Anda di halaman 1dari 25

II.

BAHAN AJAR

Nama mata kuliah : DASAR REPRODUKSI TERNAK


Kode / SKS : PTD 221 / 3 SKS
(2 SKS kuliah dan 1 SKS praktikum)
Prasarat : Dasar Fisiologi Ternak (PTD-1200)
Status : Wajib Fakultas

A. Tinjauan Matakuliah

Deskripsi singkat matakuliah


Mata kuliah Dasar Reproduksi Ternak (PTD-221) merupakan mata kuliah
wajib fakultas yang diselenggarakan pada semester gasal tahun ke dua. Mahasiswa
peserta mata kuliah ini diwajibkan telah mengambil mata kuliah Dasar Fisiologi
Ternak (PTD-1200). Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengikuti dan
memahami materi mata kuliah ini dengan baik dan lancar karena telah mempunyai
dasar-dasar pengetahuan tentang struktur, proses dan fungsi dari sel, jaringan dan
organ tubuh yang dapat diperoleh setelah mengikuti mata kuliah prasarat. Matakuliah
Dasar Reproduksi Ternak mengajarkan tentang peranan proses reproduksi dalam
kehidupan makhluk hidup, perkembangan alatreproduksi hewan jantan dan betina
sejak sebelum kelahiran (prenatal) dan setelah kelahiran (postnatal), histologi alat
reproduksi hewan jantan dan betina beserta masing-masing fungsinnya. Histologi
dan fungsi hipotalamus dan hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi,
terjadinya pubertas pada hewan jantan dan betina termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhinya, siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin
(gametogeneis) dan transportnya juga diajarkan dalam mata kuliah ini.

Berbeda dengan mata kuliah Dasar Fisiologi Ternak (matakuliah prasarat)


yang pokok bahasannya mencangkup seluruh sistem dalam tubuh termasuk organ
reproduksi dan juga hormon, pada matakuliah Dasar Reproduksi Ternak ini topik
bahasannya hanya khusus pada sistem reproduksi saja yang mencakup alat
reproduksi dan proses reproduksi beserta hormon sehingga topik pembahasanya
lebih mendalam.

Universitas Gadjah Mada


Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang matakuliah ini,
khususnya tentang perkembangan dan perbedaan organ reproduksi hewan jantan
dan betina, status siklus estrus dan hipotalamus serta hipofise matakuliah ini
memberikan latihan berupa praktikum. Setelah menyelesaikan seluruh acara
praktikum mahasiswa diharuskan untuk membuat laporan praktikum secara
kelompok. Selain dengan praktikum, untuk meningkatkan pemahaman dan
kemandirian mahasiswa, matakuliah ini memberikan latihan berupa tugas individual
menterjemahkan jurnal (jurnal dicari sendiri oleh mahasiswa) yang membahas tentang
reproduksi hewan. Kuis diadakan pada awal kuliah tentang topik yang disampaikan
pada minggu sebelumnya, dan kuis ini sifatnya mendadaktanpa pemberitahuan pada
mahasiswa.

Kegunaan matakuliah bagi mahasiswa


Matakuliah ini menyajikan dasar-dasar pengetahuan reproduksi temak dan
sangat besar kegunaannya bagi mahasiwa fakultas Petemakan. Hal ini berkaitan erat
dengan kenyataan bahwa beberapa proses produksi temak hams melalui proses
reproduksi dahulu, seperti produksi telur, susu dan anak (keturunan). Bahkan untuk
dapat menghasilan keturunan yang berkualitas baik (genetik dan performannya)
hanya bisa ditempuh melalui penggunaan teknologi dalam reproduksi. Oleh karena
itu mahasiswa peternakan harus dapat memahami reproduksi temak, dan diharapkan
dapat menyusun suatu program manajemen reproduksi untuk meningkatkan efisiensi
reproduksi dan peningkatan kualitas turunan yang dihasilkan.

Tujuan Pembelajaran
Mahasiwa yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran (kuliah,
praktikum, mengerjakan tugas individual dan tugas kelompok) diharapkan akan:
1. Mampu menguraikan peranan proses reproduksi di dalam kehidupan.
2. Mampu membandingkan dan menyimpulkan perbedaan alat reproduksi hewan
jantan dan betina mulai dari sebelum kelahiran (prenatal) sampai setelah
kelahiran (postnatal), dapat menggambarkan histologi alat reproduksi hewan
jantan dan betina, dapat menguraikan fungsi masing-masing alat
reproduksihewan jantan dan betina.
3. Mampu menggambarkan histologi hipotalamus dan hipofise, menguraikan fungsi
hipotalamus dan hipofise, serta merumuskan hubungan antara hipotalamus dan
hipofise dalam proses reproduksi.

Universitas Gadjah Mada


4. Mampu menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pubertas, membedakan
berbagai status siklus estrus beserta hormon yang mengendalikannya.
5. Mampu menguraikan proses pembetukan sel kelamin (gametogeneis) dan
tranportasinya dalam saluran reproduksi.

Susunan bahan ajar


1.Pendahuluan
1. Pengertian reproduksi
2. Peranan proses reproduksi dalam kehidupan makhluk hidup

2. Sistem alat reproduksi hewan jantan


1. Embriologi alat reproduksi hewan jantan
2. Testes
3. Saluran reproduksi hewan jantan
4. Kelenjar kelamin tambahan
5. Penis

3. Sistem alat reproduksi hewan betina


1. Embriologi alat reproduksi hewan betina
2. Ovarium
3. Saluran reproduksi hewan betina
4. Alat reproduksi luar hewan betina

4. Hipotalamus
1. Histologi hipotalamus
2. Hormon yang diproduksi/dilepaskan beserta fungsinya

5. Hipofise
1. Histologi hipofise
2. Hormon yang diproduksi/dilepaskan beserta fungsinya

6. Hubungan hipotalamus-hipofise-gonad
1. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan jantan
2. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina

Universitas Gadjah Mada


7. Pubertas
1. Proses dan umur tercapainya pubertas pada hewan jantan dan betina
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi umur pubertas

8. Siklus estrus
1. Fase-fase siklus estrus dan hormon yang mengendalikannya
2. Ovulasi

9. Gametogenesis dan transport garnet


1. Spermatogenesis
2. Oogenesis
3. Transport spermatozoa dan ovum di dalam alat reproduksi hewan betina

Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar


Bahan ajar ini menyajikan informasi yang berkaitan dengan topik
permasalahan secara garis-garis besarnya saja. Oleh karena itu mahasiswa
diharapkan membuka dan membaca buku-buku acuan agar dapat mendapatkan
informasi secara detail. Bahan ajar ini juga menyajikan soal-soal latihan tes formatif.
Tetapi mahasiwa seharusnya tidak hanya berpedoman pada buku ajar ini saja dalam
menjawab pertanyaan tersebut. Mahasiswa diharuskan membuka buku-buku acuan
untuk dapat menjawab secara detail dan benar. Di dalam mengerjakan soal-soal
latihan, mahasiswa diwajibkan mengulang latihan tersebut bila hanya dapat menjawab
soal-soal latihan tidak lebih dari 50%, karena untuk dapat mengikuti topik pada minggu
berikutnya dengan baik mahasiswa diharuskan sudah memahami lebih dari 75% topik
sebelumnya.

Universitas Gadjah Mada


B. Materi Bahan Ajar Per Mingguan
Minggu ke :1
Topik : Pendahuluan
Pendahuluan Topik Pembelajaran

a. Deskripsi singkat topik pembelajaran


Pendahuluan mata kuliah DASAR REPRODUKSI TERNAK ini
diselenggarakan pada pertemuan yang pertama kali. Untuk Pendahuluan digunakan
metode ceramah (kuliah tatap muka) dan diskusi dengan alokasi waktu 1 kali
pertemuan (90 menit). Pada pendahuluan ini akan diuraikan definisi proses
reproduksi dan hubungan proses reproduksi dengan proses lainnya dalam tubuh.
Peranan proses reproduksi bagi kelangsungan hidup dan regenerasi makhuk hidup
juga diberikan dalam topik ini. Uraian ini dimaksudkan untuk merangsang minat dan
keingintahuan mahasiswa sehingga diharapkan dapat memotivasi mahasiswa terlibat
aktif dalam perkuliahan. Untuk lebih membuka wawasan mahasiswa, diberikan
beberapa contoh aktual beberapa kemajuan bioteknologi yang memerlukan
reproduksi, antara lain embrio transfer, chimera dan cloning. Pada akhir kuliah,
mahasiswa diberi kesempatan bertanya dan menambah contoh aktual lain beberapa
kemajuan bioteknologi dan proses pada makhluk hidup yang berkaitan dengan
reproduksi.

b. Manfaat dan relevansi topik pembelajaran


Pendahuluan ini merupakan kuliah pembuka dan berfungsi untuk
mempersiapkan mahasiswa memasuki matakuliah ini secara menyeluruh.

c. Tujuan instruksional khusus topik pembelajaran


Mahasiwa mampu memberikan definisi tentang reproduksi dan mampu
menjelaskan peranan proses reproduksi di dalam kehidupan.

Penyajian Topik Pembelajaran


a. Pengertian reproduksi
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan
meskipun siklus reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat

Universitas Gadjah Mada


bertahan hidup, sebagai contoh hewan yang diambil organ reproduksinya (testes atau
ovarium) hewan tersebut tidak mati.

Pada umumnya reproduksi barn dapat berlangsung setelah hewan mencapai


masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin
dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk
ternak, bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa
tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintegrasi
antara proses yang satu dengan yang lainnya.
Tingkatan-tingkatan fisiologik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan sel-sel kelamin (garnet)
2. Pelepasan sel-sel garnet yang telah berdiferensiasi secara fungsional
3. Perkawinan untuk mempertemukan garnet jantan dan garnet betina
4. Fertilisasi, fusi antara kedua pronuclei
5. Pertumbuhan, diferensiasi dan prekembangan zigote sampai kelahiran normal

b. Peranan proses reproduksi dalam kehidupan makhluk hidup


Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa reproduksi secara fisiologik tidak
vital bagi kehidupan makhluk hidup, tetapi reproduksi merupakan proses yang sangat
penting untuk kelanjutan suatu jenis atau bangsa hewan. Dalam bidang peternakan,
produktivitas ternak tidak dapat dipisahkan dengan proses reproduksi. Sebagai
contoh, untuk menghasilan telur, susu dan ternak muda, haruslah melalui
serangkaian proses reproduksi yang dimulai dengan pembentukan sel telur/sel
sperma, ovulasi, fertilisasi, pertumbuhan dan perkembangan fetus sampai dengan
dilahirkan (partus).

Manajemen perkawinan ternak yang baik sangat penting untuk meningkatkan


efisiensi reproduksi termasuk perbaikan keturunannya. Salah satu cara untuk
memperbaiki manajemen ternak adalah dengan inseminasi buatan (IB). Dengan teknik
IB dapat ditingkatkan perbaikan mutu genetik secara cepat, untuk pencegahan
kemajiran ternak, pencegahan penyebaran penyakit. Pada inseminasibuatan hanya
pejantan-pejantan yang sudah teruji dan mempunyai genetik yang baik yang dipakai
untuk mengawini ternak betina sehingga dapat memperbaiki mutu genetik pada
turunannya. Dengan IB tidak terjadi kontak langsung antar ternak sehingga dapat
mencegah penyebaran penyakit kelamin menular, juga dengan lB masih

Universitas Gadjah Mada


memungkinkan pejantan unggul yang mempunyai cedera tubuh dimanfaatkan untuk
diambil spermanya dan untuk mengawini betina. Teknik lainya untuk meningkatkan
efisiensi reproduksi adalah dengan embrio transfer. Teknik ini biasanya dilakukan
secara bersamaan dengan superovulasi. Dengan teknik superovulasi, betina yang
berkualitas baik yang dipakai sebagai donor embrio dipacu agar dapat
mengovulasikan banyak sel telur, setelah sel-sel telur itu dibuahi dan berkembang
menjadi zigot-zigot. Zigot-zigot tersebut ditransfer pada beberapa resipien. Dengan hal
ini berarti meningkatkan efisiensi reproduksi pada hewan donor tersebut.
Pada periode dekade ini telah berkembang beberapa kemajuan bioteknologi
untuk meningkatkan efisiensi reproduksi, meningkatkan mutu genetik turunan dan
memperpendek jarak regenerasi, yaitu antara lain dengan pembuatan chimera dan
cloning (penjelasan secara detail lihat di internet dan jurnal). Chimera memungkin
embrio dari seekor hewan dititipkan pada hewan lain yang berlainan speciesnya.
Dengan teknik chimera, maka embrio yang akan dititipkan tersebut telah
dimanipulasi sel-selnya sehingga tidak dikenal sebagai embrio asing dan akhirnya
akan dapat berkembang sampai lahir tanpa adanya penolakan (rejection) dari induk
yang dititipi. Teknik ini sangat bermanfaat bagi usaha meningkarkan populasi hewan-
hewan yang hampir punah (endangeredspecies). Seperti dalam pembuatan chimera,
pada pembuatan cloning juga dilakukan manipulasi embrio. Dengan teknik cloning
memungkinkan diproduksi hewan dengan karakteristik genetik dan performan yang
dikehendaki secara besar-besaran. Akan tetapi teknik chimera dan cloning
membutuhkan keahlian yang khusus serta biaya yang tidak sedikit, sehingga masih
dalam tahap penelitian di laboratorium dan belum bisa diaplikasikan di dunia
peternakan secara luas. Sampai saat ini teknik reproduksi yang sudah diterapkan
secara luas adalah inseminasi buatan.

Penutup Topik Pembelajaran


a. Tes formatif dan kunci tes formatif Soal
1. Jelaskan tentang arti reproduksi dan peranannya dalam kehidupan makhluk
hidup!
2. Apa manfaat penggunaan teknik manajemen perkawinan dalam dunia
peternakan?. Sebutkan contoh teknik tersebut!

Universitas Gadjah Mada


Kunci
1. Reproduksi adalah perkembang-biakan, merupakan bagian dari proses tubuh
yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan
makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tiduptidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan
punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana
untuk melanjutkan generasi.

2. Manfaat penggunaan teknik manajemen di bidang perkawinan adalah untuk


meningkatkan efisiensi reproduksi, memperbaiki kualitas (genetik dan performan)
keturunan dan untuk mencegah penyebaran penyakin kelamin. Contoh teknik
dalam manajemen perkawinan yaitu antara lain inseminasi buatan (IB) dan embryo
transfer.

Catatan
Untuk dapat menjawab soal ini secara rinci dan benar mahasiswa disarankan
mengikuti kuliah pendahuluan yang diselenggarakan pada pertemuan pertama.

b. Petunjuk penilaian dan umpan balik


Pada saat mengerjakan latihan soal-soal terformatif usahakan mahasiswa
mengerjakan tanpa melihat buku acuan ataupun bahan ajar. Hal ini sangat penting
untuk mengetahui pemahaman mahasiswa pada topik yang diberikan tersebut.
Apabila mahasiswa tidak dapat menjawab lebih dari 50% soal-soal teresbut
sebaiknya mahasiswa mengulang belajar lagi dan mahasiswa tidak melanjutkan
pada topik pembelajaran pada minggu berikutnya. Demikian seterusnya sehingga
mahasiswa dapat menjawab lebih dari 75% dari latihan soal-soal tersebut.

Apabila mahasiswa selain dapat menjawab pertanyaan soal-soal tesebut


diatas dengan bahan-bahan penunjang lainnya di luar yang diberikan dalam kuliah
ataupun bahan ajar maka mahasiswa akan mendapatkan nilai bonus.

c. Tindak lanjut
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikunya
apabila sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga

Universitas Gadjah Mada


diperbolehkan membaca informasi yang berkaitan dengan topik ini lewat Internet untuk
kemudian kita babas bersama-sama pads scat diskusi di kelas. Apabila mahasiswa
menginginkan informasi yang lebih mendetail tentang bioteknologi yang lebih barn
dalam bidang reproduksi mahasiswa dipersilahkan membaca dari berbagai jurnal.

Daftar Pustaka
Arthur, G.E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction and
Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere
Tindall, London.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book II:
Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2"d edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press,
Cambridge.
Cupps, PT., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic Press Inc,
London.
Hafez, E.S.E., 1983, Reproduction in Farm Animals, 6th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia.
Widayati, D.T., Y. Ohmori, T. Wakita and K. Fukuta (2003). Development of transferred
xenogeneic vole embryos in mouse uteri, Animal Science Journal, 74: 261-
267.
Widayati, D.T., Y. Ohmori and K. Fukuta (2003) Distribution patterns of
immunocompetent cells in the pregnant mouse uteri carrying allogeneic
mouse and xenogeneic vole embryos, Journal of Anatomy, 205: 45-55.

Universitas Gadjah Mada


Minggu ke : 2 dan 3
Topik : Sistem alat reproduksi hewan jantan
Pendahuluan Topik Pembelajaran

a. Deskripsi singkat topik pembelajaran


Untuk topik ini pembelajaran menggunakan metode ceramah (kuliah tatap
muka), diskusi dan praktikum. Alokasi waktu tatap muka dan diskusi adalah waktu 2
kali pertemuan (2 x 90 menit).

Unsur yang diberikan pada topik ini adalah embriologi alat reproduksi hewan
jantan, testes, saluran reproduksi, kelenjar kelamin dan penis. Embriologi alat
reproduksi hewan jantan mengupas perkembangan alat reproduksi sebelum kelahiran
(prenatal) termasuk diferensiasinya. Perkembangan alat reproduski setelah kelahiran
juga dibahas pada topik ini. Anatomi (makroskopois dan mikroskopis) dan fungsi dari
testes, saluran kelamin dan penis juga dikupas secara mendetail. Kelenjar kelamin
merupakan faktor yang sangat erat dengan berfunginya alat kelamin secara normal
sehingga sangat penting untuk dibahas, terutama tentang macam-macam dan fungsi
masing-masing kelenjar kelamin.
Pada akhir kuliah, mahasiswa diberi kesempatan bertanya dalam rangka
memantapkan pemahaman mahasiswa tentang topik ini. Mahasiswa juga diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan mahasiswa lain agar suasana kelas lebih
hidup. Pada minggu ke 3 mahasiswa di berikan latihan berupa praktikum di
laboratorium. Untuk memantapkan pengetahuan mahasiswa tentang histologi dan
anatomi alat reproduksi hewan jantan maka praktikum dilakukan dengan cara
mengamati alat reproduksi segar sapi dan kambing/domba jantan dan pengamatan
mikroskopis dengan preparat histologi.

b. Manfaat dan relevansi topik pembelajaran


Salah satu tujuan umum pembelajaran mata kuliah ini adalah agar mahasiwa
mampu membandingkan dan menyimpulkan perbedaan alat reproduksi hewan jantan
dan betina mulai dari sebelum kelahiran (prenatal) sampai setelah kelahiran
(postnatal), dapat menggambarkan histologi alat reproduksi hewanjantan dan betina,
dapat menguraikan fungsi masing-masing alat reproduksi hewan jantan dan betina.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka topik pembelajaran Sistema Alat
Reproduksi Hewan Jantan diberikan berurutan dengan Sistema Mat Reproduksi

Universitas Gadjah Mada


Hewan Betina agar memudahkan pemahaman mahasiwa karena secara umum
system reproduksi hewan jantan tidak sekomplek daripada system reproduksi hewan
betina. Disamping itu topik pembelajaran ini berguna bagi mahasiwa sebagai dasar
pengetahuan apabila mahasiwa berminat mempelajari teknologi reproduksi yang
menggunakan sperma/hewan jantan.

c.Tujuan instruksional khusus topik pembelajaran


Mampu menguraikan perkembangan alat reproduksi hewan jantan mulai dari
sebelum kelahiran (prenatal) sampai setelah kelahiran (postnatal), dapat menjelaskan
macam dan histologi alat reproduksi hewan jantan, dapat menguraikan fungsi dari
masing-masing alat reproduksi hewan jantan.

Penyajian Topik Pembelajaran


a. Embriologi alat reproduksi hewan jantan
Pada fertilisasi spermatozoa yang membawa garnet X dan Y berfusi dengan
ovum yang membawa garnet X, sehingga akan terbentuk zigot barn yang mungkin
membawa garnet XX atau XY. Pada manusia dan kebanyakan ternak, kelamin
heterogametik (XY) adalah jantan, sedangkan pada unggas kelamin homogametik
adalah betina (XX).
Pada stadium embrional, di dalam embrio tersebut telah terdapat alat-alat
yang nantinya akan berkembang dan berdiferensiasi menjadi alat repoduksi. Alat-alat
tersebut adalah tubulus mesonephros, gonad, duktus Mulleri, duktus mesonephros
dan sinus urogenitalis. Pada hewan jantan, gonad akan berkembang menjadi testes,
tubulus mesonephros berkembang menjadi vasa eferensia (duktulic efferentes).
Duktus mesonephros akan berkembang menjadi duktus epididymis (dekat testes),
duktus deferen (bermuara pada sinus urogenitalis) dan bagian ujung duktus
mesonephos akan berkembang menjadi kelenjar vesikularis. Sinus urogenitalis pada
hewan jantan berkembang menjadi:
1. Urethra (canalis urogenitalis), yang terdiri dar 3 bagian:
 Pars pelvina
 Pars bulbourethralis
 Pars penis
2. Kelenjar prostata
3. Kelenjar bulbourethralis

Universitas Gadjah Mada


Keberhasilan diferensiasi alat kelamin jantan dipengaruhi oleh hormon androgen dan
Mullen Inhibitory Substance (MIS). Pada perkembangan yang tidak normal dapat
menimbulkan kelainan pada hewan ternak, yaitu antara lain:
1. Intersex/hermaphrodite
Pada hewan ternak kadang-kadang ditemukan pseudohermaphrodite.
Disebut female phrodite bila penampilan luar betina namun alat kelaminnya
jantan, sedangkan male phrodite bila penampilan luar jantan namun alat
kelaminnya betina.
2. Sisa-sisa tubulus mesonephros
Sisa-sisa tubulus mesonephros ini berupa paradidimis dan vasa aberansia.
Pada perkembangan yang sempuma sisa-sisa ini tidadijumpai.
3. Sisa-sisa duktus Mulleri
Sisa-sisa duktus Mullen ini akan membentuk uterus maskulinus. Pada hewan
jantan yang berkembang normal duktus ini tidak berkembang dan akan
teregresi.
Alat kelamin luar pada hewan jantan adalah penis yang berkembang dari
tuberculum genitalis. Penis terdiri dan preputium dan skrotum. Testis yang terbentuk
pada prental akan turun dan rongga perut ke skrotum. Peristiwa ini disebut descencus
testiculorum. Pada sapi penstiwa descencus testiculorum selesai pada pertengahan
kehidupan intra uterin (kebuntingan), sedangkan pada kuda dekat sebelum/sesudah
dilahirkan, pada babi seperempat akhir kehidupan intra uterin. Jika karena sesuatu hal
testis tidak turun dalam skrotum dan masih tertinggal dalam rongga perut dapat
mengakibatkan kelainan yang disebut cryptorchidismus atau cryptocid. Bila salah satu
testes yang tidak turun ke dalam skrotum disebut cryptochid unilateral. Pada kelainan
ini hewan jantan masih fertil karena masih bisa menghasilkan spermatozoa. Bila testis
dua-duanya tidak turun dalam skrotum disebut cryptochid bilateral. Pada kelainan ini
hewan jantan steril karena tidak mampu menghasilkan sperma. Peristiwa cryptocid
jarang dijumpai pada sapi, domba dan kambing, tetapi senng dijumpai pada kuda dan
babi.
Perkembangan posnatalis (setelah dilahir) yang berkembang adalah ukuran
dan susunan bagian-bagian alat reproduksi. Perkembangan ini sangat erat
hubungannnya dengan hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh alat
reproduksi itu sendiri atau dan kelenjar lain, baik yang bersifat langsung (Tabel2-1)
maupun tidak langsung (Tabel 2-2).

Universitas Gadjah Mada


Tabel 2-1. Contoh beberapa hormon yang berpengaruh langsung pada
perkembangan alat reproduksi*

Kelenjar Hormon Fungsi


Adenohipofise Follicle stimulating Spermatogenesis pada jantan,

hormone (FSH) pertumbuhan folikel pads betina

Luteinizing hormone (LH) Pelepasan hormon estrogen,


progesteron dan ovulasi
Interstitial cell stimulating Pembentukan testosterone oleh
hormone (ICSH) sel-sel leydiq
Testis Mempertahankan sistem saluran
Testosteron
kelamin jantan, sifat-sifat kelamin
sekunder, spermatogenesis
Ovarium
Estrogen Mempertahan sistem kelamin
betina dan sifat-sifat kelamin
sekunder

Untuk mendapatkan keterangan lebih mendetail dan lengkap mahasiswa


disarankan mempelajari di buku Joe Bearden and Fuquay (1980).

Tabel 2-2. Contoh beberapa hormon yang berpengaruh tidak Iangsung pada
perkembangan alat reproduksi'

Kelenjar Hormon Fungsi


Adenohipofise Somatotropic hormone Pertumbuhan tubuh, sintesa protein

(STH)
Thyroid stimulating Stimulasi kelenjar thyroid,
hormone (TSH) pelepasan thyroxin dan pengikatan
yodium oleh thyroid
Neurohipofise Vasopresin/Antidiuretic Pertumbuhan tubuh, mengatur
hormone (ADH) keseimbangan carian dalam tubuh

Pancreass Insulin Metabolisme karbohidrat dan lemak

Universitas Gadjah Mada


'Untuk mendapatkan keterangan lebih mendetail dan lengkap mahasiswa
disarankan mempelajari di buku Joe Bearden and Fuquay (1980).

b. Testis
Testis merupakan alat reproduski primer bagi hewan jantan karena
menghasilkan spermatozoa (jamak: spermatozoon). Bentuk testis pada sapi bulat
panjang sumbu arah vertical. Pada sapi dewasa panjang testis 12-15 cm, diameter
tengah nya 6-8 cm dan beratnya 300-500 gram.
Testis (Gambar 2-1) dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica
albugenea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang
terlihat berkelok-kelok. Dibawah tunica albugenea terdapat parenkim yang
menjalankan fungi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok.
Tubulus seminiferus terletak di dalam lobus-lobus kerucut, merupakan saluran
panjang di dalam testis, berdiameter 200 mikron. Setiap lobus-lobus
kerucutmempunyai saluran keluar disebut tubulus rektus seminiferus. Muara
tubulus rektus seminiferus bergabung membentuk anyaman yang disebut rete
testis. Dari muara rete testis terbentuk 12-15 saluran yang disebut duktus
eferen/eferentes. 12-15 saluran tersebut bergabung menjadi satu masuk ke dalam
duktus epididymis.
Tubulus seminiferus mengandung berbagai macam bentuk sel yang
merupakan perkembangan dari spermatozoon. Di dalam parenkim diantara tubulus
seminiferus ditemukan sel interstitial atau sel leydig (Gambar 2-2). Luteinizing
hormone (LH) memacu sel leydig untuk menghasilkan testosteron dan sedikit
androgen.
Skrotum adalah dua lobus kantong yang membungkus testis. Pada
kebanyakan spesies skrotum berlokasi di daerah inguinal diantara dua kaki. Kulit di
daerah skrotum berbulu halus dan jarang, serta kurang mengandung lemak di

Universitas Gadjah Mada


Gambar 2-1. Irisan sagital testis dengan menampakkan jaringan parenkim yang
mengandung tubulus seminiferus, rete testis, vasa aferensia dan vas deferen
(Bearden and Fuquay, 1980)

Universitas Gadjah Mada


Gambar 2-2. Irisan melintang dari jaringan parenkim yang menunjukkan hubungan
antara tubulus seminiferus dan jaringan interstitial yang mengandung sel leydig
(Bearden and Fuquay, 1980)bawah kulit. Pada fase embrional, skrotum mempunyai
original jaringan yang sama dengan labia mayor pada hewan betina. Skrotum tersusun
dari lapisan terluar yang terususun dengan serabut otot polos, tunika dartos. Tunika
dartos membagi skrotum menjadi 2 bagian dan ini menempel pada tunika vaginalis.
Skrotum berfungsi untuk melindungi dan menyokong testis, mengatur temperatur testis
dan epididymis supaya temperatus dalam testis 4-7°C dibawah temperature tubuh.
Mekanisme pengaturan panas/termoregulator dilakukan oleh dua musculus, yaitu
musculus cremaster externus dan musculus cremaster internus. Kedua otot (musculus)
ini akan menarik testes ke atas menedekati rongga perut untuk mendapatkan
pemanasan. Tunika dartos menarik testes mendekati perut sehingga permukaan testis
dan permukaan testis menjadi lebih kecil dan melipat untuk mencegah pengeluaran
panas. Apabila temperatur panas, kedua otot ini relaksasi sehingga testes turun
(menggantung) menjauhi perut dan permukaan mengembang untuk mempercepat
pengeluaran panas. Struktur arteri testis berkelok-kelok dan membentuk kerucut,
struktur ini ikut berperan pada pengaturan panas (lihat di buku Bearden and Fuquay,
1980 dan Hafez, 1983 untuk mendapatkan penjelasan secara detail mekanisme
pengaturan suhu pada skrotum)

Universitas Gadjah Mada


c.Saluran reproduksi hewan jantan
Saluran reproduksi hewan jantan adalah epididymis, vas deferen dan
urethra.
1. Epididymis
Epididymis berbenruk bulat panjang dan melekat pada testis. Epididymis terbagi 3
bagian, yaitu caput (kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor). Caputepididymis
menelungkupi testis. Epididymis berisi duktus, mulai caput berkelok-kelok rapat
sekali. Panjang duktus epididymis bila direntangakn adalah 36 m pada sapi
dewasa, 54 m pada babi dewasa. Duktus berasal dari duktus efferen. Duktus
efferen berdiameter 100-300 mikron dan hanya berisi sedikit spermatozoa. Fungsi
epididymis adalah:
a. Transportasi sperma
Sperma dapat mengalir dari rete testis ke duktus efferent oleh karena adanya
tekanan di tubulus contortus seminiferus dan kontraksi epididymis. Perjalanan
sperma dari tubuluse seminiferus sampai cauda epididymis memerlukan waktu 7-9
hari pada sapi dewasa, 13-15 hari pada domba, 9-12 hari pada babi dan 8-11 hari
pada kuda. Perjalanan spermatozoa ini tergantung pada frekuensi ejakulasi.
b. Tempat pemadatan sperma
Di dalam testes sperma berupa cairan yang encer. Pada waktu melewati
epididymis sperma akan mengalami penyerapan cairan oleh epithel dinding
epididymis. Penyerapan ini terutama terjadi pada bagian caput epididymis yang
banyak memiliki sel-sel yang tinggi dan bersilia panjang. Akibatnya sperma
menjadi lebih pekat ketika sampai di bagian cauda epididymis.
c. Tempat pemasakan sperma
Pada saat meninggalkan tubulus conturtus seminiferus secara morfologis sperma
sudah sempurna tetapi masih membawa butiran sitoplasma. Sepanjang
perjalanannya dalam epididymis letak butiran-butiran sitoplasma yang mula-mula
dekat pangkal leher makin turun sampaiketika keluar dari epididymis sperma
sudah tidak membawa butiran-butiran sitoplasma. Hilangnya butiran-butiran
sitoplasma ini merupakan proses pemasakan lebih lanjut dan hal ini dapat
terjadi karena pengaruh sekresi oleh sel-sel epitel pada duktus epididymis.
d. Tempat penimbunan sperma
Cauda epididymis merupakan tempat penimbunan spermatozoa. Konsentrasi
sperma pada bagian ini sangat tinggi (4x106/mm3). Meskipun cauda epididymis
hanya seperempat dari epididymis tetapi separuh dari spermatozoa disimpan di

Universitas Gadjah Mada


bagian ini. Kondisi cauda sangat cocok bagi kehidupan spermatozoa dan di
bagian ini spermatozoa tidak mengadakan kegiatan metabolisme. Kehidupan
spermatozoa yang cukup lama dalam cauda disebut sebagai peristiwa anabiosa
alam.

2. Vas deferen
Merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke urethra.
Diameter bagian luar sekitar 2 mm dan berdinding yang mengandung muskulus
yang tebal. Vas deferen berjalan ke atas menempel pada corpus epididyimis dan
salurannya makin lures, dekat caput epididymis makin halus dan bersama dengan
pembuluh darah, pembuluh limfe dan urat syaraf membentuk funiculus
spermaticus, kemudian masuk ke rongga perut melalui canalis inguinalis. Berjalan
proximal dalam rongga perut dan makin keatas dindingnya makin tebal dan
diameternya makin besar membentuk ampula (ampullae ductus deferentis). Di
depan vesika urinaria membelok ke belakang masuk ke dalam rongga pelvis dan
bermuara pada urethra pars pelvina (UPP). Penebalan dari ampula karena adanya
banyak kelenjar pada dinding danstruktur dinding ampula mirip kelenjar
vesikularis. Pada sapi dewasa ampula berdiameter 10-15 cm dengan ketebalan
1 cm, pada kuda diameter 20 cm dengan ketebalan 2 cm, pada kambing
diameter 7 cm dengan ketebalan 0,2-0,5 cm. Ampula mengandung epitel yang
terdiri atas sel kelenjar yang banyak menghasilkan fruktosa dan asam sitrat.
Pada ruminansia, UUP membentuk bangunan yang berbentuk kerucut yang
disebut colliculus seminalis

3. Urethra
Urethra berfungsi untuk menyalurkan sperma dan urine (canalis urogenitalis).
Menurut letaknya urethra dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Pars pelvina
Terletak dalam cavum pelvis. Bagian ini berotot tebal yang disebut musculus
urethralis. Pada sapi urethra pars pelvina panjangnya 15-25 cm mulai dari
muara ampula. Bagian ini bertuknya seperti pipa yang ditutupi oleh musculus
urethralis dan musculus bulbocavernasus.
b. Pars bulbourethralis
Terletak di lengkungan tulang os ischiadicus. Di daerah archus ischiadicus.
c. Pars Penis

Universitas Gadjah Mada


Terletak di sepanjang penis dari pangkal sampai ujung penis.
Bagian belakang dari vesica urinaris terdapat bangunan kecil (policulus seminalis). Di
bagian depannya adalah muara bersama dari ampula dan saluran kelenjar vesikularis.
Policus seminalis terdiri dari jaringan caversus yang banyak mengandung pembuluh
darah yang akan menutup leher vesika urinaria selama ejakulasi sehingga sperma
tidak tercampur urine dan sebaliknya sperma tidakmasuk ke vesika urinaria. Kelenjar
prostata mempunyai banyak muara keluar kecil-kecil terletak teratur sepanjang dinding
urethra, sedangkan kelenjar bulbo urethralis kedua saluran keluarnya terletak
sedemikian rupa sehingga alirannya dapat membersihkan bagian distal urethra bebas
dari urin sebelum ejakulasi.

d. Kelenjar kelamin tambahan (asesoris)


Kelenjar kelamin tambahan pada hewan jantan berfungsi untukmembebaskan
zat-zat tertentu yang ditambahkan dalam plasma yang sangat diperlukan
untukkehidpan spermatozoa. Bahan-bahan yang ditambahkan ini berupa bahan-
bahanorganik (karbohidrat, vitamin, enzim) atau an organin (garam-garam
mineral).Kelenjar tambahan /asesoris (Gambar 2-3) ini adalah:
1. Kelenjar vesicularis
Ada sepasang kelenjar vesicularis yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus.
Pada kuda kelenjar ini bentuknya memanjang. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan
ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium
ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar
vesicularis berada di bagian cranial dan kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini
banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut,
vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak menagndung
flavin dengan pH 5.7-6.2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan
50% dari total volume ejakulasi, sedangkan pada kuda dan babi lebih sedikit
prosentasenya.

Universitas Gadjah Mada


Gambar 2-3. Kelenjar tambahan pada sapi jantan (bull), kuda jantan (stalion),
babi jantan (boar) dan domba jantan (ram) dengan menampakkan hubungannya
dengan ampula dan urethra (Hafez, 1983).

2. Kelenjar prostata
Pada sapi sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar ini lebih
dikenal daripada kelenjar vesicularis. Terdiri dari 2 bagian, bagian badan
prosatata dan bagian prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di
belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus
prostata. Badan prostata berukuran lebar 2,5-4,0 cm dan tebal 1,0-1,5 cm. Bagian
prostata yang cryptik disebut pars disseminata. Pars diseminata mengelilingi
urethra pars pelvis. Di bagian dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm dan tertutup oleh otot urethra. Sekresi kedua bagian ini melalui
beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra. Sekresinya banyak mengandung
ion an organik (Na, Cl, Ca, Mg). Pada sapi sekeresinya sangat encer dan
mempunyai pH yang basa (7,5-8,2).

Universitas Gadjah Mada


3. Kelenjar bulbourethralis
Sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra bulbourethralis,
dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri,
padat dan mempunyai kapsul. Pada babi ukuran kelenjar ini lebih besar.

e. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas
ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi
hewan betina. Penis berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal
(lihat di buku Sorensen, 1979). Penis membentang ke depan dari arcus ischiadicus
plevis sampai ke daerah umbilikus pada dinding ventral perut. Penisditunjang oleh
fascia dan kulit.
Penis terdiri akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis. Bagian
pangkal penis melekat pada pelvis. Akar penis dibentuk oleh dua cabang, crus penis
kanan dan kiri, yang mempertautkan penis pada kedua sisi arcus ischiadicus.
Musculus ischio cavernous atau erector penis adalah sepasang otot pendek yang
timbul dari tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pads corpus
penis. Musculus retractor penis adalah otot licin yang bertaut pada vertebrae
coccygea pertama kedua, berpisah dan bertemu kembali dibawah anus. Pasangan
otot ini berfungsi menarik kembali penis ke dalam preputium sesudah ejakulasi dan
mempertahankan posisi ini dalam keadaan tidak ereksi. Jaringan penis bersifat fibro-
elastik dan agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian besar penis
dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S yang disebut flexura sigmoidea. Pada
ruminansia bangunan tersebut terletak di belakang testis, sedangkan pada babi
terdapat di depan testis. Pada kuda tidak dijumpai bangunan tersebut. Badan penis
mengandung 3 buah batang longgar dan berongga yang dapat dianggap sebagai
kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung dengan veane penis. Ereksi
penis biasanya disebabkan oleh pembesaran rongga-rongga ini oleh darah yang
berkumpul. Dua buah batang di bagian dorsal, disebut corpus cavernosum, satu
buah di bagian bawah, disebut corpus carvenosum urethra atau corpus spongiosum
penis (Gambar 2-4). Badan penis diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal yang
berwarna putih, disebut tunica albugenia. Tunica albugenia yang mengelilingi corpus
carnevosum penis lebih tebal. Bagian ujung atau glan penis (Gambar 2-5) terletak
bebas di dalam preputium, tersusun dari corpus sponggiosum glandis. Permukaan

Universitas Gadjah Mada


glan penismengandung ujung-ujung saraf sensoris dan lubang keluar yang disebut
orificium urethrae.
Preputium adalah suatu invaginasi berganda dari kulit yang berisi dan
menyelubungi bagian betas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi badan
penis caudal dari glan penis sewaktu ereksi. Preputium melindungi penis dari
pengaruh luar dan kekeringan. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputii
bertaut denagn penis tepat caudal dari gland penis. Dinding preputium dilapisi oleh
epitel kelenjar yang mensekresikan cairan berlemak. Cairan kental berlemak tersebut
bercampur dengan reruntuhan sel epitel yang mati dan bakteri pembusuk dan sering
berbau tidak enak, disebut smegma preputii.

Gambar 2-4. Irisan melintang dari testis sapi jantan (bull) dan kuda jantan (stallion)
dengan menampakan corpus cavemosum penis dan corpus spongiosum penis
(Sorensen, 1979)

Universitas Gadjah Mada


Gambar 2-5. Diagram komparatif bentuk glan penis pada sapi, domba, kuda dan babi
(Hafez, 1983)

Penutup Topik Pembelajaran


a. Tes formatif dan kunci tes formatif

Soal
1. Sebutkan embrional alat reproduksi hewan jantan beserta perkembangannya pada
fase diferensiasi!
2. Sebutkan macam alat reproduksi hewan jantan beserta fungsinyal.
3. Buatlah diagram alat reproduksi sapi jantan!
4. Apa yang dimaksud dengan
a. Descencus testiculorum
b. Flexura sigmiodea
Jelas beserta contohnya pada hewan temak!.

Kunci
1. Gonad bagian akan berkembang menjadi testes, tubulus mesonephros berkembang
menjadi vasa eferensia (duktulic efferentes). Duktus mesonephros akan
berkembang menjadi duktus epididymisdan duktus deferen (bermuara pada sinus
urogenitalis), bagian ujung duktus mesonephos akan berkembang menjadi kelenjar
vesikularis. Sinus urogenitalis pada hewan jantan berkembang menjadi urethra
kelenjar prostata dan kelenjar bulbourethralis

Catalan:
Untuk dapat menjawah pertanyaan ini secara detail dan benar mahasiwa disarankan
mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 membaca buku acuan (Austin and
Short, 1987 , Book II)

2. Alat-alat reproduksi hewan jantan terdiri dari:


a. Testis
b. Saluran reproduksi hewan jantan terdiri dari:
 Epididymis
 Duktus deferen
 Urethra

Universitas Gadjah Mada


c. Kelenjar kelamin tambahan : Kelenjar vesicularis, kelenjar prostata dan
kelenjar bulbourethralis
d. Penis
Catatan:
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan henar mahasiwa disarankan
mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 dan ke 3. Disamping itu mahasiwa
disarankan untuk membaca buku acuan (Cupps, 1991, Hale:, 1983,. Joe Bearden and
Fuquay, 1980)
3. Silahkan lihat dan pelajari pada buku Joe Bearden and Fuquay, 1980

4. a. Descencus testiculorum adalah turunnya testis dari rongga perut masuk ke dalam
scrotum.
b. Flexura sigmiodea adalah bangunan yang berbetuk S yang merupakan bentuk
penis pada saat tidak ereksi.
Catatan
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara detail dan henar mahasiwa disarankan
mengikuti kuliah tatap muka pada minggu ke 2 dan ke 3. Disamping
itu mahasiwa disarankan untuk membaca buku acuan (Cupps, 1991, Hale:, 1983,. Joe
Bearden and Fuquay, 1980)

c. Petunjuk penilaian dan umpan batik


Pada saat mengerjakan latihan soal-soal terformatif usahakan mahasiswa
mengerjakan tanpa melihat buku acuan ataupun bahan ajar. Hal ini sangat penting
untuk mengetahui pemahaman mahasiswa pada topik yang diberikan tersebut.
Apabila mahasiswa tidak dapat menjawab lebih dari 50% soal-soal teresbut
sebaiknya mahasiswa mengulang belajar lagi dan mahasiswa tidak melanjutkan
pada topik pembelaran pada minggu berikutnya. Demikian seterusnya sehingga
mahasiswa dapat menjawab lebih dari 75% dari latihan soal-soal tersebut.
Apabila mahasiswa selain dapat menjawab pertanyaan soal-soal tesebut
diatas dengan bahan-bahan penunjang lainnya di luar yang diberikan dalam kuliah
ataupun bahan ajar maka mahasiswa akan mendapatkan nilai bonus.

d. Tindak lanjut
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikunya
apabila sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga

Universitas Gadjah Mada


diperbolehkan membaca informasi yang berkaitan dengan topik ini lewat internet
untuk kemudian kita bahas bersama-sama pada saat diskusi di kelas. Mahasiswa
dapat membandingkan dan menyimpulkan perbedaan sistem alat reproduksi hewan
jantan dan betina apabila mahasiswa mengikuti topik pada mingguberikutnya. Untuk
pembahasan topik pembentukan sperma (spermatogenesis) dan transprtasinya
dalam saluran reproduksi hewan betina mahasiswa dapat mengikuti kuliah tatap
muka pads minggu ke 13, 14 dan 15.

Daftar Pustaka

Arthur, G.E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction and
Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere
Tindall, London.
2nd
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, edition, Book I: Germ
cell and Fertilization, Cambridge University Press, Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
II: Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press,
Cambridge
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press,
Cambridge.
Cupps, PT., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic Press Inc,
London.
Hafez, E.S.E., 1983, Reproduction in Farm Animals, 6th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia.
Joe Bearden, H. and J.W. Fuquay, 1980, Applied Animal Reproduction, Reston
Publishing Company Inc., Virginia.
Sorensen, 1979, Animal Reproduction: Principles and Practise, McGraw-Hill, New
York.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai