BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia menjadikan manusia
tidak pernah merasa puas dan akan terus mengembangkan dari yang sederhana hingga melewati
batas sederhana. Begitupun dengan pekembangan teknologi konstruksi yang sekarang sudah
dirasakan dibelahan dunia manapun.
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia
setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km.
Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087
km2). Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya,
manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul
adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang selama ini terlupakan,
yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena
ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah pantai
menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan hunian penduduk
perkotaan. Penyediaan lahan diwilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat
yang sudah ada,seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang
dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain
yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan
reklamasi.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Reklamasi ?
Apa tujuan dari teknologi Reklamasi ?
Apa saja manfaat dari teknologi Reklamasi ?
Apa saja jenis sistem pada teknologi Reklamasi ?
Apakah dampak positif dan negative dalam pelaksanaan teknologi Reklamasi ?
C. Tujuan Makalah
Mengetahui dan memahami tentang teknologi reklamasi
Mengetahui dan memahami tujuan dari teknologi reklamasi
Mengetahui dan menelaah manfaat dari teknologi reklamasi
Mengenal dan menelaah jenis sistem pada teknologi reklamasi
Mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan oleh teknologi reklamasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia menjadikan manusia tidak
pernah merasa puas dan akan terus mengembangkan dari yang sederhana hingga melewati batas
sederhana. Begitupun dengan pekembangan teknologi konstruksi yang sekarang sudah dirasakan
dibelahan dunia manapun.
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika
Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir
Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2). Hingga saat ini wilayah pesisir
memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring
dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia memanfatkan wilayah
pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi
aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok
daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas
lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara
maju, sehingga daerah pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan
hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan diwilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan
atau habitat yang sudah ada,seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya
yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang
dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Reklamasi
Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris yaitu to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu
yang rusak. Lebih lanjut dijelaskan dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan
Nasional, disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Beberapa sumber yang
mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 menyebutkan bahwa, reklamasi adalah pekerjaan
timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan atau kontur kedalaman perairan.
4. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan
daerah yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang surut
gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan
pelabuhan) dengan jalan menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal – kanal, membuat
tanggul/ polder dan memompa air keluar maupun dengan pengurugan.
5. Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi (2007) adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan
berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,
di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, atau pun di danau.
Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa, dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar
maupun didanau. Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah pantai menjadi suatu
wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada seperti drainase. Biasanya daerah yang menerapkan
teknologi reklamasi ini termasuk daerah rendah yang sering terjadi genangan air seperti banjir atau
pasang surut air laut yang berlebihan. Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga
sekarang.
2. Tujuan dan Manfaat Reklamasi
Tujuan reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
(2007) yaitu untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu
kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur
transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan
terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu
kawasan wisata terpadu.
Sedangkan menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari reklamasi pantai merupakan salah satu langkah
pengembangan kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan
kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin
menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah
daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.
Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program reklamasi ditinjau dari aspek fisik dan lingkungan yaitu:
Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai.
Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan
memiliki hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman
yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan. Terlebih kalau di area
pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat
bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya
pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan berkembangnya industri karena
pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang
berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi. Aspek
perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan menipisnya
daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota
metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Dari aspek
sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang
bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan
pengembang, tidak berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk
mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena ketiga permasalahan tersebut ke bentuk semula.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan reklamasi adalah untuk memperoleh lahan pertanian, memperoleh
lahan untuk pembanguan gedung atau untuk memperluas kota, ataupun untuk sarana transportasi.
Reklamasi umumnya menyangkut wilayah laut, baik laut dangkal maupun dalam. Proyek reklamasi juga
dapat dilakukan pada daerah rawa-rawa yang dapat digunakan untuk keperluan pembangunan proyek
industri.
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan berikut :
a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan.
b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan pengembangan
wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada.
c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau taman nasional,
cagar alam, dan suaka margasatwa.
d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan daerah/negara
lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di atas, terutama yang memiliki
skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam secara signifikan perlu disusun rencana detil
tata ruang (RDTR) kawasan. Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti :
1. Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai.
2. Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun yang
sudah direklamasi.
3. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan
properti (studi investasi).
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan
drainase, jaringan listrik, jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah
ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan
pendidikan, kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan budaya di kawasan
reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi
maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan
peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada
perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang
ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,
pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.
Menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007), kawasan
reklamasi dibedakan menjadi beberapa tipologi berdasarkan fungsinya yakni :
Kawasan Industri.
Kawasan Pariwisata.
Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang Terbuka Tata Air).
Kawasan Mixed-Use.
Kawasan Pendidikan.
Selain berdasarkan fungsinya, kawasan reklamasi juga dibagi menjadi beberapa tipologi berdasarkan
luasan dan lingkupnya sebagai berikut :
1. Reklamasi Besar yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan mempunyai lingkup pemanfaatan
ruang yang sangat banyak dan bervariasi. Contoh : Kawasan reklamasi Jakarta.
2. Reklamasi Sedang merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai dengan 500 Ha dan lingkup
pemanfaatan ruang yang tidak terlalu banyak ( ± 3 – 6 jenis ). Contoh : Kawasan Reklamasi Manado.
3. Reklamasi Kecil merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah 100 Ha) dan hanya memiliki
beberapa variasi pemanfaatan ruang ( hanya 1-3 jenis ruang saja ). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar.
Perencanaan Kota (2013) memaparkan pelaksanaan reklamasi pantai dibedakan menjadi tiga yaitu:
Kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan daratan baru dan garis pantai yang baru akan
menjadi lebih jauh menjorok ke laut. Penerapan model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan
dengan penanganan khusus atau kawasan lindung seperti kawasan permukiman nelayan, kawasan hutan
mangrove, kawasan hutan pantai, kawasan perikanan tangkap, kawasan terumbu karang, padang lamun,
biota laut yang dilindungi - kawasan larangan ( rawan bencana ) dan kawasan taman laut.
Model ini memisahkan (meng-“enclave”) daratan dengan kawasan daratan baru, tujuannya yaitu :
Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan, minyak).
3. Daerah reklamasi gabungan dua bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan).
Suatu kawasan reklamasi yang menggunakan gabungan dua model reklamasi. Kawasan reklamasi pada
kawasan yang potensial menggunakan teknik terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak
memiliki potensi khusus menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama
6. Sistem Reklamasi Pantai
Ada beberapa sistem yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan untuk mencapai tujuan reklamasi,
kondisi dan lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Sistem kanalisasi.
Yaitu membuat kanal-kanal atau saluran drainase ( kondisi tertentu dilengkapi pintu ) bertujuan untuk
menurunkan muka air sehingga lahan bisa dimanfaatkan.
2. Sistem Polder
Dalam sistem polder melingkupi suatu lahan basah (genangan) dengan tanggul yang diusahakan kedap air
dan menurunkan tinggi muka air tanah di dalam areal tersebut, selanjutnya mengendalikan tinggi muka
air supaya selalu berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup kering dan siap
untuk dimanfaatkan untuk pertanian, perindustrian dan lain-lainnya. Keberhasilan dari sistem ini adalah
menjaga atau mempertahankan kondisi muka air tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk
mengatur muka air tersebut. Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangat kecil terutama
jika lahan tidak perlu ditinggikan. Kekurangannya adalah diperlukan biaya cukup besar untuk pembuatan
tanggul, sistem kanal dan saluran serta sistem pompa. Selain itu diperlukan waktu yang cukup panjang
untuk penyiapan lahan reklamasi tersebut.Sistem Polder ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
Polder Dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut akan tetapi ke waduk-waduk tampungan atau
ke suatu saluran yang ada di luar polder untuk kemudian dialirkan ke laut.
Polder Luar
3. Sistem Urugan
Sistem reklamasi dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi kemudian diikuti dengan langkah-
langkah perlindungan dari sistem perbaikan tanahnya ( tanah urug reklamasi ). Sistem ini berkembang
didukung dengan berbagai jenis alat-alat besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan
pengeruk tanah, alat-alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah urug, dan alat
perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini dibedakan dua macam cara kerja yaitu:
1. HYDRAULIC FILL: Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan.
2. BLANKET FILL: Tanah di urug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau sistem perlindungan dibuat
belakangan.
Hydraulic Fill
Blanket Fill
Dalam Pekerjaan reklamsi dengan urugan, ada beberapa aspek yang dipertimbangkan yaitu antara lain:
jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber material, waktu yang tersedia dan biaya
sehingga akan berpengaruh pada metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan.
A. Material Pasir
Material urugan yang baik umumnya berupa pasir dengan kandungan pasir halus tidak melebihi 15%,
Sedangkan untuk dasar tanggul dan untuk permukaan dasar tanah yang lembek, maka persyaratannya
lebih baik lagi yaitu bandingan fraksi halusnya < 10%. Analisis material diambil dari hasil pemboran dan
hasilnya menunjukkan :
B. Material Batu
Material ini terutama digunakan sebagai konstruksi perlindungan daerah yang akan direklamasi antara
lain yaitu: Dengan tumpukan batu ( Rubble Mound ) jenis batu yang digunakan umumnya merupakan
batuan beku karena batuan ini memiliki nilai ketahanan yang tinggi terhadap proses erosi dan pelapukan.
C. Material Tanah
Sebagai material reklamsi tanah umumnya lebih banyak digunakan sebagai material penutup pada bagian
paling atas suatu timbunan ( Soil Cover ).
Sumber Material
Kebutuhan material bahan timbunan reklamasi yang akan digunakan umumnya meliputi jumlah jutaan
ton dan diusahakan letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi lahan reklamasi. Lokasi sumber material dapat
berada di daratan ( on shore ) maupun yang bersumber dari dasar laut.
Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang berupa bukit
umumnya berupa batuan beku (Andesit) dan tanah urugan (Soil Cover). Sedangkan sumber material
deposit datar pada umumnya berupa material pasir ( endapan alluvial ). Sumber material dari bukit dapat
digali dengan wheel – dredger, yaitu alat pengeruk yang mana pengerukannya terpasang pada suatu roda
yang diputar. Sedangkan yang dari deposit datar digali dengan mempergunakan jenis alat penggalian
seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-dredger, kemudian diangkut ke tempat
(terminal) pemuat dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai tempat penampungan
biasanya mempergunakan tongkang berukuran besar baru kemudian diangkut ke lokasi lahan reklamasi
menggunakan tongkang - tongkang kecil.
Sebagai alternatif bahan timbunan diambil dari sumber yang berlokasi di laut yaitu berupa pasir endapan
di dasar laut. Pengambilan pasir endapan tersebut untuk kapasitas besar menggunakan cutter suction
dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger) atau ketongkang kemudian dibawa ke lokasi
dimana material tersebut dipompakan kelahan yang akan di urug. Selain itu pengambilannya bisa
menggunakan grab-dredger yang dipasang di atas suatu tongkang besar.
Perlindungan pantai dengan bantuan manusia dapat berupa struktur bangunan pengaman pantai,
penambahan timbunan pasir, dan mangrove yang tumbuh secara alami pada daerah pantai. Bangunan
Pantai digunakan untuk melindungi lahan reklamasi terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan
arus yang dapat menyebabkan erosi.
Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan untuk melindungi lahan reklamasi , yaitu :
1. Memperkuat atau melindungi lahan reklamasi agar mampu menahan serangan gelombang
Sesuai dengan fungsinya tersebut diatas, bangunan pengaman pantai dapat diklasifikasikan ke dalam 3
kelompok yaitu :
Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. Misal seawall dan revetment
Konstruksi yang di bangun kira –kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai. Misal: groin, jetty dan
breakwater.
Konstruksi yang dibangun di lepas dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Misal breakwater. Bangunan
yang termasuk dalam kelompok pertama adalah dinding pantai atau revetmen yang dibangun pada garis
pantai atau di daratan yang digunakan untuk melindungi pantai langsung dari serangan gelombang.
Tipe bangunan pantai yang digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan material di atau di dekat
lokasi pekerjaan, kondisi dasar laut, kedalaman air, dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Batu adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat bangunan. Mengingat
jumlah yang diperlukan sangat besar maka ketersediaan batu di sekitar lokasi pekerjaan harus
diperhatikan. Faktor penting lainnya adalah karakteristik dasar laut yang mendukung bangunan tersebut
di bawah pengaruh gelombang. Tanah dasar (pondasi bangunan) harus mempunyai daya dukung yang
cukup sehingga stabilitas bangunan dapat terjamin. Pada pantai dengan tanah dasar lunak, dimana daya
dukung tanah kecil, maka konstruksi harus dibuat ringan ( memperkecil dimensi ) atau memperlebar dasar
sehingga bangunan berbentuk trapesium (sisi miring) yang terbuat dari tumpukan batu atau block beton.
Bangunan berbentuk trapesium mempunyai luas alas besar sehingga tekanan yang ditimbulkan oleh berat
bangunan kecil. Apabila daya dukung tanah besar maka dapat digunakan pemecah gelombang sisi tegak.
Bangunan ini dapat dibuat dari buis beton atau block beton yang ditumpuk atau berupa kaison.
Eksternalitas Negatif
Eksternalitas Positif
1. Penambahan wilayah diatas laut seringkali jadi solusi kurangnya lahan kosong di perkotaan. Misalnya
bandara Kansai di Jepang yang sepenuhnya dibangun diatas pulau buatan diatas laut. Hal itu dapat
mengatasi masalah kebisingan serta padatnya wilayah sekitar bandara.Ada tambahan daratan buatan
hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.
2. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman sudah
disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
3. Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat tembok
penahan air laut di sepanjang pantai.
4. Daratan hasil reklamasi dapat disulap menjadi tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman
sesuai perencanaan sehingga menjadi daya Tarik bagi wisatawan domestic serta wisatawan asing.
Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan dengan kajian yang
komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan
dengan model fisik (laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak
negatif yang terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan pada tujuan utama pemenuhan
kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-
mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka.
Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan) terhadap seberapa besar
kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara Pemerintah dan
jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan
dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika
negatif tidak perlu direncanakan.
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari masyarakat dan Pemerintah.
Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait.
Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan
reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota multifungsi,
dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai
permasalahan sosial dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini
justru disebabkan oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Tata ruang kota
yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan
Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk
mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat
perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat
pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya
secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan
lingkungan yang akan ditimbulkannya lalu disampaikan secara terbuka kepada publik.
Penting diingat reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan
lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya akan
melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi, sedimentasi pantai, serta kerusakan
biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana mestinya dapat hancur
atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada
akhirnya akan berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang dulunya
mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan melakukan migrasi ke
daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para
nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan menyebabkan penaikan
masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan
kawasan sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga
dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air pasang
yang naik bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga perlu mendapatkan
perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu
dipertimbangkan. Ada banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang menjadi persoalan adalah
konsistensi penerapan dan penegakan aturan.
Kawasan perkotaan dekat pantai yang begitu pesat perkembangannya pasti membutuhkan
wilayah yang semakin luas apalagi kondisi wilayah daratan yang sekarang semakin sempit. Oleh karena
itu reklamasi menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang pertumbuhannya sangat tinggi demi
mendukung pemenuhan kebutuhan lahan. Reklamasi menolong segala aspek dari lingkungan, sosial
budaya dan ekonomi. Misalnya dalam aspek ekonomi, permintaan wilayah pemukiman yang semakin
marak, akan tetapi wilayah daratan yang semakin mahal serta menipisnya daya dukung, membuat
teknologi reklamasi semakin laku dikalangan negara-negara maju.
Adakalanya, setiap kegiatan teknologi mempunyai kelemahan dan efek buruk untuk wilayah
sekitarnya. Proses reklamasi tidaklah mudah, karena membutuhkan tahap yang begitu panjang. Kegiatan
reklamasi juga mampu merusak segala aspek, seperti lingkungan yang menjadi minim seperti hilangnya
ekosistem penting dalam laut, dalam aspek sosial budaya seperti hilangnya mata pencaharian para
nelayan karena wilayahnya sudah berubah menjadi perkotaan dan masih banyak lagi.
Jadi, teknologi reklamasi ini masih butuh telaah lebih lanjut karena masih banyak aspek-aspek
kehidupan yang akan dirusak oleh kegiatan ini.
Daftar Referensi
3. Menimbang Reklamasi Pantai Donggala, Harian Mercusuar 16 November 2009 dalam www.ediwicak.co.cc
4. www.tempointeraktif.com
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan utama diterapkannya teknologi Reklamasi adalah menjadi wilayah berair yang
relatif tidak berguna menjadi kawasan yang lebih baik dan bermanfaat.
Tujuan dari teknologi reklamasi adalah sebagai berikut :
o Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut
o Untuk memperoleh tanah baru didepan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai banteng perlindungan garis pantai
o Dalam alasan ekonomis, untuk mendirikan konstruksi atau bangunan dalam skala besar
C. Manfaat Teknologi Reklamasi
Reklamasi pantai sudah menjadi alternatif dalam pemenuhan lahan perkotaan dan menjadi
mutlak dikarenakan wilayah daratan yang semakin sempit. Kebutuhan dan manfaat reklamasi
dapat dilihat dari segi aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang
wilaya butuh direklamasi karena wilayah yang sudah rusak perlu diperdayakan menjadi lebih
berguna. Untuk pantai biasanya diorientasikan ke pelabuhan, industry, wisata dan pemukiman
yang perairannya dangkal butuh direklamasi agar menjadi lahan yang bisa berguna dan
bermanfaat.
Terlebih lagi dengan daerah pelabuhan yang sangat wajib untuk dilakukan reklamasi dalam
pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan fasilitas pelabuhan seperti tempat bersandarnya kapal,
pelabuhan peti-peti kontainer , pergudangannya dan sebagainya. Pelabuhan ekspor-impor kini
menjadi sangat luas karena direklamasi, supaya pemenuhan kebutuhan seperti pergudangan pangsa
ekspo-impor yang berada dekat wilayah pelabuhan untuk mengurangi biaya transportasi.
Dalam aspek ekonomi adalah kebutuhan lahan untuk pemukan semakin, semakin mahalnya
wilayah daratan dan berkurangnya daya dukung lingkungan darat menjadikan reklamasi adalah
hal yang sangat penting dan menjadi pilihan bagi negara-negara maju atau kota metropolitan yang
membutuhkan perluasan lahan dalam memenuhi kebutuhan untuk pemukiman. Manfaat lain
reklamasi adalah mengurangi kepadatan penduduk yang sudah meledak di daerah perkotaan dan
supaya tidak terjadinya pergusuran lagi didaerah perkotaan bagi warga yang tinggal dibantaran
sungai karena dengan reklamasi berarti pemerintah memberikan wilayah baru untuk tempat
tinggal.
Untuk aspek konservasi wilayah pantai, karena dikawasan pantai teretentu terjadi perubahan
pola arus air laut sehingga mengalami abrasi, akresi yang memerlukan pembuat Groin (pemecah
ombak) atau dinding laut sehingga reklamasi pun menjadi pilihan utama permasalahan tersebut.
Reklamasi dilakukan diwilayah pantai guna mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena
abrasi terbentuk semula.
Reklamasi bukanlah mini-proyek, tetapi mega-proyek yang dilakukan oleh otoritas perkotaan.
Dalam pelaksanaan reklamasi, diperlukan pemebelajaran atau penelitian seperti :
o Pengendalian dampak negatif lingkungan
o Suply air dan energy
o Transportasi yang terintegrasi
o Tata ruang dan wilayah
o Struktur lapisan tanah reklamasi
- Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman
sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
- Daerah yang ketinggiannya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
- Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat
berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.
- Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air
asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa
digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
- Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi
terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan
cuaca serta kerusakan planet bumi secara total.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kawasan perkotaan dekat pantai yang begitu pesat perkembangannya pasti membutuhkan
wilayah yang semakin luas apalagi kondisi wilayah daratan yang sekarang semakin sempit. Oleh
karena itu reklamasi menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang pertumbuhannya sangat
tinggi demi mendukung pemenuhan kebutuhan lahan. Reklamasi menolong segala aspek dari
lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Misalnya dalam aspek ekonomi, permintaan wilayah
pemukiman yang semakin marak, akan tetapi wilayah daratan yang semakin mahal serta
menipisnya daya dukung, membuat teknologi reklamasi semakin laku dikalangan negara-negara
maju.
Adakalanya, setiap kegiatan teknologi mempunyai kelemahan dan efek buruk untuk
wilayah sekitarnya. Proses reklamasi tidaklah mudah, karena membutuhkan tahap yang begitu
panjang. Kegiatan reklamasi juga mampu merusak segala aspek, seperti lingkungan yang menjadi
minim seperti hilangnya ekosistem penting dalam laut, dalam aspek sosial budaya seperti
hilangnya mata pencaharian para nelayan karena wilayahnya sudah berubah menjadi perkotaan
dan masih banyak lagi.
Jadi, teknologi reklamasi ini masih butuh telaah lebih lanjut karena masih banyak aspek-
aspek kehidupan yang akan dirusak oleh kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
SISTEM REKLAMASI
Reklamasi memang merupakan proyek yang kompleks dan membutuhkan keseriusan serta sinergi
dari banyak ahli di berbagai bidang. Selain itu, dibutuhkan teknologi yang sangat mahal plus
peralatan dan para ahli yang berpengalaman untuk melakukan proyek ini. Pelaksanaan reklamasi
di Indonesia juga melibatkan para ahli plus teknologi dari luar negeri yang telah memiliki
pengalaman dan jam terbang lebih banyak dalam mengerjakan proyek-proyek reklamasi di dunia.
Umumnya, reklamasi perairan dibagi menjadi 2 macam. Pertama, reklamasi yang menempel atau
menyatu dengan garis pantai. Dan, yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai daratan
induk. Sistem pengembangan yang diterapkan juga merupakan hal yang penting dalam proyek
reklamasi.
Ada empat macam sistem reklamasi sesuai dengan pertimbangan, tujuan reklamasi, kondisi dan
lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Keempat sistem tersebut adalah:
1. Sistem Timbunan
Pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi, sistem ini sangat cocok untuk
diterapkan. Metode inilah yang paling populer di Indonesia. Sistem ini dilakukan dengan cara
menimbun atau mengurug lahan yang akan direklamasi sampai muka lahan berada di atas muka
air laut (high water level). Dan diikuti dengan langkah-langkah perlidungan sistem perbaikan
tanahnya.
Sistem ini didukung oleh berbagai jenis alat-alat besar, seperti alat penggalian tanah, alat
pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat transportasi, perlengkapan penebaran bahan-bahan
tanah urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini terdapat dua cara kerja, yaitu:
Hydraulic fill
Blanket fill
Tanah diurug terlebih dahulu baru kemudian tanggul atau system perlindungan dbuat.
Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut sepanjang pantai. Ini merupakan salah satu keuntungan dari sistem
timbunan. Selain itu, tata lingkungan yang baik dengan perletakan dan tatanan sesuai dengan
perencanaan bisa menjadi rekreasi yang baik untuk pengunjung.
Namun, di samping keuntungan yang diberikan, ada juga kekurangan akibat sistem ini. Contohnya,
peninggian muka air laut karena sebagian daerah telah ditimbun akan menyebabkan naiknya air
hingga ke permukaan. Akibatnya, air asin dari laut dapat merusak vegetasi. Selain itu, tanah dasar
yang lunak serta tebal dari lapisan reklamasi yang tinggi mempunyai kecenderungan menyebabkan
rendahnya stabilitas timbunan. Ini dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh
timbunan.
Material yang digunakan dalam sistem ini, biasanya menggunakan pasir laut yang diambil dengan
cara mengeruk di dasar laut yang berada di tengah laut dalam. Selain pasir laut, material untuk
mengurug juga diambil dari pengerukan pulau tak berpenghuni atau bukit. Material lainnya juga
bisa berasal dari hasil pengurugan dengan limbah atau sampah yang telah diproses dan dipadatkan.
Reklamasi menggunakan sistem timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah bisa dijumpai
pada pembangunan Pluit City. Kawasan ini berdiri di atas pulau baru hasil reklamasi di teluk
Jakarta. Pulau ini berada 5,5 m – 7,5 m di atas permukaan laut. Dalam pembangunannya, pasir dan
tanah timbunan dipadatkan dengan menggunakan teknologi tinggi. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penurunan muka tanah.
Pembangunan Pluit City ini tidak terlepas dari keterbatasan lahan di Jakarta. Selain untuk
residensial, sisi positif pembangunan Pluit City antara lain dapat mempercantik wajah kota.
Memperindah lingkungan pantai, meningkatkan sektor pariwisata dan membuka lapangan kerja.
Tidak hanya itu, Pluit City juga bisa menjadi kawasan bisnis dan ekonomi dengan tersedianya
fasilitas kawasan perkantoran. Alhasil peningkatan kualitas hidup dapat terwujud.
2. Sistem Polder
Sistem ini dilakukan pada lokasi dengan posisi drainase yang baik. Untuk Indonesia yang memiliki
curah hujan yang sangat tinggi, sistem reklamasi ini kurang cocok untuk diterapkan. Sistem ini
dilakukan dengan cara mengeringkan daerah yang akan direklamasi dengan memompa air yang
berada didalam tanggul kedap air, untuk kemudian dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
Keberhasilan dari sistem ini sendiri adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka air tanah
sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur ketinggian muka air tersebut. Kemudian,
sistem ini dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Polder dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut, tetapi disalurkan ke waduk-waduk
tampungan atau ke saluran tertentu di luar polder, kemudian baru dialirkan ke laut.
Polder luar
Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangatlah kecil. Terutama jika lahan tidak
perlu ditinggikan. Namun, kekurangannya adalah diperlukan biaya yang cukup besar untuk
pembuatan tanggul, sistem kanal, dan saluran serta sistem pompa. Sistem ini sangat bergantung
pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang air.
Selain itu, untuk menyiapkan tanah reklamasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.
Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus dikendalikan dengan bantuan
pompa untuk menciptakan semacam drainase. Oleh karena itu, perlu disosialisasikan konsep
pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan. Hal ini dilakukan sebagai langkah
antisipasi terhadap perubahan pembangunan yang sangat mempengaruhi dan berdampak pada
lingkungan.
Reklamasi cara ini merupakan gabungan system polder dan system timbunan, yaitu setelah lahan
diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu
sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan kinerja sistem polder yang bergantung pada pompa.
Jika nantinya pompa mati, hal itu tidak akan terjadi masalah karena daerah yang kering telah
ditimbun sehingga dapat menekan biaya. Banjir juga bisa lebih efektif ditangani karena system
polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat air dari hulu. Sedangkan sistem
timbunan membuat permukaan laut bisa aman terhadap banjir, apabila dibuat tembok penahan air
laut di sepanjang pantai.
Namun, kekurangan sistem ini adalah rentan terhadap terjadinya penurunan daya dukung tanah
sehingga menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan. Hal lain yang menjadi pertimbangan penting adalah
musnahnya tempat hidup hewan laut dan tumbuhan laut sehingga keseimbangan alam menjadi
terganggu. Bila ini terus dibiarkan, akan memicu global warming. Sudah banyak Negara yang
menerapkan system ini untuk mencapai efektivitas dari proyek reklamasi yang dilakukan.
4. Sistem Drainase
System ini banyak dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah lain di
sekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih tinggi dari pada elevasi muka air laut. Wilayah ini
bisa berupa daerah rawa pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik dengan
pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman dan
pertanian.
Keuntungan sistem drainase adalah biaya yang digunakan jauh lebih murah karena tidak
menggunakan alat pompa dan material yang digunakan tidak terlalu banyak. Daerah reklamasi pun
bisa dijadikan juga sebagai kawasan industri dan pabrik-pabrik.
Adapun kekurangannya adalah dampak dari limbah-limbah industri atau pabrik bisa
mengakibatkan lingkungan sekitar daerah reklamasi tercemar. Dampak lingkungan lainnya dari
proyek reklamasi pantai adalah meningkatnya potensi banjir. Hal ini karena proyek tersebut dapat
mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut.
Sejumlah Negara yang menggunakan sistem reklamasi drainase antara lain Amerika Serikat,
Kanada, Hungaria, Polandia dan Lain-lain.
Hal lain yang perlu diperhatikan selain teknologi yang tepat dengan kondisi perairan, adalah
material urugan reklamasi. Jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber material,
waktu yang tersedia dan juga biaya, merupakan aspek yang perlu dijadikan bahan pertimbangan.
Jenis material bisa berbentuk pasir, batu, maupun tanah. Sementara itu, sumber material bisa
berasal dari daratan maupun dasar laut.
Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang berupa
bukit umumnya batuan beku (andesit) dan tanah urugan (soil cover), sedangkan sumber deposit
datar pada umumnya berupa material pasir (endapan alluvial). Sumber material dari bukit dapat
digali dengan bantuan wheel-dredger, yaitu alat penggeruk di mana pegeruknya terpasang pada
suatu roda yang diputar. Berbeda dengan material dari bukit, material dari deposit datar digali
menggunakan alat penggalian, seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-
dredger, kemudian diangkut dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai tempat
penampungan biasanya digunakan tongkang berukuran Selain itu baru material diangkut ke
lokasi lahan reklamasi menggunakan tongkang-tongkang kecil.
Sumber timbunan yang berlokasi di laut, yaitu berupa pasir endapan di dasar laut. Pengambilan
pasir endapan di dasar laut tersebut untuk kapasitas besar dilakukan dengan menggunakan
cutter suction dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger) atau ke tongkang.
Kemudian, dibawa ke lokasi di mana material tersebut dipompakan ke lahan yang akan diurug.
Selain itu pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang dipasang di atas suatu
tongkang besar
FacebookTwitterGoogle+WhatsAppShare
TAGS
HISTORY
DRAINASE adalah istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang disebabkan oleh hujan,
rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga, dengan cara mengalirkan, menguras,
membuang, meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun
meningkatkan fungsi kawasan. Secara umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air
yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan.
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
Secara fungsional, sulit dipisahkan secara jelas antara sistem drainase dan sistem pengendalian banjir.
Genangan yang terjadi sehubungan dengan aliran di saluran drainase akibat hujan lokal terhambat
masuk ke saluran induk dan/atau ke sungai, sering juga disebut banjir. Membedakan genangan akibat
luapan sungai dengan genangan akibat hujan lokal yang kurang lancar mengalir ke sungai, seringkali
mengalami kesulitan.
Permasalahan Drainase di Wilayah Perkotaan
Perkotaan merupakan pusat kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat
konsumen. Di wilayah perkotaan tinggal banyak manusia sehingga terdapat banyak fasilitas umum,
transportasi, komunikasi dan sebagainya.
Saluran drainase di wilayah perkotaan menerima tidak hanya air hujan, tetapi juga air buangan (limbah)
rumah tangga, dan mungkin juga limbah pabrik.
Hujan yang jatuh di wilayah perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu memasuki dan
melintasi atau berada di lingkungan perkotaan. Sumber kontaminasi berasal dari udara (asap, debu, uap,
gas), bangunan dan/atau permukaan tanah, dan limbah domestik yang mengalir bersama air hujan.
Setelah melewati lingkungan perkotaan, air hujan dengan atau tanpa limbah domestik, membawa polutan
ke badan air.
Sumber penyebab utama permasalahan drainase adalah peningkatan/pertumbuhan jumlah penduduk.
Urbanisasi yang terjadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia akhir-akhir ini menambah beban
daerah perkotaan menjadi lebih berat.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan seperti
perumahan, sarana transportasi, air bersih, prasarana pendidikan, dan lain-lain. Di samping itu
peningkatan penduduk selalu juga diikuti dengan peningkatan limbah, baik limbah cair maupun padat
(sampah).
Kebutuhan akan lahan untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian akan semakin meningkat
sehingga terjadi perubahan tataguna lahan yang mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit
puncak banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan, yang
diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang bervariasi antara 0,10 (hutan datar) sampai 0,95
(perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan
jalan bisa meningkatkan debit puncak banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana
drainase yang ada menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut.
Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan/penyempitan
saluran dan sungai, sehingga kapasitas/kemampuan mengalirkan air dari sungai dan saluran drainase
menjadi berkurang.
Perubahan fungsi lahan dari hutan (kawasan terbuka) menjadi daerah terbangun (kawasan perdagangan,
permukiman, jalan dan lain-lain) juga mengakibatkan peningkatan erosi. Material yang tererosi, terbawa
serta ke dalam saluran dan sungai sehingga turut mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan.
Oleh sebab itu, setiap perkembangan kota harus diikuti dengan evaluasi dan/atau perbaikan sistem
secara menyeluruh, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitar yang terpengaruh.
Sebagai contoh, pengembangan suatu kawasan permukiman di daerah hulu suatu sistem drainase, maka
perencanaan drainasenya tidak hanya dilakukan pada kawasan permukiman tersebut, tetapi sistem
drainase di hilir juga harus dievaluasi dan/atau diredesain jika diperlukan. Jika hal tersebut tidak
dilakukan, maka instansi atau pengembang yang terlibat harus mampu menjamin (secara teknis) bahwa
air dari kawasan yang dikembangkan tidak mengalami perubahan dari sebelum dan sesudah
pengembangan. Cara lain yang dapat ditempuh adalah pengembang harus menyediakan di kawasan
pengembangan tersebut, resapan-resapan buatan seperti sumur resapan, kolam resapan, kolam tandon
sementara dan sebagainya.
Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai
Kota-kota besar di Indonesia sebagian besar terdapat di wilayah pesisir pantai. Permasalahan drainase di
kota-kota pesisir pantai biasanya lebih rumit dibandingkan dengan permasalahan drainase perkotaan
secara umum.
Permasalahan drainase khususnya kota pantai, bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan antara lain peningkatan debit,
penyempitan dan pendangkalan saluran, reklamasi, amblasan tanah, limbah cair dan padat (sampah),
dan pasang surut air laut.
Amblasan tanah (land subsidence) yang terjadi di banyak kota pantai mengakibatkan genangan banjir
makin parah. Amblasan tanah ini disebabkan terutama oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, yang
mengakibatkan beberapa bagian kota berada sama tinggi dan bahkan di bawah muka air laut pasang.
Akibatnya sistem drainase gravitasi akan terganggu, bahkan tidak bisa bekerja tanpa bantuan pompa.
Bahkan di beberapa tempat dapat menyebabkan genangan permanen dari air pasang yang biasa dikenal
sebagai banjir rob.
Penerapan konsep drainase pengatusan di daerah pedalaman sering menimbulkan/menambah
permasalahan di wilayah pesisir, karena terjadi akumulasi debit di saluran primer.
Dapat disimpulkan bahwa selain penyebab secara umum seperti tingginya curah hujan dan perubahan
tataguna lahan, penyebab lainnya yang menimbulkan permasalahan drainase di kota-kota yang terletak di
kawasan pesisir pantai adalah :
a. Kemiringan saluran drainase yang sangat kecil di kawasan yang hampir datar menyebabkan kecepatan
aliran cukup kecil dan sering terjadi pengendapan lumpur yang mengurangi kapasitasnya.
b. Gelombang pasang-surut air laut (rob) yang membentuk semacam tembok penghalang di hilir saluran
dan muara sungai sehingga terjadi aliran balik (back water curve).
c. Banyaknya endapan di muara sungai (sebagai saluran drainase primer) menyebabkan kapasitas
alirannya berkurang. Kondisi ini diperparah lagi dengan banyaknya sampah dari warga kota yang
dibuang ke saluran dan sungai.
d. Reklamasi dan pembangunan di daerah pantai sering tidak memperhatikan kondisi topografi sehingga
mengakibatkan hambatan aliran ke laut, sehingga menimbulkan kawasan-kawasan genangan yang baru.
e. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, turut pula bertumbuh
kawasan permukiman yang tidak beraturan. Rumah dibangun di atas saluran, dan pembuangan limbah
langsung ke saluran yang ada di bawahnya. Hal ini menghambat upaya pemeliharaan saluran dan
mengurangi kapasitas alirannya.
Permasalahan di atas masih diperberat lagi dengan kurangnya perhatian dari berbagai pihak dalam
mengatasi masalah secara bersama dan proporsional, adanya perbedaan kepentingan drainase dengan
prasarana lain seperti jalan, jaringan bangunan bawah tanah, jaringan perpipaan air bersih, telkom,
listrik dan sebagainya, serta kurangnya kepastian hukum dalam mengamankan fungsi prasarana
drainase, maupun adanya sementara pihak yang tidak mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas
manajemen suatu kota tercermin dari kualitas sistem drainase di kota tersebut. Sistem drainase yang
kurang baik menyebabkan terjadinya genangan air di berbagai tempat sehingga lingkungan menjadi kotor
dan jorok, menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit, yang pada akhirnya bukan hanya menurunkan
kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, tetapi dapat juga menggangu kegiatan transportasi,
perekonomian dan lain-lain.
Upaya Mengatasi Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai
Sampai saat ini drainase sering diabaikan dan direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan penting.
Seringkali pekerjaan drainase hanya dianggap sekedar pembuatan got, padahal pekerjaan drainase
terutama di perkotaan bisa merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, sehingga membutuhkan
biaya yang cukup besar.
Jika perencana jembatan harus dapat menjawab pertanyaan tentang berapa maksimum beban kendaraan
yang bisa melintasi jembatan yang direncanakannya, maka perencana drainase harus dapat menjawab
pertanyaan tentang besar intensitas curah hujan ataupun periode ulang yang diterapkan dalam
perencanaan, seberapa besar peluang kapasitas saluran tidak mampu menampung debit aliran akibat
hujan, daerah mana saja yang merupakan daerah layanan saluran (langsung maupun tidak langsung),
apakah dengan saluran yang baru ini tidak akan terjadi pencemaran air tanah, apakah tidak akan
menimbulkan masalah di kawasan bagian hilir, apakah koefisien limpasan sudah disesuaikan dengan
peruntukkan lahan di kemudian hari (sesuai rencana tata ruang), apakah sudah memperhitungkan
adanya pengaruh air balik (back water curve), dan berbagai pertanyaan lainnya.
Bagaimana menata/mengelola sistem drainase kota ???
Melalui suatu rangkaian kegiatan yang disingkat dengan SIDLACOM (Survey, Investigasi, Desain,
Pembebasan Lahan, Pembangunan, Operasi dan Pemeliharaan).
Pada tahapan SID, perencana menyusun terlebih dulu suatu Master Plan yang kemudian diikuti dengan
Analisa Kelayakan dan Detailed Engineering Design.
Master plan drainase merupakan suatu rencana induk sistem drainase yang memberikan arahan yang
jelas tentang penanganan masalah drainase secara terpadu, desain tipikal dari prasarana drainase,
prioritas penanganan/pembangunan, perkiraan biaya, pedoman operasional dan pemeliharaan dan
sebagainya.
(Seingat penulis, sejak beberapa tahun yang lalu Kota Manado sudah punya master plan drainase kota
yang dibuat oleh Bappeda Kota Manado, master plan drainase kota yang dibuat oleh Sub-Dinas Cipta
Karya Dinas PU Provinsi, dan master plan pengendalian daya rusak air Kota Manado yang dibuat oleh
Dinas Sumber Daya Air Provinsi).
Master plan adalah suatu karya di atas kertas berupa laporan dan gambar, yang tentunya akan mubazir
apabila tidak dimanfaatkan dan dilanjutkan dengan suatu desain rinci (DED), dan implementasi di
lapangan.
Operasional prasarana drainase merupakan usaha untuk memanfaatkan prasarana drainase secara
optimal (melalui pengoperasian pintu air, penyuluhan dan lain-lain), sedangkan pemeliharaan prasarana
drainase merupakan usaha untuk menjaga agar prasarana drainase berfungsi dengan baik selama
mungkin (melalui pengamanan, perawatan, perbaikan)
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan drainase kota di kawasan pesisir
pantai:
a. Reklamasi pantai harus dapat menjamin kemiringan topografi kawasan agar tidak menimbulkan
daerah-daerah rawan genangan yang baru. Alternatif lainnya adalah dengan menyediakan akses drainase
ke laut berupa saluran-saluran terbuka yang kapasitasnya sudah melalui perencanaan yang mantap.
b. Bagian hilir saluran drainase harus direncanakan mampu mengatasi masalah back water curve. Jika
diperlukan, harus dibuat konstruksi penahan pasang surut air laut seperti pintu air yang dibantu oleh
kolam tandon dan pompa air, atau membangun tanggul/tembok di sepanjang kiri kanan muara
sungai/saluran.
c. Program normalisasi sungai yang memperlebar dan memperdalam alur sungai merupakan cara yang
paling tepat untuk mengatasi penyempitan dan pendangkalan/penyumbatan di hilir/muara sungai.
d. Meningkatkan upaya non-struktur seperti penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk
menjaga prasarana drainase, serta penegakan hukum terhadap kegiatan yang merusak prasarana
drainase dan menghambat upaya pemeliharaan drainase.
e. Barangkali sudah waktunya dipikirkan pembuatan peraturan penarikan retribusi sistem drainase
mengingat banyaknya kebutuhan pendanaan untuk suatu kota sehingga subsidi untuk drainase mulai
dikurangi sejak sekarang. Selain itu, sistem drainase kota melayani pembuangan limbah cair di musim
kemarau sehingga wajar jika pemerintah menarik retribusi atas pelayanan yang diberikan. Keberadaan
sistem drainase sanggup menaikkan nilai tanah dan bangunan, sehingga sewajarnya jika pemerintah
mendapatkan bagian guna membangun dan memelihara sistem drainase.
Kasus Khusus: Drainase di Kawasan Boulevard di Kota Manado
Jalan Piere Tendean (lebih dikenal dengan Boulevard) dan kawasan perdagangan di sebelah barat jalan
tersebut, dulunya adalah bagian dari pantai Teluk Manado, yang direklamasi secara bertahap. Pantai ini
dulunya menjadi lokasi pembuangan akhir dari saluran-saluran drainase kota.
Pembangunan jalan Piere Tendean diikuti dengan pembuatan saluran drainase di sisi timur jalan dan
beberapa gorong-gorong yang memotong jalan. Saluran di sisi timur jalan hanya berfungsi menampung
air dari saluran-saluran drainase kota untuk kemudian didistribusikan ke gorong-gorong, dan
sebagiannya lagi dialirkan ke sungai Sario. Keberadaan saluran ini tidak efektif mengingat kemiringan
dasar saluran yang sejajar pantai adalah relatif datar, sehingga aliran akan terhambat. Seyogyanya
saluran-saluran drainase kota harus dilanjutkan dengan gorong-gorong langsung ke arah laut.
Reklamasi pantai menjadi kawasan perdagangan di sebelah barat jalan Piere Tendean menyebabkan
diikuti dengan penutupan sebagian gorong-gorong di jalan tersebut. Elevasi lahan reklamasi dibuat lebih
tinggi dari Jalan Piere Tendean dan kemiringannya ke arah jalan tersebut. Ini sama dengan menambah
luas catchment area dari saluran di jalan Piere Tendean. Saluran pembuang yang melewati kawasan
perdagangan ini saling berjarak relatif cukup jauh dan dibuat tertutup.
Akibat dari semua keadaan ini, pada saat hujan cukup deras, saluran di sisi Jalan Piere Tendean, gorong-
gorong dan saluran tertutup di kawasan reklamasi tidak mampu menampung dan menyalurkan air hujan
dan terjadilah genangan air di sebagian ruas jalan Piere Tendean. Kawasan permukiman yang dulunya
bebas dari genangan (Kampung Pondol, Kampung Kakas, Kampung Tomohon, dan sekitarnya) sekarang
telah berubah menjadi lokasi rawan genangan.
Beberapa hal yang diusulkan untuk mengatasi masalah drainase di kawasan Jalan Piere Tendean dan
sekitarnya adalah:
a. Jarak antara gorong-gorong di Jalan Piere Tendean diperkecil dengan menambah jumlah gorong-
gorong. Paling baik apabila gorong-gorong dibuat sebagai kepanjangan dari saluran-saluran drainase
kota.
b. Di kawasan reklamasi perlu dibangun akses drainase berupa saluran-saluran terbuka ke laut, yang jika
ditata dan dipelihara dengan baik, bisa menjadi lokasi rekreasi.
c. Perencanaan teknis dari fasilitas drainase hendaknya memperhitungkan catchment area serta
kemungkinan perubahan penggunaan lahan baik di sekitar lokasi dan di daerah hulu berdasarkan
rencana tata ruang kota.#
* Dosen Keairan di Fakultas Teknik Unsrat; PU SDA: Profesional Utama Sumber Daya Air, Himpunan
Ahli Teknik Hidranlik Indonesia (HATHI)
Pengertian Reklamasi
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to
reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-
Indonesia terbitan PT. Gramedia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih
dalam kamus yang sama, arti kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Para
ahli belum banyak yang mendefinisikan atau memberikan pengertian mengenai reklamasi pantai.
Kegiatan reklamasi pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah
suatu lingkungan alam menjadi lingkungan buatan, suatu tipologi ekosistem estuaria, mangrove dan
terumbu karang menjadi suatu bentang alam daratan.(Maskur, 2008).
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase (UU No 27 Thn 2007).
Pengertian reklamasi lainnnya adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar,
ataupun di danau. Pada dasaranya reklamasi merupakan kegiatan merubah wilayah perairan pantai
menjadi daratan. Reklamasi dimaksudkan upaya merubah permukaan tanah yang rendah (biasanya
terpengaruh terhadap genangan air) menjadi lebih tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).
(Wisnu Suharto dalam Maskur, 2008).
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak
atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan
untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata. Dalam
perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi diamalkan
oleh negara atau kotakota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian
pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan).
Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru. (http//www.lautkita.org)
Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota dalam rangka
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan
wisata bahari, dll.
Reklamasi kawasan perairan merupakan upaya pembentukan suatu kawasan daratan baru baik
di wilayah pesisir pantai ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi ini adalah untuk menjadikan
kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan
bermanfaat untuk berbagai keperluan ekonomi maupun untuk tujuan strategis lain. Kawasan daratan
baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,
pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai,
kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama
dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.
Tujuan Reklamasi
Biasanya kegiatan reklamasi ini dilakukan oleh suatu otoritas (negara, kota besar, pengelola
kawasan) yang memiliki laju pertumbuhan tinggi dan kebutuhan lahannya meningkat pesat, tetapi
mengalami kendala keterbatasan atau ketersediaan ruang dan lahan untuk mendukung laju pertumbuhan
yang ada, sehingga diperlukan untuk mengembangkan suatu wilayah daratan baru. Dalam konteks
pengembangan wilayah, reklamasi kawasan pantai ini diharapkan akan dapat meningkatkan daya
tampung dan daya dukungan lingkungan (environmental carrying capacity) secara keseluruhan bagi
kawasan tersebut. Reklamasi dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan yang
ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase (UU 27, 2007). Hal ini umumnya terjadi karena semakin tingginya tingkat populasi manusia,
khususnya di kawasan pesisir, sehingga perlu dicari solusinya.
Tujuan reklamasi juga yaitu untuk memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau tidak
berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain untuk
lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990).
Sedangkan menurut max wagiu 2011. Tujuan dari program reklamasi yaitu:
b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai
c. Untuk alasan ekonomis, pembangunan atau untuk mendirikan konstruksi bangungan dalam skala yang
lebih besar.
Gambar 1. a. Foto Satelit Shenzen, Hongkong - Reklamasi yang menyambung dengan daratan. b. Rencana Palm Island, Dubai –
Reklamasi yang terpisah dari daratan utama. (Sumber; Djakapermana, 2013)
Manfaat Reklamasi
Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan
karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek
tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang
membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan
bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan pantainya dangkal wajib untuk
direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan
fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya.
Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan
berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor –
impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu
memotong biaya transportasi.
Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan
menipisnya daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau
kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Fungsi lain
adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari
penggusuran karena berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek konservasi wilayah pantai, pada kasus
tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi sehingga
memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau dinding laut sebagai mana yang dilakukan di
daerah Ngebruk Mankang Kulon. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan
konfigurasi pantai yang terkena abrasi kebentuk semula.
Reklamasi merupakan megaproject dari sebuah pengembangan perkotaan. Besarnya sumber daya
dan dana yag dikeluarkan harus sebanding dengan nilai fungsi yang ada setelah reklamasi digunakan.
Perencanaan dan studi harus mendalam perihal Pekerjaan Reklamasi seperti: (Indonesia Water Institute.
2012)
1. Pengendalian Dampak Negatif Lingkungan - Campur tangan manusia terhadap alam akan berimbas
kepada ekosistem yang ada di laut sebelumnya, maka perlu dilakukannya pencegahan dampak meluas
akibat reklamasi ini. Salah satu contoh: ketika Reklamasi Pantai Indah Kapuk selesai, maka persoalan
muncul, ketika jalan Tol ir Sedyatmo (Tol Bandara) mengalami banjir beberapa pendapat dikarenakan
limpasan dari area Pantai Indah Kapuk.
2. Supply Air dan Energy – Air dan Energy akan dibutuhkan di daerah pengembangan termasuk juga di
daerah rekalamasi, dari sini perencana harus memperhitungkan betul dari mana sumber energy dan
listrik. Contoh kasus : bandara Kansai, Jepang, menggunakan Energi Listrik dari Angin untuk memenuhi
kebutuhan listrik.
3. Transportasi yang Terintegrasi – Pengembangan daerah akan berdampak pada arus transportasi di
daerah akan meningkat, maka daerah utama dan daerah reklamasi harus diperhitungkan arus transportasi
agar menghindari kemacetan karena tidak adanya integrasi dari daerah reklamasi dan daerah utama
(daerah asli) . Contoh : Reklamasi di Incheon sebagai Bandara Internasional Korea Selatan, di bangun 3
moda transportasi yaitu, Jlan raya, Kereta, dan Subway untuk menghindari stagnan arus transportasi.
4. Tata Ruang dan Wilayah – Hal ini tidak terlepas dari awal perencanaan dari Reklamasi. Lahan hasil
reklamasi akan digunakan sesuai kebutuhan maka master plan tata ruang dan wilayah harus benar- benar
dikerjakan dan diawasi pelaksanaannya. Hal ini menghindari penyebaran daerah kumuh / tak tertata dari
sebuah kawasan.
5. Struktur Lapisan Tanah Reklamasi – Hal ini merupakan syarat utama dari ketahanan struktur. Kekuatan
lahan reklamasi terhadap abrasi dan beban bangunan diatasnya harus diperhitungkan agar tidak terjadi
kerugian yang besar.
a. Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula, dimana garis pantai yang baru akan menjadi
lebih jauh menjorok ke laut.
Yang Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan reklamasi
lahan terpisah dari pantai daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem yang
digunakan. Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan atas 4 sistem, yaitu :
a. Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air
laut tinggi (high water level) yang aman.
b. Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air
yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
d. Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya
tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
Pembangunan reklamasi di Indonesia harus mengacu pada berbagai pedoman dan undang-undang yang
mengatur tentang reklamasi pantai, antara lain:
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai (Peraturan Menteri PU No. 4/PRT/M/2007) yang
mencakup penjelasan tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan
reklamasi, yaitu aspek fisik, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata lingkungan dan hukum, aspek kelayakan,
perencanaan dan metode yang digunakan. Pedoman ini juga memberikan batasan, persyaratan dan ketentuan
teknis yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat melakukan reklamasi pantai.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memberi wewenang kepada daerah
untuk mengelola wilayah laut dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang merupakan guide line bagi daerah untuk
mengatur, mengendalikan dan menata wilayahnya dalam satu-kesatuan matra ekosistem,
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
mengamanatkan wilayah pesisir diatur secara komprehensif mulai dari perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan
pengendalian.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yang mengatur tentang perlindungan
terhadap aset baik berupa jiwa
Reklamasi pantai telah dilaksanakan di berbagai tempat di dalam, maupun luar negeri diantaranya
:
1. Bandara Kansai, Jepang – Reklamasi di buat di tengah laut, dan lahan seluas 10 km2 ini digunakan sebagai
Bandara Internasional Jepang.
2. Sea Landfill Phoenix Centre, Osaka Jepang, Lahan Reklamasi ini dibuat untuk pengolahan limbah terpadu.
3. Tokyo Bay Landfill , Lahan Reklamasi ini juga di buat untuk pengolahan limbah terpadu.
4. Incheon – Korea Selatan, Lahan Reklamasi ini merupakan daerah pengembangan yang dilakukan
pemerintah Korea Selatan. Lahan ini digunakan sebagai Bandara Internasional Incheondan pembangunan
kawan Industri di kawasan Incheon.
5. Semakau Landfill, Singapura . Lahan digunakan sebagai pengeolahan limbah di Singapura. Selain itu Area
ini digunakan sebagai konservasi flora dan fauna juga sebagai daerah rekreasi.
6. Dubai, Negara ini menjadi reklamasi sebagai megaproject dalam pengembangan kawasan hunian.
Terdapat 4 proyek Reklamasi yaitu : The Palm Jeber Ali, Deira, Jumairah, dan The World
7. Tianjin – China, tujuan dari Reklamasi lahan di daerah Tianjin adalah untuk memenuhi efisiensi lahan yang
dirasa sudah menggangu di daerah daratan. Pemerintah China membangun Reklamasi ini untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan daerah Industri, Pelabuhan dan Free Trade Zone.
8. Linggang New City Project, Shanghai , China, Lahan reklamsi seluas 133.2 km2 ini merupakan proyek
pengembangan daerah bisnis terpadu di daerah Shanghai. Kawasan Industri, pelabuhan dan Bandara
dibangun untuk menunjang peningkatan pesat perekonomian di China.
9. Indonesia:
Kawasan Teluk Jakarta, Pengembangan yang sudah ada saat ini adalah pengembangan kawasan Hunian
Real Estate.
Mamuju, Sulawesi Barat - 8.3 Hektar lahan Reklamasi pantai Mamuju juga bertujuan untuk mempercantik
kota karena di sekitar reklamasi pantai akan dibangun jalan dua jalur di sampingdibangun fasilitas
pelayanan publik. Diharapkan dari adanya pembangunan fasilitas publik lainnya juga akan mendorong
pertumbuhan ekonomi Mamuju, misalnya proyek pembangunan pusat jajan serba ada (pujasera), pusat
bisnis, perumahan dan kantor, mall dan pusta perbelanjaan, serta area pengembangan Hotel.
Denpasar, Bali – Reklamasi seluas 380 Ha ini bertujuan untuk menghubungkan gugusan Pulau Serangan.
Namun konsekuensi dari penggabungan gugusan tersebut kini dirasan masyarakat sekitar dari aspek
Lingkungan, Budaya, hingga Sosial.
Manado, Sulawesi Utara - Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai kawasan
fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District (CBD)
Semarang – Reklamasi di daerah pesisir pantai semarang ini digunakan untuk perluasa lahan aratan yang
digunakan sebagai lahan perekonomian dan bisnis di kawasan tersebut. Reklamasi ini juga untuk
menyangga daerah daratan yang terus mengalami penurunan tinggi permukaan tanah.
Tanggerang – Pemerintah Kota Tanggerang akan menambah sekitar 7500 hektar lahan daratan. eklamasi
ini akan menjadi megaproject dari Pemkot Tanggerang, Pembangunan kawasan terpadu seperti bisnis,
hunian, wisata akan menjadi daya tarik tersendiri. akan ada 6 pulau reklamasi yang akan dibuat.
Makassar - Makasar sebagai titik tengah pembangunan Indonesia. Di kawasan Center Point of ndonesia,
dengan luas total 600 hektar ini, nantinya akan dibangun pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan
hiburan, hotel hotel kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut lepas, hampir
serupa dengan apa yang dibangun melalui rencana reklamasi pantai utara di Jakarta.
Ternate - keterbatasan lahan bagi pengembangannya maka kegiatan reklamasi pantai sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan perekonomian dan pengembangan Kota Ternate penambahan luas lahan di wilayah pesisir
Kota Ternate yaitu sebesar 9.7 Ha yang berdasarkan fungsi dan jenis fasilitas yang sudah dibangun kawasan
komersial yang sudah mengisi lahan reklamasi pantai.
Dampak Reklamasi
Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang diakibatkan. Adapun untuk
menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari tahapan yang dilaksanakan dalam proses reklamasi, yaitu :
(Maskur, 2008)
Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan lingkungan, pemetaan dan
pembuatan pra rencana, perijinan, pembuatan rencana detail atau teknis.
Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan material urug, transportasi material urug,
proses pengurugan.
Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja, pematangan lahan,
pemeliharaan lahan.
a. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau berkurang karena
akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun
fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah ada.
b. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur
air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga
kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena
genangan air yang banyak dan lama.
c. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani tambak,
nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga
berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan hidup kepada laut. Selanjutnya
adalah aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati sangat
mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap
perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan mengakibatkan
berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ekosistem perairan pantai dalam waktu yang
relatif lama akan berakibat pada kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai.
Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak dilakukan pada negara atau
kota maju dalam rangka memperluas daratan sehingga bisa digunakan untuk area bisnis,
perumahan,wisata rekreasi dan keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap
kegiatan termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan kegiatan hanya mendapat
keuntunganya saja sementara kerugian harus ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa
disadari banyak daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi ini.
Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut
naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk
bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu,
apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta
kerusakan planet bumi secara total.
Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati sehingga nelayan
kehilangan lapangan pekerjaan.
Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam
kebutuhan.
Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman sudah
disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat tembok
penahan air laut di sepanjang pantai.
Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat berfungsi
sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.
Sumber ; dari berbagai sumber
Melihat kelebihan dan kekurangan reklamasi tersebut nampaknya tetap lebih banyak dilakukan
karena dampak negatif lingkungan justru ditanggung daerah lain yang terkadang tidak tahu apa-apa
tentang adanya reklamasi pantai yang letaknya jauh dari tempat tinggal. solusi terbaik bisa dilakukan
dengan mencari teknologi terbaru mengenai pemanfaatan wilayah laut untuk aktifitas hidup manusia
contohnya dengan membuat gedung atau rumah terapung di atas permukaan laut, namun hal ini tentu
perlu penelitian yang dalam sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai, bagi yang hendak memberikan
uraian atau solusi mengenai kegiatan reklamasi pantai bisa berbagi disini.
Reklamasi Dan Aspek Pelestarian Lingkungan
Rujukan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Undang-undang Nomor
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang secara regulatif melandasi kebijakan di
Indonesia. Undang-undang ini menjamin dalam pelaksanaan pembangunan diharapkan adanya
keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan komponen
lingkungan lainnya, serta dapat memenuhi masa kini dan menjaga kelestarian untuk masa datang.
Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek reklamasi itu
adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang
diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies
mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir. Hal
itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi)
di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen
sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir
akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut
yang disebabkan oleh pemanasan global.
Untuk kawasan teluk Jakarta kegiatan reklamasi dalam Fase Operasi memberikan dampak terhadap
lingkungan seperti : (Esp2indonesia. 2011)
h. Dampak terhadap komunitas mangrove yang tersisa (wilayah konservasi) akibat perubahan kualitas
perairan, kondisi hidrologi dan sedimentasi
i. Dampak sosial-ekonomi terhadap nelayan (hilangnya wilayah penangkapan ikan, sulitnya akses menuju
Tempat Pendaratan Ikan, dampak jangka panjang berupa perairan yang keruh)
j. Dampak terhadap lalu lintas di daratan (Antisipasi) Tekanan terhadap infrastruktur dan pelayanan umum
(air, buangan limbah, komunikasi, listrik, dan lain-lain) Emisi gas buang selama kegiatan reklamasi
berlangsung (akibat peningkatan frekuensi kegiatan pelayaran, pembangkit listrik, dan lain-lain).
Dampak kegiatan proyek reklamasi pantai Manakarra Mamuju terhadap lingkungan sekitar
yaitu aktivitas dari truk yang menimbulkan debu karna puluhan truk pengangkut timbunan milik PT KMP,
tidak menggunakan penutup untuk mengangkut timbunan. Selain itu, lanjutnya, timbunan yang diangkut
truk milik PT KMP juga berjatuhan di jalanan, sehingga mengotori jalanan dan mengganggu masyarakat
pengguna kendaraan yang melintas di Pantai Manakarra Mamuju. (ANTARA News, 2010).
3. Denpasar, Bali
Dampak dari kegiatan reklamasi terhadap lingkungan di bali mempengaruhi terhadap jumlah ikan,
dan kepiting, udang dan cumi-cumi karna sama sekali tidak ada di dataran pasang surut; karang rusak;
rumput laut yang dulu ada banyak hampir hilang; dan jalan air berubah dekat pulau karena kedalaman
yang dulu rata-rata 3m sekarang 10m. Di daratan, pohon-pohon yang dulu banyak, termasuk pohon
kelapa dan hutan bakau, sekarang kurang dan kondisinya sakit. Dan terjadi perubahan suhu yang mana
suhu udara lebih panas (Woinarski 2002).
4. Manado
Pada dasarnya reklamasi pantai boulevard bermanfaat untuk kelangsungan peningkatan ekonomi
daerah kota Manado,akan tetapi dewasa ini reklamasi pantai sudah mulai disalah gunakan bagi para
pengelolah pusat hiburan.Banyak dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup yang ada dikota
Manado antara lain daerah disekitar pesisir pantai rawan banjir karena peninggian air laut yang
disebabkan oleh luas volume di laut yang berkurang.Musnahnya tempat tinggal hewan dan tumbuhan
khususnya disekitar daerah pesisr pantai yang bila terus menerus berlanjut akan menyebabkan kerusakan
yang lebih parah bahkan total bagi ekosistem laut yang ada dikota Manado.Perubahan cuaca yang
meningkat drastis akibat matinya tanaman bakau yang ikut berperan dalam menghasilkan oksigen bagi
mahluk hidup.Dampak lainnya yaitu pencemaran laut didaerah sekitar reklamasi pantai,seperti
pembuangan limbah pusat hiburan berupa sampah anorganik yang bisa membawa dampak buruk bagi
ekosistem laut,terutama bagi ikan-ikan dilaut,sehingga turut dirasakan oleh para nelayan bahwa
penangkapan sangat menurun drastis. (Manado.tribunnews. 2011)
5. Semarang
Dampaknya, reklamasi berdampak pada lingkungan fisik di semarang yaitu makin parahnya banjir
yang terjadi di kawasan reklamasi karena sistem drainase yang tidak bekerja dengan baik. Dan Akibatnya,
reklamasi juga berdampak pada perubahan pola arus air laut, hilangnya akses publik terhadap kawasan
pantai, dan rusaknya kawasan tanaman mangrove (Kampus.okezone, 2010).
6. Tanggerang
Dampak dari reklamasi di tangerang lahan untuk daeerah reklamasi yang terdapat hutan bakau
dikikis habis sehinggamengakibatkan banjir rob (limpahan air laut pasang yang sampai ke daratan)
menenggelamkan kawasan pesisir Pantai Utara Tangerang. Tak lagi ada pohon-pohon yang menghiasi
daerah pesisir, tidak ada lagi udara bersih, tidak ada lagi air bersih dan penghidupan nelayan tak lagi
seperti dulu. Hasil tangkapan ikan menurun drastis, sebab limbah sudah membunuh ikan dan
udang. (Green.kompasiana, 2010)
7. Makassar
Dampak yang tejadi di Makassar yang paling nyata adalah kerusakan ekosistem pantai,bencana
banjir,dan hilangnya lapangan kerja masyarakat pesisir. yang berdomisili dipinggir pantai,terutama
nelayan (Kopel-online, 2012).
8. Ternate
Dampak yang ditimbulkan diantaranya rusaknya ekosistem didaerah yang direklamasi seperti
hilangnya ekosistem lamun dan rusaknya terumbu karang. drainase perkotaan yang buruk,sehingga
terjadinya banjir. reklamasi pantai memberikan dampak negatif terhadap kedalaman laut dan
sedimentasi, telah terjadi perubahan kedalan air laut pada perairan sekitar lahan reklamasi kedalaman air
hanya mencapai 1.5 meter, padahal seharusnya kedalamannya melebihi 3 meter. (Herry 2005).
Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari
biaya sosial dan biaya ekonominya, serta memperhatikan dan menjaga kehidupan masyarakat serta
kelestarian lingkungan.
Beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa implementasi kegiatan reklamasi di lapangan seringkali
tidak sesuai dengan perencanaannya sehingga mengakibatkan kerusakan secara sosial, ekonomi maupun
lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi dari masyarakat.
Diperlukan koordinasi dan komunikasi yang sinergis dari segenap stakeholders dalam kegiatan reklamasi
sehingga prinsip-prinsip reklamasi dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djakapermana D Ruchyat. 2013.(Pengamat Penataan Ruang dan Pengembangan) Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif
Pengembangan Kawasan, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU
Herry J, 2005, Reklamasi pantai dan pengaruhnya terhadap lingkungan fisik di wilayah kepesisiran Kota
Ternate, tesis Ilmu Lingkungan (Magister Pengelolaan Lingkunga Universitas Gadjah Mada.
Maskur A, 2008, Rekonstruksi Pengaturan Hukum Reklamasi Pantai Di Kota Semarang Tesis Program magister ilmu
hukumProgram pascasarjana Universitas diponegoro Semarang
http://manado.tribunnews.com/2011/02/27/dampak-reklamasi-pantai-bagi-masyarakat
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/10/22/arogansi-pemkab-tangerang-dalam-reklamasi-
pantai%E2%80%A6-298584.html
http://www.esp2indonesia.org/sites/default/files/publications/REA%20Jakarta%20Bay_Indonesia_editedJuli11_
final%20(1).pdf.
http//www.lautkita.org/reklamasiabrasi_ind.html
REKLAMASI PANTAI UTARA
DKI JAKARTA
Abstrak
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
ANAlISIS
Reklamasi pantai adalah kegiatan di tepi pantai yang dilakukan oleh orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
social ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan, atau drainase
Sedangkan kawasan reklamasi pantai adalah kawasan hasil perluasan daerah
pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru.
· Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk megakomodasikan kebutuhan
yang ada
· Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung
atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa
· Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain
Kawasan pendidikan
Kawasan mixed-use
Mendukung
o Akan menambah ruang pembangunan Jakarta
o Adanya kana akan membuat alur pelayaran terjaga dan tetap bisa melaut
Menolak
o Sejumlah pulau tenggelam di perairan Untung Jawa karena pasirnya diambil untuk
menimbun reklamasi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DI 11.54
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan
saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu
menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun
pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada
dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan
cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air
hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
(PDF) Analisis Penilaian Kinerja Bangunan Pengaman Pantai terhadap Abrasi di Kota Padang.
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/282575029_Analisis_Penilaian_Kinerja_Bangunan_Pe
ngaman_Pantai_terhadap_Abrasi_di_Kota_Padang [accessed Oct 10 2018].