Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN

Diniya Siwi
102019076
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat-11510
diniya.102019076@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak :
Berhubungan dengan sesama makhluk hidup adalah suatu yang biasa kita jumpai di ruang
lingkup kita. Hubungan tersebut biasa dikenal dengan komunikasi. Komunikasi mempunyai arti
yang luas dengan intinya adalah hubungan antara satu individu dengan individu yang lainnya.
Tujuan berkomunikasi ini sebagai media penyampaian pendapat atau menerima pendapat. Dalam
komunikasi juga memiliki sifat timbal balik antar lawan bicara, seperti memberi umpan dan
mengumpan balik. Komunikasi yang baik bisa dicapai dengan adanya dukungan antar lawan
bicara, sikap menghargai dan toleransi, menjawab dengan jelas, dan memahami satu sama lain.

Abstract :
Connecting with fellow living beings is a creature that we usually encounter in our
participation space. This relationship is commonly known as communication. Communication has
broad meaning with the essence is the relationship between one individual with another individual.
The purpose of this is to talk as a media for expressing opinions or accepting opinions. In
communication also has the reciprocal nature of the interlocutor, such as giving advice and
feedback. Good communication can support with the other person, winning and supporting
attitude, answer clearly, and answer one another.

Pendahuluan
Pada hakikatnya, manusia merupakan seorang dan sekelompok individu social. Sosial disini
diartikan sebagai bahwa manusia hidup berdampingan dengan individu lain untuk berkomunikasi
dan bersosialisasi. Masyarakat saat ini sangat membutuhkan banyaknya komunikasi. Bukan hanya
untuk mempererat hubungan antar sesama tetapi juga dalam bisnis, pendidikan, jual beli, dan lain

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 1


– lain. Banyak cara untuk berkomunikasi, bukan hanya bertemu dan melakukan kontak mata,
sekadar menggunakan teknologi saat ini penyampaian pesanpun dapat tersampaikan atau disebut
juga komunikasi satu arah. Tetapi komunikasi satu arah ini tidak dapat tersampaikan secara mutlak
sebagaimana dilakukan komunikasi dua arah.
Bersosialisasi dan berkomunikasi yang baik harus dilakukan setiap manusia agar hubungan
mereka tetap terjaga dan tidak ada kesalahpahaman. Pentingnya berkomunikasi dengan baik
adalah bagian dari kehidupan yang baik. Berbagai bidang pun menerapkan komunikasi dengan
baik, salah satunya adalah pelayanan kesehatan. Dimana pelayanan kesehatan tersebut sangat erat
berada di ruang lingkup kita. Dengan adanya pelayanan ini, berbagai keluhan kesehatan dapat
teratasi dengan baik melalui komunikasi yang baik juga. Tidak hanya dokter, pasien pun wajib
melakukan timbal balik dalam berkomunikasi dengan dokter. Menjelaskan keluhan dengan
terperinci, jelas, dan tidak rancu.
Sebagai seorang dokter yang tentunya memiliki ilmu yang cukup banyak dan proses
pembelajarannya sepanjang masa, tidak boleh lalai dalam bertindak dan berucap. Hak dan
kewajiban seorang dokter hendaklah dipatuhi dan diikuti agar proses pelayanan kesehatan ini dapat
berjalan dengan baik dan tidak ada kesalahpahaman. Peraturan tingkah laku seorang dokter dalam
menghadapi pasien diatur didalam sebuah aturan yang bernama KODEKI. Jika dokter tersebut
lalai, akan dikenakan sanksi berupa pelanggaran etika, disiplin, ataupun hukum. Sanksi diberikan
sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.
Seorang pasien pun memiliki hak dan kewajiban. Walaupun hanya seorang pasien yang
hanya mengeluhkan keadaan pada dokter, pasien tetap memiliki aturannya sendiri. Pasien boleh
menggunakannya jika ada salah satu kawajiban dokter yang tidak diberikan pada pasien. Tetapi
dalam hal ini, pasien juga tidak boleh semena – mena melakukan segalanya kepada dokter. Dokter
hanyalah seorang perantara dan tetap memiliki salah selayaknya manusia biasa.
Melalui makalah yang saya buat ini saya berharap pembaca dan pelaku dan memahami
pentingnya suatu komunikasi yang baik dalam kehidupan sosial ini.

Konseling

Sunaryo mengemukakan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang
bersifat membantu, makna bantuan itu sendiri yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain
agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu menghadapi krisis-krisis yang

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 2


dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi fasilitatif yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. ( Bambang Ismaya, 2015).

Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam


bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya
bersifat kognitif dan dangkal, tetapi juga melibatkan semua unsur kepribadian dari keuda belah
pihak yang meliputi: pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain.
Dalam proses konseling kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal
ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia.

Khusus di sekolah Boy dan Pins (Depdikbud, 1983:14) menyatakan bahwa tujuan
konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya
membantu siswa maju dengan cara posiif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan
memanfaatkan sumbersumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah dan
akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbullah pada diri siswa reorientasi positif
terhadap kepribadian dan kehidupannya.1

Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang
sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan
dalam membantu penyeles4aian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat
mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien sama-
sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa
dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang menanganinya melakukan yang
terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih
baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa
masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan kesembuhan pasien. (Rusmana, 2009;
Hardjodisastro, 2010).2

Komunikasi Dokter Pasien merupakan landasan yang penting dalam proses diagnosis,
terapi maupun pencegahan penyakit. Komunikasi terjadi melalui penyampaian pesan dari
pengirim kepada penerima. Pesan merupakan suatu arti (ideas dan feeling) yang diperoleh

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 3


seseorang dari orang lain, suatu kegiatan, ruangan atau apa saja yang berhubungan dengan orang
tersebut. Komunikasi Dokter Pasien harus dijaga dan dipelihara oleh kedua belah pihak supaya
terjalin dengan baik dalam rangka memperoleh meaning tersebut.3

Komunikasi dokter pasien dapat dilakukan dengan du acara, yaitu komunikasi verbal dan
non – verbal. Berikut penjelasannya :

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara
terapeutik.

A. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Kata kata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.

B. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara
yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Dokter perlu menyadari
pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. 4

Empati Dan Simpati

Taufik (2012) mendefinisikan empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa
yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain tanpa
yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya.5 Empati dapat diartikan dengan sebagaimana kita
memahami perasaan orang lain atau lawan bicara kita dan mendalami perasaannya tetapi tidak
ikut larut dalam kesedihan. Hanya sebatas memberikan kepedulian dan merasakan bahwa apa
yang lawan bicara kita rasakan. Karena sebagian prang pun ingin di mengerti dan ingin di bela
dalam urusan perasaan.

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 4


Simpati dapat diartikan juga sebagaimana kita memahami perasaan lawan bicara kita dan
mencerna lebih dalam hingga larut dalam kesedihan atau perasaan yang dialami lawan bicara.
Sikap ini tentu saja tidak diperbolehkan bagi seorang pelayan kesehatan khususnya dokter. Jika
seorang dokter memberikan simpati berlebihan kepada pasien, dokter tersebut sudah kehilangan
kemandiriannya dan tidak dapat dikatakan sebagai pekerja professionalisme. Karena prinsip
professionalism ini sendiri berkaitan dengan pekerjaan dokter yang diharuskan tetap dalam
kemandiriannya dan tidak terpengaruh walaupun dalam keadaan apapun. Dokter hanya bisa
memberika empati kepada setiap pasien tetapi tidak larut dalam perasaan yang berlebihan.

Sikap Profesional

Perilaku profesional dalam kedokteran merupakan tindakan dari pelaksana medis yang
dapat diamati dan sesuai dengan standar etika yang berlaku. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
di salah satu institusi pendidikan kedokteran Indonesia menunjukkan bahwa komponen perilaku
dalam profesionalisme kedokteran yang berlaku memiliki kesamaan dengan komponen perilaku
profesional yang dinyatakan oleh beberapa ahli di seluruh dunia.6

Seorang dokter bekerja secara aturan yang berlaku di hukum kedokteran. Profesionalisme
pekerjaan ini dilakukan paad saat pasien datang dan diperiksa oleh dokter mulai dari ujung rambut
hingga ujung kaki. Dengan adanya pemeriksaan kita dapat menyimpulkan diagnosis yang di derita
pasien.

Skenario

Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan dislokasi sendi bahu
kanan serta memar dan lecet pada pergelangan tangan kanan. Pasien mengatakan bahwa ia cedera
karena lengannya ditarik-tarik oleh pacarnya ketika mereka bertengkar. Pasien merasa tidak
berharga dan mempertanyakan hidupnya karena pacarnya sekarang menggunakan ganja akan
meninggalkannya, sementara ia sudah tidak perawan.

Analisa Data

Terdapat seorang perempuan yang sedang mengalami luka fisik yang disebabkan oleh sang
pacar. Menurut perempuan ini, ia mengalami kejadian ini karena pacarnya yang melakukan ini
padanya. Lalu ia bercerita ke dokter bahwa pacarnya melakukan ini kepadanya. Sebagai seorang

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 5


dokter atau bisa dikatakan sebagai konselor, bahwa kita harus membimbing dan menguatkan
pasien dan pasien tetap memiliki hak untuk memberikan keluhannya atau menceritakan kepada
dokter tanpa dokter minta. Karena ini adalah hak pasien sebagaimana kita pelajari sifat beneficence
dan jika pasien tidak ingin menceritakan lebih lanjut keluhannya sebaiknya tetap menghargai
privasinya sebagaimana kita pelajari juag di sifat autonomy.

Sifat empati yaitu memberikan perhatian tetapi tidak larut dalam perasaan. Komunikasi ini
berlangsung dua arah dan terjadi di puskesmas. Jadi bukan hanya verbal saja yang dilihat, tetapi
dokter juga melihat non verbalnya dari gerakan tubuh, intonasi berbicara pasien dan pakaian yang
dikenakannya. Dokter memiliki sifat tidak menghamiki pasien. Walaupun pasien ini dalam
keadaan sakit atau luka – luka tetap saja dokter tidak di izinkan mengambil keputusan secara
sepihak.

Pemeriksaan pasien ini juga termasuk ke dalam sifat professionalisme dokter.

“…mengalami luka fisik yang disebabkan..”

Dalam pemeriksaan dokter dilakukan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mengapa ? untuk
mendapatkan diagnosis dan setiap gejalsa atau sesuatu saat pemeriksaan di catat atau disebut juga
dengan rekam medis. Penggalan skenario tersebut menunjukan bahwa kita tetap wajib melakukan
pemeriksaan walaupun pasien tersebut sudah menjelaskan mengapa ia bisa terluka. Disinilah letak
professionalism seorang dokter, tidak langsung menanggapi keluhan pasien tetapi harus tetap
memeriksanya sesuai dengan standar pelayan.

Dokter di skenario ini tidak berdampak langsung kepada pasien. Pasien ini memiki masalah
langsung dengan sang pacar sehingga sang pasien ini menceritakan sedikit keluhannya kepada
dokter.

“…pacarnya sekarang menggunakan ganja ”

Penggalan skenario tersebut menunjukan bahwa pacarnya menggunakan ganja. Dimana ganja itu
menyebabkan kanker paru karena asap ganja mengandung banyak karsinogen sama dengan asap
tembakau (Halla & Degenhardt, 2014). Perokok ganja juga terkait dengan radang pada saluran
nafas yang besar, peningkatan hambatan jalan nafas, hiperinflasi paru, perokok ganja lebih

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 6


cenderung mengalami gejala bronkitis kronis daripada bukan perokok, peningkatan tingkat infeksi
pernafasan dan pneumonia (Volkow, et al., 2014).

Makadari itu tidak diperbolehkan mengkonsumsi ganja. Ganja termasuk golongan narkotika
tingkat I dimana menyebabkan ketergantungan dan tidak dapat digunakan dalam terapi
pengobatan.

“…Pasien merasa tidak berharga dan mempertanyakan hidupnya”

Penggalan skenario ini membahas juga tentang bagaimana dokter menanggapi keluhan pasien.
Secara pelayanan, dokter harus ber-empati kepada pasien dengan mendengarkan keluhan pasien,
memperdulikannya, dan tidak memandang secara sepihak kepada pasien. Empati disini juga
menegaskan agar dokter tidak larut dalam masalah sang pasien, karena jika larut dalam keadaan,
dokter akan kehilangan kemandiriannya dalam bekerja dan kehilangan jadi diri sebagai seorang
dokter yang dimana seorang dokter memiliki sikap yang normal namun tetap memperdulikan.

Sasaran pembelajaran
1. Mampu memahami maksud dan tujuan dari konseling
2. Mampu memahami dan menerapkan komunikasi empati dokter pasien
3. Mampu memahami komunikasi verbal dan non verbal
4. Mampu memahami perbedaan simpati dan empati
5. Mampu menerapkan kerja professionalisme
6. Mampu mengetahui tujuan pasien datang ke dokter
7. Mampu menerapkan berpikir kritis dan tidak menghakimi

Datar Pustaka

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28


2. Syafaruddin., dkk. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Medan: Perdana publishing;
2019
3. Upaya Komunikasi Interpersonal Kepala Desa Dalam Memediasi Kepentingan Pt. Bukit
Borneo Sejahtera Dengan Masyrakat Desa Long Lunuk. 2016. Available from:
ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id
4. Ellis, R. B. (2000). Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan Teori dan Praktik.
(Setiawan & Susi P (Eds.) Jakarta: EGC

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 7


5. Justisiani Indah Eka. Persepsi Masyarakat Tentang Bentuk Komunikasi Verbal Dan
Komunikasi Nonverbal Pada Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. 2016. ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id
6. Taufik. Empati: pendekatan psikologi sosial. Jakarta: Raja Grafindo. 2012
7. Purnamasari, CB. Persepsi instruktur laboratorium keterampilan klinik dan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tentang definisi komponen perilaku dalam
profesionalisme [Thesis]. Yogyakarta (Indonesia): Universitas Gadjah Mada; 2014.
8. Luh Nyoman AA. Gangguan Psikotik Pada Penggunaan Ganja. Denpasar. 2017.

KOMUNIKASI EMPATI DOKTER PASIEN 8

Anda mungkin juga menyukai