Hoax Di Tahun Politik Sebagai Pemecah Belah
Hoax Di Tahun Politik Sebagai Pemecah Belah
Disusun Oleh :
Erlly Mitra Lorentika (32318412)
D3 Farmasi
Oleh:
Erlly Mitra Lorentika
32318412
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk memahami arti politik yang sebenarnya
2. Agar kita lebih berhati-hati dalam menerima dan memilah informasi yang kita
dapat
3. Agar kita dapat terhindar dari kampanye hitam dan dapat menjalin
kerjasama,kejujuran,gotong-royong dalam melaksanakan kampanye
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Politik
Politik adalah kenegaraan, ilmu ketatanegaraan, pemerintahan, siasat, tipu
muslihat, kelicikan, daya upaya, kebijakan, kegiatan dan interaksi manusia yang
berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk
masyarakat umum. Atau kegiatan dalam suatu sistem negara yang menyangkut
penentuan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan.
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan
bukan tujuan pribadi seseorang (private goals).
Konsep-konsep pokok politik adalah:
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan keputusan ( decisionmaking)
4. Kebijaksanaan (policy)
5. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)
Di dalam dunia politik yang sehat seharusnya bijak dalam tata
pelaksanaannya, saling gotong royong dan kejujuran sangatlah penting di dalamnya
namun,seringkali terjadi siasat,tipu daya,kelicikan,dan persaingan,hingga saling
menjatuhkan. Apalagi pada saat musim pemilihan gubernur, walikota, bupati,
presiden.
Misalnya kasus yang terjadinya pada akhir-akhir ini yang ramai diperbincangkan
yaitu beberapa kasus Hoax yang dibuat oleh Ratna Sarumpaet yang ingin
menjatuhkan presiden Joko Widodo. Kasus Hoax yang pernah dilakukan Ratna
Sarumpaet antara lain :
1. Pada 3 Mei 2018, Ratna Sarumpaet menyebarkan hoaks mengenai PT.Dirgantara
Indonesia (PTDI) yang dijual ke RRC. Dalam unggahan Twitternya,Ratna
Sarumpaet mengatakan PTDI dijual oleh Presiden Joko Widodo kepada
pemerintah Tiongkok. Bahkan Ratna Sarumpaet juga menyeret Ketua KPK, Ketua
DPR, Dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden sebagai orang yang menyetujui
dijualnya PTDI. Namun, PTDI langsung menyanggah kabar tidak benar tersebut
melalui akun Twitter resminya.
2. Ratna Sarumpaet pernah menyebarkan hoaks terkait penyebaran pecahan uang Rp
200 ribu. Di dalam Twitternya di tuliskan “Masih mau 2 periode ? Pakai akal
pikiranmu-Gugah hati nuranimu. CC: @jokowi.”
Hal tersebut sudah dikonfirmasi oleh pihak Bank Indonesia melalui akun Twitter
resminya. “ Sobat Rupiah untuk informasi tersebut tidaklah benar, Bank Indonesia
tidak menerbitkan uang pecahan Rp 200.000,-. Untuk setiap uang pecahan baru
yang diterbitkan, Bank Indonesia akan mengeluarkan pernyataan resmi melalui
media massa dan website http://bi.go.id,”ujar Bank Indonesia pada 17 April 2018.
3. Ratna Sarumpaet mengaku kepada Ketua Tim Badan Pemenangan Nasional
Prabowo-sandi,Nanik S Deyang bahwa ia dipukuli oleh sejumlah orang di sekitar
Bandara Husein Sastranegara pada 21 september 2018. Namun pemukulan yang
dialaminya hanyalah karangan belaka. Kemudian dalam jumpa pers Ratna
Sarumpaet mengakui bahwa dirinya tidak dipukuli dan muka lebamnya karena
telah menjalani sedot lemak di bagian pipi.
Seringkali ketika kita berinteraksi di media sosial dan kita juga sering
menemui kasus-kasus yang belum tentu ada benarnya sehingga kita harus lebih
berhati-hati dalam memilah berita. Kita harus lebih pintar dan bijak jangan asal
gegabah menanggapi sebuah kasus yang belum terbukti benar namun menjudge
seseorang terlebih dahulu.
https://tugasmakalahkelas.blogspot.com/2017/09/makalah-pengaruh-hoax-dari-media-
sosial.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye_hitam
https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/10/28/nww9do330-ini-tiga-
penyebab-kampanye-hitam-terjadi-dalam-pilkada
http://ppknupr2016.blogspot.com/2018/03/makalah-kampanye-hitam.html
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam
Kacamata Soekarno).
Putri, K. D., & Dewantara, A. (2018). Mulai Punahnya Nilai Kejujuran Dikaji Dengan
Buku Diskursus Pancasila Dewasa Ini.