Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nova Marwah Cleofatra

Nrp :1710211003

Patofisiologi kejang

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4198953/
Dhea Widanti 1710211121

Patofisiologi Kejang Demam


1. Perkembangan organ dan cortex cerebral pada usia 6-60bulan belum sempurna, hal tersebut
menyebabkan Treshold rendah sehingga mudah terjadi potensial aksi dan inhibisi. Apabila
terdapat depolarisasi sulit untuk dihentikan.
2. Faktor genetika dapat menyebabkan mutasi reseptor GABA yang membuat inhibisi eksitasi
menurun. Dimana fungsi GABA sebagai inhibitor neurotransmitter
3. Infeksi bakteri yang menyebabkan aktifnya system imun dengan diawali aktifasi komplemen,
lalu mengaktifkan leukosit dan mengeluarkan sitokin-sitokin
4. IL-8 dan TNF α berperan dalam pembentukan leukosit sehingga terjadi leukositosis, serta
TNF α dapat bersifat kemoreaktan untuk memanggil leukosit ke daerah yang terinfeksi
5. Opsonisasi oleh komplemen dan fagosit oleh sel kupfer, merangsang pelepasan sitokin
pyrogen endogen IL α, Ilβ,6,8,11, TNF β, MIP 1 serta mencapai organ sirkumventral otak
yang tidak memiliki BBB dan mencapai area praoptik dan VOLT (vascular organ of the
laminaterminalis) yang menghasilkan proinflamatori TNF α, IL-1 β, IL 8 dan antiinflamatory
IL1ra yang memodulasi neurotransmitter pada sinaps dan menyebabkan terjadi perubahan
fosfolirasi reseptor NMDA sehingga meningkatkan masuknya CA ke hipokampus.
6. Selain itu, Opsonisasi oleh komplemen dan fagosit oleh sel kupfer, merangsang pelepasan
sitokin pyrogen endogen IL α, Ilβ,6,8,11, TNF β, MIP 1 serta mencapai organ sirkumventral
otak yang tidak memiliki BBB dan mencapai area praoptik dan VOLT (vascular organ of the
laminaterminalis) merubah COX 2 menjadi PGE2, bekerja meningkatkan set point yang
menyebabkan terjadinya DEMAM.
7. Demam menyebabkan suhu tubuh yang meningkat sehingga ATP berkurang dan terjadi
gangguan pada pompa aktif NaKATPase yang menyebabkan NA tidak dapat keluar sel,
sedangkan K tidak dapat masuk sel. Apabila K di ekstrasel terlalu banyak dapat
menyebabkan jarak saat polarisasi memendek, sehingga lebih cepat untuk terjadi potensial
aksi kembali ditambah dengan adanya factor resiko yang menyebabkan depolarisasi
berlebih.
8. Depolarisasi berlebih menyebabkan peningkatan tonus otot, diikuti dengan sentakan
simetris akibat kontraksi velaksasi bergantian. Apabila tonus otot meningkat dan terjadi
sering hal itu disebut KEJANG.
Tugas Patofisiologi Kejang Demam

Nama : Arda Maghfira Qathrunnada


NRP : 1710211129

A. Neurofisiologi

Potensial intrasel sel syaraf lebih negatif dibandingkan potensial ekstrasel.


Selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel adalah potensial membran. Dalam
keadaan istirahat potensial membran berkisar antara 30-100 mV, selisih potensial
membran ini akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial
membran ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na+, K +

dan Ca++. Bila sel syaraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik akan
mengakibatkan menurunnya potensial membran.

Ketika terjadi penurunan potensial membrane, permeabilitas membran terhadap


ion Na+ akan meningkat, sehingga Na+ akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Apabila
penurunan potensial membran masih kecil perubahan potensial membran masih dapat
dikompensasi oleh transport aktif ion Na+ dan ion K+, sehingga selisih potensial
kembali ke keadaan istirahat. Perubahan potensial yang demikian sifatnya tidak
menjalar, yang disebut respon lokal. Bila rangsangan cukup kuat perubahan potensial
dapat mencapai ambang tetap (firing level), maka permiabilitas membran terhadap Na+
akan meningkat secara besar-besaran pula, sehingga timbul spike potensial atau
potensial aksi. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke sel syaraf berikutnya melalui sinap
dengan perantara zat kimia yang dikenal dengan neurotransmiter. Bila perangsangan
telah selesai, maka permiabilitas membran kembali ke keadaan istiahat, dengan cara
Na+ akan kembali ke luar sel dan K+ masuk ke dalam sel melalui mekanisme pompa
Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.
B. Patofisiologi Kejang Demam

Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya kejang, antara lain
Perubahan relative neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan
neurotransmitter yang bersifat inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang
berlebihan. Misalnya terjadi ketidakseimbangan GABA atau glutamate yang akan
menimbulkan kejang, kegagalan pompa Na-K yang menyebabkan gangguan
pembentukan ATP dan perubahan permeabilitas membrane sel syaraf.
Mekanisme demam dalam menimbulkan kejang yaitu demam dapat
menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum matang/ immature, timbul
dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan
permiabilitas membrane sel, meningkatnya metabolism basal sehingga terjadi timbunan
asam laktat dan CO2 yang akan merusak neuron, dan demam meningkatkan Cerebral
Blood Flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga
menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada
seorang anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada
seorang anak dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium melalui membran tersebut sehingga
mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian
besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lain yang ada
didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga terjadilah kejang.
Nisrina Nur Ghani

1710211038

Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba
yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika gangguan aktivitas
listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat
parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di seluruh area otak maka dapat
menimbulkan kejang yang bersifat umum.

Etiologi :
Idiopatik
Trauma
Neoplasma
Infeksi otak
gg. metabolic tubuh
riwayat keluarga
Obat-obatan

Menyebabkan ketidak seimbangan neurotransmitter eksitasi dan inhibisi, menjadikan


neuron tidak stabil. Neurotransmitter eksitasi  glutamate, aspartat, norepinefrin dan
asetilkolin. Neuro transmitter inhibisi GABA, glisin.

Mengubah fungsi membrane neuron sehingga membrane mudah


dilalui oleh ion Ca2+ dan Na+ dari ruangan ekstra ke intra seluler.

Influks Ca2+ akan mencetuskan depolarisasi membrane dan


melepaskan muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali

Kejang
Nama : Aura Discyacitta F.P

NRP : 1710211036
Tugas Patofisiologi Kejang Demam M. Bariq Rifqi Pasha (1710211053)
Miftah Mudrikah C2

Faktor risiko:

Infeksi virus atau bakteri pada saluran pernafasan atas, telinga, ISK,
kandung kemih, cacar air, atau tonsilitis

Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme


menyebar ke seluruh tubuh melalui
limfogen/hematogen

Pengaturan suhu di hipotalamus


meningkat

Merangsang kenaikan suhu di bagin tubuh dan


jaringan tubuh lain, (otot dan kulit) MK : Hipertermia

Metabolisme basal meningkat


Konsentrasi Na intrasel
dan K ekstrasel meningkat
Resiko tinggi gangguan
kebutuhan nutrisi
Potensial membran menurun

Gangguan fungsi astrosit

Eksitabilitas otak meningkat

Kejang : spasme otot involunter

MK : keidakefektifan
Spasme otot-otot respirasi pola nafas

Apnea

Suplay O2 ke otak menurun

MK : gangguan perfusi jaringan

Anda mungkin juga menyukai