Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ILMU KESEHATAN ANAK


KEJANG DEMAM SEDERHANA
Disusun untuk memenuhi tugas Dokter Internship di Rumah Sakit Islam
Kota Gorontalo

Disusun oleh:
dr. Yuniarty Suleman

Pembimbing:
dr. Sefry M. Pantow, SpA
Pendamping:
dr. Jimmy B. Moningkey

DINAS KESEHATAN KOTA GORONTALO


RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
2018
PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP RSI GORONTALO
KASUS MEDIK

Topik : Kejang Demam Sederhana


Presenter :
Tanggal MRS : 09 Agustus 2018
dr. Yuniarty Suleman
Tanggal Periksa : 09 Agustus 2018
Pendamping :
Tanggal Presentasi : -
dr. Jimmy B. Moningkey
Tempat Presentasi : -
Objektif Presentasi : Keilmuan, Pemecahan Masalah, Diagnostik
□ Neonatus □ Bayi √ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Anak laki-laki usia 1 tahun 3 bulan, datang dengan kejang 2 jam SMRS dan
dibawa ke UGD RSI Gorontalo. Kejang terjadi sebanyak 1x, lamanya kejang <
□ Deskripsi :
10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh kaku. Saat kejang
tubuh anak demam.
Memaparkan kasus medik yang telah ditangani di UGD. Mengumpulkan referensi
□ Tujuan : ilmiah untuk menghadapi kasus yang didapatkan. Menyelesaikan kasus yang
dihadapi dengan solusi yang terbaik
Bahan
 Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan :
Cara  Presentasi dan
 Diskusi  E-Mail  Pos
Membahas : Diskusi
Data Pasien : An. MR / Laki-laki / 1 tahun 3 bulan No. Registrasi : 03.33.31
Nama RS : RS Islam Kota Gorontalo Telp : (0435) 823242 Terdaftar sejak : 09-07-2018
Data Utama Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/ GambaranKlinis:

Pasien kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak 1x,
lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh kaku. Saat
kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang anak kembali sadar. Pasien demam sejak 1
hari yang lalu. Keluhan muntah atau mulut bebusa disangkal.
2. RiwayatPengobatan :
Anak sudah minum sanmol keluhan tidak berkurang dan langsung dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
2 bulan yang lalu anak panas dan kejang sebanyak 1x. Ibu mengatakan lamanya kejang
kira-kira 10 menit. Tubuh anak saat kejang kaku. Saat kejang anak tidak sadar. Sebelum dan
sesudah kejang anak kembali sadar.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama namun sudah menghilang. Riwayat
Epilepsi disangkal.
5. Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi

6. Riwayat Kehamilan Ibu :


Kunjungan ANC teratur di bidan sebanyak 9 kali. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan atau
jamu selama masa kehamilan,usia kehamilan ibu adalah 38 minggu.

7. Riwayat Kelahiran :
Anak lahir normal pervaginam dengan terminasi, lahir tunggal, langsung menangis usia
kehamilan 38 minggu, tidak ada cacat kongenital, BBL 3500 gram PBL 50 cm.

8. Riwayat Makan :
Anak minum ASI sampai umur 1 bulan karena ASI ibu tidak keluar lagi. Anak diberikan
susu formula dan makanan tambahan berupa bubur, biscuit, dan buah-buahan sejak umur 6
bulan.
9. Riwayat Perkembangan :
Motorik kasar : Bisa tengkurap usia 4 bulan
Merangkak usia 7 bulan

Bisa berjalan usia 14 bulan

Motorik halus : Bisa mengambil benda usia 3 bulan


Bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain usia 6 bulan

Bicara : Mengoceh usia 4 bulan


Bisa memanggil mama-papa usia 10 bulan

Bicara 3-4 kata usia 14 bulan

Sosial : Mengenal ibunya usia 3 bulan


Bermain cilukba usia 4 bulan

Takut terhadap orang asing usia 6 bulan

10. Riwayat Imunisasi :

DASAR
BCG 1x, saat usia 2 bulan

DPT 3 x, saat usia 2,4,6 bulan

POLIO 4x, saat usia 0,2,4,6bulan

HEPATITIS B 3x, saat usia 0,1,6 bulan

CAMPAK 1x saat usia 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal pemberian.


Daftar Pustaka :
1. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016.
2. Kimia A, Ben-Joseph EP, Rudloe T, Capraro A, Sarco D, Hummel D, Johnston P, Harper
MB. Yield of Lumbar Puncture Among Children Who Present With Their First Complex
Febrile Seizure. Pediatrics 2010;126;62-69.
3. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak :
Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.
4. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric Emergency
Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London 2010.
5. Pudjiadi, Antonius H, dkk, Pedoman Pelayan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia:
Kejang Demam, jilid 1, hlm. 150-153, Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta 2010.
6. Kejang Demam,Guideline http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?FNM=10899.
7. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004
http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
8. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

9. Mansjoer, A; Suprohaita; Wardhan, W.I; Setiowulan, W. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.


Edisi Ketiga. Media Aesculapius. FK UI. Jakarta: 2000; Hal 434-437.
10. Short, Jhon R; Gray, J.P; Dodge, J.A. Ikhtisar Penyakit Anak. Edisi Keenam. Jilid Dua.
Binarupa Aksara. Jakarta: 1994; hal 62-63.
11. Pusponegoro, H.D, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: 2004; Hal 210-211.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Kejang Demam Sederhana
2. Patofisiologi Kejang Demam Sederhana
3. Penatalaksanaan Kejang Demam Sederhana

BAB I

IDENTITAS

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. M R
Usia : 1 tahun 3 bulan
Nama Ibu : Ny. M D
Umur Ibu : 27 tahun
Pendidikan Ibu : D3
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Telaga Gorontalo
No. RM : 03.33.31
Masuk RS tanggal : 09 Agustus 2018 pkl 09.00 WITA

I.2 ANAMNESA ( Alloanamnesis : ibu pasien ) 09 Agustus 2018


Keluhan utama
Kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak 1x,

lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh kaku. Saat

kejang tubuh anak demam. Saat kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang anak kembali

sadar. Anak demam sejak 1 hari yang lalu. Keluhan muntah atau mulut berbusa disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

 2 bulan yang lalu anak panas dan kejang sebanyak 1x. Ibu mengatakan lamanya kejang

kira-kira 10 menit. Tubuh anak saat kejang kaku. Saat kejang anak tidak sadar. Sebelum

dan sesudah kejang anak kembali sadar.

Riwayat Penyakit Keluarga

 Ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama namun sudah menghilang.
 Riwayat Epilepsi disangkal.

Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat; tidak ada alergi cuaca, debu; tidak ada alergi makanan (telur, susu,

udang)

Riwayat Pengobatan

Anak sudah minum sanmol keluhan tidak berkurang dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Riwayat Kehamilan Ibu
Kunjungan ANC teratur di bidan sebanyak 9 kali. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan atau

jamu selama masa kehamilan,usia kehamilan ibu adalah 38 minggu.

Riwayat Kelahiran

Anak lahir normal pervaginam dengan terminasi, lahir tunggal, langsung menangis usia

kehamilan 38 minggu, tidak ada cacat kongenital, BBL 3500 gram PBL 50 cm.

Riwayat Makanan
 Anak minum ASI sampai umur 1 bulan karena ASI ibu tidak keluar lagi. Anak diberikan

susu formula dan makanan tambahan berupa bubur, biscuit, dan buah-buahan sejak umur 6

bulan.

Riwayat perkembangan
 Motorik kasar : Bisa tengkurap usia 4 bulan
Merangkak usia 7 bulan
Bisa berjalan usia 14 bulan
 Motorik halus : Bisa mengambil benda usia 3 bulan
Bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain usia 6 bulan
 Bicara : Mengoceh usia 4 bulan
Bisa memanggil mama-papa usia 10 bulan
Bicara 3-4 kata usia 14 bulan

 Sosial : Mengenal ibunya usia 3 bulan


Bermain cilukba usia 4 bulan
Takut terhadap orang asing usia 6 bulan

Riwayat Imunisasi

DASAR

BCG 1x, saat usia 2 bulan

DPT 3 x, saat usia 2,4,6 bulan

POLIO 4x, saat usia 0,2,4,6bulan


HEPATITIS B 3x, saat usia 0,1,6 bulan

CAMPAK 1x saat usia 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal pemberian.

I.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

Suhu : 38,8oC, pengukuran suhu di ketiak.

Tekanan darah : -

Denyut nadi : 96x/menit, reguler, kuat angkat.

Frek. napas : 24x/menit, normal, abdominal

Antropometri

PB : 80 cm

BB : 11 kg

Status gizi

BB/U : 11/10,5 x 100% = 100% Gizi baik

TB/U : 80/78x 100% = 100% Tinggi Normal

BB/TB : 11/11 x 100% = 100% Normal

Kesan : gizi baik menurut ( BB/TB ) berdasarkan NCHS 2000

Status General
Kulit : Sawo matang, tidak sianosis, ikerus pada kulit (-), pucat pada

telapak tangan dan kaki (-), ruam kemerahan pada kulit (+),

edema (-), turgor kembali < 2 dtk.

Kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran KGB pada daerah axilla, leher,

inguinal dan submandibula, nyeri tekan (-).

Kepala : Normocephal

Ubun - ubun : Sudah menutup. UUB menonjol (-), UUB cekung (-)

Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata dan tidak mudah rontok.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera

ikterik (-), refleks pupil (+), diameter 3 mm, isokor kanan-kiri.

eksoftalmos dan enoftalmos (-), edema palpebra (-), pergerakan mata

ke segala arah baik.

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-),

hidung bagian luar tidak ada kelainan, pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), coated tongue (-), lidah

kotor (-) hiperemis (-)

Gigi : Gusi berdarah (-), karies gigi (-)

Faring : Faring hiperemis (-)

Telinga : Normotia, nyeri tekan (-/-), serumen (-/-), darah (-/-),

pendengaran baik (+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Paru
 Inspeksi : Simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang

tertinggal saat bernapas, retraksi dinding dada (-), scar (-), otot

bantu pernapasan (-).


 Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada

bagian dada yang tertinggal saat bernapas.


 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi: Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing(-)

Jantung

 Inspeksi : Iictus cordis tidak terlihat


 Palpasi : Ictus cordis teraba di ics 4 linea midclavicularis sinistra
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan I regular, mur-mur (-),Gallop (-)

Abdomen

 Inspeksi : Distensi abdomen (-), scar (-), peteki (-)


 Auskultasi : Bising usus (+) @8x/mnt
 Palpasi : Hepatomegali (-), splenomegali (-). Nyeri tekan ulu hati (-)
 Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)

Genitalia :

Alat kelamin tidak ada kelainan. Keluhan saat BAK disangkal. BAK 1 hari

@4x,warna kekuningan.

Extremitas

Atas : Akral hangat, peteki(-/-), edema (-/-), pucat (-), rct < 2 detik.

Bawah : Akral hangat, peteki(-/-), edema (-/-), pucat (-), rct < 2 detik.

Otot : Tidak ada spasme otot.

Tulang : Deformitas (-), nyeri tekan (-).

Sendi : Nyeri tekan (-), kemerahan (-).


Tungkai Kanan Tungkai Kiri Lengan Kanan Lengan Kiri

Aktif, Tidak ada Aktif, tidak ada Aktif, Tidak ada Aktif, Tidak
Gerakan
hambatan hambatan hambatan ada hambatan

Baik, Ada
Tonus Baik, Ada tahanan Baik, ada tahanan Baik, Ada tahanan
tahanan

Trofi Tidak atrofi Tidak atrofi Tidak atrofi Tidak Atrofi

Tidak ada
Clonus Tidak ada clonus Tidak ada clonus Tidak ada clonus
clonus
Refleks
Baik Baik Baik Baik
Fisiologis

Refleks
Babinski (-) Babinski (-) Hoffman (-) Hoffman (-)
Patologis

M. Sign Kaku kuduk, Brudzinski I, Brudzinski II, dan Kernig negatif


Sensibilitas Respon (+) Respon (+) Respon (+) Respon (+)

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium:

Tanggal 09 Agustus 2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Darah rutin:

hemoglobin 10,0 11 – 17,0 g/dL

hematokrit 27,9 35,0 - 55,0 %

leukosit 12.000 5.000 - 10.000 sel/mm3

trombosit 199.000 150.000 - 450.000 sel/mm3


Resume

Pasien dengan kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi

sebanyak 1x, lamanya kejang < 10 menit. Saat kejang mata anak melotot dan seluruh tubuh

kaku. Saat kejang tubuh anak demam. Saat kejang anak tidak sadar, namun setelah kejang

anak kembali sadar. Anak demam sejak 1 hari yang lalu naik turun. Dua bulan yang lalu anak

mengalami hal yang sama yaitu kejang. Kejang terjadi Selama kurang lebih 10 menit, saat itu

anak demam. Di keluarga, ibu pernah mengalami hal yang sama, riwayat epilepsi disangkal.

Pada pemeriksaan fisik suhu tubuuh 38,8°C, pada pemeriksaan darah rutin didapatkan

leukosit meningkat yaitu 12.000 sel/mm3.

DIAGNOSIS

Kejang Demam Sederhana

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

- Epilepsi yang diprovokasi demam


- Meningitis

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 12-14 tpm

Paracetamol drips 120mg iv bila suhu badan > 38,50C

Diazepam 3,5mg iv (bila kejang)

Ceftriaxone 2 x 550mg iv

Paracetamol syrup 3 x I cth

Diazepam 3 x 3,5 mg pulv


PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
FOLLOW UP

10 Agustus 2018 S Kejang (-) Demam (+)

O Suhu : 37,3oC

Denyut nadi : 90x/ menit

Frek. napas : 26x/ menit


A Kejang Demam Sederhana

IVFD RL 12-14 tpm

Paracetamol drips 120mg iv bila suhu badan > 38,50C

Diazepam 3,5mg iv (bila kejang)

Ceftriaxone 2 x 550mg iv

Paracetamol syrup 3 x I cth

Diazepam 3 x 3,5 mg Pulv

11 Agustus 2018 S Kejang (-) Demam(-)

O Suhu : 36,4oC

Denyut nadi : 96x/ menit

Frek. napas : 24x/ menit


A Kejang Demam Sederhana
P

IVFD RL 12-14 tpm

Paracetamol drips 120mg iv bila suhu badan > 38,50C

Diazepam 3,5mg iv (bila kejang)

Ceftriaxone 2 x 550mg iv

Paracetamol syrup 3 x I cth (k/p)

Diazepam 3 x 3,5 mg pulv

Rencana pulang, Cefixime syr 2 x 1/2 cth


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebreal yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang
demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, dapat disebabkan oleh kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersamaan dengan demam.

2. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Kejang demam Sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik ,dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80%
diantara seluruh kejang demam.

b. Kejang demam Kompleks

Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari dari 1 kali dalam 24 jam.
3. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan energy yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa

dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut diperlukan oksigen yang

disediakan melalui perantaraan paru-paru.Oksigen dari paru-paru ini diteruskan ke otak melalui

sistem kardiovaskular. Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh

suatu membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan luar.

Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat ionik.

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium (K+) dan

sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh ion Klorida (Cl).

Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar

neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan

di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran neuron.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na

KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran tadi dapat

berubah karena adanya: perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang

datang mendadak seperti rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, dan

perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak usia 3

tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh, dibandingkan dengan orang

dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion

Natrium melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

membran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga terjadilah

kejang

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin, tetapi dikerjakan untuk

mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis

dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah

perifer, elektrolit dan gula darah. Pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan atau

menegakkan diagnosis meningitis. Pada kejang didahului demam apabila umur < 12 bulan:

Harus dilakukan pungsi lumbal, karena gajala meningitis mungkin sulit dinilai. Umur 12 – 18

bulan : Bila ragu-ragu mengenai ada tidaknya meningitis dianjurkan pungsi lumbal. Umur > 18

bulan : Tidak di anjurkan kecuali ada gejala meningitis. Elektroensefalografi (EEG) tidak

direkomendasikan pada kejang demam sederhana, hasil EEG pada kejang demam tidak berguna

untuk memperkirakan berulangnya kejang, memperkirakan epilepsi di kemudian hari,

menentukan ada tidaknya kelainan organik. Pencitraan (CT-s can atau MRI kepala) dilakukan

bila adanya kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,

papiledema.
5. Tatalaksana

Pada anak yang sedang mengalami kejang, penderita dimiringkan agar jangan terjadi

aspirasi ludah atau lender dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, agar suplai oksigen

tetap terjamin, bila perlu diberikan oksigen. Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah,

kesadaran perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi harus segera diturunkan dengan

kompres dan pemberian antipietik. Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah

diazepam, dengan dosis intravena 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12

mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Dirumah, orang tua dapat

menggunakan diazepam rektal dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk

anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg atau

diazepam rektal 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7.5 mg untuk anak diatas usia 3

tahun.

 Bila kejang belum berhenti, diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval

waktu 5 menit

 Bila masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan

diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg

 Bila kejang belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 20

mg/kg/kali kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila

kejang berhenti, dosis selanjutnya 4 – 8 mg /kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal

 Bila kejang belum berhenti, pasien dirawat diruang rawat intensif. Bila kejang telah

berhenti, harus ditentukan apakah perlu pengobatan profilaksis atau tidak tergantung

jenis kejang demam dan faktor risiko yang ada pada anak tersebut.
PEMBERIAN OBAT PADA SAAT DEMAM

Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

terjadinya kejang demam, namun antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol

yang digunakan 10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari. Dosis ibuprofen 5 – 10

mg/kg/kali, 3 – 4 kali sehari.

Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30 – 60% kasus, begitu pula dengan

diazepam rectal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38ºC, Fenobarbital,

karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang

demam. Pemberian obat rumat diindikasi bila kejang demam menunjukkan salah satu

dari hal berikut : kejang lama > 15 menit, kejangnya fokal, adanya kelainan neurologis

yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis, cerebral palsy,

reterdasi mental, hidrosefalus. Pengobatan rumat boleh dipertimbangkan bila kejang

2x/lebih dalam satu hari, kejang pada umur < 1 tahun, dan kejang sangat sering ≥ 4 kali

pertahun. Antikonvulsan yang digunakan untuk pengobatan rumat adalah fenobarbital

(4–5 mg/kg/hari) atau asam valproat (20–40 mg/kg/hari) efektif menurunkan risiko

berulangnya kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang kemudian

dihentikan secara bertahap selam 1 – 2 bulan.


Prognosis

Prognosis kejang demam baik, adanya kecacatan, kematian, gangguan kognitif

dan kepandaian tidak pernah dilaporkan pada pasien yang sebelumnya normal.
BAB III

PEMBAHASAN

Pada pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 3 bulan dengan berat badan 11 kg, dari

anamnesa didapatkan keluhan kejang sebanyak 1x berdurasi < 10 menit pada pagi hari 2 jam

SMRS yang didahului dengan demam. Kejang saat ini bukan merupakan kejang yang pertama

kali karena 2 bulan sebelumnya pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam dan

kejang sebanyak 1x berdurasi kurang lebih 10 menit, tubuh pasien kaku. Kejang pada pasien

bersifat tonik, mata melotot ke atas. Pasien dalam keadaan tidak sadar saat kejang dan setelah

kejang pasien kembali sadar. Diagnosis kejang demam sederhana ditegakkan pada pasien ini atas

dasar intensitas kejang yang berlangsung < 15 menit serta frekuensi kejang yaitu sebanyak 1x

dalam 1 hari. Demam terjadi 1 hari SMRS, orangtua tidak tahu suhu anak saat itu karena tidak

memiliki thermometer di rumah, demam tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan suhu tubuh 38,80C. Pemeriksaan refleks meningeal

dengan hasil negatif menunjukkan tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen.

Dari pemeriksaan laboratorium pada 09 Agustus 2018, didapatkan peningkatan jumlah

leukosit dengan nilai 12.000 /uL yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang

ditandai dengan demam sebelum terjadinya kejang.

Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam sederhana adalah epilepsi yang diprovokasi

demam dan meningoensefalitis. Ada pun perbedaan antara kejang demam kompleks dengan

kedua penyakit ini adalah:


 Epilepsi yang diprovokasi demam
Menurut kriteria Livingstone, gejala epilepsi yang diprovokasi demam adalah seperti

kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4

kali / tahun, dan hasil pemeriksaan EEG setelah tidak demam adalah abnormal.

Perbedaan kejang demam sederhana dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai

demam. Epilepsi bisa disebabkan karena terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-

sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita

epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap

cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam.

Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat

capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.

 Meningitis
Terdapat kelainan pada otak yang dapat ditandai dengan refleks patologis dan refleks

meningeal yang positif, EEG abnormal, kejang berulang, tekanan intrakranial yang

meningkat dan terdapat penurunan kesadaran.

Pada kasus ini penatalaksanaan Infus cairan Ringer Laktat diberikan karena keadaan

demam bisa menyebabkan dehidrasi pada pasien. Cairan ini digunakan karena bersifat isotonis,

maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi

kehilangan cairan yang terjadi karena dehidrasi.

Pada terapi, obat yang diberikan adalah diazepam, yang berguna sebagai antikonvulsan

untuk mengatasi kejang. Selain itu juga diberikan obat ceftriaxone, paracetamol, agar infeksi

yang menyebab keluhan demam yang dapat menyebabkan kejang dapat dihindari.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil laboratorium dapat disimpulkan pasien
menderita Kejang Demam Sederhana. Pengobatan sesuai indikasi : antipiretik, diazepam
intravena, dizepam oral.

SARAN

 Mengevaluasi kejang berulang


 Memberikan edukasi kepada orang tua pasien tentang penjelasan penyakit kejang demam,
cara mengukur suhu, pemberian obat, dan penanganan kejang.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016.


2. Kimia A, Ben-Joseph EP, Rudloe T, Capraro A, Sarco D, Hummel D, Johnston P, Harper
MB. Yield of Lumbar Puncture Among Children Who Present With Their First Complex
Febrile Seizure. Pediatrics 2010;126;62-69.
3. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak
: Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.
4. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric Emergency
Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London 2010.
5. Pudjiadi, Antonius H, dkk, Pedoman Pelayan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia:
Kejang Demam, jilid 1, hlm. 150-153, Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta 2010.
6. Kejang Demam,Guideline http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?FNM=10899.
7. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004
http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
8. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

9. Mansjoer, A; Suprohaita; Wardhan, W.I; Setiowulan, W. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid


2. Edisi Ketiga. Media Aesculapius. FK UI. Jakarta: 2000; Hal 434-437.
10. Short, Jhon R; Gray, J.P; Dodge, J.A. Ikhtisar Penyakit Anak. Edisi Keenam. Jilid Dua.
Binarupa Aksara. Jakarta: 1994; hal 62-63. Pusponegoro, H.D, dkk. Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2004; Hal 210-
211.

Anda mungkin juga menyukai