Anda di halaman 1dari 66

Reklamasi Pantai (Makalah)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia menjadikan manusia
tidak pernah merasa puas dan akan terus mengembangkan dari yang sederhana hingga melewati
batas sederhana. Begitupun dengan pekembangan teknologi konstruksi yang sekarang sudah
dirasakan dibelahan dunia manapun.
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia
setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km.
Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087
km2). Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya,
manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul
adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang selama ini terlupakan,
yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena
ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah pantai
menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan hunian penduduk
perkotaan. Penyediaan lahan diwilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat
yang sudah ada,seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang
dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain
yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan
reklamasi.

B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan Reklamasi ?
 Apa tujuan dari teknologi Reklamasi ?
 Apa saja manfaat dari teknologi Reklamasi ?
 Apa saja jenis sistem pada teknologi Reklamasi ?
 Apakah dampak positif dan negative dalam pelaksanaan teknologi Reklamasi ?

C. Tujuan Makalah
 Mengetahui dan memahami tentang teknologi reklamasi
 Mengetahui dan memahami tujuan dari teknologi reklamasi
 Mengetahui dan menelaah manfaat dari teknologi reklamasi
 Mengenal dan menelaah jenis sistem pada teknologi reklamasi
 Mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan oleh teknologi reklamasi

Makalah Reklamasi Pantai

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia menjadikan manusia tidak
pernah merasa puas dan akan terus mengembangkan dari yang sederhana hingga melewati batas
sederhana. Begitupun dengan pekembangan teknologi konstruksi yang sekarang sudah dirasakan
dibelahan dunia manapun.

Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika
Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir
Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2). Hingga saat ini wilayah pesisir
memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring
dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia memanfatkan wilayah
pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi
aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok
daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas
lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara
maju, sehingga daerah pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan
hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan diwilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan
atau habitat yang sudah ada,seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya
yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang
dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Reklamasi ?


2. Apa tujuan dan manfaat dari Reklamasi ?
3. Bagaimana prinsip perencanaan reklamasi pantai ?
4. Apa saja tipologi kawasan reklamasi pantai ?
5. Dimanakah daerah pelaksanaan reklamasi pantai ?
6. Apa saja jenis sistem pada reklamasi pantai ?
7. Apa saja material urugan reklamasi pantai ?
8. Apa jenis-jenis bangunan pelindung reklamasi pantai ?
9. Bagaimana eksternalitas positif dan negative dari reklamasi pantai ?
10. Bagaimana penanggulangan eksternalitas dari reklamasi pantai ?
11. Apa saja studi kasus reklamasi pantai ?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui dan memahami tentang arti reklamasi.


2. Mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat dari teknologi reklamasi.
3. Mengetahui prinsip prencanaan reklamasi pantai.
4. Mengenal dan menelaah tipologi kawasan reklamasi pantai.
5. Mengenal daerah pelaksanaan reklamasi pantai.
6. Mengetahui dan menelaah jenis sistem pada reklamasi pantai.
7. Mengetahui apa saja material urugan reklamasi pantai.
8. Mengenal jenis-jenis bangunan pelindung reklamasi pantai.
9. Mengetahui eksternalitas positif dan negatif dari reklamasi pantai.
10. Mengetahui penanggulangan eksternalitas dari reklamasi pantai.
11. Mengenal studi kasus reklamasi pantai.

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Reklamasi

Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris yaitu to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu
yang rusak. Lebih lanjut dijelaskan dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan
Nasional, disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Beberapa sumber yang
mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai berikut :

1. Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 menyebutkan bahwa, reklamasi adalah pekerjaan
timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan atau kontur kedalaman perairan.

3. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan Pengamanannya


(2004), reklamasi pantai adalah meningkatkan sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi
lebih bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.

4. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan
daerah yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang surut
gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan
pelabuhan) dengan jalan menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal – kanal, membuat
tanggul/ polder dan memompa air keluar maupun dengan pengurugan.

5. Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi (2007) adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan
berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,
di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, atau pun di danau.

Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa, dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar
maupun didanau. Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah pantai menjadi suatu
wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada seperti drainase. Biasanya daerah yang menerapkan
teknologi reklamasi ini termasuk daerah rendah yang sering terjadi genangan air seperti banjir atau
pasang surut air laut yang berlebihan. Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga
sekarang.
2. Tujuan dan Manfaat Reklamasi

Tujuan reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
(2007) yaitu untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu
kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur
transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan
terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu
kawasan wisata terpadu.

Sedangkan menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari reklamasi pantai merupakan salah satu langkah
pengembangan kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan
kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin
menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah
daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.

Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program reklamasi ditinjau dari aspek fisik dan lingkungan yaitu:

 Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut.

 Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai.

Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan
memiliki hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman
yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan. Terlebih kalau di area
pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat
bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya
pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan berkembangnya industri karena
pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang
berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi. Aspek
perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan menipisnya
daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota
metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Dari aspek
sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang
bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan
pengembang, tidak berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk
mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena ketiga permasalahan tersebut ke bentuk semula.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan reklamasi adalah untuk memperoleh lahan pertanian, memperoleh
lahan untuk pembanguan gedung atau untuk memperluas kota, ataupun untuk sarana transportasi.
Reklamasi umumnya menyangkut wilayah laut, baik laut dangkal maupun dalam. Proyek reklamasi juga
dapat dilakukan pada daerah rawa-rawa yang dapat digunakan untuk keperluan pembangunan proyek
industri.

3. Prinsip Perencanaan Reklamasi Pantai

Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan berikut :

a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan.

b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan pengembangan
wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada.

c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau taman nasional,
cagar alam, dan suaka margasatwa.

d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan daerah/negara
lain.

Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di atas, terutama yang memiliki
skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam secara signifikan perlu disusun rencana detil
tata ruang (RDTR) kawasan. Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti :

1. Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai.

2. Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun yang
sudah direklamasi.

3. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan
properti (studi investasi).

4. Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.

Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan
drainase, jaringan listrik, jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah
ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan
pendidikan, kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan budaya di kawasan
reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi
maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan
peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada
perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang
ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,
pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

4. Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai

Menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007), kawasan
reklamasi dibedakan menjadi beberapa tipologi berdasarkan fungsinya yakni :

 Kawasan Perumahan dan Permukiman.

 Kawasan Perdagangan dan Jasa.

 Kawasan Industri.

 Kawasan Pariwisata.

 Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang Terbuka Tata Air).

 Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan.

 Kawasan Pelabuhan Udara.

 Kawasan Mixed-Use.

 Kawasan Pendidikan.

Selain berdasarkan fungsinya, kawasan reklamasi juga dibagi menjadi beberapa tipologi berdasarkan
luasan dan lingkupnya sebagai berikut :

1. Reklamasi Besar yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan mempunyai lingkup pemanfaatan
ruang yang sangat banyak dan bervariasi. Contoh : Kawasan reklamasi Jakarta.
2. Reklamasi Sedang merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai dengan 500 Ha dan lingkup
pemanfaatan ruang yang tidak terlalu banyak ( ± 3 – 6 jenis ). Contoh : Kawasan Reklamasi Manado.

3. Reklamasi Kecil merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah 100 Ha) dan hanya memiliki
beberapa variasi pemanfaatan ruang ( hanya 1-3 jenis ruang saja ). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar.

5. Daerah Pelaksanaan Reklamasi Pantai

Perencanaan Kota (2013) memaparkan pelaksanaan reklamasi pantai dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula.

Kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan daratan baru dan garis pantai yang baru akan
menjadi lebih jauh menjorok ke laut. Penerapan model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan
dengan penanganan khusus atau kawasan lindung seperti kawasan permukiman nelayan, kawasan hutan
mangrove, kawasan hutan pantai, kawasan perikanan tangkap, kawasan terumbu karang, padang lamun,
biota laut yang dilindungi - kawasan larangan ( rawan bencana ) dan kawasan taman laut.

2. Daerah reklamasi yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai.

Model ini memisahkan (meng-“enclave”) daratan dengan kawasan daratan baru, tujuannya yaitu :

 Menjaga keseimbangan tata air yang ada.

 Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai, dll).

 Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial.

 Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan, minyak).

 Menghindari kawasan rawan bencana.

3. Daerah reklamasi gabungan dua bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan).

Suatu kawasan reklamasi yang menggunakan gabungan dua model reklamasi. Kawasan reklamasi pada
kawasan yang potensial menggunakan teknik terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak
memiliki potensi khusus menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama
6. Sistem Reklamasi Pantai

Ada beberapa sistem yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan untuk mencapai tujuan reklamasi,
kondisi dan lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Sistem kanalisasi.

Yaitu membuat kanal-kanal atau saluran drainase ( kondisi tertentu dilengkapi pintu ) bertujuan untuk
menurunkan muka air sehingga lahan bisa dimanfaatkan.

Contoh : Perkebunan kelapa sawit di daerah gambut.

2. Sistem Polder

Dalam sistem polder melingkupi suatu lahan basah (genangan) dengan tanggul yang diusahakan kedap air
dan menurunkan tinggi muka air tanah di dalam areal tersebut, selanjutnya mengendalikan tinggi muka
air supaya selalu berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup kering dan siap
untuk dimanfaatkan untuk pertanian, perindustrian dan lain-lainnya. Keberhasilan dari sistem ini adalah
menjaga atau mempertahankan kondisi muka air tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk
mengatur muka air tersebut. Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangat kecil terutama
jika lahan tidak perlu ditinggikan. Kekurangannya adalah diperlukan biaya cukup besar untuk pembuatan
tanggul, sistem kanal dan saluran serta sistem pompa. Selain itu diperlukan waktu yang cukup panjang
untuk penyiapan lahan reklamasi tersebut.Sistem Polder ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

 Polder Dalam

Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut akan tetapi ke waduk-waduk tampungan atau
ke suatu saluran yang ada di luar polder untuk kemudian dialirkan ke laut.

 Polder Luar

Air dari polder langsung dibuang ke laut

3. Sistem Urugan

Sistem reklamasi dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi kemudian diikuti dengan langkah-
langkah perlindungan dari sistem perbaikan tanahnya ( tanah urug reklamasi ). Sistem ini berkembang
didukung dengan berbagai jenis alat-alat besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan
pengeruk tanah, alat-alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah urug, dan alat
perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini dibedakan dua macam cara kerja yaitu:
1. HYDRAULIC FILL: Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan.

2. BLANKET FILL: Tanah di urug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau sistem perlindungan dibuat
belakangan.

Hydraulic Fill

Blanket Fill

7. Material Urugan Reklamasi

Dalam Pekerjaan reklamsi dengan urugan, ada beberapa aspek yang dipertimbangkan yaitu antara lain:
jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber material, waktu yang tersedia dan biaya
sehingga akan berpengaruh pada metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan.

A. Material Pasir

Material urugan yang baik umumnya berupa pasir dengan kandungan pasir halus tidak melebihi 15%,
Sedangkan untuk dasar tanggul dan untuk permukaan dasar tanah yang lembek, maka persyaratannya
lebih baik lagi yaitu bandingan fraksi halusnya < 10%. Analisis material diambil dari hasil pemboran dan
hasilnya menunjukkan :

 Plastisitas : Sebaiknya Plastisitasnya kecil ( <10% )

 Kohesivitas : Sebaiknya kecil ( 1,5 s/d 5 kgf/cm² )

 Sudut geser dalam : Sebaiknya besar ( 45º s/d 50º )

 Berat Jenis : ± 2,6 kg/cm².

 Permeabilitas : 1 x 10-4 cm/detik.

B. Material Batu

Material ini terutama digunakan sebagai konstruksi perlindungan daerah yang akan direklamasi antara
lain yaitu: Dengan tumpukan batu ( Rubble Mound ) jenis batu yang digunakan umumnya merupakan
batuan beku karena batuan ini memiliki nilai ketahanan yang tinggi terhadap proses erosi dan pelapukan.
C. Material Tanah

Sebagai material reklamsi tanah umumnya lebih banyak digunakan sebagai material penutup pada bagian
paling atas suatu timbunan ( Soil Cover ).

Sumber Material
Kebutuhan material bahan timbunan reklamasi yang akan digunakan umumnya meliputi jumlah jutaan
ton dan diusahakan letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi lahan reklamasi. Lokasi sumber material dapat
berada di daratan ( on shore ) maupun yang bersumber dari dasar laut.

A. Sumber Material Daratan

Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang berupa bukit
umumnya berupa batuan beku (Andesit) dan tanah urugan (Soil Cover). Sedangkan sumber material
deposit datar pada umumnya berupa material pasir ( endapan alluvial ). Sumber material dari bukit dapat
digali dengan wheel – dredger, yaitu alat pengeruk yang mana pengerukannya terpasang pada suatu roda
yang diputar. Sedangkan yang dari deposit datar digali dengan mempergunakan jenis alat penggalian
seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-dredger, kemudian diangkut ke tempat
(terminal) pemuat dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai tempat penampungan
biasanya mempergunakan tongkang berukuran besar baru kemudian diangkut ke lokasi lahan reklamasi
menggunakan tongkang - tongkang kecil.

B. Sumber Material di Laut

Sebagai alternatif bahan timbunan diambil dari sumber yang berlokasi di laut yaitu berupa pasir endapan
di dasar laut. Pengambilan pasir endapan tersebut untuk kapasitas besar menggunakan cutter suction
dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger) atau ketongkang kemudian dibawa ke lokasi
dimana material tersebut dipompakan kelahan yang akan di urug. Selain itu pengambilannya bisa
menggunakan grab-dredger yang dipasang di atas suatu tongkang besar.

8. Bangunan Pelindung Reklamasi Pantai

Perlindungan pantai dengan bantuan manusia dapat berupa struktur bangunan pengaman pantai,
penambahan timbunan pasir, dan mangrove yang tumbuh secara alami pada daerah pantai. Bangunan
Pantai digunakan untuk melindungi lahan reklamasi terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan
arus yang dapat menyebabkan erosi.

Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan untuk melindungi lahan reklamasi , yaitu :

1. Memperkuat atau melindungi lahan reklamasi agar mampu menahan serangan gelombang

2. Mengubah laju transport sediment sepanjang lahan reklamasi pantai

3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke lahan reklamsi.


4. Menambah suplay sediment.

Sesuai dengan fungsinya tersebut diatas, bangunan pengaman pantai dapat diklasifikasikan ke dalam 3
kelompok yaitu :

 Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. Misal seawall dan revetment

 Konstruksi yang di bangun kira –kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai. Misal: groin, jetty dan
breakwater.

 Konstruksi yang dibangun di lepas dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Misal breakwater. Bangunan
yang termasuk dalam kelompok pertama adalah dinding pantai atau revetmen yang dibangun pada garis
pantai atau di daratan yang digunakan untuk melindungi pantai langsung dari serangan gelombang.

Tipe bangunan pantai yang digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan material di atau di dekat
lokasi pekerjaan, kondisi dasar laut, kedalaman air, dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Batu adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat bangunan. Mengingat
jumlah yang diperlukan sangat besar maka ketersediaan batu di sekitar lokasi pekerjaan harus
diperhatikan. Faktor penting lainnya adalah karakteristik dasar laut yang mendukung bangunan tersebut
di bawah pengaruh gelombang. Tanah dasar (pondasi bangunan) harus mempunyai daya dukung yang
cukup sehingga stabilitas bangunan dapat terjamin. Pada pantai dengan tanah dasar lunak, dimana daya
dukung tanah kecil, maka konstruksi harus dibuat ringan ( memperkecil dimensi ) atau memperlebar dasar
sehingga bangunan berbentuk trapesium (sisi miring) yang terbuat dari tumpukan batu atau block beton.
Bangunan berbentuk trapesium mempunyai luas alas besar sehingga tekanan yang ditimbulkan oleh berat
bangunan kecil. Apabila daya dukung tanah besar maka dapat digunakan pemecah gelombang sisi tegak.
Bangunan ini dapat dibuat dari buis beton atau block beton yang ditumpuk atau berupa kaison.

9. Eksternal Negatif Dan Positif Reklamasi

Eksternalitas Negatif

1. Bahaya Tanah Reklamasi


Tanah reklamasi sangat rentan terhadap likuifaksi selama gempa bumi yang dapat
memperkuat jumlah kerusakan yang terjadi pada bangunan dan infrastruktur. Subsidence
adalah masalah lain, baik dari pemadatan tanah pada lahan diisi, dan juga ketika lahan basah
diapit oleh tanggul dan dikeringkan untuk polders dan rawa dikeringkan akhirnya akan
tenggelam di bawah permukaan air di sekitarnya, meningkatkan bahaya dari banjir.
2. Peninggian Air Laut
Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah
berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan
tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati,
area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi
diwilayah pedesaan pinggir pantai. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya
berfungsi sebagai kolam telah berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka
daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga
tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok
tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
3. Mengganggu keseimbangan Alam
Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam
menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat
mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi secara total. Pencemaran laut
akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati sehingga nelayan kehilangan
lapangan pekerjaan.
4. Berkurangnya Ruang Publik
Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau
berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota laut
yang mati baik flora maupun fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi
ekosistem yang sudah ada. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan
berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan
mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau
mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena genangan air yang banyak dan lama.

5. Hilangnya Mata Pencaharian Warga


Aspek sosialnya ,kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani
tambak, nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di
laut sehingga berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan hidup
kepada laut.
6. Merusak pantai
kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati sangat
mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan
terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa
akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ekosistem
perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan berakibat pada kerusakan ekosistem
wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan pantai.
7. Hancurnya ekosistem
Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek
reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain
berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung
dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
8. Meningkatkan Potensi Banjir
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi
banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan
aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat
kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan
merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat
bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.

Eksternalitas Positif

1. Penambahan wilayah diatas laut seringkali jadi solusi kurangnya lahan kosong di perkotaan. Misalnya
bandara Kansai di Jepang yang sepenuhnya dibangun diatas pulau buatan diatas laut. Hal itu dapat
mengatasi masalah kebisingan serta padatnya wilayah sekitar bandara.Ada tambahan daratan buatan
hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.

2. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman sudah
disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.

3. Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat tembok
penahan air laut di sepanjang pantai.

4. Daratan hasil reklamasi dapat disulap menjadi tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman
sesuai perencanaan sehingga menjadi daya Tarik bagi wisatawan domestic serta wisatawan asing.

10. Penanggulangan Reklamasi Pantai


Menyikapi Reklamasi Pesisir dengan Paradigma Baru Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif
sebagai daerah pemekaran kawasan dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai
ekonomis tinggi. Dan di sisi lain jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen
stakeholders.

Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan dengan kajian yang
komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan
dengan model fisik (laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak
negatif yang terjadi dan cara penanggulangannya.

Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan pada tujuan utama pemenuhan
kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-
mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka.

Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan) terhadap seberapa besar
kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara Pemerintah dan
jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan
dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika
negatif tidak perlu direncanakan.

Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari masyarakat dan Pemerintah.
Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait.

Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan
reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota multifungsi,
dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai
permasalahan sosial dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini
justru disebabkan oleh paradigma tersebut.

Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Tata ruang kota
yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan
Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk
mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat
perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat
pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya
secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan
lingkungan yang akan ditimbulkannya lalu disampaikan secara terbuka kepada publik.

Penting diingat reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan
lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya akan
melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi, sedimentasi pantai, serta kerusakan
biota laut dan sebagainya.

Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana mestinya dapat hancur
atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada
akhirnya akan berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang dulunya
mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan melakukan migrasi ke
daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para
nelayan setempat.

Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan menyebabkan penaikan
masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan
kawasan sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga
dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air pasang
yang naik bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.

Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga perlu mendapatkan
perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu
dipertimbangkan. Ada banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang menjadi persoalan adalah
konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

11. Studi Reklamasi Pantai

1. Studi Kasus Reklamasi Kota Manado


Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai kawasan fungsional
dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District (CBD),
mengakibatkan adanya perubahan wajah kota pada daerah pesisir pantai. Pertumbuhan dan
perkembangan Kota Manado menjadi lebih condong ke arah pantai/laut sebingga Kawasan Boulevard
lebih terbuka dan menjadi salah satu bagian depan kota yang berorientasi ke laut. Hal ini menyebabkan
aktivitas masyarakat banyak terserap pada kawasan tersebut, baik untuk menikmati keindahan pantai
ataupun dimanfaatkan oleh sektor informal untuk mencari nafkah. Kondisi seperti yang disebutkan di
atas membawa pengaruh terhadap keberadaan ruang publik di Kawasan Boulevard.
Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan tersebut memperlihatkan gejala mulai
hilangnya ruang publik yang ada. Akses masyarakat terhadap view pantai dan pesisirnya mulai
berkurang seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut.
Dampak reklamasi di pesisir pantai Kawasan Boulevard telah mengakibatkan berkurangnya
aksesibilitas ruang publik, ketidakberlanjutan fungsi ruang publik, terciptanya pola penataan ruang
publik yang tidak memberikan keleluasaan akses bagi masyarakat dan munculnya pola penguasaan
ruang publik yang tertutup dan berkesan private-domain.
Strategi pengelolaan ruang publik di Kawasan Boulevard akibat dampak reklamasi dilakukan
dengan pendekatan yaitu, (i) teknis, berupa peralihan fungsi ruang publik, penataan koridor pesisir
pantai akibat reklamasi dan penataan alokasi ruang bagi sektor informal, (ii) regulasi, berupa penerapan
kebijakan pemanfaatan ruang publik dan penerapan sangsi yang tegas, (iii) kemitraan pemerintah,
swasta dan masyarakat, berupa peningkatan peran seluruh stakeholders dan penerapan kebijakan
insentif - disinsentif.

2. Studi Kasus Reklamasi Teluk Lampung


Reklamasi pantai yang dilaksanakan pada awal tahun 1980-an dan berlangsung sampai sekarang
telah berdampak negatif langsung terhadap nelayan yang wilayah usahanya pada laut dangkal (Sukaraja)
maupun nelayan di Dusun Cangkeng –Kotakarang.
Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya beberapa jenis ikan tangkapan
seperti rebun, teri, dan kerapan, semakin jauhnya wilayah tangkapan, terumbu karang tersedimentasi
oleh lumpur, dan usaha menangkap ikan dengan bubu tidak dapat dilakukan lagi. Akibat dari hal
tersebut menurunkan hasil tangkap nelayan yang akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan nelayan.

3. Studi Kasus Reklamasi Jakarta


Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2007-2012, terutama dalam implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jakarta,
khususnya di Jakarta Utara direncanakan pengembangan reklamasi Pantura Jakarta. Proyek itu
dimaksudkan selain untuk memperbaiki kualitas lingkungan juga untuk pusat niaga dan jasa skala
internasional, perumahan, dan pariwisata.
Namun, harus disadari pula bahwa reklamasi pantura Jakarta bukan hanya sekadar mengeruk,
kemudian memunculkan daratan baru atau untuk kepentingan komersial semata. Lebih dari itu, yang
harus dipikirkan bagaimana dampak ekologis kawasan pantai dengan reklamasi tersebut. Contoh saja
ketika Pantai Indah Kapuk dibangun, yang terjadi kemudian adalah akses jalan tol ke bandara tergenang
air sehingga banjir. Lalu, saat PT Mandara Permai membangun Perumahan Pantai Mutiara di Muara
Karang, PLTU Muara Karang pun terganggu. Padahal, pasokan listrik untuk Jakarta dan sekitarnya
berasal dari PLTU Muara Karang, Jakarta Utara.

4. Studi Kasus Reklamasi Donggala


Reklamasi pantai yang dilakukan sebagai aktifitas proyek jalan lingkar kota Donggala, Saat ini
telah menyebabkan pohon-pohon mangrove yang tumbuh di kawasan ini menjadi rusak, batu-batu
karang yang biasanya terlihat di pinggir pantai pun sudah tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah
tumpukan tanah kapur hasil reklamasi, yang sebahagiannya telah diratakan.
Karenanya, ditengah perdebatan dan pertentangan terhadap proyek reklamasi Pantai Donggala,
diperlukan kebesaran hati dari pengambil kebijakan untuk mengevaluasi pelaksanaan proyek ini sembari
membuka ruang dialog dengan berbagai pihak, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat, untuk
duduk bersama guna menimbang untung-rugi proyek ini, apabila benar menguntungkan dan
dilaksanakan dengan komitmen dan kesungguhan maka kegiatan ini perlu diteruskan. Sebaliknya bila
merugikan maka aktifitas ini harus dihentikan.
Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Donggala dituntut untuk dapat berkomunikasi,
berkonsultasi dan bernegosiasi dengan publik. Hanya dengan jalan ini maka pembangunan yang
dilaksanakan akan benar-benar dapat diterima semua pihak dan memberikan keuntungan bagi
lingkungan hidup dan masyarakat Donggala.

Kesimpulan dan Saran

Kawasan perkotaan dekat pantai yang begitu pesat perkembangannya pasti membutuhkan
wilayah yang semakin luas apalagi kondisi wilayah daratan yang sekarang semakin sempit. Oleh karena
itu reklamasi menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang pertumbuhannya sangat tinggi demi
mendukung pemenuhan kebutuhan lahan. Reklamasi menolong segala aspek dari lingkungan, sosial
budaya dan ekonomi. Misalnya dalam aspek ekonomi, permintaan wilayah pemukiman yang semakin
marak, akan tetapi wilayah daratan yang semakin mahal serta menipisnya daya dukung, membuat
teknologi reklamasi semakin laku dikalangan negara-negara maju.
Adakalanya, setiap kegiatan teknologi mempunyai kelemahan dan efek buruk untuk wilayah
sekitarnya. Proses reklamasi tidaklah mudah, karena membutuhkan tahap yang begitu panjang. Kegiatan
reklamasi juga mampu merusak segala aspek, seperti lingkungan yang menjadi minim seperti hilangnya
ekosistem penting dalam laut, dalam aspek sosial budaya seperti hilangnya mata pencaharian para
nelayan karena wilayahnya sudah berubah menjadi perkotaan dan masih banyak lagi.
Jadi, teknologi reklamasi ini masih butuh telaah lebih lanjut karena masih banyak aspek-aspek
kehidupan yang akan dirusak oleh kegiatan ini.
Daftar Referensi

1. UU no. 27 tahun 2007

2. Dampak Reklamasi Pantai Terhadap Kondisi Ekonomi-Sosial Nelayan Di Teluk Lampung,


www.blog.unila.ac.id

3. Menimbang Reklamasi Pantai Donggala, Harian Mercusuar 16 November 2009 dalam www.ediwicak.co.cc

4. www.tempointeraktif.com

5. Reklamasi Pantura Jakarta, Berkah atau Bencana??www.sinarharapan.co.id/berita/0904/20/jab05.html

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reklamasi dan Teknologi Reklamasi


Menurut pengertiannya secara bahasam reklamasi berasal dari kosa kata dalam bahasa
inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatuyang rusak. Secara khusu dalam Kamus
Bahasa Inggris-Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Arti
reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Para ahli belum banyak
mendefinisikan atau memberikan pengertian mengenai reklamasi pantai. Kegiatan reklamasi
pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah suatu lingkungan alam
menjadi lingkungan buatan, yaitu daratan baru.
Dalam UU No. 27 tahun 2007, Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang
dalam rangka meningkatkan sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi
dengan cara pengurugan , pengeringan atau drainase.
Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan
kawasan atau lahan yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa, dilaut lepas atau lepas
pantai, ditengah sungai yang lebar maupun didanau. Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya
mengubah daerah pantai menjadi suatu wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada
seperti drainase. Biasanya daerah yang menerapkan teknologi reklamasi ini termasuk daerah
rendah yang sering terjadi genangan air seperti banjir atau pasang surut air laut yang berlebihan.
Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga sekarang.

B. Tujuan Teknologi Reklamasi


Biasanya teknologi reklamasi ini dilakukan oleh otoritas suatu negara atau kota atau
pengelola kawasan yang memiliki laju pertumbuhan dan kemajuan yang tinggi dan membutuhkan
lahan yang cukup luas, akan tetapi adanya keterbatasan dan ketersediaan lahan atau wilayah untuk
mendukung laju pertumbuhan yang tinggi, sehingga diperlukan wilayah baru atau daratan baru.

Tujuan utama diterapkannya teknologi Reklamasi adalah menjadi wilayah berair yang
relatif tidak berguna menjadi kawasan yang lebih baik dan bermanfaat.
Tujuan dari teknologi reklamasi adalah sebagai berikut :
o Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut
o Untuk memperoleh tanah baru didepan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai banteng perlindungan garis pantai
o Dalam alasan ekonomis, untuk mendirikan konstruksi atau bangunan dalam skala besar
C. Manfaat Teknologi Reklamasi
Reklamasi pantai sudah menjadi alternatif dalam pemenuhan lahan perkotaan dan menjadi
mutlak dikarenakan wilayah daratan yang semakin sempit. Kebutuhan dan manfaat reklamasi
dapat dilihat dari segi aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang
wilaya butuh direklamasi karena wilayah yang sudah rusak perlu diperdayakan menjadi lebih
berguna. Untuk pantai biasanya diorientasikan ke pelabuhan, industry, wisata dan pemukiman
yang perairannya dangkal butuh direklamasi agar menjadi lahan yang bisa berguna dan
bermanfaat.
Terlebih lagi dengan daerah pelabuhan yang sangat wajib untuk dilakukan reklamasi dalam
pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan fasilitas pelabuhan seperti tempat bersandarnya kapal,
pelabuhan peti-peti kontainer , pergudangannya dan sebagainya. Pelabuhan ekspor-impor kini
menjadi sangat luas karena direklamasi, supaya pemenuhan kebutuhan seperti pergudangan pangsa
ekspo-impor yang berada dekat wilayah pelabuhan untuk mengurangi biaya transportasi.
Dalam aspek ekonomi adalah kebutuhan lahan untuk pemukan semakin, semakin mahalnya
wilayah daratan dan berkurangnya daya dukung lingkungan darat menjadikan reklamasi adalah
hal yang sangat penting dan menjadi pilihan bagi negara-negara maju atau kota metropolitan yang
membutuhkan perluasan lahan dalam memenuhi kebutuhan untuk pemukiman. Manfaat lain
reklamasi adalah mengurangi kepadatan penduduk yang sudah meledak di daerah perkotaan dan
supaya tidak terjadinya pergusuran lagi didaerah perkotaan bagi warga yang tinggal dibantaran
sungai karena dengan reklamasi berarti pemerintah memberikan wilayah baru untuk tempat
tinggal.
Untuk aspek konservasi wilayah pantai, karena dikawasan pantai teretentu terjadi perubahan
pola arus air laut sehingga mengalami abrasi, akresi yang memerlukan pembuat Groin (pemecah
ombak) atau dinding laut sehingga reklamasi pun menjadi pilihan utama permasalahan tersebut.
Reklamasi dilakukan diwilayah pantai guna mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena
abrasi terbentuk semula.
Reklamasi bukanlah mini-proyek, tetapi mega-proyek yang dilakukan oleh otoritas perkotaan.
Dalam pelaksanaan reklamasi, diperlukan pemebelajaran atau penelitian seperti :
o Pengendalian dampak negatif lingkungan
o Suply air dan energy
o Transportasi yang terintegrasi
o Tata ruang dan wilayah
o Struktur lapisan tanah reklamasi

D. Sistem pada Teknologi Reklamasi


Secara umum bentuk reklamasi ada 2 yaitu, reklamasi menempel pantai dan reklamasi
lahan terpisah dari daratan pantai induk. Cara pelaksanaan reklamasi tergantunga dari sistem yang
digunakannya. Berikut ini sistem-sistem yang biasa diterapkan pada teknologi reklamasi :
o Sistem Timbunan Reklamasi
Dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut
tinggi (high water level).
o Sistem Polder Reklamasi
Dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang
berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
o Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan Reklamasi
Ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan
metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan
elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
o Sistem Drainase Reklamasi
Sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya
tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang
sangat tinggi dan metode ini yang paling popular di Indonesia. Sistem polder dilakukan pada
lokasi dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah
yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi seperti di Indonesia.

E. Dampak Positif dan Dampak Negatif Teknologi Reklmasi


Dalam melakukan reklamasi terhadap kawasan pantai, harus memperhatikan berbagai hal
dan aspek atau dampak-dampak yang akan timbul oleh kegiatan reklamasi. Seperti halnya dampak
lingkungan, sosial budaya maupun ekonomi. Contoh dampak lingkungan misalnya mengenai
perubahan arus laut, hilangnya ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang terhambat untuk
masuk ke laut yang memungkinkan banjir semakin parah, kondisi lingkungan di wilayah tempat
bahan timbunan, sedimentasi, perubahan hidrodinamika yang semuanya harus tertuang dalam
analisis mengenai dampak lingkungan. Dampak sosial budaya diantaranya adalah kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM (dalam pembebasan tanah), perubahan kebudayaan,
konflik masyarakat, dan isolasi masyarakat. Sementara dampak ekonomi diantaranya berapa
kerugian masyarakat, nelayan, petambak yang kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi
pantai.
Berikut dampak akibat reklamasi pantai :
o Dampak positif reklamasi pantai :
- Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk
bermacam kebutuhan.
Dampak Positif Reklamasi Pantai

- Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman
sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
- Daerah yang ketinggiannya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
- Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat
berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.

o Dampak negatif reklamasi pantai :


- Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah
menjadi daratan.
Dampak Negatif Reklamasi Pantai

- Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air
asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa
digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
- Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi
terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan
cuaca serta kerusakan planet bumi secara total.

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Kawasan perkotaan dekat pantai yang begitu pesat perkembangannya pasti membutuhkan
wilayah yang semakin luas apalagi kondisi wilayah daratan yang sekarang semakin sempit. Oleh
karena itu reklamasi menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang pertumbuhannya sangat
tinggi demi mendukung pemenuhan kebutuhan lahan. Reklamasi menolong segala aspek dari
lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Misalnya dalam aspek ekonomi, permintaan wilayah
pemukiman yang semakin marak, akan tetapi wilayah daratan yang semakin mahal serta
menipisnya daya dukung, membuat teknologi reklamasi semakin laku dikalangan negara-negara
maju.
Adakalanya, setiap kegiatan teknologi mempunyai kelemahan dan efek buruk untuk
wilayah sekitarnya. Proses reklamasi tidaklah mudah, karena membutuhkan tahap yang begitu
panjang. Kegiatan reklamasi juga mampu merusak segala aspek, seperti lingkungan yang menjadi
minim seperti hilangnya ekosistem penting dalam laut, dalam aspek sosial budaya seperti
hilangnya mata pencaharian para nelayan karena wilayahnya sudah berubah menjadi perkotaan
dan masih banyak lagi.
Jadi, teknologi reklamasi ini masih butuh telaah lebih lanjut karena masih banyak aspek-
aspek kehidupan yang akan dirusak oleh kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Judul : Reklamasi Pantai, tanggal akses 10 Januari 2014


https://www.academia.edu/4432623/Reklamasi_Pantai
Judul : Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, tanggal akses 10 Januari
2014
http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=267
Judul : Reklamasi dan Revitalisasi, tanggal akses 10 Januari 2014
http://www.slideshare.net/YogieVianto/reklamasi-dan-revitalisasi
SISTEM DAN SUMBER MATERIAL REKLAMASI
Reklamasi Pantura Apr 20, 2017 9297 Views 0 Comments

SISTEM REKLAMASI

Reklamasi memang merupakan proyek yang kompleks dan membutuhkan keseriusan serta sinergi
dari banyak ahli di berbagai bidang. Selain itu, dibutuhkan teknologi yang sangat mahal plus
peralatan dan para ahli yang berpengalaman untuk melakukan proyek ini. Pelaksanaan reklamasi
di Indonesia juga melibatkan para ahli plus teknologi dari luar negeri yang telah memiliki
pengalaman dan jam terbang lebih banyak dalam mengerjakan proyek-proyek reklamasi di dunia.

Umumnya, reklamasi perairan dibagi menjadi 2 macam. Pertama, reklamasi yang menempel atau
menyatu dengan garis pantai. Dan, yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai daratan
induk. Sistem pengembangan yang diterapkan juga merupakan hal yang penting dalam proyek
reklamasi.

Ada empat macam sistem reklamasi sesuai dengan pertimbangan, tujuan reklamasi, kondisi dan
lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Keempat sistem tersebut adalah:

1. Sistem Timbunan

Pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi, sistem ini sangat cocok untuk
diterapkan. Metode inilah yang paling populer di Indonesia. Sistem ini dilakukan dengan cara
menimbun atau mengurug lahan yang akan direklamasi sampai muka lahan berada di atas muka
air laut (high water level). Dan diikuti dengan langkah-langkah perlidungan sistem perbaikan
tanahnya.

Sistem ini didukung oleh berbagai jenis alat-alat besar, seperti alat penggalian tanah, alat
pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat transportasi, perlengkapan penebaran bahan-bahan
tanah urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini terdapat dua cara kerja, yaitu:

 Hydraulic fill

Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan.

 Blanket fill

Tanah diurug terlebih dahulu baru kemudian tanggul atau system perlindungan dbuat.

Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut sepanjang pantai. Ini merupakan salah satu keuntungan dari sistem
timbunan. Selain itu, tata lingkungan yang baik dengan perletakan dan tatanan sesuai dengan
perencanaan bisa menjadi rekreasi yang baik untuk pengunjung.

Namun, di samping keuntungan yang diberikan, ada juga kekurangan akibat sistem ini. Contohnya,
peninggian muka air laut karena sebagian daerah telah ditimbun akan menyebabkan naiknya air
hingga ke permukaan. Akibatnya, air asin dari laut dapat merusak vegetasi. Selain itu, tanah dasar
yang lunak serta tebal dari lapisan reklamasi yang tinggi mempunyai kecenderungan menyebabkan
rendahnya stabilitas timbunan. Ini dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh
timbunan.

Material yang digunakan dalam sistem ini, biasanya menggunakan pasir laut yang diambil dengan
cara mengeruk di dasar laut yang berada di tengah laut dalam. Selain pasir laut, material untuk
mengurug juga diambil dari pengerukan pulau tak berpenghuni atau bukit. Material lainnya juga
bisa berasal dari hasil pengurugan dengan limbah atau sampah yang telah diproses dan dipadatkan.

Reklamasi menggunakan sistem timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah bisa dijumpai
pada pembangunan Pluit City. Kawasan ini berdiri di atas pulau baru hasil reklamasi di teluk
Jakarta. Pulau ini berada 5,5 m – 7,5 m di atas permukaan laut. Dalam pembangunannya, pasir dan
tanah timbunan dipadatkan dengan menggunakan teknologi tinggi. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penurunan muka tanah.

Pembangunan Pluit City ini tidak terlepas dari keterbatasan lahan di Jakarta. Selain untuk
residensial, sisi positif pembangunan Pluit City antara lain dapat mempercantik wajah kota.
Memperindah lingkungan pantai, meningkatkan sektor pariwisata dan membuka lapangan kerja.
Tidak hanya itu, Pluit City juga bisa menjadi kawasan bisnis dan ekonomi dengan tersedianya
fasilitas kawasan perkantoran. Alhasil peningkatan kualitas hidup dapat terwujud.
2. Sistem Polder

Sistem ini dilakukan pada lokasi dengan posisi drainase yang baik. Untuk Indonesia yang memiliki
curah hujan yang sangat tinggi, sistem reklamasi ini kurang cocok untuk diterapkan. Sistem ini
dilakukan dengan cara mengeringkan daerah yang akan direklamasi dengan memompa air yang
berada didalam tanggul kedap air, untuk kemudian dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.

Keberhasilan dari sistem ini sendiri adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka air tanah
sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur ketinggian muka air tersebut. Kemudian,
sistem ini dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:

 Polder dalam

Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut, tetapi disalurkan ke waduk-waduk
tampungan atau ke saluran tertentu di luar polder, kemudian baru dialirkan ke laut.

 Polder luar

Air dari polder langsung dibuang ke laut.

Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangatlah kecil. Terutama jika lahan tidak
perlu ditinggikan. Namun, kekurangannya adalah diperlukan biaya yang cukup besar untuk
pembuatan tanggul, sistem kanal, dan saluran serta sistem pompa. Sistem ini sangat bergantung
pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang air.

Selain itu, untuk menyiapkan tanah reklamasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.
Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus dikendalikan dengan bantuan
pompa untuk menciptakan semacam drainase. Oleh karena itu, perlu disosialisasikan konsep
pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan. Hal ini dilakukan sebagai langkah
antisipasi terhadap perubahan pembangunan yang sangat mempengaruhi dan berdampak pada
lingkungan.

3. Sistem Kombinasi Polder dan Timbunan

Reklamasi cara ini merupakan gabungan system polder dan system timbunan, yaitu setelah lahan
diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu
sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.

Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan kinerja sistem polder yang bergantung pada pompa.
Jika nantinya pompa mati, hal itu tidak akan terjadi masalah karena daerah yang kering telah
ditimbun sehingga dapat menekan biaya. Banjir juga bisa lebih efektif ditangani karena system
polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat air dari hulu. Sedangkan sistem
timbunan membuat permukaan laut bisa aman terhadap banjir, apabila dibuat tembok penahan air
laut di sepanjang pantai.
Namun, kekurangan sistem ini adalah rentan terhadap terjadinya penurunan daya dukung tanah
sehingga menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan. Hal lain yang menjadi pertimbangan penting adalah
musnahnya tempat hidup hewan laut dan tumbuhan laut sehingga keseimbangan alam menjadi
terganggu. Bila ini terus dibiarkan, akan memicu global warming. Sudah banyak Negara yang
menerapkan system ini untuk mencapai efektivitas dari proyek reklamasi yang dilakukan.

4. Sistem Drainase

System ini banyak dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah lain di
sekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih tinggi dari pada elevasi muka air laut. Wilayah ini
bisa berupa daerah rawa pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik dengan
pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman dan
pertanian.

Keuntungan sistem drainase adalah biaya yang digunakan jauh lebih murah karena tidak
menggunakan alat pompa dan material yang digunakan tidak terlalu banyak. Daerah reklamasi pun
bisa dijadikan juga sebagai kawasan industri dan pabrik-pabrik.

Adapun kekurangannya adalah dampak dari limbah-limbah industri atau pabrik bisa
mengakibatkan lingkungan sekitar daerah reklamasi tercemar. Dampak lingkungan lainnya dari
proyek reklamasi pantai adalah meningkatnya potensi banjir. Hal ini karena proyek tersebut dapat
mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut.
Sejumlah Negara yang menggunakan sistem reklamasi drainase antara lain Amerika Serikat,
Kanada, Hungaria, Polandia dan Lain-lain.

SUMBER MATERIAL REKLAMASI

Hal lain yang perlu diperhatikan selain teknologi yang tepat dengan kondisi perairan, adalah
material urugan reklamasi. Jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber material,
waktu yang tersedia dan juga biaya, merupakan aspek yang perlu dijadikan bahan pertimbangan.
Jenis material bisa berbentuk pasir, batu, maupun tanah. Sementara itu, sumber material bisa
berasal dari daratan maupun dasar laut.

 Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang berupa
bukit umumnya batuan beku (andesit) dan tanah urugan (soil cover), sedangkan sumber deposit
datar pada umumnya berupa material pasir (endapan alluvial). Sumber material dari bukit dapat
digali dengan bantuan wheel-dredger, yaitu alat penggeruk di mana pegeruknya terpasang pada
suatu roda yang diputar. Berbeda dengan material dari bukit, material dari deposit datar digali
menggunakan alat penggalian, seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-
dredger, kemudian diangkut dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai tempat
penampungan biasanya digunakan tongkang berukuran Selain itu baru material diangkut ke
lokasi lahan reklamasi menggunakan tongkang-tongkang kecil.
 Sumber timbunan yang berlokasi di laut, yaitu berupa pasir endapan di dasar laut. Pengambilan
pasir endapan di dasar laut tersebut untuk kapasitas besar dilakukan dengan menggunakan
cutter suction dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger) atau ke tongkang.
Kemudian, dibawa ke lokasi di mana material tersebut dipompakan ke lahan yang akan diurug.
Selain itu pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang dipasang di atas suatu
tongkang besar

FacebookTwitterGoogle+WhatsAppShare
TAGS

Next INILAH YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM REKLAMASI


RELATED ARTICLES

HISTORY

MANFAAT REKLAMASI DARI BERBAGAI ASPEK


Reklamasi PanturaApr 20, 2017

Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai


Oleh Ir Lambertus Tanudjaja MSc PU SDA*

DRAINASE adalah istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang disebabkan oleh hujan,
rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga, dengan cara mengalirkan, menguras,
membuang, meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun
meningkatkan fungsi kawasan. Secara umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air
yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan.
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
Secara fungsional, sulit dipisahkan secara jelas antara sistem drainase dan sistem pengendalian banjir.
Genangan yang terjadi sehubungan dengan aliran di saluran drainase akibat hujan lokal terhambat
masuk ke saluran induk dan/atau ke sungai, sering juga disebut banjir. Membedakan genangan akibat
luapan sungai dengan genangan akibat hujan lokal yang kurang lancar mengalir ke sungai, seringkali
mengalami kesulitan.
Permasalahan Drainase di Wilayah Perkotaan
Perkotaan merupakan pusat kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat
konsumen. Di wilayah perkotaan tinggal banyak manusia sehingga terdapat banyak fasilitas umum,
transportasi, komunikasi dan sebagainya.
Saluran drainase di wilayah perkotaan menerima tidak hanya air hujan, tetapi juga air buangan (limbah)
rumah tangga, dan mungkin juga limbah pabrik.
Hujan yang jatuh di wilayah perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu memasuki dan
melintasi atau berada di lingkungan perkotaan. Sumber kontaminasi berasal dari udara (asap, debu, uap,
gas), bangunan dan/atau permukaan tanah, dan limbah domestik yang mengalir bersama air hujan.
Setelah melewati lingkungan perkotaan, air hujan dengan atau tanpa limbah domestik, membawa polutan
ke badan air.
Sumber penyebab utama permasalahan drainase adalah peningkatan/pertumbuhan jumlah penduduk.
Urbanisasi yang terjadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia akhir-akhir ini menambah beban
daerah perkotaan menjadi lebih berat.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan seperti
perumahan, sarana transportasi, air bersih, prasarana pendidikan, dan lain-lain. Di samping itu
peningkatan penduduk selalu juga diikuti dengan peningkatan limbah, baik limbah cair maupun padat
(sampah).
Kebutuhan akan lahan untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian akan semakin meningkat
sehingga terjadi perubahan tataguna lahan yang mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit
puncak banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan, yang
diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang bervariasi antara 0,10 (hutan datar) sampai 0,95
(perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan
jalan bisa meningkatkan debit puncak banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana
drainase yang ada menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut.
Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan/penyempitan
saluran dan sungai, sehingga kapasitas/kemampuan mengalirkan air dari sungai dan saluran drainase
menjadi berkurang.
Perubahan fungsi lahan dari hutan (kawasan terbuka) menjadi daerah terbangun (kawasan perdagangan,
permukiman, jalan dan lain-lain) juga mengakibatkan peningkatan erosi. Material yang tererosi, terbawa
serta ke dalam saluran dan sungai sehingga turut mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan.
Oleh sebab itu, setiap perkembangan kota harus diikuti dengan evaluasi dan/atau perbaikan sistem
secara menyeluruh, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitar yang terpengaruh.
Sebagai contoh, pengembangan suatu kawasan permukiman di daerah hulu suatu sistem drainase, maka
perencanaan drainasenya tidak hanya dilakukan pada kawasan permukiman tersebut, tetapi sistem
drainase di hilir juga harus dievaluasi dan/atau diredesain jika diperlukan. Jika hal tersebut tidak
dilakukan, maka instansi atau pengembang yang terlibat harus mampu menjamin (secara teknis) bahwa
air dari kawasan yang dikembangkan tidak mengalami perubahan dari sebelum dan sesudah
pengembangan. Cara lain yang dapat ditempuh adalah pengembang harus menyediakan di kawasan
pengembangan tersebut, resapan-resapan buatan seperti sumur resapan, kolam resapan, kolam tandon
sementara dan sebagainya.
Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai
Kota-kota besar di Indonesia sebagian besar terdapat di wilayah pesisir pantai. Permasalahan drainase di
kota-kota pesisir pantai biasanya lebih rumit dibandingkan dengan permasalahan drainase perkotaan
secara umum.
Permasalahan drainase khususnya kota pantai, bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan antara lain peningkatan debit,
penyempitan dan pendangkalan saluran, reklamasi, amblasan tanah, limbah cair dan padat (sampah),
dan pasang surut air laut.
Amblasan tanah (land subsidence) yang terjadi di banyak kota pantai mengakibatkan genangan banjir
makin parah. Amblasan tanah ini disebabkan terutama oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, yang
mengakibatkan beberapa bagian kota berada sama tinggi dan bahkan di bawah muka air laut pasang.
Akibatnya sistem drainase gravitasi akan terganggu, bahkan tidak bisa bekerja tanpa bantuan pompa.
Bahkan di beberapa tempat dapat menyebabkan genangan permanen dari air pasang yang biasa dikenal
sebagai banjir rob.
Penerapan konsep drainase pengatusan di daerah pedalaman sering menimbulkan/menambah
permasalahan di wilayah pesisir, karena terjadi akumulasi debit di saluran primer.
Dapat disimpulkan bahwa selain penyebab secara umum seperti tingginya curah hujan dan perubahan
tataguna lahan, penyebab lainnya yang menimbulkan permasalahan drainase di kota-kota yang terletak di
kawasan pesisir pantai adalah :
a. Kemiringan saluran drainase yang sangat kecil di kawasan yang hampir datar menyebabkan kecepatan
aliran cukup kecil dan sering terjadi pengendapan lumpur yang mengurangi kapasitasnya.
b. Gelombang pasang-surut air laut (rob) yang membentuk semacam tembok penghalang di hilir saluran
dan muara sungai sehingga terjadi aliran balik (back water curve).
c. Banyaknya endapan di muara sungai (sebagai saluran drainase primer) menyebabkan kapasitas
alirannya berkurang. Kondisi ini diperparah lagi dengan banyaknya sampah dari warga kota yang
dibuang ke saluran dan sungai.
d. Reklamasi dan pembangunan di daerah pantai sering tidak memperhatikan kondisi topografi sehingga
mengakibatkan hambatan aliran ke laut, sehingga menimbulkan kawasan-kawasan genangan yang baru.
e. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, turut pula bertumbuh
kawasan permukiman yang tidak beraturan. Rumah dibangun di atas saluran, dan pembuangan limbah
langsung ke saluran yang ada di bawahnya. Hal ini menghambat upaya pemeliharaan saluran dan
mengurangi kapasitas alirannya.
Permasalahan di atas masih diperberat lagi dengan kurangnya perhatian dari berbagai pihak dalam
mengatasi masalah secara bersama dan proporsional, adanya perbedaan kepentingan drainase dengan
prasarana lain seperti jalan, jaringan bangunan bawah tanah, jaringan perpipaan air bersih, telkom,
listrik dan sebagainya, serta kurangnya kepastian hukum dalam mengamankan fungsi prasarana
drainase, maupun adanya sementara pihak yang tidak mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas
manajemen suatu kota tercermin dari kualitas sistem drainase di kota tersebut. Sistem drainase yang
kurang baik menyebabkan terjadinya genangan air di berbagai tempat sehingga lingkungan menjadi kotor
dan jorok, menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit, yang pada akhirnya bukan hanya menurunkan
kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, tetapi dapat juga menggangu kegiatan transportasi,
perekonomian dan lain-lain.
Upaya Mengatasi Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai
Sampai saat ini drainase sering diabaikan dan direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan penting.
Seringkali pekerjaan drainase hanya dianggap sekedar pembuatan got, padahal pekerjaan drainase
terutama di perkotaan bisa merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, sehingga membutuhkan
biaya yang cukup besar.
Jika perencana jembatan harus dapat menjawab pertanyaan tentang berapa maksimum beban kendaraan
yang bisa melintasi jembatan yang direncanakannya, maka perencana drainase harus dapat menjawab
pertanyaan tentang besar intensitas curah hujan ataupun periode ulang yang diterapkan dalam
perencanaan, seberapa besar peluang kapasitas saluran tidak mampu menampung debit aliran akibat
hujan, daerah mana saja yang merupakan daerah layanan saluran (langsung maupun tidak langsung),
apakah dengan saluran yang baru ini tidak akan terjadi pencemaran air tanah, apakah tidak akan
menimbulkan masalah di kawasan bagian hilir, apakah koefisien limpasan sudah disesuaikan dengan
peruntukkan lahan di kemudian hari (sesuai rencana tata ruang), apakah sudah memperhitungkan
adanya pengaruh air balik (back water curve), dan berbagai pertanyaan lainnya.
Bagaimana menata/mengelola sistem drainase kota ???
Melalui suatu rangkaian kegiatan yang disingkat dengan SIDLACOM (Survey, Investigasi, Desain,
Pembebasan Lahan, Pembangunan, Operasi dan Pemeliharaan).
Pada tahapan SID, perencana menyusun terlebih dulu suatu Master Plan yang kemudian diikuti dengan
Analisa Kelayakan dan Detailed Engineering Design.
Master plan drainase merupakan suatu rencana induk sistem drainase yang memberikan arahan yang
jelas tentang penanganan masalah drainase secara terpadu, desain tipikal dari prasarana drainase,
prioritas penanganan/pembangunan, perkiraan biaya, pedoman operasional dan pemeliharaan dan
sebagainya.
(Seingat penulis, sejak beberapa tahun yang lalu Kota Manado sudah punya master plan drainase kota
yang dibuat oleh Bappeda Kota Manado, master plan drainase kota yang dibuat oleh Sub-Dinas Cipta
Karya Dinas PU Provinsi, dan master plan pengendalian daya rusak air Kota Manado yang dibuat oleh
Dinas Sumber Daya Air Provinsi).
Master plan adalah suatu karya di atas kertas berupa laporan dan gambar, yang tentunya akan mubazir
apabila tidak dimanfaatkan dan dilanjutkan dengan suatu desain rinci (DED), dan implementasi di
lapangan.
Operasional prasarana drainase merupakan usaha untuk memanfaatkan prasarana drainase secara
optimal (melalui pengoperasian pintu air, penyuluhan dan lain-lain), sedangkan pemeliharaan prasarana
drainase merupakan usaha untuk menjaga agar prasarana drainase berfungsi dengan baik selama
mungkin (melalui pengamanan, perawatan, perbaikan)
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan drainase kota di kawasan pesisir
pantai:
a. Reklamasi pantai harus dapat menjamin kemiringan topografi kawasan agar tidak menimbulkan
daerah-daerah rawan genangan yang baru. Alternatif lainnya adalah dengan menyediakan akses drainase
ke laut berupa saluran-saluran terbuka yang kapasitasnya sudah melalui perencanaan yang mantap.
b. Bagian hilir saluran drainase harus direncanakan mampu mengatasi masalah back water curve. Jika
diperlukan, harus dibuat konstruksi penahan pasang surut air laut seperti pintu air yang dibantu oleh
kolam tandon dan pompa air, atau membangun tanggul/tembok di sepanjang kiri kanan muara
sungai/saluran.
c. Program normalisasi sungai yang memperlebar dan memperdalam alur sungai merupakan cara yang
paling tepat untuk mengatasi penyempitan dan pendangkalan/penyumbatan di hilir/muara sungai.
d. Meningkatkan upaya non-struktur seperti penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk
menjaga prasarana drainase, serta penegakan hukum terhadap kegiatan yang merusak prasarana
drainase dan menghambat upaya pemeliharaan drainase.
e. Barangkali sudah waktunya dipikirkan pembuatan peraturan penarikan retribusi sistem drainase
mengingat banyaknya kebutuhan pendanaan untuk suatu kota sehingga subsidi untuk drainase mulai
dikurangi sejak sekarang. Selain itu, sistem drainase kota melayani pembuangan limbah cair di musim
kemarau sehingga wajar jika pemerintah menarik retribusi atas pelayanan yang diberikan. Keberadaan
sistem drainase sanggup menaikkan nilai tanah dan bangunan, sehingga sewajarnya jika pemerintah
mendapatkan bagian guna membangun dan memelihara sistem drainase.
Kasus Khusus: Drainase di Kawasan Boulevard di Kota Manado
Jalan Piere Tendean (lebih dikenal dengan Boulevard) dan kawasan perdagangan di sebelah barat jalan
tersebut, dulunya adalah bagian dari pantai Teluk Manado, yang direklamasi secara bertahap. Pantai ini
dulunya menjadi lokasi pembuangan akhir dari saluran-saluran drainase kota.
Pembangunan jalan Piere Tendean diikuti dengan pembuatan saluran drainase di sisi timur jalan dan
beberapa gorong-gorong yang memotong jalan. Saluran di sisi timur jalan hanya berfungsi menampung
air dari saluran-saluran drainase kota untuk kemudian didistribusikan ke gorong-gorong, dan
sebagiannya lagi dialirkan ke sungai Sario. Keberadaan saluran ini tidak efektif mengingat kemiringan
dasar saluran yang sejajar pantai adalah relatif datar, sehingga aliran akan terhambat. Seyogyanya
saluran-saluran drainase kota harus dilanjutkan dengan gorong-gorong langsung ke arah laut.
Reklamasi pantai menjadi kawasan perdagangan di sebelah barat jalan Piere Tendean menyebabkan
diikuti dengan penutupan sebagian gorong-gorong di jalan tersebut. Elevasi lahan reklamasi dibuat lebih
tinggi dari Jalan Piere Tendean dan kemiringannya ke arah jalan tersebut. Ini sama dengan menambah
luas catchment area dari saluran di jalan Piere Tendean. Saluran pembuang yang melewati kawasan
perdagangan ini saling berjarak relatif cukup jauh dan dibuat tertutup.
Akibat dari semua keadaan ini, pada saat hujan cukup deras, saluran di sisi Jalan Piere Tendean, gorong-
gorong dan saluran tertutup di kawasan reklamasi tidak mampu menampung dan menyalurkan air hujan
dan terjadilah genangan air di sebagian ruas jalan Piere Tendean. Kawasan permukiman yang dulunya
bebas dari genangan (Kampung Pondol, Kampung Kakas, Kampung Tomohon, dan sekitarnya) sekarang
telah berubah menjadi lokasi rawan genangan.
Beberapa hal yang diusulkan untuk mengatasi masalah drainase di kawasan Jalan Piere Tendean dan
sekitarnya adalah:
a. Jarak antara gorong-gorong di Jalan Piere Tendean diperkecil dengan menambah jumlah gorong-
gorong. Paling baik apabila gorong-gorong dibuat sebagai kepanjangan dari saluran-saluran drainase
kota.
b. Di kawasan reklamasi perlu dibangun akses drainase berupa saluran-saluran terbuka ke laut, yang jika
ditata dan dipelihara dengan baik, bisa menjadi lokasi rekreasi.
c. Perencanaan teknis dari fasilitas drainase hendaknya memperhitungkan catchment area serta
kemungkinan perubahan penggunaan lahan baik di sekitar lokasi dan di daerah hulu berdasarkan
rencana tata ruang kota.#

* Dosen Keairan di Fakultas Teknik Unsrat; PU SDA: Profesional Utama Sumber Daya Air, Himpunan
Ahli Teknik Hidranlik Indonesia (HATHI)

DAMPAK REKLAMASI PANTAI TERHADAP KELESTARIAN


LINGKUNGAN
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah
Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan
pesisir Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2). Hingga saat ini wilayah
pesisir memiliki sumberdaya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring dengan
perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk
berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakat. Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang selama
ini terlupakan, yaitu pantai(coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah.
Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah
pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan hunian penduduk
perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang
sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang dianggap
kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat
memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

Pengertian Reklamasi

Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to
reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-
Indonesia terbitan PT. Gramedia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih
dalam kamus yang sama, arti kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Para
ahli belum banyak yang mendefinisikan atau memberikan pengertian mengenai reklamasi pantai.
Kegiatan reklamasi pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah
suatu lingkungan alam menjadi lingkungan buatan, suatu tipologi ekosistem estuaria, mangrove dan
terumbu karang menjadi suatu bentang alam daratan.(Maskur, 2008).
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase (UU No 27 Thn 2007).

Pengertian reklamasi lainnnya adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar,
ataupun di danau. Pada dasaranya reklamasi merupakan kegiatan merubah wilayah perairan pantai
menjadi daratan. Reklamasi dimaksudkan upaya merubah permukaan tanah yang rendah (biasanya
terpengaruh terhadap genangan air) menjadi lebih tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).
(Wisnu Suharto dalam Maskur, 2008).

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak
atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan
untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata. Dalam
perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi diamalkan
oleh negara atau kotakota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian
pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan).
Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru. (http//www.lautkita.org)

Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota dalam rangka
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan
wisata bahari, dll.

Reklamasi kawasan perairan merupakan upaya pembentukan suatu kawasan daratan baru baik
di wilayah pesisir pantai ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi ini adalah untuk menjadikan
kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan
bermanfaat untuk berbagai keperluan ekonomi maupun untuk tujuan strategis lain. Kawasan daratan
baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,
pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai,
kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama
dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.

Tujuan Reklamasi

Biasanya kegiatan reklamasi ini dilakukan oleh suatu otoritas (negara, kota besar, pengelola
kawasan) yang memiliki laju pertumbuhan tinggi dan kebutuhan lahannya meningkat pesat, tetapi
mengalami kendala keterbatasan atau ketersediaan ruang dan lahan untuk mendukung laju pertumbuhan
yang ada, sehingga diperlukan untuk mengembangkan suatu wilayah daratan baru. Dalam konteks
pengembangan wilayah, reklamasi kawasan pantai ini diharapkan akan dapat meningkatkan daya
tampung dan daya dukungan lingkungan (environmental carrying capacity) secara keseluruhan bagi
kawasan tersebut. Reklamasi dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan yang
ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase (UU 27, 2007). Hal ini umumnya terjadi karena semakin tingginya tingkat populasi manusia,
khususnya di kawasan pesisir, sehingga perlu dicari solusinya.

Tujuan reklamasi juga yaitu untuk memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau tidak
berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain untuk
lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990).
Sedangkan menurut max wagiu 2011. Tujuan dari program reklamasi yaitu:

a. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut

b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan yang akan
difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai

c. Untuk alasan ekonomis, pembangunan atau untuk mendirikan konstruksi bangungan dalam skala yang
lebih besar.

Gambar 1. a. Foto Satelit Shenzen, Hongkong - Reklamasi yang menyambung dengan daratan. b. Rencana Palm Island, Dubai –
Reklamasi yang terpisah dari daratan utama. (Sumber; Djakapermana, 2013)

Manfaat Reklamasi

Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan
karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek
tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang
membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan
bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan pantainya dangkal wajib untuk
direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan
fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya.
Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan
berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor –
impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu
memotong biaya transportasi.

Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan
menipisnya daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau
kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Fungsi lain
adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari
penggusuran karena berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek konservasi wilayah pantai, pada kasus
tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi sehingga
memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau dinding laut sebagai mana yang dilakukan di
daerah Ngebruk Mankang Kulon. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan
konfigurasi pantai yang terkena abrasi kebentuk semula.
Reklamasi merupakan megaproject dari sebuah pengembangan perkotaan. Besarnya sumber daya
dan dana yag dikeluarkan harus sebanding dengan nilai fungsi yang ada setelah reklamasi digunakan.
Perencanaan dan studi harus mendalam perihal Pekerjaan Reklamasi seperti: (Indonesia Water Institute.
2012)

1. Pengendalian Dampak Negatif Lingkungan - Campur tangan manusia terhadap alam akan berimbas
kepada ekosistem yang ada di laut sebelumnya, maka perlu dilakukannya pencegahan dampak meluas
akibat reklamasi ini. Salah satu contoh: ketika Reklamasi Pantai Indah Kapuk selesai, maka persoalan
muncul, ketika jalan Tol ir Sedyatmo (Tol Bandara) mengalami banjir beberapa pendapat dikarenakan
limpasan dari area Pantai Indah Kapuk.

2. Supply Air dan Energy – Air dan Energy akan dibutuhkan di daerah pengembangan termasuk juga di
daerah rekalamasi, dari sini perencana harus memperhitungkan betul dari mana sumber energy dan
listrik. Contoh kasus : bandara Kansai, Jepang, menggunakan Energi Listrik dari Angin untuk memenuhi
kebutuhan listrik.

3. Transportasi yang Terintegrasi – Pengembangan daerah akan berdampak pada arus transportasi di
daerah akan meningkat, maka daerah utama dan daerah reklamasi harus diperhitungkan arus transportasi
agar menghindari kemacetan karena tidak adanya integrasi dari daerah reklamasi dan daerah utama
(daerah asli) . Contoh : Reklamasi di Incheon sebagai Bandara Internasional Korea Selatan, di bangun 3
moda transportasi yaitu, Jlan raya, Kereta, dan Subway untuk menghindari stagnan arus transportasi.

4. Tata Ruang dan Wilayah – Hal ini tidak terlepas dari awal perencanaan dari Reklamasi. Lahan hasil
reklamasi akan digunakan sesuai kebutuhan maka master plan tata ruang dan wilayah harus benar- benar
dikerjakan dan diawasi pelaksanaannya. Hal ini menghindari penyebaran daerah kumuh / tak tertata dari
sebuah kawasan.
5. Struktur Lapisan Tanah Reklamasi – Hal ini merupakan syarat utama dari ketahanan struktur. Kekuatan
lahan reklamasi terhadap abrasi dan beban bangunan diatasnya harus diperhitungkan agar tidak terjadi
kerugian yang besar.

Pelaksanaan reklamasi pantai dibedakan menjadi dua yaitu : (Yuwono, 2007)

a. Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula, dimana garis pantai yang baru akan menjadi
lebih jauh menjorok ke laut.

b. Daerah reklamasi yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai

Gambar 2. Bentuk reklamasi pantai (Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005)

Yang Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan reklamasi
lahan terpisah dari pantai daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem yang
digunakan. Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan atas 4 sistem, yaitu :

a. Sistem Timbunan

Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air
laut tinggi (high water level) yang aman.

b. Sistem Polder

Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air
yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.

c. Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan


Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh
dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga
perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut cukup aman.

d. Sistem Drainase

Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya
tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
Pembangunan reklamasi di Indonesia harus mengacu pada berbagai pedoman dan undang-undang yang
mengatur tentang reklamasi pantai, antara lain:

 Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai (Peraturan Menteri PU No. 4/PRT/M/2007) yang
mencakup penjelasan tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan
reklamasi, yaitu aspek fisik, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata lingkungan dan hukum, aspek kelayakan,
perencanaan dan metode yang digunakan. Pedoman ini juga memberikan batasan, persyaratan dan ketentuan
teknis yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat melakukan reklamasi pantai.

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memberi wewenang kepada daerah
untuk mengelola wilayah laut dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

 Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang merupakan guide line bagi daerah untuk
mengatur, mengendalikan dan menata wilayahnya dalam satu-kesatuan matra ekosistem,

 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
mengamanatkan wilayah pesisir diatur secara komprehensif mulai dari perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan
pengendalian.

 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yang mengatur tentang perlindungan
terhadap aset baik berupa jiwa

Contoh Pelaksanaan Reklamasi

Reklamasi pantai telah dilaksanakan di berbagai tempat di dalam, maupun luar negeri diantaranya
:

1. Bandara Kansai, Jepang – Reklamasi di buat di tengah laut, dan lahan seluas 10 km2 ini digunakan sebagai
Bandara Internasional Jepang.

2. Sea Landfill Phoenix Centre, Osaka Jepang, Lahan Reklamasi ini dibuat untuk pengolahan limbah terpadu.

3. Tokyo Bay Landfill , Lahan Reklamasi ini juga di buat untuk pengolahan limbah terpadu.

4. Incheon – Korea Selatan, Lahan Reklamasi ini merupakan daerah pengembangan yang dilakukan
pemerintah Korea Selatan. Lahan ini digunakan sebagai Bandara Internasional Incheondan pembangunan
kawan Industri di kawasan Incheon.
5. Semakau Landfill, Singapura . Lahan digunakan sebagai pengeolahan limbah di Singapura. Selain itu Area
ini digunakan sebagai konservasi flora dan fauna juga sebagai daerah rekreasi.

6. Dubai, Negara ini menjadi reklamasi sebagai megaproject dalam pengembangan kawasan hunian.
Terdapat 4 proyek Reklamasi yaitu : The Palm Jeber Ali, Deira, Jumairah, dan The World

7. Tianjin – China, tujuan dari Reklamasi lahan di daerah Tianjin adalah untuk memenuhi efisiensi lahan yang
dirasa sudah menggangu di daerah daratan. Pemerintah China membangun Reklamasi ini untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan daerah Industri, Pelabuhan dan Free Trade Zone.

8. Linggang New City Project, Shanghai , China, Lahan reklamsi seluas 133.2 km2 ini merupakan proyek
pengembangan daerah bisnis terpadu di daerah Shanghai. Kawasan Industri, pelabuhan dan Bandara
dibangun untuk menunjang peningkatan pesat perekonomian di China.

9. Indonesia:

 Kawasan Teluk Jakarta, Pengembangan yang sudah ada saat ini adalah pengembangan kawasan Hunian
Real Estate.

 Mamuju, Sulawesi Barat - 8.3 Hektar lahan Reklamasi pantai Mamuju juga bertujuan untuk mempercantik
kota karena di sekitar reklamasi pantai akan dibangun jalan dua jalur di sampingdibangun fasilitas
pelayanan publik. Diharapkan dari adanya pembangunan fasilitas publik lainnya juga akan mendorong
pertumbuhan ekonomi Mamuju, misalnya proyek pembangunan pusat jajan serba ada (pujasera), pusat
bisnis, perumahan dan kantor, mall dan pusta perbelanjaan, serta area pengembangan Hotel.

 Denpasar, Bali – Reklamasi seluas 380 Ha ini bertujuan untuk menghubungkan gugusan Pulau Serangan.
Namun konsekuensi dari penggabungan gugusan tersebut kini dirasan masyarakat sekitar dari aspek
Lingkungan, Budaya, hingga Sosial.

 Manado, Sulawesi Utara - Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai kawasan
fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District (CBD)

 Semarang – Reklamasi di daerah pesisir pantai semarang ini digunakan untuk perluasa lahan aratan yang
digunakan sebagai lahan perekonomian dan bisnis di kawasan tersebut. Reklamasi ini juga untuk
menyangga daerah daratan yang terus mengalami penurunan tinggi permukaan tanah.

 Tanggerang – Pemerintah Kota Tanggerang akan menambah sekitar 7500 hektar lahan daratan. eklamasi
ini akan menjadi megaproject dari Pemkot Tanggerang, Pembangunan kawasan terpadu seperti bisnis,
hunian, wisata akan menjadi daya tarik tersendiri. akan ada 6 pulau reklamasi yang akan dibuat.

 Makassar - Makasar sebagai titik tengah pembangunan Indonesia. Di kawasan Center Point of ndonesia,
dengan luas total 600 hektar ini, nantinya akan dibangun pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan
hiburan, hotel hotel kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut lepas, hampir
serupa dengan apa yang dibangun melalui rencana reklamasi pantai utara di Jakarta.
 Ternate - keterbatasan lahan bagi pengembangannya maka kegiatan reklamasi pantai sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan perekonomian dan pengembangan Kota Ternate penambahan luas lahan di wilayah pesisir
Kota Ternate yaitu sebesar 9.7 Ha yang berdasarkan fungsi dan jenis fasilitas yang sudah dibangun kawasan
komersial yang sudah mengisi lahan reklamasi pantai.
Dampak Reklamasi

Dalam melakukan reklamasi terhadap kawasan pantai, harus memperhatikan berbagai


aspek/dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Dampak-dampak tersebut antara
lain dampak lingkungan, sosial budaya maupun ekonomi. Dampak lingkungan misalnya mengenai
perubahan arus laut, kehilangan ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang menjadi terhambat
untuk masuk ke laut yang memungkinkan terjadinya banjir yang semakin parah, kondisi lingkungan di
wilayah tempat bahan timbunan, sedimentasi, perubahan hidrodinamika yang semuanya harus tertuang
dalam analisis mengenai dampak lingkungan. Dampak sosial budaya diantaranya adalah kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM (dalam pembebasan tanah), perubahan kebudayaan, konflik masyarakat,
dan isolasi masyarakat. Sementara dampak ekonomi diantaranya berapa kerugian masyarakat, nelayan,
petambak yang kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi pantai.

Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang diakibatkan. Adapun untuk
menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari tahapan yang dilaksanakan dalam proses reklamasi, yaitu :
(Maskur, 2008)

 Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan lingkungan, pemetaan dan
pembuatan pra rencana, perijinan, pembuatan rencana detail atau teknis.

 Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan material urug, transportasi material urug,
proses pengurugan.

 Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja, pematangan lahan,
pemeliharaan lahan.

Wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah :

a. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau berkurang karena
akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun
fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah ada.

b. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur
air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga
kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena
genangan air yang banyak dan lama.

c. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani tambak,
nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga
berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan hidup kepada laut. Selanjutnya
adalah aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati sangat
mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap
perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan mengakibatkan
berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ekosistem perairan pantai dalam waktu yang
relatif lama akan berakibat pada kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai.
Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak dilakukan pada negara atau
kota maju dalam rangka memperluas daratan sehingga bisa digunakan untuk area bisnis,
perumahan,wisata rekreasi dan keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap
kegiatan termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan kegiatan hanya mendapat
keuntunganya saja sementara kerugian harus ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa
disadari banyak daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi ini.

Gambar 3. Kerusakan lingkungan akibat reklamasi pantai

a. Dampak negatif atau kerugian reklamasi pesisir pantai


 Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah menjadi
daratan.

 Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut
naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk
bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.

 Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu,
apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta
kerusakan planet bumi secara total.

 Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati sehingga nelayan
kehilangan lapangan pekerjaan.

b. Dampak positif atau keuntungan reklamasi pesisir pantai

 Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam
kebutuhan.

 Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi pengaman sudah
disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.

 Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat tembok
penahan air laut di sepanjang pantai.

 Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat berfungsi
sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.
Sumber ; dari berbagai sumber

Gambar 4. Keuntungan dari reklamasi pantai

Melihat kelebihan dan kekurangan reklamasi tersebut nampaknya tetap lebih banyak dilakukan
karena dampak negatif lingkungan justru ditanggung daerah lain yang terkadang tidak tahu apa-apa
tentang adanya reklamasi pantai yang letaknya jauh dari tempat tinggal. solusi terbaik bisa dilakukan
dengan mencari teknologi terbaru mengenai pemanfaatan wilayah laut untuk aktifitas hidup manusia
contohnya dengan membuat gedung atau rumah terapung di atas permukaan laut, namun hal ini tentu
perlu penelitian yang dalam sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai, bagi yang hendak memberikan
uraian atau solusi mengenai kegiatan reklamasi pantai bisa berbagi disini.
Reklamasi Dan Aspek Pelestarian Lingkungan

Rujukan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Undang-undang Nomor
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang secara regulatif melandasi kebijakan di
Indonesia. Undang-undang ini menjamin dalam pelaksanaan pembangunan diharapkan adanya
keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan komponen
lingkungan lainnya, serta dapat memenuhi masa kini dan menjaga kelestarian untuk masa datang.

Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek reklamasi itu
adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang
diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies
mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir. Hal
itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi)
di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen
sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir
akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut
yang disebabkan oleh pemanasan global.

Studi Kasus Dampak Reklamasi Terhadap Kelestarian Lingkungan di Indonesia

1. Kawasan Teluk Jakarta

Untuk kawasan teluk Jakarta kegiatan reklamasi dalam Fase Operasi memberikan dampak terhadap
lingkungan seperti : (Esp2indonesia. 2011)

a. Dampak terhadap paras muka laut dan perendaman di hilir .

b. Dampak terhadap kinerja pembangkit listrik akibat resirkulasi thermal

c. Dampak terhadap jaringan pipa dan kabel bawah laut

d. Dampak terhadap geomorfologi garis pantai

e. Dampak terhadap kualitas perairan akibat menurunnya penggelontoran air

f. sungai yang diperparah dengan peningkatan asupan limbah dari operasional

g. permukiman, bisnis, dan industri yang berlangsung di lahan reklamasi

h. Dampak terhadap komunitas mangrove yang tersisa (wilayah konservasi) akibat perubahan kualitas
perairan, kondisi hidrologi dan sedimentasi

i. Dampak sosial-ekonomi terhadap nelayan (hilangnya wilayah penangkapan ikan, sulitnya akses menuju
Tempat Pendaratan Ikan, dampak jangka panjang berupa perairan yang keruh)
j. Dampak terhadap lalu lintas di daratan (Antisipasi) Tekanan terhadap infrastruktur dan pelayanan umum
(air, buangan limbah, komunikasi, listrik, dan lain-lain) Emisi gas buang selama kegiatan reklamasi
berlangsung (akibat peningkatan frekuensi kegiatan pelayaran, pembangkit listrik, dan lain-lain).

2. Mamuju, Sulawesi Barat -

Dampak kegiatan proyek reklamasi pantai Manakarra Mamuju terhadap lingkungan sekitar
yaitu aktivitas dari truk yang menimbulkan debu karna puluhan truk pengangkut timbunan milik PT KMP,
tidak menggunakan penutup untuk mengangkut timbunan. Selain itu, lanjutnya, timbunan yang diangkut
truk milik PT KMP juga berjatuhan di jalanan, sehingga mengotori jalanan dan mengganggu masyarakat
pengguna kendaraan yang melintas di Pantai Manakarra Mamuju. (ANTARA News, 2010).

3. Denpasar, Bali

Dampak dari kegiatan reklamasi terhadap lingkungan di bali mempengaruhi terhadap jumlah ikan,
dan kepiting, udang dan cumi-cumi karna sama sekali tidak ada di dataran pasang surut; karang rusak;
rumput laut yang dulu ada banyak hampir hilang; dan jalan air berubah dekat pulau karena kedalaman
yang dulu rata-rata 3m sekarang 10m. Di daratan, pohon-pohon yang dulu banyak, termasuk pohon
kelapa dan hutan bakau, sekarang kurang dan kondisinya sakit. Dan terjadi perubahan suhu yang mana
suhu udara lebih panas (Woinarski 2002).

4. Manado

Pada dasarnya reklamasi pantai boulevard bermanfaat untuk kelangsungan peningkatan ekonomi
daerah kota Manado,akan tetapi dewasa ini reklamasi pantai sudah mulai disalah gunakan bagi para
pengelolah pusat hiburan.Banyak dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup yang ada dikota
Manado antara lain daerah disekitar pesisir pantai rawan banjir karena peninggian air laut yang
disebabkan oleh luas volume di laut yang berkurang.Musnahnya tempat tinggal hewan dan tumbuhan
khususnya disekitar daerah pesisr pantai yang bila terus menerus berlanjut akan menyebabkan kerusakan
yang lebih parah bahkan total bagi ekosistem laut yang ada dikota Manado.Perubahan cuaca yang
meningkat drastis akibat matinya tanaman bakau yang ikut berperan dalam menghasilkan oksigen bagi
mahluk hidup.Dampak lainnya yaitu pencemaran laut didaerah sekitar reklamasi pantai,seperti
pembuangan limbah pusat hiburan berupa sampah anorganik yang bisa membawa dampak buruk bagi
ekosistem laut,terutama bagi ikan-ikan dilaut,sehingga turut dirasakan oleh para nelayan bahwa
penangkapan sangat menurun drastis. (Manado.tribunnews. 2011)

5. Semarang
Dampaknya, reklamasi berdampak pada lingkungan fisik di semarang yaitu makin parahnya banjir
yang terjadi di kawasan reklamasi karena sistem drainase yang tidak bekerja dengan baik. Dan Akibatnya,
reklamasi juga berdampak pada perubahan pola arus air laut, hilangnya akses publik terhadap kawasan
pantai, dan rusaknya kawasan tanaman mangrove (Kampus.okezone, 2010).

6. Tanggerang

Dampak dari reklamasi di tangerang lahan untuk daeerah reklamasi yang terdapat hutan bakau
dikikis habis sehinggamengakibatkan banjir rob (limpahan air laut pasang yang sampai ke daratan)
menenggelamkan kawasan pesisir Pantai Utara Tangerang. Tak lagi ada pohon-pohon yang menghiasi
daerah pesisir, tidak ada lagi udara bersih, tidak ada lagi air bersih dan penghidupan nelayan tak lagi
seperti dulu. Hasil tangkapan ikan menurun drastis, sebab limbah sudah membunuh ikan dan
udang. (Green.kompasiana, 2010)

7. Makassar

Dampak yang tejadi di Makassar yang paling nyata adalah kerusakan ekosistem pantai,bencana
banjir,dan hilangnya lapangan kerja masyarakat pesisir. yang berdomisili dipinggir pantai,terutama
nelayan (Kopel-online, 2012).

8. Ternate

Dampak yang ditimbulkan diantaranya rusaknya ekosistem didaerah yang direklamasi seperti
hilangnya ekosistem lamun dan rusaknya terumbu karang. drainase perkotaan yang buruk,sehingga
terjadinya banjir. reklamasi pantai memberikan dampak negatif terhadap kedalaman laut dan
sedimentasi, telah terjadi perubahan kedalan air laut pada perairan sekitar lahan reklamasi kedalaman air
hanya mencapai 1.5 meter, padahal seharusnya kedalamannya melebihi 3 meter. (Herry 2005).

Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

 Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara sosial, ekonomi dan
lingkungan.

 Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari
biaya sosial dan biaya ekonominya, serta memperhatikan dan menjaga kehidupan masyarakat serta
kelestarian lingkungan.

 Beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa implementasi kegiatan reklamasi di lapangan seringkali
tidak sesuai dengan perencanaannya sehingga mengakibatkan kerusakan secara sosial, ekonomi maupun
lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi dari masyarakat.
 Diperlukan koordinasi dan komunikasi yang sinergis dari segenap stakeholders dalam kegiatan reklamasi
sehingga prinsip-prinsip reklamasi dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Djakapermana D Ruchyat. 2013.(Pengamat Penataan Ruang dan Pengembangan) Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif
Pengembangan Kawasan, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU

Herry J, 2005, Reklamasi pantai dan pengaruhnya terhadap lingkungan fisik di wilayah kepesisiran Kota
Ternate, tesis Ilmu Lingkungan (Magister Pengelolaan Lingkunga Universitas Gadjah Mada.

Maskur A, 2008, Rekonstruksi Pengaturan Hukum Reklamasi Pantai Di Kota Semarang Tesis Program magister ilmu
hukumProgram pascasarjana Universitas diponegoro Semarang

Peraturan Menteri PU No. 40/PRT/M Tahun 2007 - bkprn


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
Woinarski 2002, Pulau Serangan: Dampak Pembangunan pada Lingkungan dan Masyarakat, Laporan Studi Lapangan,
Universitas Muhammadiyah Malang Kerja Sama Dengan Australian Consortium For In-Country Indonesian Studies.

http://www.ilmusipil.com/analisa-dampak-reklamasi-pada-daerah-pesisir-pantai 07 Mei 2013, 13:56:05

http://www.indonesiawaterinstitute.org/reklamasi, 19 December 2012 05:33

http://www.antarasulsel.com DPRD Ancam Hentikan ProyekReklamasi Pantai Mamuju,


Senin, 27 September 2010
http://kopel-online.or.id 2012
http://kampus.okezone.com/read/2010/11/23/373/396124/reklamasi-pantai-jangan- lupakan-aspek-sosial

http://manado.tribunnews.com/2011/02/27/dampak-reklamasi-pantai-bagi-masyarakat

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/10/22/arogansi-pemkab-tangerang-dalam-reklamasi-
pantai%E2%80%A6-298584.html

http://www.esp2indonesia.org/sites/default/files/publications/REA%20Jakarta%20Bay_Indonesia_editedJuli11_
final%20(1).pdf.

http//www.lautkita.org/reklamasiabrasi_ind.html
REKLAMASI PANTAI UTARA
DKI JAKARTA
Abstrak

Lahan merupakan kebutuhan penting bagi setiap kota tidak


terkecuali untuk DKI Jakarta. Sebagai kawasan metropolitan yang
terus berkembang setiap tahunnya menyebabkann mulai
berkurangnya daya dukung lahan yang tersedia. Jumlah lahan
yang tetap sedangkan pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat serta investasi yang harus tetap berjalan menyebabkan
DKI Jakarta melakukan proyek reklamasi pantai utara DKI
Jakarta. Reklamasi ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
lahan. Selain itu reklamasi ini diharapkan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Namun rencana ini tidak jarang
menerima kontra dari masyarakat maupun aktivis lingkungan
hidup. Kontra ini menunjukkan belum adanya kesepahaman
antara masyarakat dengan pemerintah tentang rencana ini. Maka
dari itu perlu adanya kesepahaman antara masyarakat, LSM,
pemerintah maupun stakeholder yang lain.

Kata kunci : Jakarta, Reklamasi, Pantai, Lahan

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan kota metrapolitan di


Indonesia. Jakarta sebagai Daerah Ibukota Negara berfungsi
sebagai pusat kegiatan pemerintahan pusat. Selain menjadi pusat
kegiatan pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat kegiatan
ekonomi. Dengan kegiatan perekonomian yang terus berkembang
di Jakarta berdampak pada meningkatnya lapangan pekerjaan di
Jakarta.

Lapangan pekerjaan yang tersedia di Jakarta berakibat pada


meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kebutuhan
akan tenaga kerja ini mendorong tingkat urbanisasi yang terjadi di
Jakarta. Banyak masyarakat dari luar wilayah Jakarta mulai
melakukan migrasi ke Jakarta demi mencari lapangan pekerjaan.
Jumlah migrasi masyarakat yang diluar dugaan tentunya
berakibat pada meningkatnya jumlah penduduk di Jakarta.

Jumlah penduduk yang meningkat juga disertai dengan naiknya


permintaan akan lahan. Seperti yang diketahui bahwa luas lahan
di Jakarta hanya 662,330,000 m2 ,dan diharuskan menampung
penduduk DKI Jakarta sekitar 9.988.495 jiwa. Jumlah penduduk
di Jakarta yang mana tiap tahunnya akan terus meningkat.
Sedangkan jumlah lahan yang tersedia luasnya akan tetap
konstan. Maka kebutuhan lahan merupakan salah satu tantangan
bagi Jakarta. Selain alasan itu, lahan merupakan faktor pendorong
investasi baik investasi dari dalam maupun luar negeri. Oleh
karenanya lahan merupakan komponen penting dalam
keberlanjutan semua aktivitas mulai dari pemerintahan, ekonomi,
sosial, dan di bidang lainnya.

Lahan sebagai daya tarik investasi guna meningkatkan jumlah


modal yang masuk ke DKI Jakarta. Modal yang masuk dapat
meningkatkan perputaran ekonomi baik bagi Jakarta maupun
wilayah yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu banyak manipulasi
yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan lahan yaitu dengan
menggunakan rumah tinggal vertikal guna dapat menampung
penduduk dengan lahan yang terbatas.
Wilayah administrasi Jakarta tidak hanya sebatas daratan namun
juga memiliki wilayah laut dengan luas 6,977,500,000 m2 .
Wilayah lautan ini juga memberikan potensi dalam kegiatan
ekonomi maupun wisata. Maka dari itu perkembangan kawasan
Jakarta tidak hanya tertumpu pada kawasan daratannya saja,
melainkan kawasan pantai Jakarta juga terus berkembang
mengikuti perkembangan kota.

Perkembangan pantai dapat dilihat dengan semakin banyaknya


obyek wisata dan penginapan yang berada di sepanjang pinggir
pantai. Selain itu pantai juga merupakan bagian penting bagi
nelayan untuk menambatkan perahunya. Tidak hanya dengan
peningkatan fasilitas namun perkembangan pantai pun dapat
mengarah kepada perluasan wilayah pantai. Reklamasi pantai
merupakan salah satu upaya perluasan pantai guna memenuhi
kebutuhan akan lahan.

Reklamasi ini bukan hal baru di Jakarta. Namun konsep reklamasi


17 pulau di pantai Utara yang direncanakan oleh PemProv Jakarta
tidak jarang menuai kontra. Kontra ini banyak dikemukakan oleh
nelayan dan juga aktivis lingkungan hidup. Maka dapat dilihat
masih ada ketidaksepahaman antara pemerintah Pemprov
Jakarta, masyarakat, maupun LSM. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengetahui apa itu reklamasi menurut Peraturan
yang ada. Selain itu juga perlu diketahui urgensi dari reklamasi
pantai ini, dan yang tidak lupa pandangan reklamasi pantai dari
sudut pandang lingkungan hidup. Dengan pengetahuan dan
informasi yang jelas diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan didapatkan beberapa


rumusan masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana ketentuan reklamasi dari sudut pandang
peraturan yang ada ?

1.2.2 Bagaimana urgensi dari reklamasi pantai utara DKI Jakarta ?

1.2.3 Bagaimana pandangan kegiatan reklamasi pantai utara


Jakarta dari sudut pandang lingkungan hidup ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini diharapkan mampu

1.3.1 mengetahui apa itu reklamasi pantai dari segi peraturan

1.3.2 mengetahui urgensi dari reklamasi pantai utara DKI Jakarta

1.3.3 mengetahui bagaimana reklamasi pantai dari sudut pandang


lingungan hidup

ANAlISIS

3.1 Gambaran Umum tentang Reklamasi Pantai


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.40/PRT/M/2007

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman


Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai menjelaskan
bahwa :

Reklamasi pantai adalah kegiatan di tepi pantai yang dilakukan oleh orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
social ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan, atau drainase
Sedangkan kawasan reklamasi pantai adalah kawasan hasil perluasan daerah
pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru.

Dalam Peraturan juga dijelaskan bahwa reklamasi tidak


dianjurkan namun dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut :

· Merupakan kebutuhan kawasan budidaya yang telah ada di sisi daratan

· Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk megakomodasikan kebutuhan
yang ada

· Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung
atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa

· Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain

Selain itu menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum juga


menjelaskan bahwa RDTL Reklamasi Pantai dapat dibuat setelah
memeuhi persyaratan berikut :
 Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan
reklamasi pantai;

 Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan


direklamasi maupun yang sudah direklamasi;

 Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai


atau kajian/kelayakan properti (studi investasi);

 Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.

Dalam peraturan itu juga dijelaskan tentang beberapa tipologi


kawasan pantai salah satunya yaitu Tipologi berdasarkan Fungsi
yang meliputi :
Kawasan peruntukan pemukiman

Kawasan perdagangan dan jasa

Kawasan peruntukan industri

Kawasan peruntukan pariwisata

Kawasan pendidikan

Kawasan pelabuhan laut/penyebrangan

Kawasan Bandar udara

Kawasan mixed-use

Kawasan ruang terbuka hijau

Kawasan reklamasi juga harus mempertimbangkan pengelolaan


lingkungan dalam hal penggunaan energi, sumber daya alam, pembukaan
lahan dan penanganan limbah.

3.2 Urgensi Pengadaan Reklamasi Pantai Utara DKI


Jakarta

Alasan yang melatarbelakangi dari pengadaan reklamasi pantai


utara DKI Jakarta yaitu

Menjadikan kawasan DKI Jakarta bagian utara agar tidak


ditinggalkan, dalam artian banyak warga Jakarta yang lebih
memilih untuk menetap di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Sehingga perkembangan kawasan tidak hanya di bagian pusat dan
selatan
Permukaan tanah Jakarta terus mengalami penurunan.Setiap
tahunnya diperkirakan permukaan tanah di Jakarta alami penurunan 17 cm sampai
dengan 26 cm, tentunya kalau tidak segera diatasi, Jakarta pada 2025, sebanyak
20,5% wilayahnya di bawah permukaan laut dan tahun 2050 menjadi 32,5%
(Firdaus Ali:2015). Salah satu cara untuk mengatasi potensi
dampak yang akan terjadi nanti yaitu dengan membangun tanggul
besar di kawasan pantai utara Jakarta.

Dengan diadakannya reklamasi pantai diharapkan mampu


memenuhi kebutuhan lahan dengan pertimbangan jumlah
penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya.

Dari segi lingkungan kawasan Jakarta paling buruk ketimbang


yang lain, hal ini dikarenakan laut merupakan tempat limpahan
sungai. Dan yang seperti yang kita tahu bahwa sungai yang ada di
Jakarta telah tercemar oleh sampah dan limbah

Pengembangan kawasan terdesak ke arah utara karena kawasan


Jakarta bagian selatan merupakan kawasan konservasi

Area reklamasi akan dijadikan sarana bagi subsidi silang, dengan


penjelasan bahwa hasil dari pajak ataupun retribusi dari kawasan
reklamasi digunakan untuk membenahi kawasan kumuh yang ada
di DKI Jakarta

3.3 Sudut Pandang Lingkungan Hidup terhadap


Reklamasi Pantai Utara DKI Jakarta

Berikut ini merupakan hasil analisis yang dikutip dari Litbang


“Kompas”/PUT, diolah dari berita “Kompas”,presentasi
Pengembangan Pantura Jakarta( Pemprov DKI Jakarta,2014)
yaitu tentang pro dan kontra reklamasi pantai utara DKI Jakarta :

Mendukung
o Akan menambah ruang pembangunan Jakarta

o Antisipasi pasang surut

o Mendatangkan keuntungan ekonomi untuk membangun Jakarta

o Mengembangkan wilayah Jakarta Utara

o Akan memperlancar aliran ke laut

o Sebagai bendungan untuk menahan kenaikan permukaan laut

o Sumber air bersih Jakarta Utara

o Akan memecah gelombang dan mengurangi resiko abrasi

o Adanya kana akan membuat alur pelayaran terjaga dan tetap bisa melaut

Menolak

o Mengganggu kehidupan terumbu karang, bentos, hutan mangrove

o Mengakibatkan banjir karena reklamasi akan memperpanjang muara sungai

o Sejumlah pulau tenggelam di perairan Untung Jawa karena pasirnya diambil untuk
menimbun reklamasi

o Memicu pelandaian sungai-sungai Jakarta

o Memperparah penurunan muka tanah

o Menjadi tempat penimbunan limbah baru dan menimbulkan polusi bau


o Berpotensi mengganggu kabel laut

o Mengganggu kehidupan nelayan

o Penggunaan tanah hasil pengerukan sungai dinilai membahayakan karena tanah


tersebut sudah tercemar berbagai limbah dan sampah

KESIMPULAN

Dari analisis yang ada di atas menjelaskan bahwa kegiatan


reklamasi sebenarnya tidak dianjurkan. Namun dengan kondisi
DKI Jakarta yang kenyataannya daya dukung lahan yang ada
sudah tidak mencukupi maka dari itu reklamasi merupakan salah
satu solusi untuk tetap memenuhi kebutuhan perkembangan kota.
Kawasan reklamasi ini lebih dikembangkan untuk peruntukan
perumahan dan pariwisata. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum menjelaskan bahwa dalam pengembangan kawasan
reklamasi pantai harus memperhatikan aspek lingkungan,
ekonomi, social maupun budaya. Maka dari itu pengembangan
reklamasi harus dikaji dengan sangat tepat agar dalam
pelaksaannya tetap memperhatikan aspek-aspek tersebut.

Dari hasil analisis diatas saya setuju dengan pengadaan reklamasi


pantai ini. Dengan berbagai pertimbangan yaitu kebutuhan lahan
dan juga revitalisassi kawasan pantai utara DKI Jakarta. Selain itu
penurunan tanah yang berakibat pada banjir rob serta prakiraan
tentang kawasan pantai utara yang akan tengelamdi tahu 2025 ini
harus mendapat perhatian lebih.

Namun pelaksanaan dari reklamasi ini juga harus melihat dari


sudut pandang warga Jakarta yang telah berada di situ. Karena
reklamasi ini akan berdampak pada perubahan sosial masyarakat
yang ada di wilayah sekitar kawasan tersebut. Jika pada nantinya
kawasan tersebut dijadikan untuk perumahan kawasan menengah
atas bagaimana dampak sosial bagi masyarkat yang dapat
dikatakan pada golongan menengah ke bawah.

Sebenarnya kebutuhan lahan untuk permukiman pasti akan terus


meningkat walaupun nantinya wilayah reklamasi telah terbentuk.
Maka dari itu sebaiknya Pemprov tidak hanya berfokus pada
penyediaan lahan saja namun bagaimana DKI Jakarta juga dapat
mengalokasikan jumlah penduduk ke daerah sekitarnya. Selain itu
sebenarnya pengembangan reklamasi pantai akan tetap
menimbullkan masalah apabila permasalahan yang ada di bagian
hulu tidak juga teratasi. Sebaiknya pengembangan reklamai juga
dibarengi dengan penyelesaian masalah yang ada di hulu yaitu
tercemarnya air sungai oleh sampah dan limbah yang nantinya
juga bermuara di kawasan reklamasi pantai.

Selain itu pengembangan kawasan ini juga harus matang dari


ketersedian daya tampung limbah. Seperti yang diketahui bahwa
Jakarta masih mengalami masalah dimana akan melakukan
pembuangan sampah karena dari Bekasi menolak untu menerima
sampah dari Jakarta. Sebaiknya nanti sebelum kawasan tersebut
ditetapkan sebagai kawasan perumahan harus sudah jelas
bagaimana sistem dari pembuangan sampah. Karena tentunya
jumlah sampah akan juga meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Rosalina, M Puteri.“Dilema Reklamasi Pantai Jakarta”. 10


Desember
2015. http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-
Reklamasi-Pantai-Jakarta

Murti, Ari Sandita.“Ini Alasan DKI Ngotot Lakukan Reklmasi”. 11


Desember
2015. http://metro.sindonews.com/read/1035908/171/ini-alasan-
dki-ngotot-lakukan-reklamasi-1440238321

Muzakir, Imam. “Permukaan Tanah Jakarta Terus Turun”.12


Desember 2015. http://www.beritasatu.com/kota/325255-
permukaan-tanah-jakarta-terus-turun.html

Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai,


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007 yang
dapat dilihat di http://www.penataanruang.com/reklamasi-
pantai.html

DI 11.54

jenis Drainase dan permasalahanya


Posted on 23/12/2007 | 1 Komentar

1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:


Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir
(float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase
dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
a) Jenis – jenis drainase :
• Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang
2. Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus
• Menurut letak bangunan :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk
mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
• Menurut fungsi :
1. Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2. Multi purpose

Beberapa jenis air buangan tercampur


• Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.

b) Sistem dan permasalahan drainase


Sistem drainase dibagi menjadi:
1. tersier drainage
2. secondary drainage
3. main drainage
4. sea drainage

Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan
saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu
menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun
pada sampah.

3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada
dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan
cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air
hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

2 a. Drainase Jalan Raya


Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar
perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di
perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga
sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar),
dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan
raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran
melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang
lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke
arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika
kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan
tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan
yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi
jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan
adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
b. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan shoulder
karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas / debit hujan
memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % ,
kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di
permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka
untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar lapangan terbang.

c. Drainase Lapangan Olahraga


Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan
tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh
tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola
harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan
jalur atletik harus ada collector drain.

Pos ini dipublikasikan di Civil Enginering. Tandai permalink.

ONE RESPONSE TO “JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANYA”

1. tembemlucu | 04/04/2009 pukul 19:55 | Balas


waaaaaaaaahhh~ makasi postingannya yah , membantu ngerjain tugas saya nih ! makasii makasiiiiii ,
minta linknya doong ^^

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BANGUNAN


PENGAMAN PANTAI TERHADAP ABRASI
DI KOTA PADANG
Bambang Istijono1*, Benny Hidayat1, Adek Rizaldi2, dan Andri Yosa Sabri2
1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas
2Balai Wilayah Sungai Sumatra V
*bistijono1452@yahoo.co.id
Intisari
Sebagian besar penduduk kota Padang terkosentrasi di daerah pantai yang berfungsi
sebagai daerah pemukiman dan wisata. Karakteristik pantai kota Padang yang
berhadapan dengan Samudra Hindia menjadikan pantai kota Padang mempunyai
kerawanan yang tinggi terhadap gelombang dan abrasi pantai. Bangunan pelindung
pantai dibuat untuk mengurangi kerawanan tersebut. Penelitian ini melakukan
pengukuran kinerja bangunan pengaman pantai berupa groin di kota Padang. 86
groin telah disurvey dalam penelitian ini. Hasil survey memperlihatkan bangunan
groin masih berfungsi dengan baik, tapi sejumlah groin sudah mengalami penurusan
fungsi sehingga perlu tindakan pemeliharaan dan rehabitasi.
Kata kunci: Padang, abrasi, bangunan pengaman pantai
PENDAHULUAN
Pantai dan perairan pantai Sumatera Barat secara umum terdiri atas pantai yang
curam dan terjal. Perairan pantainya merupakan pantai laut dalam yang merupakan
bagian dari ekosistem laut dalam Samudera Hindia. Gelombang dan arus Samudera
Hindia mempengaruhi pantai Sumatera Barat sehingga beberapa daerah di pesisirnya
terkena abrasi. Wilayah daratan bervariasi dengan daerah yang datar dan sebagian
besar merupakan pegunungan Bukit Barisan.
Kota Padang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai
barat pulau Sumatera adalah salah satu kawasan andalan dalam pembangunan di
Sumatera Barat, memiliki penduduk lebih dari 830.000 jiwa dan kawasan pantai
kritis sepanjang 18 km dari Batang Arau sampai dengan Batang Anai (Gambar 1).
Sebagai ibukota propinsi, pertumbuhan daerah pemukiman sangat pesat dan tidak
merata yang ditandai lebih dari 70 % warganya mendiami kawasan aliran sungai
dan pantai. Ketimpangan dalam pertumbuhan kota tersebut diikuti oleh eksploitasi
kawasan pantai yang dijadikan sebagai daerah pemukiman dan industri. Eksploitasi
manusia menjadikan kawasan pantai Padang sangat rentan terhadap kerusakan
lingkungan.
4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta
454
Gambar 1.Peta sebagian kota Padang
Yulius dan Ramdan (2013) melakukan penelitian perubahan garis pantai di Teluk
Bungus Padang dengan pengukuran menggunakan citra satelit. Temuan mereka
memperlihatkan laju rata-rata perubahan di Teluk Bungus adalah 5,9 m/tahun.
Beberapa bentuk penanggulangan perubahan lingkungan dan bencana di kawasan
pantai Padang akibat abrasi dan banjir yaitu dengan membuat tanggul pantai, groin
dan infastrukur lainnya dari batu gunung. Upaya pengamanan pantai Padang telah
dimulai sejak tahun 1968. Konsep dasar penanggulangan yang dijalankan adalah
meredam pengaruh energi gelombang laut dengan pemasangan batu besar dan pasir
di pantai yang terancam stabilitasnya sehingga tercapai kelancaran arus sedimentasi
di perairan pantai secara alami. Konsep ini diimplementasikan dengan pemasangan
groin di setiap interval jarak 50 meter (diameter batu 0,50-1,50 m) dipasang
menjorok ke laut 15-25 m, dan sampai sekarang telah dibangun lebih dari 85 groin,
8 jetty dan 7,50 km tanggul pantai.
Penanggulangan abrasi pantai terutama bertujuan mempertahankan fungsi pantai
sebagai tempat hidup biota pantai, sebagai wadah muara sungai, sebagai areal
hunian nelayan dan obyek wisata. Dalam kaitan ini areal pantai yang kondisinya
baik (normal) akan besar artinya dalam rangka mewujudkan peran kota Padang
secara optimal. Untuk wewujudkan hal tersebut di atas maka bangunan pengamanan
pantai perlu dilakukan analisa kajian kinerjanya.
KAJIAN PUSTAKA
Perubahan garis pantai merupakan peristiwa alami yang terjadi secara terus menerus.
Perubahan garis pantai tersebut bisa berupa pengikisan garis pantai (abrasi) dan
penambahan badan pantai (sedimentasi). Sementara sedimentasi belum dianggap
4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta
455
sebagai ancaman, abrasi pantai dan disertai dengan gelombang tinggi adalah
ancaman bencana yang bisa menimbulkan kerugian material dan jiwa.
BNPB mengeluarkan publikasi Index Rawan Bencana Indonesia yang berisi
kerawanan bencana berdasarkan propinsi dan jenis bencana. Dalam dokumen ini
abrasi pantai dide nisikan sebagai “proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang
laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai”
(BNPB, 2011). Index kerawanan untuk abrasi pantai dan gelombang disajikan pada
gambar 2 di bawah.
Gambar 2. Peta index rawan bencana gelombang pantai dan abrasi di Indonesia
(BNPB, 2011)
Pada peta index rawan bencana di atas terlihat secara umum propinsi Sumatera
Barat berwarna merah, bermakna memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana
gelombang pantai dan abrasi. Dari publikasi BNPB tersebut memperlihatkan
kota Padang mempunyai skor 50 dalam kerawanan terhadap gelombang pantai
dan abrasi dan berada pada rangking 1 nasional, daerah paling rawan terhadap
gelombang pantai dan abrasi di Indonesia. Daerah lain di Sumatera Barat juga
memiliki kerawanan yang tinggi. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki skor 32 dan
berada pada rangking 11 nasional. Kabupaten Agam memiliki skor 28 (rangking
25), Kabupaten Pasaman Barat dengan skor 25 (ranking 38), Kabupaten Padang
Pariaman mempunyai skor 21, Kabupaten Pasaman dengan skor 21 (ranking
56), dan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan skor 16 (ranking 89)
(BNPB, 2011).
4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta
456
Erosi perusak pantai bisa disebabkan oleh faktor gelombang atau ombak yang
merupakan faktor dominan, faktor pasang surut dan faktor angin (Salamun, 2006).
Besar kecilnya abarasi pantai ditentukan oleh besar kecilnya gelombang yang
menghempas ke pantai. Gelombang yang besar dapat berupa gelombang yang
mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar. Akibatnya air yang
kembali berputar dan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk meresap ke dalam
pasir, ketika gelombang berikutnya datang akan sebanyak air yang mengumpul lalu
membawa material pasir ke arah laut. Untuk abrasi pantai kota Padang, penelitian
oleh Fajri dan rekan (Fajri et al., 2012) memperlihatkan penyebab utamanya adalah
arus dan gelombang laut yang besar sehingga pantai mudah terabrasi.
Perlindungan pantai terhadap abrasi pada dasarnya bisa dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok perlindungan alami, seperti
adanya kelompok karang yang akan memecah dan mengurangi energi gelombang
yang datang ke pantai. Contoh lainnya adalah adanya mangrove dan bukit pasir
(sand dune).
Kelompok kedua perlindungan pantai buatan dengan mendirikan bangunan
pelindung pantai. Pendirian bangunan ini bertujuan untuk melindungi pantai agar
bisa menahan serangan gelombang, mengubah energi gelombang yang sampai ke
daerah pantai, reklamasi dengan menambah sedimen ke pantai dan merubah laju
sedimentasi sepanjang sungai (Shudenry, 2004, hal.120). Perlindungan buatan di
kota Padang terdiri dari bangunan groin, revetment/tanggul pantai, dan breakwater.
Groin merupakan bangunan lurus yang biasanya menjorok kearah laut serta tegak
lurus terhadap pantai yang berguna untuk melindungi pantai yang terancam erosi
dengan cara memblok sebagian transpor sedimen sejajar pantai (littoral drift) untuk
menyeimbangkan input-output sedimen sehingga laju transpor sedimen pada zona
updrift akan bertambah dan sebaliknya laju transpor sedimen pada zona downdrift
akan berkurang. Dilapangan, groin harus dibuat dalam satu seri yang terdiri dari
beberapa groin, dengan panjang dan jarak antar groin sedemikian rupa sehingga
kemungkinan erosi pada zona di luar downdrift akibat berkurangnya pasokan
sedimen dapat diminimalisir. Groin hanya cocok diterapkan untuk pantai yang
berpasir, karena tujuan awalnya adalah untuk mengurangi laju transpor sedimen
yang sejajar pantai. Bentuk sik groin ada yang tipe I, tipe T dan tipe L.
Bangunan pelindung buatan lainnya adalah jetty, yang merupakan bangunan
pantai yang berfungsi untuk mengarahkan aliran dan menjaga muara sungai dari
pendangkalan akibat sedimentasi. Sedimen di muara sungai bisa berasal dari
sedimen hulu sungai dan transpor sedimen sejajar pantai. Interaksi antara sedimen,
gelombang, aliran sungai dan arus sejajar pantai menyebabkan pendangkalan di
muara terutama bila aliran sungai lambat dan gelombang relatif kecil. Pembangunan
jetty pun harus dibuat menjorok cukup jauh dari muara sungai, biasanya sedikit
di luar batas gelombang pecah (breaking zone), hal ini dilakukan agar sedimen
dari hulu sungai masih dapat teraduk oleh turbulensi gelombang pecah dan tidak
terendapkan di sekitar muara sungai.
4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta
457
Revetmen merupakan bangunan pengaman pantai struktur urugan (rubble mound)
yang berfungsi untuk pelindung pantai di belakangnya terhadap bahaya erosi dan
abrasi yang diakibatkan oleh gaya-gaya gelombang. Revetmen melindungi pro l
pantai dengan cara mereduksi energi gelombang yang datang secara langsung
melalui ruang-ruang pori di antara unit-unit lapis lindung (armor). Lapis lindung
(terluar) dapat berupa batu alam atau batu buatan (blok beton).
Sedangkan pemecah gelombang adalah pemecah gelombang lepas pantai (detached
breakwater), berfungsi untuk mencegah erosi pantai. Pemecah gelombang mereduksi
sebagian energi gelombang datang secara langsung seperti pada kasus revetmen,
yaitu dengan mendisipasi energi melalui ruang-ruang pori antar armor. Akibat
disipasi energi dan difraksi gelombang, di belakang pemecah gelombang akan
terbentuk perairan yang tenang sehingga sedimen akan mengendap. Dilapangan
biasanya perlu dibuat satu seri pemecah gelombang.
Bangunan pelindung berikutnya adalah tembok laut, yang merupakan bangunan
bertujuan mengamankan bagian darat pantai terhadap erosi akibat gelombang dan
sekaligus sebagai dinding penahan tanah. Bangunan tembok laut didesain sejajar
atau kira-kira sejajar dengan garis pantai dan membatasi atau memisahkan secara
langsung wilayah daratan dengan perairan. Bangunan ini dapat dipergunakan
untuk pengamanan pada pantai berlumpur atau berpasir. Tembok laut umumnya
digunakan untuk memperkuat bagian tertentu dari pro l pantai yang terjal, dan
dirancang untuk menahan gaya gelombang yang cukup tinggi.
METODOLOGI
Pelaksanaan penelitian analisis kinerja bangunan pantai ini berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber daya air, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09/PRT/M/2010 tentang Pedoman pengamanan pantai, serta
surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/SE/M/2010 tentang Penilaian
kerusakan pantai dan prioritas penanganannya.
Pengumpulan data berupa survey lapangan dilakukan oleh satu tim surveyor yang
terdiri dari tiga orang, survey dilakukan pada dua minggu awal bulan Mei 2014
pada saat kondisi air pasang dan surut. Masing-masing surveyor dilengkapi dengan
waterpass, rambu ukur, meteran sebagai alat bantu untuk mengisi form survey
yang telah tersedia dan GPS. Form survey penilaian kinerja terdiri dari lokasi
dan identitas bangunan, objek yang dilindungi, tangkapan sedimen, data teknik
dan kondisi bangunan, lampiran form yang berupa sketsa bangunan dan foto-foto
bangunan.
Pengukuran data teknik bangunan pelindung berupa lokasi, panjang bangunan, lebar
bangunan, elevasi dan kemiringan bangunan. Untuk kondisi bangunan terdiri dari
kondisi sik bangunan dan kondisi material. Penilaian kondisi dilakukan dengan
memberi nilai angka 1 sampai dengan 4, dimana secara umum angka 1 bermakna
kondisi bangunan dalam keadaan baik dan diberi nilai 4 jika kondisi bangunan
rusak. Bagian bangunan itu sendiri terdiri dari bagian puncak, lereng, dan tumit.

(PDF) Analisis Penilaian Kinerja Bangunan Pengaman Pantai terhadap Abrasi di Kota Padang.
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/282575029_Analisis_Penilaian_Kinerja_Bangunan_Pe
ngaman_Pantai_terhadap_Abrasi_di_Kota_Padang [accessed Oct 10 2018].

Anda mungkin juga menyukai