2. Pengambilan Sampel Vektor Kecoa
Pengumpulan vektor kecoa sebagai sampel dilakukan dengan memasang
perangkap di berbagai area dalam kapal, yaitu dapur, gudang penyimpanan
barang, dan kamar mandi. Metode pembuatan perangkap mengacu pada WHO,
sebagai metode perancangan perangkap kecoa sederhana. Perangkap dibuat
penggunakan toples yang berisi umpan makanan seperti roti. Bagian dalam toples
diolesi minyak agar kecoa yang masuk perangkap tidak dapat keluar dari toples.
Bagian luar toples diberi kertas untuk mempermudah mobilisasi kecoa menuju ke

20
dalam toples. Perangkap akan dipasang pada sore hari, dan akan diambil kembali
pada waktu pagi di keesokan harinya. Sampel vektro kecoa akan diambil
menggunakan pinset, lalu dimasukkan ke dalam plastic slip, kemudian dibawa ke
laboratorium.
3.3.4.3. Pengambilan Sampel Bahan Pangan Asal Hewan (BPAH)
Pengambilan sampel BPAH dilakukan setelah awak kapal selesai
memakan makanan yang bersumber dari hewan. Jenis sampel BPAH yang akan
diambil adalah telur, ikan, dan daging ayam. Sampel yang didapatkan dari setiap
kapal berjumlah tiga sampel yang selanjutnya dimasukkan kedalam plastic slip.
Sampel yang didapatkan akan segara dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
analisis.
3.3.4.4. Pemeriksaan Salmonella sp. Pada Vektor Kecoa dan Pada BPAH
Pengujian pertama yang harus dilakukan pada sampel BPAH adalah uji
total plate count (TPC). Metode TPC dan identifikasi Salmonella sp. dilakukan
dengan mengacu pada SNI nomor 2897 tahun 2008 mengenai metode pengujian
cemaran mikroba dalam daging, telur, dan susu, serta hasil olahannya. Uji TPC
dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terkandung di dalam sampel
dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri yang berhasil tumbuh pada media
agar. 25 gram daging dimasukkan kedalam wadah plastik yang berisi 225 ml
buffer pepton water (BPW), lalu distomacher selama 1-2 menit. Suspensi tersebu
merupakan larutan dengan pengenceran 10-1. 1 ml suspensi 10-1 dipindahkan ke
dalam 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Tahapan untuk
mendapatkan pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5, dilakukan dengan metode yang
sama dengan pengenceran 10-2. Setiap tabung yang berisi pengenceran berbeda,
dipindahkan ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml. Cawan petri tersebut
selanjutnya diisi dengan 20 ml PCA, lalu diikubasi pada suhu 34-36ºC selama 24
jam, dengan posisi cawan terbalik.
Pertumbuhan Salmonella sp. pada media selektif dilakukan dengan
tahapan pre-enrichment, dan enrichment, serta dilanjutkan dengan metode uji
biokimia. Pada tahap pra enrinchment, 25 gram sampel makanan dicampurkan
dengan 225 ml larutan Lactose broth, lalu distomacher selama 1-2 menit.

21
Selanjutnya suspensi dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan diinkubasikan pada
suhu 35ºC selama 24 jam. kedalam erlenmeyer steril. Selanjutnya dilakukan
proses enrichment dengan memindahkan masing-masing 1 ml suspensi kedalam
10 ml media Tetra Thionate Broth (TTB), dan 0,1 ml dipindahkan de dalam 10 ml
rappapport vasiliadis (RV). Campuran pada media RV diikubasi pada suhu 42ºC
selama 24 jam, sedangkan campuran suspensi dengan media TTB diinkubasikan
pada suhu 43ºC selama 24 jam.
Metode isolasi dan identifikasi Salmonella sp. dilakukan dengan
mengambil dua atau lebih koloni dengan ose dari masing-masing media
enrichment yang telah diinkubasikan, lalu diinokulasikan pada media hectone
enteric agar (HEA), xylose lysine deoxycholate agar (XLDA), dan bismuth sulfite
agar (BSA), setelahnya inkubasikan kembali pada suhu 35ºC selama 24 jam.
Amati koloni Salmonella sp. pada media HEA, jika berwarna hijau kebiruan
dengan atau tanpa titik hitam. Pada media XLDA, koloni akan terlihat merah
muda, atau terlihat hampir seluruh koloni berwarna hitam. Pada media BSA,
koloni akan terlihat berwarna keabuan datu kehitaman.
Setelah dilakukan identifikasi di atas, selanjutnya koloni dari ketiga media
tersebut diinokulasikan pada media triper iron sugar agar (TSIA), dan lysine iron
agar (LIA). Setelah inkubasi pada suhu 35ºC selama 24 jam, koloni yang tumbuh
diamati dan dicocokkan dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil uji Salmonella sp pada TSIA dan LIA
Agar miring Dasar agar
Media H2 S
(Slant) (Buttom)
Alkaline Asam
TSIA Positif (hitam)
(merah) (kuning)
Alkaline Alkaline
LIA Positif (hitam)
(ungu) (ungu)

Uji biokimia yang akan dilakukan adalah uji IMVic ( Indol, Methyl Red-
Voges Proskauler, Simons’s citrate agar, Sulfit Indol Motility, dan Tripel sugar
iron agar) . Uji manitol, glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa dilakukan dengan
penanaman pada media tersebut, lalu diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu
37ºC. Uji Methyl Red-Voges Proskauler (MR-VP) dilakukan dengan,

22
menambahkan reagen methyl red pada uji MR, dan penambahan reagen KOH dan
α-Naptol masa inkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC.
Pemeriksaan Salmonella sp. pada vektor kecoa dilakukan dengan merujuk
kepada metode yang dilakukan Fatgpour et al. (2003). Sampel kecoa dieutanasi
menggunakan dietil ether, dengan memasukkan dietil ether yang dituang ke kapas
dan dimasukkan kedalam wadah berisi kecoa. Setelahnya saluran pencernaan
kecoa diambil melalui proses pembedahan, lalu dimasukkan kedalam media
selenite broth (SB). Sebagai tahapan enrichment, suspensi tersebut diikubasi pada
suhu 37ºC selama 6-24 jam. Setelah dilakukan enrichment, suspensi di ambil
menggunakan ose lalu dipindahkan ke media SSA, dan eosin methylene blue
(EMB). Media diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam. Hasil positif dapat
diamati dengan melihat keberadaan koloni berwarna hitam pada media SSA, serta
keberadaan koloni berwarna putih pada media EMB. Untuk uji identifikasi lebih
lanjut, dilakukan uji biokimia seperti yang telah dijelaskan di atas.

3.5. Alur Penelitian

Pengurusan Izin Penelitian

Survey lapangan

Pengumpulan Data Kapal

Pengambilan Sampel Vektor Kecoa dan BPAH

Sampel Dibawa Ke Laboratorium

Pemeriksaan sampel di Laboratorium

Pengolahan Data

23
3.6. Analisis Data

Data yang didapatkan akan dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson


untuk melihat hubungan antara keberadaan Salmonella sp. pada vektor kecoa
terhadap pencemaran Salmonella sp. pada BPAH. Data akan dianalisis dengan
software SPSS v 23.0.

24
Daftar Pustaka

Clark M,A., and Barret E.L Juni 1987. Gen phs dan produksi hidrogen sulfida
oleh Salmonella typhimurium. Journal Bakteriologi . 169 (6): 2391–2397.
Eki Septiani Putri, 2017, efektivitas daun citrus hystrix dan daun syzygium
polyanthum sebagai zat penolak alami periplaneta americana, HIGEIA 1
(4) ,hal 154-162.
Fàbrega A, Vila J 2013. "Salmonella enterica serovar Typhimurium skills to
succeed in the host: virulence and regulation". Clinical Microbiology
Reviews. 26 (2): 308–38..
FAO , 2019, Consumption of Fish and Fishery Products
http://www.fao.org/fishery/statistics/global-consumption/en [01juli2019]
Farah Ghina Arifah, Retno Hestiningsih, Rully Rahadian,2016, Preferensi Kecoak
Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria : Blattidae) terhadap Baiting
Gel, Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 4, hal 289-298
Fsis 2013 Salmonella Preguntas y Respuestas,
https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/informational/enespanol/hojasinform
ativas/enfermedades-por-alimentos/salmonella-preguntas respuestas/
salmonella-preguntas-y-respuestas [30 06 2019]
Gal-Mor O, Boyle EC, Grassl GA 2014. Same species, different diseases: how
and why typhoidal and non-typhoidal Salmonella enterica serovars differ
Frontiers in Microbiology. 5: 391.
Geo F Brooks , Karen C Carroll , Janet S Butel , Stephen A Morse
Publisher:McGraw-Hill, Jawetz, Melnick & Adelberg’s 2007 Medical
Microbiology Sultan Qaboos Univ Med J
Gillespie SH, Hawkey PM 2006. Principles and practice of clinical bacteriology,
NJ: John Wiley & Sons.
Hald, T. (2013). Advances in microbial food safety 2 Pathogen update:
Salmonella. ELSEVIER INC
Indonesia, 2008, UU No.17/2008 tentang pelayaran
Intan Aulia Putri Tri Joko , Nikie Astorina Y. D, 2017, evaluasi sanitasi dan
keberadaan vektor pada kapal barang dan kapal penumpang di pelabuhan
tangjung emas semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat (5), hal 677-689
Komariah, Sri Rahayu, dan Sarjito, 2009, sifat fisik daging sapi, kerbau dan
domba pada lama postmortem yang berbeda, Buletin Peternakan. 33(3):
183-189

25
Mahsa Fardisi, Ameya D.Gondhalekar , Aaron R.Ashbrook & Michael E. Scharf,
2019, Rapid evolutionary responses to insecticide resistance management
interventions by the German cockroach (Blattella germanica L.), Scientific
Reports | (2019) 9:8292
Marianne D. Miliotis Jeffrey W. Bier, 2004 International Handbook Of
Foodborne Pathogens , MARCEL DEKKER, INC
Ojiezeh Tony Ifeanyi, Ogundipe Olawumi Odunayo, Microbiology of
Cockroaches - A Public Health Concern, Volume : 4 April 2015
Ryan, KJ dan Ray, CG 2004 Mikrobiologi medis Sherris. McGraw Hill, hal : 551-
552
Su LH, Chiu CH 2007. "Salmonella: clinical importance and evolution of
nomenclature". Chang Gung Medical Journal. PMID 17760271 vol 30
(3): 210–219.
Sugiyoto, Kusuma Adhianto , Veronica Wanniati, 2015, kandungan mikroba pada
daging sapi dari beberapa pasar tradisional di bandar lampung, JIPT Vol.
3: 27-30
Tortora GA 2008. Microbiology: An Introduction] (9th ed.). NCBI Pearson. pp.
323–324..
WHO 2018 Vaccine and Health :
https://www.who.int/immunization/diseases/typhoid/en/: [29 juni 2019]
WHO 2019, food safety , https://www.who.int/en/news-room/fact-
sheets/detail/food-safety [3 juli 2019]
WHO, 2018, Food safety/ microbiology risk
https://www.who.int/foodsaffoodety/areas_work/microbiological-risks/en/
[03Juli2019]
Yudi Prastowo, 2016 Keracunan Makanan
http://kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id di [29 juni 2019]

26

Anda mungkin juga menyukai