Nhad
Nhad
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Hal ini karena bawang
merah memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Meskipun minat petani terhadap
bawang merah cukup kuat namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui
berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis (Sumarni
bawang merah rata-rata jauh lebih rendah dari potensi hasilnya. Produksi bawang
merah tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,234 juta ton, dibandingkan
tahun 2013 sebesar 1, 011 juta ton. Konsumsi bawang merah di Indonesia 4,56
kg/kapita per tahun atau 0,38 kg/kapita per bulan, sehingga konsumsi nasional
2014), hal tersebut membuktikan bahwa ketersediaan bawang merah dalam negeri
adalah kondisi tanah yang kurang unsur hara akibat digunakan secara terus
menerus oleh petani. Diperlukan upaya penerapan teknologi yang sesuai untuk
dalam budidaya bawang merah akibat tanah yang kekurangan unsur hara adalah
pemupukan.
2
dari pupuk tunggal seperti urea, ZA, SP-36 dan KCL dan pupuk majemuk seperti
pupuk Majemuk NPK. Pupuk majemuk NPK terkandung tiga unsur hara makro
yaitu N, P, dan K ketiga unsur hara ini mempunyai peranan yang penting untuk
yang cukup N, berwarna lebih hijau. Fungsi unsur hara N yaitu sebagai
umbi. Tanaman yang kekurangan unsur P maka akan terlihat gejala warna daun
bawang hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerahan dan tanaman
menjadi kerdil.
Kekurangan unsur kalium, daun tanaman bawang merah akan mengkerut atau
keriting dan muncul bercak kuning transparan pada daun dan berubah merah
kecoklatan.
majemuk yang mengandung tiga unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman,
bergantung pada varietas, musim tanam, dan jenis tanah (Hidayat dan Rosliani,
1996 )
pupuk majemuk NPK di dalam tanah umumnya kurang efektif untuk menunjang
pertumbuhan tanaman, hal ini karena pupuk majemuk NPK sering mengalami
hara semakin berkurang, oleh karena itu perlu mengkombinasikan pupuk hayati
hara N, P, dan K.
B. Tujuan
Hortikultura II
I. TINJAUAN PUSTAKA
Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia
Tenggara dan Mediteranian. Pendapat lain menyatakan bawang merah berasal dari
Iran dan pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan
bahwa tanaman ini berasal dari Asia Barat, yang kemudian berkembang ke Mesir
Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang, karena sifat perakaran inilah
bawang merah tidak tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999). Bentuk daun
tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 –70
cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau
tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek
(Rukmana, 1995).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah
berumur 11 – 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang
disebut fase pembentukan umbi (36 – 50 hst) dan fase pematangan umbi (51 – 56
hst).
5
bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo,
2007).
Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi
ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti
pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi
batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar
pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif
(adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya
tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh
hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal
dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun
Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan
terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.
hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta
ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru
bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat
daun tumbuh menjadi besar. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai
tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari
bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik
seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang
Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga.
Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50
cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai
bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang
berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih
tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2
cm (Sumadi, 2003).
Seludang tetap melekat erat pada pangkal tandan dan mengering seperti
kertas, tidak luruh hingga bunga-bunga mekar. Jumlah bunga dapat lebih dari 100
kuntum. Kuncup bunga mekar secara tidak bersamaan. Dari mekar pertama kali
7
hingga bunga dalam satu tandan mekar seluruhnya memerlukan waktu sekitar
seminggu. Bunga yang telah mekar penuh berbentuk seperti payung (Pitojo,
2003).
dan putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih,
enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik,
memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga sebagai
bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil
Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang
mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat
biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji
berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).
Bawang merah cocok di daerah yang beriklim kering dan mendapat sinar
matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi dengan curah hujan 300 – 2.500 mm/thn dan suhunya 25o–
32o C. Jenis tanah yang dianjurkan untuk budidaya bawang merah adalah regosol,
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang
maksimal. Penanaman bawang merah sebaiknya ditanaman pada suhu agak panas
8
dan pada suhu yang rendah memang kurang baik. Pada suhu 22o C memang
masih mudah untuk membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di
dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22o C bawang merah sulit untuk
berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi, sebaiknya ditanam di dataran
rendah yang bersuhu antara 25 – 32 o C dengan iklim kering, dan yang paling
Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur subur dengan
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995). Jenis tanah yang
paling baik untuk ditanami adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu
karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan
Tanah yang asam atau basa bahkan tidak baik untuk pertumbuhan bawang
merah, jika tanahnya terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 alumiunium yang
terlarut dalam tanah akan bersifat racun sehingga tumbuhnya tanaman akan
menjadi kerdil. Tanah dengan pH di atas 7 atau di atas 6,5, garam mangan tidak
dapat diserap oleh tanaman, akibatnya umbinya menjadi kecil dan hasilnya
rendah, apabila tanahnya berupa tanah gambut yang pH-nya di bawah 4, perlu
paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman
sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8. Keasaman dengan
pH antara 5,5 – 7.0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan
untuk lahan bawang merah, tetapi yang paling baik adalah antara 6,0 – 6,8
(Wibowo, 2007)
9
maupun SPO (Standar Prosedur Operasional) bawang merah, yaitu: (1) Pemilihan
Secara umum tanaman bawang merah memerlukan bulan kering sebanyak 4-5
bulan dengan curah hujan 1000-1500 mm/th, drainase dan kesuburan baik, tekstur
lempung berpasir dan struktur tanah remah. Dalam hal ini, setiap varietas bawang
merah mempunyai daya adaptasi yang lebih khusus pada agroekologi tertentu ,
seperti halnya varietas Super Philip dan Bauji (Widjajanto dan Sumarsono, 1998).
bawang merah yang baik antara lain adalah : (a) Umur simpan benih cukup, yaitu
sekitar 3-4 bulan, umur simpan yang lebih muda benih masih tetap tumbuh namun
yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya). (b) Umur panen calon umbi
benih di lapang tepat, untuk varietas bauji maupun super philip, sebaiknya 75-80
hari. (c) Ukuran benih sedang , sekitar 5-6 gram, khusus untuk batu ijo berkisar
12- 18 gram. Penggunaan benih yang berukuran terlalu besar akan meningkatkan
biaya karena kebutuhan semakin banyak. (d) Kebutuhan benih setiap hektar
berkisar 800 – 1000 kg , tergantung ukuran umbinya. (e) Umbi benih berwarna
cerah, dengan kulit mengkilat. (f) Umbi benih bernas , sehat, padat , tidak keropos
dan tidak lunak. Bila ada umbi benih yang tidak mempunyai sifat demikian
sebaiknya tidak digunakan. (g) Umbi benih tidak terserang hama dan penyakit. (h)
Sebelum ditanam, umbi benih dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang kering dan
10
bila pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka sebaiknya ujung umbi
sayuran lainnya. Oleh karena itu, pengolahan tanah pada bawang merah dilakukan
sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar menjadi gembur. Bila tanah yang
maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga akarakarnya supaya tidak
mengganggu pertumbuhan bawang merah. Tanah diolah dengan cara dibajak lebih
dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih dari
bedengan (untuk tanah debu berpasir) dengan ukuran : lebar bedengan 180 – 200
cm, dan panjang menyesuaikan kondisi lahan. Jarak antar bedengan adalah 50-60
50cm.
karena bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air,
dan air yang disiramkan segera habis terserap. Setelah bedengan terbentuk, maka
ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun kambing sekitar
10-15 ton/ha. Dosis tersebut bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit
tergantung dari kesuburan tanah. Pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha atau kompos
perlakuan pemberian pupuk dasar. Selain itu diberikan juga pupuk SP36 dengan
dosis 200 kg/ha sebagai pupuk dasar, yang ditaburkan merata pada seluruh
11
permukaan bedengan. Setelah tanah dipupuk, maka tanah diairi agar pupuk dapat
Penanaman. Menurut Kesuma (2016), saat tanam yang tepat untuk bawang
merah adalah pada akhir musim hujan bulan Maret-April dan musim kemarau
diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan tanaman menjadi baik. Bila tidak
tersebut.
sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan, sehingga penanaman
namun bila umbi benih besar maka, dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.
Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah,
harus ditepati, karena memupuk suatu tanaman akan berbeda pada setiap kondisi
kesuburan tanah yang berbeda. Namun dosis pupuk yang dapat dianjurkan pada
jenis tanah aluvial adalah pupuk dasar menggunakan 10 ton/ha pupuk kandang
12
berikutnya menggunakan pupuk Urea 200 kg/ha, ZA 450 kg/ha dan KCl 200
kg/ha yang diberikan setengah-setengah pada saat tanaman berumur 15 hari dan
30 hari setelah tanam. Cara pemupukan adalah dengan memberikan pupuk pada
Sumarsono, 1998).
pengairan dapat diberikan setiap hari sejak tanaman ditanam hingga tanaman
berumur 7 hari setelah tumbuh dan dikurangi setelah umbi terbentuk hingga
tanah setelah diairi dan selang dua hari tanah masih basah, maka tanaman tidak
perlu diairi. Oleh karena itu, dituntut kepekaan petani dalam mengamati
dilakukan pada kondisi tanah yang poros, sehingga air yang tergenang cepat habis
(tuntas), walaupun cara ini membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan
dengan cara disiram. Cara siram membutuhkan tenaga lebihbanyak dan waktu
lebih lama. Namun di daerah tertentu kedua cara tersebut juga dilakukan
bersamaan.
membersihkan lahan dari akar gulma yang masih tertinggal pada saat penyiangan,
dengan cara menyiang dengan intensif sesuai dengan kondisi gulma yang ada
herbisida pra tumbuh dengan dosis sesuai anjuran. Cara membersihkan dan
seperti sosrok bambu kecil, sehingga gulma dapat terangkat sampai ke akarnya.
Bila tanaman sudah membentuk umbi yang agak besar maka sebaiknya
Universitas Islam Riau, jalan Kaharrudin Nasution Km. 11 Kelurahan Air Dingin,
bawang merah, pupuk kandang, NPK Mutiara 16:16:16, Furadan 3G, Dithane M-
C. Pelaksanaan Penelitian
pengukuran dimana luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 x 1
2. Pengolahan tanah
3. Pemasangan Label
masing pada setiap lokal yang telah disiapkan. Pemasangan label dilakukan satu
4. Pemberian Perlakuan
a. Pupuk Kandang
Pemberian dilakukan satu kali yaitu seminggu sebelum tanam sesuai dosis
NPK yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NPK Mutiara 16:16:16.
NPK diberikan 3 kali pemberian, dengan cara tugal dengan jarak 5 cm dari
5. Penanaman
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, jika turun
b. Penyiangan
menggunakan cangkul.
c. Pembumbunan
agar menutup umbi yang keluar dipermukaan tanah sehingga tanaman bawang
7. Panen
Kriteria panen tanaman bawang merah yaitu dengan melihat umur panennya
A. Jumlah Umbi
S1 4
S2 5
S3 4
S4 4
pupuk NPK 16:16:16 dikarenakan kurangnya serapan tanaman dalam unsur hara
yang berasal dari NPK mutiara 16:16:16, ini berkaitan erat dengan peran N dalam
mempengaruhi jumlah umbi pada tanaman. Semakin banyak jumlah anakan, maka
semakin banyak pula jumlah umbi yang di-hasilkan. Ketersediaan nutrisi pada
B. Tinggi Tanaman
S1 30
S2 25
S3 25
S4 20
lingkungan, karena apabila saat hujan pupuk akan tercuci sehingga penyerapan
unsur hara tidak optimal. Dalam pengaplikasian pupuk harus dilakukan juga
dengan cara yang tepat agar pupuk yang diberikan tidak terbuang sia-sia. Oleh
karena itu waktu pengaplikasian merupakaan salah satu komponen penting dalam
pemupukan. Hal ini sesuai dengan isi literatur dari Soetedjo dan Kartasapoetra
tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai
Bibit bawang merah yang baik, adalah bibit yang telah di simpan selama
2-3 bulan, dan berasal dari tanaman yang dipanen pada usia 70 – 90 hari.
Karena pada umur tersebut umbi yang dijadikan sebagai bibit telah memiliki
titik-titik tumbuh akar. Umbi bakal bibit tersebut juga harus berasal dari
19
tanaman yang sehat dengan ciri-ciri: terlihat cerah, segar, tidak kisut, dan
tidak terdapat warna hitam yang menjadi tanda adanya serangan penyakit
Jangan menggunakan umbi yang terlalu kecil untuk bibit, karena bibit
berukuran kecil akan membuat pertumbuhan tanaman kurang baik serta hasil
yang sedikit. Umbi tersebut juga harus berukuran seragam, tidak terdapat
dipotong
sekitar 1/3 – ¼ bagian dari panjang umbi. Sedang kulit luar bibit yang
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada
umur 70-80 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda
60% leher batang lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Pemanenan
sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk
menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan.
Tapi kita melakukan pemanenan tidak sampai 70-80 hari, karena kondisi
pemanenan, walaupun pemanenan di lakukan agak cepat tapi hasil yang kami
20
dapat kan sudah memuaskan selaku kami baru pertama kali melakukan
Walaupun hasil nya jauh dari pada kesempurnaan tapi kami sangat puas
dengan hasil yang kami dapat kan, karena kami pun masih dalam proses
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahan tanam
berupa biji botani dan umbi bibit. Pada skala penelitian, perbanyakan bawang
mudah didistribusikan dan biaya transportasi relatif rendah, daya hasil tinggi
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.
Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi
bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang
atau talas.
B. Saran
membudidaya tanaman bawang merah yang baik dan benar, dan juga agar
para petani bawang merah dapat mengahasilkan bawang merah yang benar-
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara. 2014. Data Luas Lahan
Pertaniandan Potensi Lahan Hortikultura di SulawesiUtara.
Leopold, A.C. and P.E. Kriedeman. 1975. Plant Growth and Development,
Second Edition, Tata Mac Graw Hill, Publishing Company
Ltd. New Delhi. Journal of ExperimentalBotany 26(95): 939-
942.
Muku, O. 2002. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan dan Macam Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L) di Lahan Kering. Tesis. Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Singh, S. P and A.B. Verma. 2001. Response of onion (Allium cepa) to Potassium
Application. Indian Journal of Agronomy. 46(1): 182-185.
Waluyo Nurmalita dan Rismawita Sinaga. 2015. Bawang Merah yang di Rilis
oleh BalaiPenelitian Sayuran. Iptek Tanaman Sayuran No.
004, Januari 2015. Tanggal diunggah 21 Januari 2015.
Watimena, G.A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU Bioteknologi IPB
Bogor
Wibowo, S. 1990. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.
PenebarSwadaya. Jakarta.
http://akardanumbi.blogspot.com/2013/06/belajar-budidaya-bawang-merah.html