Disusun oleh:
dr. Yuniarty Suleman
Pembimbing:
dr. Sefry M. Pantow, SpA
Pendamping:
dr. Jimmy B. Moningkey
Pasien kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak 1x,
lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh kaku. Saat
kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang anak kembali sadar. Pasien demam sejak 1
hari yang lalu. Keluhan muntah atau mulut bebusa disangkal.
2. RiwayatPengobatan :
Anak sudah minum sanmol keluhan tidak berkurang dan langsung dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
2 bulan yang lalu anak panas dan kejang sebanyak 1x. Ibu mengatakan lamanya kejang
kira-kira 10 menit. Tubuh anak saat kejang kaku. Saat kejang anak tidak sadar. Sebelum dan
sesudah kejang anak kembali sadar.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama namun sudah menghilang. Riwayat
Epilepsi disangkal.
5. Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
7. Riwayat Kelahiran :
Anak lahir normal pervaginam dengan terminasi, lahir tunggal, langsung menangis usia
kehamilan 38 minggu, tidak ada cacat kongenital, BBL 3500 gram PBL 50 cm.
8. Riwayat Makan :
Anak minum ASI sampai umur 1 bulan karena ASI ibu tidak keluar lagi. Anak diberikan
susu formula dan makanan tambahan berupa bubur, biscuit, dan buah-buahan sejak umur 6
bulan.
9. Riwayat Perkembangan :
Motorik kasar : Bisa tengkurap usia 4 bulan
Merangkak usia 7 bulan
DASAR
BCG 1x, saat usia 2 bulan
BAB I
IDENTITAS
Nama : An. M R
Usia : 1 tahun 3 bulan
Nama Ibu : Ny. M D
Umur Ibu : 27 tahun
Pendidikan Ibu : D3
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Telaga Gorontalo
No. RM : 03.33.31
Masuk RS tanggal : 09 Agustus 2018 pkl 09.00 WITA
lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh kaku. Saat
kejang tubuh anak demam. Saat kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang anak kembali
sadar. Anak demam sejak 1 hari yang lalu. Keluhan muntah atau mulut berbusa disangkal.
2 bulan yang lalu anak panas dan kejang sebanyak 1x. Ibu mengatakan lamanya kejang
kira-kira 10 menit. Tubuh anak saat kejang kaku. Saat kejang anak tidak sadar. Sebelum
Ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama namun sudah menghilang.
Riwayat Epilepsi disangkal.
Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat; tidak ada alergi cuaca, debu; tidak ada alergi makanan (telur, susu,
udang)
Riwayat Pengobatan
Anak sudah minum sanmol keluhan tidak berkurang dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Riwayat Kehamilan Ibu
Kunjungan ANC teratur di bidan sebanyak 9 kali. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan atau
Riwayat Kelahiran
Anak lahir normal pervaginam dengan terminasi, lahir tunggal, langsung menangis usia
kehamilan 38 minggu, tidak ada cacat kongenital, BBL 3500 gram PBL 50 cm.
Riwayat Makanan
Anak minum ASI sampai umur 1 bulan karena ASI ibu tidak keluar lagi. Anak diberikan
susu formula dan makanan tambahan berupa bubur, biscuit, dan buah-buahan sejak umur 6
bulan.
Riwayat perkembangan
Motorik kasar : Bisa tengkurap usia 4 bulan
Merangkak usia 7 bulan
Bisa berjalan usia 14 bulan
Motorik halus : Bisa mengambil benda usia 3 bulan
Bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain usia 6 bulan
Bicara : Mengoceh usia 4 bulan
Bisa memanggil mama-papa usia 10 bulan
Bicara 3-4 kata usia 14 bulan
Riwayat Imunisasi
DASAR
Tanda Vital
Tekanan darah : -
Antropometri
PB : 80 cm
BB : 11 kg
Status gizi
Status General
Kulit : Sawo matang, tidak sianosis, ikerus pada kulit (-), pucat pada
telapak tangan dan kaki (-), ruam kemerahan pada kulit (+),
Kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran KGB pada daerah axilla, leher,
Kepala : Normocephal
Ubun - ubun : Sudah menutup. UUB menonjol (-), UUB cekung (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-),
hidung bagian luar tidak ada kelainan, pernapasan cuping hidung (-).
Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), coated tongue (-), lidah
Paru
Inspeksi : Simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernapas, retraksi dinding dada (-), scar (-), otot
Jantung
Abdomen
Genitalia :
Alat kelamin tidak ada kelainan. Keluhan saat BAK disangkal. BAK 1 hari
@4x,warna kekuningan.
Extremitas
Atas : Akral hangat, peteki(-/-), edema (-/-), pucat (-), rct < 2 detik.
Bawah : Akral hangat, peteki(-/-), edema (-/-), pucat (-), rct < 2 detik.
Aktif, Tidak ada Aktif, tidak ada Aktif, Tidak ada Aktif, Tidak
Gerakan
hambatan hambatan hambatan ada hambatan
Baik, Ada
Tonus Baik, Ada tahanan Baik, ada tahanan Baik, Ada tahanan
tahanan
Tidak ada
Clonus Tidak ada clonus Tidak ada clonus Tidak ada clonus
clonus
Refleks
Baik Baik Baik Baik
Fisiologis
Refleks
Babinski (-) Babinski (-) Hoffman (-) Hoffman (-)
Patologis
Pemeriksaan Laboratorium:
Pasien dengan kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi
sebanyak 1x, lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh
kaku. Saat kejang tubuh anak demam. Saat kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang
anak kembali sadar. Anak demam sejak 1 hari yang lalu naik turun. Dua bulan yang lalu anak
mengalami hal yang sama yaitu kejang. Kejang terjadi Selama kurang lebih 10 menit, saat itu
anak demam. Di keluarga, ibu pernah mengalami hal yang sama, riwayat epilepsi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik suhu tubuuh 38,8°C, pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
DIAGNOSIS
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 2 x 550mg iv
O Suhu : 37,3oC
Ceftriaxone 2 x 550mg iv
O Suhu : 36,4oC
Ceftriaxone 2 x 550mg iv
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebreal yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang
demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, dapat disebabkan oleh kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersamaan dengan demam.
2. Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik ,dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80%
diantara seluruh kejang demam.
Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari dari 1 kali dalam 24 jam.
3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan energy yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa
dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut diperlukan oksigen yang
disediakan melalui perantaraan paru-paru.Oksigen dari paru-paru ini diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskular. Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh
suatu membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan luar.
Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh ion Klorida (Cl).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na
KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran tadi dapat
berubah karena adanya: perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang
datang mendadak seperti rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, dan
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak usia 3
tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion
Natrium melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga terjadilah
kejang
4. Pemeriksaan Penunjang
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer, elektrolit dan gula darah. Pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan atau
menegakkan diagnosis meningitis. Pada kejang didahului demam apabila umur < 12 bulan:
Harus dilakukan pungsi lumbal, karena gajala meningitis mungkin sulit dinilai. Umur 12 – 18
bulan : Bila ragu-ragu mengenai ada tidaknya meningitis dianjurkan pungsi lumbal. Umur > 18
bulan : Tidak di anjurkan kecuali ada gejala meningitis. Elektroensefalografi (EEG) tidak
direkomendasikan pada kejang demam sederhana, hasil EEG pada kejang demam tidak berguna
menentukan ada tidaknya kelainan organik. Pencitraan (CT-s can atau MRI kepala) dilakukan
bila adanya kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,
papiledema.
5. Tatalaksana
Pada anak yang sedang mengalami kejang, penderita dimiringkan agar jangan terjadi
aspirasi ludah atau lender dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, agar suplai oksigen
tetap terjamin, bila perlu diberikan oksigen. Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah,
kesadaran perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi harus segera diturunkan dengan
kompres dan pemberian antipietik. Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam, dengan dosis intravena 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12
mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Dirumah, orang tua dapat
menggunakan diazepam rektal dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7.5 mg untuk anak diatas usia 3
tahun.
Bila kejang belum berhenti, diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit
Bila masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan
Bila kejang belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 20
mg/kg/kali kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti, dosis selanjutnya 4 – 8 mg /kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal
Bila kejang belum berhenti, pasien dirawat diruang rawat intensif. Bila kejang telah
berhenti, harus ditentukan apakah perlu pengobatan profilaksis atau tidak tergantung
jenis kejang demam dan faktor risiko yang ada pada anak tersebut.
PEMBERIAN OBAT PADA SAAT DEMAM
Antipiretik
terjadinya kejang demam, namun antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30 – 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rectal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38ºC, Fenobarbital,
karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang
demam. Pemberian obat rumat diindikasi bila kejang demam menunjukkan salah satu
dari hal berikut : kejang lama > 15 menit, kejangnya fokal, adanya kelainan neurologis
yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis, cerebral palsy,
2x/lebih dalam satu hari, kejang pada umur < 1 tahun, dan kejang sangat sering ≥ 4 kali
(4–5 mg/kg/hari) atau asam valproat (20–40 mg/kg/hari) efektif menurunkan risiko
dan kepandaian tidak pernah dilaporkan pada pasien yang sebelumnya normal.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 3 bulan dengan berat badan 11 kg, dari
anamnesa didapatkan keluhan kejang sebanyak 1x berdurasi < 10 menit pada pagi hari 2 jam
SMRS yang didahului dengan demam. Kejang saat ini bukan merupakan kejang yang pertama
kali karena 2 bulan sebelumnya pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam dan
kejang sebanyak 1x berdurasi kurang lebih 10 menit, tubuh pasien kaku. Kejang pada pasien
bersifat tonik, mata melotot ke atas. Pasien dalam keadaan tidak sadar saat kejang dan setelah
kejang pasien kembali sadar. Diagnosis kejang demam sederhana ditegakkan pada pasien ini atas
dasar intensitas kejang yang berlangsung < 15 menit serta frekuensi kejang yaitu sebanyak 1x
dalam 1 hari. Demam terjadi 1 hari SMRS, orangtua tidak tahu suhu anak saat itu karena tidak
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan suhu tubuh 38,80C. Pemeriksaan refleks meningeal
dengan hasil negatif menunjukkan tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen.
leukosit dengan nilai 12.000 /uL yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang
Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam sederhana adalah epilepsi yang diprovokasi
demam dan meningoensefalitis. Ada pun perbedaan antara kejang demam kompleks dengan
kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4
kali / tahun, dan hasil pemeriksaan EEG setelah tidak demam adalah abnormal.
Perbedaan kejang demam sederhana dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai
demam. Epilepsi bisa disebabkan karena terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-
sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita
epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap
cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam.
Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat
Meningitis
Terdapat kelainan pada otak yang dapat ditandai dengan refleks patologis dan refleks
meningeal yang positif, EEG abnormal, kejang berulang, tekanan intrakranial yang
Pada kasus ini penatalaksanaan Infus cairan Ringer Laktat diberikan karena keadaan
demam bisa menyebabkan dehidrasi pada pasien. Cairan ini digunakan karena bersifat isotonis,
maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi
Pada terapi, obat yang diberikan adalah diazepam, yang berguna sebagai antikonvulsan
untuk mengatasi kejang. Selain itu juga diberikan obat ceftriaxone, paracetamol, agar infeksi
yang menyebab keluhan demam yang dapat menyebabkan kejang dapat dihindari.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil laboratorium dapat disimpulkan pasien
menderita Kejang Demam Sederhana. Pengobatan sesuai indikasi : antipiretik, diazepam
intravena, dizepam oral.
SARAN