Buku 1 Embriologi
Buku 1 Embriologi
BAHAN AJAR
A. Tinjauan Matakuliah
Tujuan Pembelajaran
Mahasiwa yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran (kuliah,
praktikum, mengerjakan tugas individual dan tugas kelompok) diharapkan akan:
1. Mampu menguraikan peranan proses reproduksi di dalam kehidupan.
2. Mampu membandingkan dan menyimpulkan perbedaan alat reproduksi hewan
jantan dan betina mulai dari sebelum kelahiran (prenatal) sampai setelah
kelahiran (postnatal), dapat menggambarkan histologi alat reproduksi hewan
jantan dan betina, dapat menguraikan fungsi masing-masing alat
reproduksihewan jantan dan betina.
3. Mampu menggambarkan histologi hipotalamus dan hipofise, menguraikan fungsi
hipotalamus dan hipofise, serta merumuskan hubungan antara hipotalamus dan
hipofise dalam proses reproduksi.
4. Hipotalamus
1. Histologi hipotalamus
2. Hormon yang diproduksi/dilepaskan beserta fungsinya
5. Hipofise
1. Histologi hipofise
2. Hormon yang diproduksi/dilepaskan beserta fungsinya
6. Hubungan hipotalamus-hipofise-gonad
1. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan jantan
2. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina
8. Siklus estrus
1. Fase-fase siklus estrus dan hormon yang mengendalikannya
2. Ovulasi
Catatan
Untuk dapat menjawab soal ini secara rinci dan benar mahasiswa disarankan
mengikuti kuliah pendahuluan yang diselenggarakan pada pertemuan pertama.
c. Tindak lanjut
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikunya
apabila sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga
Daftar Pustaka
Arthur, G.E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction and
Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere
Tindall, London.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book II:
Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2"d edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press,
Cambridge.
Cupps, PT., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic Press Inc,
London.
Hafez, E.S.E., 1983, Reproduction in Farm Animals, 6th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia.
Widayati, D.T., Y. Ohmori, T. Wakita and K. Fukuta (2003). Development of transferred
xenogeneic vole embryos in mouse uteri, Animal Science Journal, 74: 261-
267.
Widayati, D.T., Y. Ohmori and K. Fukuta (2003) Distribution patterns of
immunocompetent cells in the pregnant mouse uteri carrying allogeneic
mouse and xenogeneic vole embryos, Journal of Anatomy, 205: 45-55.
Unsur yang diberikan pada topik ini adalah embriologi alat reproduksi hewan
jantan, testes, saluran reproduksi, kelenjar kelamin dan penis. Embriologi alat
reproduksi hewan jantan mengupas perkembangan alat reproduksi sebelum kelahiran
(prenatal) termasuk diferensiasinya. Perkembangan alat reproduski setelah kelahiran
juga dibahas pada topik ini. Anatomi (makroskopois dan mikroskopis) dan fungsi dari
testes, saluran kelamin dan penis juga dikupas secara mendetail. Kelenjar kelamin
merupakan faktor yang sangat erat dengan berfunginya alat kelamin secara normal
sehingga sangat penting untuk dibahas, terutama tentang macam-macam dan fungsi
masing-masing kelenjar kelamin.
Pada akhir kuliah, mahasiswa diberi kesempatan bertanya dalam rangka
memantapkan pemahaman mahasiswa tentang topik ini. Mahasiswa juga diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan mahasiswa lain agar suasana kelas lebih
hidup. Pada minggu ke 3 mahasiswa di berikan latihan berupa praktikum di
laboratorium. Untuk memantapkan pengetahuan mahasiswa tentang histologi dan
anatomi alat reproduksi hewan jantan maka praktikum dilakukan dengan cara
mengamati alat reproduksi segar sapi dan kambing/domba jantan dan pengamatan
mikroskopis dengan preparat histologi.
Tabel 2-2. Contoh beberapa hormon yang berpengaruh tidak Iangsung pada
perkembangan alat reproduksi'
(STH)
Thyroid stimulating Stimulasi kelenjar thyroid,
hormone (TSH) pelepasan thyroxin dan pengikatan
yodium oleh thyroid
Neurohipofise Vasopresin/Antidiuretic Pertumbuhan tubuh, mengatur
hormone (ADH) keseimbangan carian dalam tubuh
b. Testis
Testis merupakan alat reproduski primer bagi hewan jantan karena
menghasilkan spermatozoa (jamak: spermatozoon). Bentuk testis pada sapi bulat
panjang sumbu arah vertical. Pada sapi dewasa panjang testis 12-15 cm, diameter
tengah nya 6-8 cm dan beratnya 300-500 gram.
Testis (Gambar 2-1) dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica
albugenea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang
terlihat berkelok-kelok. Dibawah tunica albugenea terdapat parenkim yang
menjalankan fungi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok.
Tubulus seminiferus terletak di dalam lobus-lobus kerucut, merupakan saluran
panjang di dalam testis, berdiameter 200 mikron. Setiap lobus-lobus
kerucutmempunyai saluran keluar disebut tubulus rektus seminiferus. Muara
tubulus rektus seminiferus bergabung membentuk anyaman yang disebut rete
testis. Dari muara rete testis terbentuk 12-15 saluran yang disebut duktus
eferen/eferentes. 12-15 saluran tersebut bergabung menjadi satu masuk ke dalam
duktus epididymis.
Tubulus seminiferus mengandung berbagai macam bentuk sel yang
merupakan perkembangan dari spermatozoon. Di dalam parenkim diantara tubulus
seminiferus ditemukan sel interstitial atau sel leydig (Gambar 2-2). Luteinizing
hormone (LH) memacu sel leydig untuk menghasilkan testosteron dan sedikit
androgen.
Skrotum adalah dua lobus kantong yang membungkus testis. Pada
kebanyakan spesies skrotum berlokasi di daerah inguinal diantara dua kaki. Kulit di
daerah skrotum berbulu halus dan jarang, serta kurang mengandung lemak di
2. Vas deferen
Merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke urethra.
Diameter bagian luar sekitar 2 mm dan berdinding yang mengandung muskulus
yang tebal. Vas deferen berjalan ke atas menempel pada corpus epididyimis dan
salurannya makin lures, dekat caput epididymis makin halus dan bersama dengan
pembuluh darah, pembuluh limfe dan urat syaraf membentuk funiculus
spermaticus, kemudian masuk ke rongga perut melalui canalis inguinalis. Berjalan
proximal dalam rongga perut dan makin keatas dindingnya makin tebal dan
diameternya makin besar membentuk ampula (ampullae ductus deferentis). Di
depan vesika urinaria membelok ke belakang masuk ke dalam rongga pelvis dan
bermuara pada urethra pars pelvina (UPP). Penebalan dari ampula karena adanya
banyak kelenjar pada dinding danstruktur dinding ampula mirip kelenjar
vesikularis. Pada sapi dewasa ampula berdiameter 10-15 cm dengan ketebalan
1 cm, pada kuda diameter 20 cm dengan ketebalan 2 cm, pada kambing
diameter 7 cm dengan ketebalan 0,2-0,5 cm. Ampula mengandung epitel yang
terdiri atas sel kelenjar yang banyak menghasilkan fruktosa dan asam sitrat.
Pada ruminansia, UUP membentuk bangunan yang berbentuk kerucut yang
disebut colliculus seminalis
3. Urethra
Urethra berfungsi untuk menyalurkan sperma dan urine (canalis urogenitalis).
Menurut letaknya urethra dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Pars pelvina
Terletak dalam cavum pelvis. Bagian ini berotot tebal yang disebut musculus
urethralis. Pada sapi urethra pars pelvina panjangnya 15-25 cm mulai dari
muara ampula. Bagian ini bertuknya seperti pipa yang ditutupi oleh musculus
urethralis dan musculus bulbocavernasus.
b. Pars bulbourethralis
Terletak di lengkungan tulang os ischiadicus. Di daerah archus ischiadicus.
c. Pars Penis
2. Kelenjar prostata
Pada sapi sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar ini lebih
dikenal daripada kelenjar vesicularis. Terdiri dari 2 bagian, bagian badan
prosatata dan bagian prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di
belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus
prostata. Badan prostata berukuran lebar 2,5-4,0 cm dan tebal 1,0-1,5 cm. Bagian
prostata yang cryptik disebut pars disseminata. Pars diseminata mengelilingi
urethra pars pelvis. Di bagian dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm dan tertutup oleh otot urethra. Sekresi kedua bagian ini melalui
beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra. Sekresinya banyak mengandung
ion an organik (Na, Cl, Ca, Mg). Pada sapi sekeresinya sangat encer dan
mempunyai pH yang basa (7,5-8,2).
e. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas
ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi
hewan betina. Penis berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal
(lihat di buku Sorensen, 1979). Penis membentang ke depan dari arcus ischiadicus
plevis sampai ke daerah umbilikus pada dinding ventral perut. Penisditunjang oleh
fascia dan kulit.
Penis terdiri akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis. Bagian
pangkal penis melekat pada pelvis. Akar penis dibentuk oleh dua cabang, crus penis
kanan dan kiri, yang mempertautkan penis pada kedua sisi arcus ischiadicus.
Musculus ischio cavernous atau erector penis adalah sepasang otot pendek yang
timbul dari tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pads corpus
penis. Musculus retractor penis adalah otot licin yang bertaut pada vertebrae
coccygea pertama kedua, berpisah dan bertemu kembali dibawah anus. Pasangan
otot ini berfungsi menarik kembali penis ke dalam preputium sesudah ejakulasi dan
mempertahankan posisi ini dalam keadaan tidak ereksi. Jaringan penis bersifat fibro-
elastik dan agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian besar penis
dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S yang disebut flexura sigmoidea. Pada
ruminansia bangunan tersebut terletak di belakang testis, sedangkan pada babi
terdapat di depan testis. Pada kuda tidak dijumpai bangunan tersebut. Badan penis
mengandung 3 buah batang longgar dan berongga yang dapat dianggap sebagai
kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung dengan veane penis. Ereksi
penis biasanya disebabkan oleh pembesaran rongga-rongga ini oleh darah yang
berkumpul. Dua buah batang di bagian dorsal, disebut corpus cavernosum, satu
buah di bagian bawah, disebut corpus carvenosum urethra atau corpus spongiosum
penis (Gambar 2-4). Badan penis diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal yang
berwarna putih, disebut tunica albugenia. Tunica albugenia yang mengelilingi corpus
carnevosum penis lebih tebal. Bagian ujung atau glan penis (Gambar 2-5) terletak
bebas di dalam preputium, tersusun dari corpus sponggiosum glandis. Permukaan
Gambar 2-4. Irisan melintang dari testis sapi jantan (bull) dan kuda jantan (stallion)
dengan menampakan corpus cavemosum penis dan corpus spongiosum penis
(Sorensen, 1979)
Soal
1. Sebutkan embrional alat reproduksi hewan jantan beserta perkembangannya pada
fase diferensiasi!
2. Sebutkan macam alat reproduksi hewan jantan beserta fungsinyal.
3. Buatlah diagram alat reproduksi sapi jantan!
4. Apa yang dimaksud dengan
a. Descencus testiculorum
b. Flexura sigmiodea
Jelas beserta contohnya pada hewan temak!.
Kunci
1. Gonad bagian akan berkembang menjadi testes, tubulus mesonephros berkembang
menjadi vasa eferensia (duktulic efferentes). Duktus mesonephros akan
berkembang menjadi duktus epididymisdan duktus deferen (bermuara pada sinus
urogenitalis), bagian ujung duktus mesonephos akan berkembang menjadi kelenjar
vesikularis. Sinus urogenitalis pada hewan jantan berkembang menjadi urethra
kelenjar prostata dan kelenjar bulbourethralis
Catalan:
Untuk dapat menjawah pertanyaan ini secara detail dan benar mahasiwa disarankan
mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 membaca buku acuan (Austin and
Short, 1987 , Book II)
4. a. Descencus testiculorum adalah turunnya testis dari rongga perut masuk ke dalam
scrotum.
b. Flexura sigmiodea adalah bangunan yang berbetuk S yang merupakan bentuk
penis pada saat tidak ereksi.
Catatan
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan henar mahasiwa disarankan
mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 dan ke 3. Disamping
itu mahasiwa disarankan untuk membaca buku acuan (Cupps, 1991, Hale:, 1983,. Joe
Bearden and Fuquay, 1980)
d. Tindak lanjut
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikunya
apabila sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga
Daftar Pustaka
Arthur, G.E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction and
Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere
Tindall, London.
2nd
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, edition, Book I: Germ
cell and Fertilization, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
II: Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press,
Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press,
Cambridge.
Cupps, PT., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic Press Inc,
London.
Hafez, E.S.E., 1983, Reproduction in Farm Animals, 6th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia.
Joe Bearden, H. and J.W. Fuquay, 1980, Applied Animal Reproduction, Reston
Publishing Company Inc., Virginia.
Sorensen, 1979, Animal Reproduction: Principles and Practise, McGraw-Hill, New
York.