Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS MUATAN KEARIFAN LOKAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM CERITA RAKYAT (HIKAYAT) PADA BUKU SISWA BAHASA


INDONESIA KELAS X

Nur Syahriani, Sulastriningsih Djumingin, dan Usman


Program Studi Pendidikan Bahasa dam Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
Jalan A.P. Pettarani, Sulawesi Selatan
Ponsel: anhisyahrianhi@gmail.com

ABSTRAK

Nur Syahriani, 2019. “Analisis Muatan Kearifan Lokal dan Pendidikan Karakter
dalam Cerita Rakyat (Hikayat) pada Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X”. Skripsi.
Fakultas Bahasa dan Sastra. Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh
Sulastriningsih Djumingin, M. dan Usman).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan muatan kearifan lokal dan nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam teks cerita rakyat (hikayat) pada buku teks
Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data
dalam penelitian ini adalah kata-kata atau kalimat yang mengandung muatan kearifan
lokal dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam teks cerita rakyat sedangkan
sumber data dari penelitian ini adalah buku teks Bahasa Indonesia Kemendikbud
yang berjudul “Bahasa Indonesia” untuk kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca, teknik catat, dan teknik analisis
data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa muatan kearifan lokal dan nilai pendidikan
karakter yang digunakan berupa kata dan frasa. Temuan bentuk kearifan lokal
meliputi budaya, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum adat.
Sedangkan nilai pendidikan karakter meliputi nilai religius, jujur, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, komunikatif, cinta damai,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa teks cerita rakyat (hikayat) yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas X lewat hasil analisis muatan kearifan lokal dan nilai pendidikan
karakter yang terdapat di dalamnya mampu membentuk pesan positif kepada siswa.
Penggunaan kata, susunan kata, pilihan kata yang sederhana sangat direkomendasikan
untuk bacaan siswa. Dengan begitu, siswa akan mudah memahami makna yang ingin
disampaikan melalui cerita rakyat (hikayat).
Kata kunci : kearifan lokal, pendidikan karakter,buku teks, cerita rakyat, hikayat.

ABSTRACT

Syahriani, 2019. "Analysis of Local Wisdom Content and Character Education in


Folk Stories (Hikayat) on Class X Indonesian Student Books". Essay. Faculty of
Language and Literature. Makassar State University (supervised by Sulastriningsih
Djumingin, M. and Usman).

This study aims to describe the content of local wisdom and the value of character
education contained in folklore texts (hikayat) in Indonesian textbooks. This research
is a qualitative descriptive study. The data in this study are words or sentences that
contain the contents of local wisdom and educational values contained in folklore
texts while the source of data from this research is the Ministry of Education's
Indonesian language textbook entitled "Indonesian Language" for class X
SMA/MA/SMK/MAK. Data collection techniques used are reading techniques, note-
taking techniques, and data analysis techniques.

The results showed that the content of local wisdom and the value of character
education used were in the form of words and phrases. The findings of local wisdom
include culture, norms, ethics, beliefs, customs, and customary law. While the value
of character education includes religious values, honesty, hard work, creative,
independent, democratic, curiosity, national spirit, communicative, peace of mind,
caring for the environment, social care, and responsibility. The results of the study
showed that folklore text (hikayat) contained in Class X Indonesian language
textbooks through the analysis of the content of local wisdom and the value of
character education contained in it was able to form positive messages to students.
Word usage, word order, simple word choices are highly recommended for student
reading. That way, students will easily understand the meaning to be conveyed
through folklore (saga).

Keywords: local wisdom, character education, textbooks, folklore, saga.

PENDAHULUAN langsung dari kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi telah
Era globalisasi telah membawa menghilangkan batasan-batasan region
pengaruh diseluruh aspek kehidupan dan kewilayahan. Bagi masyarakat
masyarakat yang akan membawa citra tertentu kondisi ini harus disikapi
global dengan budaya lokal yang dengan cepat agar mereka tidak
bertolak belakang dengan budaya melupakan nilai kearifan lokal
lokal. Revolusi informasi dan budayanya.
komunikasi yang menjadi dampak
Kearifan lokal merupakan Kearifan lokal adalah
pemikiran atau gagasan masyarakat pandangan hidup dan ilmu
setempat yang dijadikan sebagai pengetahuan serta berbagai strategi
pedoman hidup yang ditanamkan kehidupan yang berwujud aktivitas
dalam diri manusia sejak dini, yang dilakukan oleh masyarakat lokal
sehingga konsep budaya telah berakar dalam menjawab berbagai masalah
dan akan membentuk karakter diri dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
sebagai identitasnya. Masyarakat yang Dalam bahasa asing sering juga
berbudaya juga membentuk dirinya dikonsepsikan sebagai kebijakan
dalam wadah pendidikan. Kebudayaan setempat local wisdom atau
merupakan sebuah sistem yang pengetahuan setempat “local
mengatur setiap tingkah laku dan knowledge” atau kecerdasan setempat
tindakan masyarakat. Keberadaan local genious, (Fajarini, 2014:123).
kearifan lokal dapat dilihat dari nilai-
nilai yang terkandung dalam Kebudayaan sebagai sebuah
masyarakat tertentu. Nilai-nilai sistem kehidupan mengatur setiap
tersebut menjadi pegangan hidup yang tingkah laku dan tindakan masyarakat.
tak terpisahkan dari masyarakat Nilai-nilai budaya dalam masyarakat
tersebut. seringkali dijadikan sebagai pedoman
hidup. Hal ini disebabkan karena sejak
Kearifan lokal atau sering dini manusia dipahamkan oleh budaya
disebut local wisdom dapat dipahami yang hidup di lingkungannya,
sebagai usaha manusia dengan sehingga konsep-konsep budaya itu
menggunakan akal budinya (kognisi) telah berakar dan membentuk karakter
untuk bertindak dan bersikap terhadap diri sebagai identitasnya. Masyarakat
sesuatu, objek, atau peristiwa yang yang berbudaya juga membentuk
terjadi dalam ruang tertentu. dirinya dalam wadah yang disebut
Pengertian itu disusun secara pendidikan. Melalui pendidikan ini
etimologis, dimana wisdom dipahami pula proses transformasi kebudayaan
sebagai kemampun seseorang dalam yang berlaku dalam masyarakat.
menggunakan akal pikirannya dalam
bertindak atau bersikap sebagai hasil Wujud kearifan lokal dapat
penilaian terhadap sesuatu, objek, atau berupa tradisi yang tercermin dalam
peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah nilai-nilai yang berlaku dalam
istilah, wisdom sering diartikan masyarakat tertentu. Kearifan lokal
sebagai kearifan atau kebijaksanaan. lebih menggambarkan satu fenomena
Sementara itu, local secara spesifik yang spesifik yang biasanya menjadi
mengarah pada ruang interaksi terbatas ciri dari komunitas masyarakat
dengan sistem nilai yang terbatas pula tertentu. Kearifan juga menjadi entitas
(Ridwan dalam Suastra, 2013: 222). masyarakat yang dapat menentukan
harkat dan martabat dalam
komunitasnya untuk membangun
peradaban masyarakat. Salah satu Peneliti tertarik meneliti teks
upaya untuk mengatasi merosotnya hikayat pada buku teks Bahasa
moral siswa ialah dengan Indonesia Kelas X karena usia anak
mengoptimalkan bidang pendidikan. Kelas X merupakan usia masa remaja
Pendidikan karakter dapat diajarkan atau masa peralihan antara anak-anak
secara terpadu melalui semua mata menuju dewasa. Menurut Hall (dalam
pelajaran termasuk mata pelajaran Singgih, 2004) masa remaja adalah
bahasa Indonesia. Mata pelajaran masa perubahan karakter dari era
bahasa Indonesia dapat menjadi pintu kanak-kanak kepada masa
masuk dalam penanaman kearifan kedewasaan. Dalam fase ini terjadi
lokal dan nilai-nilai pendidikan proses pergejolakan emosi, pencarian
karakter, khususnya pada materi cerita jati diri, dan penyesuaian dalam
rakyat. masyarakat. Sehingga menjadi tugas
orang tua dan guru untuk menanamkan
Dalam dunia pendidikan, kurikulum ideologi yang positif, salah satunya
merupakan acuan dalam mencapai visi dengan cara memberikan bahan bacaan
misi pendidikan nasional. Menurut UU yang akan membangun karakter anak.
Tahun 1989 kurikulum yaitu
seperangkat rencana dan peraturan Buku teks Bahasa Indonesia
mengenai isi dan bahan pelajaran, serta Kelas X mencantumkan dua puluh
cara yang digunakannya dalam teks, yang di dalamnya terdapat empat
menyelenggarakan kegiatan belajar teks hikayat. Salah satu judul teks
mengajar. Kurikulum yang digunakan cerita rakyat yang terdapat di
saat ini yaitu Kurikulum 2013 yang dalamnya yaitu “Hikayat Indera
menitikberatkan pada tiga ranah yaitu, Bangsawan”. Cerita rakyat tersebut
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. terdapat bentuk kearifan lokal budaya.
Kurikulum 2013 menuntut siswa Kebudayaan merupakan keseluruhan
dalam mengembangkan sikap, pengetahuan yang dimiliki oleh
keterampilan dan pengetahuan. sekelompok manusia dan dijadikan
Adapun harapan karakter yang ideal sebagai pedoman hidup untuk
sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menginterpretasikan lingkungannya
telah ditetapkan oleh Kementrian dalam bentuk tindakan-tindakannya
Pendidikan Nasional yang dimasukkan sehari-hari. Seperti yang dipaparkan
dalam sistem terdapat 18 pendidikan oleh Koentjaraningrat (2002: 45)
karakter nasional yaitu: religius, jujur, “Bahwa kata kebudayaan berasal dari
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, bahasa sansekerta Buddhayah, adalah
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bentuk jamak dari Buddhi yang berarti
semangat kebangsaan, cinta tanah air, budi atau akal”. Dapat kita lihat pada
menghargai prestasi, bersahabat, cinta penggalan teks berikut:
damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan “Maka baginda pun bimbanglah,
tanggung jawab. tidak tahu siapa yang patut
dirayakan dalam negeri Yahya (2016) yang berjudul “Nilai
karena anaknya kedua orang Pendidikan Karakter dalam Novel 5
itu sama-sama gagah” CM Karya Donny Dhirgantoro dan
Implementasinya dalam Pembelajaran
Dalam Hikayat Indera Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Bangsawan yang merupakan salah satu VIII SMP”. Hasil penelitian
kesusastraan bahasa Melayu klasik menunjukkan bahwa novel 5 CM
menggambarkan bentuk kearifan lokal karya Donny Dhirgantoro lewat hasil
budaya yaitu pada masyarakat Melayu, analisis nilai pendidikan karakter yang
kedudukan raja ditunjuk berdasarkan terdapat di dalamnya mampu
keturunan, terdapat dalam kutipan membentuk pesan positif kepada
“siapa yang patut dirayakan dalam siswa. Penggunaan kata, susunan kata,
negeri karena anaknya kedua orang pilihan kata yang sederhana sangat
itu sama-sama gagah” jika raja direkomendasikan untuk bahan bacaan
memiliki dua orang anak, maka ia siswa. Dengan begitu, siswa terbawa
harus mencari tahu siapa yang paling oleh alur pikir yang dibuat oleh Donny
gagah dan pantas dijadikan sebagai Dhirgantoro dari hasil membaca novel
raja. tersebut.

“Setelah berapa lama di atas Kedua, penelitian dilakukan


kerajaan, tiada juga beroleh oleh Yulianti (2017) yang berjudul
putra. Maka pada suatu hari, ia “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan
pun menyuruh orang membaca dalam Buku Teks Kelas VII SMP/Mts:
doa qunut dan sedekah Kajian Semiotika Charles Sanders
kepada fakir dan miskin.” Peirce” dalam penelitian tersebut
dapat diketahui tiga hasil sebagai
Kutipan data tersebut terdapat berikut. Pertama, setelah dianalisis
dalam Hikayat Indera Bangsawan yang menggunakan analisis semiotika
merupakan kesusastraan melayu klasik Charles Sanders Peirce dari segi ikon,
yang merujuk kepada nilai pendidikan kategori nilai pendidikan karakter yang
karakter religius karena melaksanakan ditampilkan dalam teks tersebut
ajaran agama (aliran kepercayaan) dengan memunculkan tanda. Salah
yang dianut. Menggambarkan bahwa satu contoh tanda yang dimunculkan
secara tersirat, keluarga raja tersebut yaitu “memesona” dan “sangat indah”
memiliki kebiasaan membaca doa termasuk kategori nilai pendidikan
qunut dan sedekah kepada fakir dan karakter yaitu nilai religius. Kedua,
miskin agar diberi petunjuk dan nilai pendidikan karakter dalam
meminta berkah kepada sang pencipta. konteks semiotika Charles Sanders
Peirce dari segi indeks di antaranya
Terdapat tiga penelitian nilai peduli lingkungan, komunikatif,
terdahulu yang relevan dengan cinta tanah air, cinta damai,
penelitian ini. Pertama, penelitian bersahabat, menghargai prestasi, kerja
keras, kreatif, toleransi, dan religius. fenomena tersebut dapat disimpulkan
Ketiga, nilai pendidikan karakter bahwa telah terjadi pergeseran karakter
dalam konteks semiotika Charles siswa. Oleh karena itu, pembelajaran
Sanders Peirce dari segi simbol yaitu di sekolah seharusnya tidak hanya
nilai komunikatif, toleransi, cinta berorientasi pada transfer of
damai, menghargai prestasi, rasa ingin knowledge atau memindahkan
tahu, peduli sosial, peduli lingkungan, pengetahuan saja, tetapi juga harus
dan semangat kebangsaan. berorientasi pada pendidikan karakter
siswa. Pendidikan karakter siswa
Ketiga, penelitian dilakukan mutlak harus dilaksanakan sebagai
oleh Uniawati (2012) yang berjudul upaya menghadapi ancaman era
“Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pantun global.
Sindiran (Apparereseng) Bugis:
Tinjauan Hermeneutik”. Hasil Dalam upaya menegakkan
penelitian menunjukkan bahwa nilai- kembali tatanan hidup masyarakat,
nilai kearifan lokal yang terkandung penggalian nilai-nilai kearifan lokal
dalam Pantun Sindiran (Apparereseng) yang terdapat dalam karya sastra
Bugis adalah ketenangan; bersyukur; seperti cerita rakyat (hikayat),
menjaga sikap; kehormatan; dan harga sebagaimana yang dikemukakan
diri; menghargai dan menjaga rasa Nasruddin (2010: 265) bahwa kearifan
persaudaraan; teliti dan cermat; dan lokal tidak hanya memiliki arti penting
mawas diri. Nilai-nilai kearifan lokal sebagai identitas daerah sendiri, tetapi
tersebut masih sangat relevan dengan juga akan mendorong rasa kebanggaan
kehidupan zaman sekarang sehingga akan budayanya sekaligus bangga
memberikan kontribusi yang besar terhadap daerahnya karena dapat
terhadap peningkatan kualitas sumber berperan serta dalam menyumbang
daya manusia. pembangunan bangsa. Intinya menurut
(Manurung, 2010: 383) melalui sastra
Bertolak dari penelitian kita bisa menjadi manusia kreatif,
sebelumnya, peneliti juga tertarik berwawasan, futuristik, dan berkualitas
melakukan penelitian serupa. Hal ini jika kita dapat menangkap nilai-nilai
dilatarbelakangi oleh fenomena yang positif di dalamnya.
terjadi di lapangan bahwa era Salah satu upaya penguatan
globalisasi menyebabkan pergeseran karakter bangsa dapat dilakukan
nilai. Sebagian besar siswa mulai melalui penanaman nilai muatan
kehilangan sopan santun mereka kearifan lokal dan nilai pendidikan
terhadap orang lain, sikap karakter dalam cerita rakyat pada
individualistik semakin merajalela, buku teks bahasa Indonesia Kelas X.
kesadaran beribadah generasi muda Dengan demikian, peneliti ingin
mulai menurun, dan masih banyak membuat penelitian tentang “Analisis
perilaku menyimpang lainnya yang Muatan Kearifan Lokal dan
dilakukan siswa. Berdasarkan Pendidikan Karakter dalam Cerita
Rakyat (Hikayat) pada Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X”. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Penelitian ini mengkaji: (1)


Penelitian ini adalah penelitian Nilai muatan kearifan lokal yang
kualitatif. Data dalam penelitian ini terdapat dalam cerita rakyat (hikayat)
berupa kata-kata atau kalimat yang pada buku teks Bahasa Indonesia
mengandung muatan kearifan lokal Kelas X dan (2) Nilai-nilai pendidikan
dan nilai pendidikan karakter yang karakter yang terdapat dalam cerita
terdapat dalam teks hikayat pada buku rakyat (hikayat) pada buku teks
Bahasa Indonesia Kelas X. fokus Bahasa Indonesia Kelas X. Nilai-nilai
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kearifan lokal dan nilai-nilai
analisis muatan kearifan lokal dan nilai pendidikan karakter yang terdapat
pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat (hikayat) pada
dalam teks cerita rakyat (hikayat) pada buku tersebut adalah sebagai berikut:
buku siswa Kelas X. Sumber data
dalam penelitian ini adalah buku teks 1. Muatan Kearifan Lokal yang
Bahasa Indonesia Kelas X. Peneliti Terdapat dalam Cerita Rakyat
sebagai instrument kunci dalam (Hikayat) pada Buku teks Bahasa
penelitian, teknik pengumpulan data Indonesia Kelas X
menggunakan teknik baca dan teknik
catat. Adapun tahapan-tahapan dalam Kearifan lokal ialah pikiran-
penganalisisan data yaitu, pikiran atau gagasan yang timbul dan
mengumpulkan teks cerita rakyat yang berkembang secara terus-menerus di
terdapat pada buku bahasa Indonesia dalam masyarakat berupa nilai-nilai
Kelas X, menentukan jumlah subjek norma, bahasa, adat-istiadat,
penelitian ini yaitu jumlah teks yang kepercayaan, dan kebiasaan sehari-
akan dianalisis, mengklasifikasi data hari. Juga sebagai salah satu sarana
yang sesuai dengan struktur isi teks untuk mengolah kebudayaan daerah
cerita rakyat, mengidentifikasi muatan agar terhindar dari kebudayaan orang
kearifan lokal pada data yang sesuai asing. Kearifan lokal menurut Susanti
dengan struktur isi teks cerita rakyat, (dalam Asriati 2012: 112) ialah
mengidentifikasi nilai pendidikan gagasan-gagasan setempat yang
karakter pada data yang sesuai dengan bersifat bijaksana, penuh kearifan,
isi teks cerita rakyat, mengambil bernilai baik, yang diikuti oleh anggota
kutipan yang sesuai dengan muatan masyarakat.
nilai kearifan lokal dan nilai
pendidikan karakter dalam teks cerita Adapun bentuk-bentuk kearifan
rakyat, pengodean data, menganalisis lokal yang ditemukan oleh peneliti
data dan memaparkan temuan, dan dalam analisis ini sebanyak enam
mendeskripsikan hasil klasifikasi dan bentuk. Keenam bentuk tersebut yaitu
analisis data sesuai dengan fokus
dalam penelitian.
budaya, norma, etika, kepercayaan, hari, berdasarkan suatu alasan
adat-istiadat, dan hukum adat. (motivasi) tertentu dengan disertai
sanksi. Sanksi adalah ancaman/akibat
a. Budaya yang akan diterima apabila norma
tidak dilakukan (Widjaja, 1985: 168).
Seperti dipaparkan oleh Nilai kearifan lokal norma yang
Koentjaraningrat (2002: 45) “Bahwa ditemukan dalam cerita rakyat
kata kebudayaan berasal dari bahasa (hikayat) pada buku teks Bahasa
sansekerta Buddhayah, adalah bentuk Indonesia Kelas X terdapat pada data
jamak dari Buddhi yang berarti budi berikut:
atau akal. Demikian, kebudayaan itu (4) “Maka anakanda baginda
dapat diartikan hal-hal yang yang dua orang itu pun
bersangkutan dengan budi dan akal. sampailah usia tujuh tahun
Adapun istilah Culture, sama artinya dan dititahkan pergi
dengan kebudayaan, yaitu dari kata mengaji kepada Mualim
latin colere yang berarti mengolah atau Sufian. Sesudah tahu
mengerjakan”. Nilai kearifan lokal mengaji, mereka dititah
budaya yang ditemukan dalam cerita pula mengaji kitab usul,
rakyat (hikayat) pada buku teks fikih, hingga saraf, tafsir
Bahasa Indonesia Kelas X terdapat sekaliannya diketahuinya”
pada data berikut: [MKL-N,HIB,P.2.H.108]

(1) “Setelah berapa lama di atas Kutipan data tersebut


kerajaan, tiada juga beroleh putra” menggambarkan perilaku seorang raja
[MKL-E,HIB,P.1,H.108] yang memerintahkan anaknya untuk
pergi mengaji kepada Mualim Sufian
Kutipan data tersebut pada usia tujuh tahun. Dalam
menggambarkan perilaku seorang raja pandangan islam, anak yang telah
yang telah lama memegang tahta, berumur tujuh tahun diwajibkan pergi
namun beliau belum memiliki putra mengaji, agar anaknya mengenal Allah
sebagai pewaris atau putra mahkota. sejak usia dini. Juga diperintahkan
Nilai yang terkandung dalam kutipan untuk mempelajari kitab usul fikih,
tersebut yaitu nilai budaya dalam yaitu ilmu tentang hukum islam.
sebuah kerajaan, sang raja harus Mempelajari saraf dan tafsir yaitu
memiliki putra yang akan dijadikan memahami makna yang terkandung
sebagai penerus tahta kerajaan. dalam kitab suci al-quran dan hadis.
Nilai yang terkandung dalam perilaku
b. Norma beliau yaitu pendidikan tentang agama
di usia dini sangatlah penting
Norma adalah petunjuk tingkah diberikan kepada anak. Oleh sebab itu,
laku yang harus dilakukan dan tidak orang tua berkewajiban
boleh dilakukan dalam hidup sehari- memerintahkan anak-anaknya untuk
belajar pada usia tujuh tahun agar
mereka dapat membedakan hal yang tipis. Nilai yang terkandung dari
baik dan buruk. Juga sebagai pedoman perilaku raja ialah keturunan raja
untuk mereka agar tidak mudah berkewajiban menduduki tahta
terpengaruh oleh orang asing. selanjutnya. Jika memiliki dua putra,
maka raja tersebut harus memilih
diantara mereka.

c. Etika d. Kepercayaan

Etika yaitu Ilmu tentang apa Kepercayaan berarti anggapan


yang baik dan apa yang Yuliantiuk dan atau keyakinan bahwa sesuatu yang
tentang hak dan kewajiban moral dipercayai itu benar atau nyata
(akhlak) (Departemen Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional:
Nasional, 2014). Nilai kearifan lokal 2014). Nilai kearifan lokal
etika yang ditemukan dalam cerita kepercayaan yang ditemukan dalam
rakyat (hikayat) pada buku teks cerita rakyat (hikayat) pada buku teks
Bahasa Indonesia Kelas X terdapat Bahasa Indonesia Kelas X terdapat
pada data berikut: pada data berikut:
(11) “Jikalau baginda pun (15) “Maka pada suatu hari, ia
mencari muslihat; ia pun menyuruh orang
menceritakan kepada membaca doa qunut dan
kedua anaknya bahwa ia sedekah kepada fakir
bermimpi bertemu dan miskin”
dengan seorang pemuda [MKL-E,HIB,P.1,H.108]
yang berkata kepadanya:
barang siapa yang dapat Kutipan data tersebut
mencari buluh perindu menggambarkan perilaku seorang raja
yang dipegangnya, ialah yang memerintahkan kepada seseorang
yang patut menjadi raja untuk membaca doa qunut dan
di dalam negeri” perilaku seorang raja yang bersedekah
[MKL-E,HIB,P.2,H.108] kepada fakir dan miskin. Doa qunut
merupakan doa seorang muslim untuk
Kutipan data tersebut mendapatkan berkah, petunjuk, dan
menggambarkan perilaku seorang raja rezeki dari Allah Swt. sedangkan
sedang mencari taktik agar beliau sedekah bertujuan untuk mendapatkan
dapat menentukan putra mahkota rezeki dan keberkahan dari harta yang
selanjutnya diantara kedua putranya. dimilki. Nilai yang terdapat dalam
Beliau memberikan kompetensi perilaku tersebut yaitu dengan cara
kepada kedua putranya untuk menjadi membaca doa qunut dan bersedekah
raja selanjutnya dengan cara mencari kepada fakir dan miskin, maka ia akan
buluh perindu. Buluh perindu yaitu diberi kemudahan untuk mendapatkan
alat bunyi-bunyian yang menghasilkan
bunyi jika ditiup, terbuat dari bambu
rezeki, salah satunya adalah seorang Menurut (Hardjito Notopuro,
anak. 1996: 49) hukum adat adalah hukum
tak tertulis, hukum kebiasaan dengan
e. Adat-istiadat ciri khas yang merupakan pedoman
kehidupan rakyat dalam
Adat-istiadat didefinisikan rnenyelenggarakan tata keadilan dan
sebagai tata kelakuan yang kekal dan kesejahteraan masyarakat dan bersifat
turun-temurun dari generasi satu ke kekeluargaan. Nilai kearifan lokal
generasi lain sebagai warisan hingga hukum adat yang ditemukan dalam
kuat integrasinya dengan pola perilaku cerita rakyat (hikayat) pada buku teks
masyarakat (Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas X terdapat
Nasional: 2014). Nilai kearifan lokal pada data berikut:
adat-istiadat yang ditemukan dalam (21) “Adapun Raja Kabir itu
cerita rakyat (hikayat) pada buku teks takluk kepada Buraksa dan
Bahasa Indonesia Kelas X terdapat akan menyerahkan
pada data berikut: putrinya, Puteri Kemala
(17) “Beberapa raja-raja di Sari sebagai upeti”
tanah dewa itu takluk [MKL-HA,HIB,P.8,H.109]
kepada baginda dan
mengantar upeti kepada Kutipan data tersebut termasuk
baginda pada setiap dalam hukum adat, sebab terjadi
tahun” peraturan atau kesepakatan antara raja
[MKL-AI,HSM,P.1,H.141] dan Buraksa. Mereka sepakat bahwa
apabila Raja Kabir ingin negerinya
Kutipan data tersebut termasuk selamat, maka ia harus menyerahkan
dalam bentuk kearian lokal adat- putrinya kepada Buraksa. Nilai yang
istiadat yang digambarkan dalam terkandung dalam kutipan tersebut
perilaku raja-raja di tanah tersebut, ialah yang memiliki kekuatan terbesar
yaitu mengantar upeti kepada baginda berhak melakukan apa saja. Maka raja
pada setiap tahun. Raja Indera berkewajiban menyelamatkan
merupakan raja yang paling kuat di negerinya dengan cara apa pun.
antara raja lainnya, sehingga raja yang
lain takluk terhadapnya. Nilai yang 2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
tekandung dalam perilaku tersebut yang Terdapat dalam Teks Cerita
ialah raja-raja yang mengantar upeti Rakyat (Hikayat)
kepada maha raja indera bangsawan
akan mendapatkan keamanan. Sebab Kementerian Pendidikan
Maharaja Indera merupakan orang Nasional (2010) telah merumuskan 18
yang terkuat diantara raja lainnya. nilai karakter yang ditanamkan pada
diri peserta didik sebagai upaya
f. Hukum Adat membangun karakter bangsa yaitu: (1)
Religius; (2) Jujur; (3) Toleransi; (4)
Disiplin; (5) Kerja Keras; (6) Kreatif; kerajaan, namun belum juga
(7) Mandiri; (8) Demokratis; (9) Rasa memperoleh putra. Dalam ajaran
Ingin Tahu; (10) Semangat islam, untuk mendapatkan rezeki dan
Kebangsaan; (11) Cinta Tanah Air; berkah maka membaca doa qunut
(12) Menghargai Prestasi; (13) adalah salah satu solusi agar doa-doa
Bersahabat; (14) Cinta Damai; (15) umat islam dapat segera terkabulkan.
Gemar Membaca; (16) Peduli
Lingkungan; (17) Peduli Sosial; (18) b. Jujur
Tanggung Jawab.
Nilai pendidikan karakter
a. Religius selanjutnya yang terdapat pada buku
teks Bahasa Indonesia Kelas X adalah
Salah satu nilai pendidikan jujur. Jujur adalah sikap dan perilaku
karakter yang terdapat pada buku teks yang mencermikan kesatuan antara
Bahasa Indonesia Kelas X adalah pengetahuan , perkataan, dan
religius. Religius ialah sikap ketaatan perbuatan (mengetahui apa yang
dan kepatuhan dalam memahami dan benar, mengatakan yang benar, dan
melaksanakan ajaran agama (aliran melakukan yang benar) sehingga
kepercayaan yang dianut, termasuk menjadikan orang yang bersangkutan
dalam hal ini adalah sikap toleran sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
terhadap pelaksanaan ibadah agama
(aliran kepercayaan) lain, serta hidup (32) “Dengan hati yang
rukun dan berdampingan). gembira, mereka
mempersembahkan susu
(24) “Setelah berapa lama di kepada raja, tetapi tabib
atas kerajaan, tiada juga berkata bahwa susu itu
beroleh putra. Maka pada bukan susu harimau
suatu hari, ia pun melainkan susu kambing.”
menyuruh orang membaca [NPK-J,HIB.P.10,H.110]
doa qunut dan sedekah
kepada fakir dan miskin.” Kutipan data (32) dalam
[NPK-R,HIB.P.1,H.108] Hikayat Indera Bangsawan yang
menggambarkan bahwa kesembilan
Kutipan data (24) dalam anaknya telah mendapatkan susu
Hikayat Indera Bangsawan merujuk harimau, namun dengan perasaan jujur
kepada nilai pendidikan karakter tabib tersebut mengatakan susu
religius karena melaksanakan ajaran tersebut ternyata hanyalah susu
agama (aliran kepercayaan) yang kambing.
dianut. Menggambarkan perilaku sang
raja yang mengharapkan putra untuk c. Kerja Keras
mewariskan tahta kerajaan kepadanya.
Beliau telah lama menduduki tahta
Kerja keras yaitu perilaku yang dalam negeri karena
menunjukkan upaya secara sungguh- anaknya kedua orang itu
sungguh (berjuang hingga titik darah sama-sama gagah. Jikalau
penghabisan) dalam menyelesaikan baginda pun mencari
berbagai tugas, permasalahan, muslihat; ia menceritakan
pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik- kepada kedua anaknya
baiknya. bahwa ia bermimpi
bertemu dengan seorang
(34) “Setelah mendengar kata- pemuda yang berkata
kata baginda, Syah Peri kepadanya: barang siapa
dan Indera Bangsawan pun yang dapat mencari buluh
bermohon pergi mencari perindu yang dipegangnya,
buluh peridu itu. Mereka ialah yang patut menjadi
masuk hutan keluar raja di dalam negeri.”
hutan, naik gunung [NPK.K,HIB,P.2,H.108]
turun gunung, masuk
rimba keluar rimba, Kutipan data (39) kutipan
menuju ke arah matahari tersebut menjelaskan bahwa Indera
terbit.” Bungsu (raja) berada dalam
[NPK.KK,HIB,P.3,H.108] kegelisahan, beliau bingung untuk
memilih salah satu diantara kedua
Kutipan data (34) pada kutipan putranya sebab kedua putranya sama-
tersebut menggambarkan bahwa Syah sama kuat. Sehingga muncul ide sang
Peri dan Indera Bangsawan sangat raja untuk mengadakan perlombaan
sungguh-sungguh dalam mencari atau tantangan kepada kedua anaknya.
buluh perindu, mereka berjuang Siapa yang memenangkan tantangan
melewati hutan, mendaki gunung, tersebut, maka dialah yang akan
melewati rimba demi meraih menjadi raja di dalam negeri.
kedudukan sebagai raja dalam negeri.
e. Mandiri
d. Kreatif
Mandiri yaitu sikap dan
Kreatif yaitu sikap dan perilaku perilaku yang tidak tergantung pada
yang mencerminkan inovasi dalam orang lain dalam menyelesaikan
berbagai segi dalam memecahkan berbagai tugas maupun persoalan.
masalah, sehingga selalu menemukan Namun hal ini bukan berarti tidak
cara-cara baru yang lebih baik dari boleh bekerja sama secara kolaboratif,
sebelumnya. melainkan tidak boleh melemparkan
tugas dan tanggung jawab kepada
(39) “Maka baginda pun orang lain.
bimbanglah, tidak tahu
siapa yang patut dirayakan
(41) “Meski pun kecantikan Kutipan data (43) dalam
mereka hampir sama, si Hikayat Bunga Kemuning, sang Raja
bungsu Putri Kuning mencerminkan sikap demokratis
sedikit berbeda, ia tak kepada putri-putrinya, dapat kita lihat
terlihat manja dan pada data (43) ia memberikan pakaian
nakal.” yang sama dengan nama mereka, agar
[NPK-M,HBK,P.2.H.117] ia dengan mudah dapat membedakan
wajah cantik anak-anaknya dan mudah
Dalam Hikayat Bunga Kemuning, memberikan hadiah kepada mereka
semua putri Raja tersebut memiliki sesuai dengan warnanya.
wajah yang cantik-cantik namun manja
dan nakal, berbeda dengan Putri g. Rasa Ingin Tahu
kuning ia tak terlihat manja dan nakal,
memiliki sifat yang tidak bergantung Rasa ingin tahu yaitu cara
terhadap orang lain. Dapat kita lihat berpikir, sikap, dan perilaku yang
pada kutipan data (41). mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal
f. Demokratis yang dilihat, didengar, dan dipelajari
secara lebih mendalam.
Demokratis yaitu sikap dan
cara berpikir yang mencerminkan (45) “Pada suatu hari, raja
persamaan hak dan kewajiban secara hendak pergi jauh. Ia
adil dan merata antara dirinya dengan mengumpulkan semua
orang lain. putri-putrinya, “Aku
hendak pergi jauh dan
(43) “Kesepuluh putri itu lama. Oleh-oleh apakah
dinamai dengan nama- yang kalian inginkan?”
nama warna. Putri sulung Tanya raja.
bernama Putri Jambon. “Aku ingin perhiasan yang
Adik-adiknya dinamai mahal,” kata Putri Jambon.
Putri Jingga, Putri Nila, “Aku mau kain sutra yang
Putri Hijau, Putri Kelabu, berkilau-kilau,” kata Putri
Putri Oranye, Putri Merah Jingga.
Merona, dan Putri Kuning. [NPK-RIT,HBK,P.3,H.117]
Baju yang mereka pakai
pun berwarna sama Kutipan (45) dalam kutipan
dengan nama mereka. tersebut sang Raja mengumpulkan
Dengan begitu sang raja putri-putrinya dan mengungkapkan
yang sudah tua dapat rasa ingin tahu oleh-oleh apa yang
mengenali mereka dari diharapkan oleh putri-putrinya,
jauh. terdapat dalam penggalan kutipan
[NPK-D,HBK,P.2.H.116-117] “Oleh-oleh apakah yang kalian
inginkan?” karena ia akan pergi ke saudaranya. Ia masuk di
tempat yang jauh dan lama. Ia sebuah gua yang ada di
berharap agar barang yang akan padang itu dan bertemu
diberikannya disukai oleh putri- dengan seorang raksasa.
putrinya. Raksasa itu menjadi
neneknya dan
h. Semangat Kebangsaan atau menceritakan bahwa
Nasionalisme Indera bangsawan sedang
berada di negeri Antah
Semangat kebangsaan atau Berantah yang diperintah
nasionalsme yaitu sikap dan tindakan oleh Raja Kabir.”
yang menempatkan kepentingan [NPK-KM,HIB,P.7,H.109]
bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan. Kutipan tersebut menceritakan
bahwa Indera Bangsawan bertemu
(51) “Setelah beberapa dengan seorang raksasa, akibat
lamanya, mereka belajar komunikasi Indera Bangsawan yang
pula ilmu senjata, ilmu sopan dan santun, mereka menjadi
hikmat, dan isyarat tipu lebih akrab hingga ia diangkat sebagai
peperangan.” cucu, mereka akhirnya saling terbuka
termasuk raksasa tersebut menjelaskan
[NPK.SK.HIB,P.2,H.108] keberadaan Indera Bangsawan yang
Kutipan data (51) dalam Hikayat sedang berada di negeri Antah
Indera Bangsawan yang Berantah yang diperintah oleh Raja
menggambarkan semangat kebangsaan Kabir.
yang dimiliki oleh Syah Peri dan
Indera Bangsawan dengan cara j. Cinta Damai
mempelajari lmu senjata, ilmu hikmat,
dan isyarat tipu daya peperangan untuk Cinta damai yakni sikap dan
membela dan menjaga bangsa. perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang, dan nyaman atas
i. Komunikatif kehadiran dirinya dalam komunitas
atau masyarakat tertentu.
Komunikatif, senang bersahabat
atau proaktif, yakni sikap dan tindakan (56) “Sementara itu, Indera
terbuka terhadap orang lain melalui Bangsawan sudah
komunikasi yang santun sehingga mendapat susu harimau
tercipta kerja sama secara kolaboratif dari raksasa (neneknya)
dengan baik. dan menunjukkannya
kepada raja.”
(54) “Tersebut pula perkataan [NPK-D,HIB,P.10,H.110]
Indera Bangsawan mencari
Kutipan data (56) dalam kepedulian terhadap orang lain
Hikayat Indera Bangsawan yang maupun masyarakat yang
menggambarkan Indera Bangsawan membutuhkannya.
yang telah mendapat kabar mengenai
penyakit Puteri Kemala Sari dan obat (65) “Tatkala Garuda itu
penawarnya, ia datang dengan tenang datang, Garuda itu
dan santun ke istana bertemu dengan dibunuhnya. Maka Syah
sang raja untuk memberikan obat Peri pun duduklah
penawar tersebut. berkasih-kasihan dengan
Puteri Ratna Sari sebagai
k. Peduli Lingkungan suami istri dihadap oleh
segala dayang-dayang dan
Peduli lingkungan, yakni sikap inang pengasuhnya.”
dan tindakan yang selalu berupaya [NPK-PS,HIB,P.6.H.109]
menjaga dan melestarikan lingkungan
sekitar. Kutipan tersebut menggambarkan
bahwa Syah Peri sangat peduli dengan
(62) “Tanpa ragu, Putri Kuning Puteri Ratna Sari dan dayang-
mengambil sapu dan dayangnya, karena ia rela bertarung
mulai memberisihkan mengorbankan nyawa melawan
taman itu. Daun-daun Garuda demi menyelamatkan mereka.
kering dirontokkannya, Hingga ia pun menikah dengan sang
rumput liar dicabutnya, puteri dan hidup penuh dengan kasih
dan dahan-dahan pohon sayang bersama dayang-dayang dan
dipangkasnya hingga inang pengasuhnya.
rapi.”
[NPK-PL,HBK,P.4,H.117] m. Tanggung Jawab
Kutipan data tersebut
menggambarkan Putri Kuning yang Tanggung jawab, yakni sikap
berupaya menjaga taman kesayangan dan perilaku seseorang dalam
ayahnya, dengan sikap berani, Putri melaksanakan tugas dan
Kuning mengambil sapu dan mulai kewajibannya, baik yang berkaitan
memberisihkan taman itu. Daun-daun dengan diri sendiri, sosial, masyarakat,
kering dirontokkannya, rumput liar bangsa, negara, maupun agama.
dicabutnya, dan dahan-dahan pohon
dipangkasnya hingga rapi, meski pun (71) “Adapun setelah Tuan
inang pengasuh telah melarangnya. Puteri sembuh, baginda
tetap bersedih. Baginda
l. Peduli Sosial harus menyerahkan tuan
puteri kepada Buraksa,
Peduli sosial, yakni sikap dan raksasa laki-laki apabila
perbuatan yang mencerminkan ingin seluruh rakyat
selamat dari amarahnya. Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
Baginda sudah kehilangan Gramedia Pustaka Utama.
daya upayanya.
[NPK-TJ,HIB,P.11,H.110] Departemen Sosial RI. (2006).
Memberdayakan Kearifan Lokal
Kutipan tersebut menceritakan bagi Komunitas Adat Terpencil..
sang Raja yang seharusnya bahagia
setelah kesembuhan putrinya, namun Fajarini, Ulfah 2014. Peranan Kearifan
dia masih terlihat sedih karena harus Lokal dalam Pendidikan
menyerahkan puterinya kepada Karakter. Social Science
Buraksa yang jahat demi tanggung Education Journal. Vol. 1,No.2.
jawabnya untuk melindungi
masyarakat dan negerinya agar tetap Kementrian Pendidikan Nasional.
aman, selamat dan damai sesuai 2011. Pelaksanaan Pendidikan
dengan perjanjiannya kepada Buraksa. Karakter. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Asriati, Nuraini. 2012. Manurung, Rosida Tiurma. 2010.


Mengembangkan Karakter “Peranan Sastra dalam
Peserta Didik Berbasis Kearifan Pemertahanan Nilai-Nilai
Lokal Melalui Pembelajaran di Budaya Lokal sebagai
Sekolah. Jurnal Pendidikan Pemerkukuh Identitas dan
Sosiologi dan Humaniora. Vol. Ketahanan Bangsa dalam Era
3,No. 2. Globalisasi”. Prosiding Kongres
Internasional Bahasa-Bahasa
Bur, Eka Yulianti. 2017. Analisis Daerah Sulawesi Tenggara, 18-
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 20 Juli 2010 Di Bau-Bau.
Dalam Buku Teks Kelas Vii Kendari: Kantor Bahasa Provinsi
Smp/Mts: Kajian Semiotika Sulawesi Tenggara.
Charles Sanders Peirce. Skripsi.
Makassar: Universtas Negeri Marlina, Murni Eva. 2013. Kurikulum
Makassar. 2013 Yang Berkarakter. Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial. Vol.5 No.2.
Departemen Pendidikan Nasional.
2014. Kamus besar bahasa Nasruddin. 2010. “Kearifan Lokal
Indonesia edisi IV. Jakarta: dalam Pappaseng Bugis”. Jurnal
Gramedia Pustaka Utama Sawerigading, Vol. 16, No. 2,
Agustus. Makassar: Balai
Departemen Pendidikan Nasional. Bahasa Ujung Pandang.
2015. Kamus Besar Bahasa
Notopuro, Hardjito. 1969. "Tentang (Apparereseng) Bugis: Tinjauan
Hukum Adat, Pengertian dan Hermeneutik. Prosiding Seminar
Pcrnbahasan dalam Hukum Bahasa-Bahsa Daerah Sulawesi
Nasional" Majalah hukum Selatan 1-4 Oktober 2012.
Nasional. Nomor 4, Hal. 49. Makassar: Kantor Bahasa
Jakarta. Provinsi Sulawesi Tenggara.

Singgih, D Gunarsah. 2004. Psikologi Widjaja, AW. 1985. Kesadaran


Perkembangan Anak dan Hukum Manusia dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Masyarakat Pancasila. Jakarta:
Era Swasta.
Suastra, Wayan. 2013. Model
Pembelajaran Fisika Untuk Yahya, Muhammad. 2016. Nilai
Mengembangkan Kreativitas Pendidikan Karakter dalam
Untuk Berpikir Dan Karakter Novel 5 CM Karya Donny
Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Dhirgantoro dan
Bali. Jurnal Pendidikan Implementasinya dalam
Indonesia. Vol. 2, No. 2. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas VIII SMP.
Uniawati. 2012. Nilai-Nilai Kearifan Skripsi. Makassar: Universitas
Lokal Pantun Sindiran Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai