Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN GERONTIK

“Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Penyakit System Pencernaan: Gastritis”

Dosen Pengampu:

Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep.

Fatimah, S.Kp., M.Kep., Ns. Sp.Kep.Kom.

DISUSUN OLEH :

Cicih Kartika 1032161007

Nanda Putiharsyani 1032161012

Meivitha Delina 1032161026

Arif Efendi 1032161034

Nuraulia Hanifunissa 1032161043

Lisna Dwikurnianti 1032161052

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gerontik dengan
judul “Sistem Pencernaan: Gastritis”. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Jakarta, 18 Oktober 2019.

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN............................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 6

BAB II ................................................................................................................................. 7

TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 7

2.1 Konsep Lansia ..................................................................................................... 7

2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 7

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................................ 8

2.1.3 Perubahan Pada Lanjut Usia ....................................................................... 8

2.2 Gastritis Pada Lansia ........................................................................................... 9

2.3 Konsep Gastrtis ................................................................................................. 10

2.3.1 Definisi Gastritis ....................................................................................... 10

2.3.2 Klasifikasi Gastritis ................................................................................... 11

2.3.3 Etiologi ...................................................................................................... 11

2.3.4 Manifestasi klinis ...................................................................................... 13

2.3.5 Patofisiologi .............................................................................................. 13

2.3.6 Pathway ..................................................................................................... 15

2.3.7 Pemeriksaan penunjang ............................................................................. 16

2.3.8 Penatalaksanaan ........................................................................................ 16


2.3.9 Komplikasi ................................................................................................ 17

BAB III.............................................................................................................................. 18

Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 18

3.1 Pengkajian ............................................................ Error! Bookmark not defined.

3.1.1 Pengkajian Umum ........................................ Error! Bookmark not defined.

3.1.2 Pengkajian Khusus ....................................... Error! Bookmark not defined.

3.1.3 Pengkajian Status Fungsional....................... Error! Bookmark not defined.

3.1.4 Pengkajian Status Kognitif ........................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................... Error! Bookmark not defined.

3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 42

BAB IV ............................................................................................................................. 44

PENUTUP ......................................................................................................................... 44

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 44

4.2 Saran.................................................................................................................. 44

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 45


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif.

Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami penurunan
fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari gigi yang
ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk
peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus
untuk membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai
individu dalam suatu komunitas.

Gangguan pencernaan dan intoleransi makanan sering terjadi pada orang tua karena motilitas
lambung yang menurun, sekresi lambung yang kurang, dan waktu pengosongan lambung
yang lebih lambat. Orang yang lebih tua sering mencoba mengatasi masalah ini dengan
menggunakan antasida atau membatasi asupan makanan, tetapi kedua strategi tersebut
berpotensi membuat terjadinta malnutrisi. Malnutrisi adalah ancaman potensial dan serius
bagi orang lanjut usia, itu harus dipantau secara ketat.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini termasuk berkurangnya sensasi rasa
dan bau, berkurangnya kemampuan pengunyahan, peristaltik yang lebih lambat, penurunan
kontraksi rasa lapar, berkurangnya sekresi asam lambung, berkurangnya penyerapan nutrisi
karena berkurangnya aliran darah usus, dan penurunan sel-sel permukaan penyerap usus.
Efek dari obat-obatan dapat berkontribusi pada malnutrisi, memperkuat pentingnya
menggunakan cara nonfarmakologis untuk mengatasi kondisi kesehatan bila memungkinkan.
Faktor-faktor sosial ekonomi yang berkontribusi terhadap kekurangan gizi juga harus
dipertimbangkan.

Cara lain untuk mengelola masalah ini harus digali. Misalnya, perawat dapat menyarankan
makan beberapa kali dalam porsi kecil daripada tiga kali dalam porsi besar. Ini tidak hanya
menyediakan jumlah makanan yang lebih sedikit untuk dicerna pada satu waktu, tetapi juga
membantu mempertahankan kadar glukosa darah yang lebih stabil sepanjang hari.
Menghindari atau membatasi makanan yang digoreng mungkin bermanfaat, karena lebih
mudah untuk mencerna makanan yang dipanggang, direbus, atau dipanggang.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui konsep lansia
2. Mengetahui klasifikasi lansia
3. Mengetahui perubahan pada lansia
4. Mengetahui gastritis pada lansia
5. Mengetahui konsep gastritis
6. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gastritis
7. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada lansia dengan gastritis
8. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada lansia dengan gastritis
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun
psikologi (Nugroho, 2013).

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2013) mengatakan
bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
di derita. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami
kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua
itu merupakan kombinasi dari bermacammacam factor yang saling berkaitan yang dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Iknatius,
2013).
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2015), usia lanjut meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.


2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.1.3 Perubahan Pada Lanjut Usia

Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan psikososial pada lansia.

1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi antara lain penurunan sistem muskuloskeletal, sistem
persarafan, gangguan pendengaran danpenglihatan, sistem reproduksi. Penurunan
kemampuan pada sistem muskuloskeletal akibat digunakan secara terus-menerus
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot,
atropi dan penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan densitasnya,
penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan penghubung yang
menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti gangguan gaya berjalan (Santoso &
Rohmah 2011).
2. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial dapat terjadi akibat adanya penyakit kronis, gangguan panca indra
seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak sehingga intensitas hubungan lansia
dengan lingkungan sosialnya berkurang karena lansia lebih banyak berada di rumah.
Bahkan dapat timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosialnya ini (Nugroho,
2014).
3. Penurunan Fungsi Kognitif
Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga pada kognitif, karena
fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan pada struktur dan fungsi organ otak,
penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada
otak akibat penuaan menyebabkan penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf
panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit memori,
gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada orang di atas umur 65 tahun (Nugroho, 2014).

2.2 Gastritis Pada Lansia

Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan, akibat proses ini lansia mengalami
kemunduran, kelemahan manusiawi dan sosial. Karena proses penuaan orang lansia memiliki
kebutuhan hidup agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lansia antara lain
kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi
rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan
semua orang dalam segala usia, dan kebutuhan akan nutrisi yang seimbang (Darmojo, 2006).

Pada masyarakat awam sering dijumpai pemberian nutrisi pada lansia yang tidak sesuai
dengan keadaan fisik dan kebutuhan lansia. Ada beberapa fenomena yang lazim dikeluhkan
oleh lansia berkaitan dengan proses penuaan khususnya pada sistem pencernaan, misalnya
kesulitan mengkonsumsi daging dan makan-makanan keras akibat terganggunya fungsi gigi
dan gusi. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan
mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti kembung, perasaan
tidak enak di perut, dan sebaginya, seringkali disebabkan makanan yang kurang bisa dicerna
akibat menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada lansia pada sistem pencernaan.
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua. Namun seringkali asimtomatik
atau hanya dianggap sebagai akibat normal proses menua. Seandainya fenomena-fenomena
diabaikan secara terus-menerus lambat laun akan memperburuk kondisi lansia, misalnya
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir
dengan syock hemoragik, (Wirakusumah, 2001).

Tingginya angka kejadian gastritis pada lansia dikarenakan, penurunan fungsi tubuh dan
ketidaktahuan keluarga tentang gastritis pada lansia yang mengakibatkan ketidakhadiran
peran dan motivasi keluarga yang kurang optimal dalam menyiapkan atau menyajikan
makanan bagi lansia. Akibatnya gastritis sering kambuh pada lansia yang mana akan
mengganggu kenyamanan lansia yang akhirnya menggannggu pekerjaannya sehari-hari
mereka.

2.3 Konsep Gastrtis


2.3.1 Definisi Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit
dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submucosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh factor iritasi dan infeksi.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut.(Hirlan, 2009).

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari Bahasa Yunani yaitu gastro, yang
berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Ada dua jenis
gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik. (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju kedinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut. (Wibowo, 2007).
2.3.2 Klasifikasi Gastritis

Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastritis akut yang sering dijumpai adalah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosive adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
kuat dengan kerusakan-kerusakan erosif.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis
superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal
sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.

2.3.3 Etiologi
1. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat, alkohol,
bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan
dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).
a. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indomestasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi
(Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin.
c. Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
secondary syphilis
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
e. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis

Sedangkan penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan
makanan, minuman.

a. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
b. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen penyebab iritasi
mukosa lambung.

2. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu: infeksi dan
non infeksi menurut (Wehbi tahun 2008 dalam Muttaqin, 2011)
a. Gastritis infeksi
1) H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan penyebab
utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007)
2) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Wehbi, 2008)
a) Infeksi parasit.
b) Infeksi virus.
b. Gastritis non-infeksi
1) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-kira
60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya (Genta, 1996).
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee, 2009)
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder
dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).

2.3.4 Manifestasi klinis

Menurut Mansjoer (2001), manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut
dan gastritis kronik

1. Manifestasi klinik gastritis akut


Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah
satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat
penggunaan obatobatan atau bahan kimia tertentu.
2. Manifestasi klinik gastritis kronik
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri
ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

2.3.5 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan
terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan
produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi. Lapisan mukosa gaster
terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus
vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga
dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2000)
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri (H. pylory) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe
A/tipe B, tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Tipe B (kadang disebut sebagai
gastritis) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini
dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam
lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001)
2.3.6 Pathway

Obat-obatan (NISAD, H. phylori kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)
Melekat pada epitel Menurun produksi
lambung bikarbonat (HCO3)

Mengganggu
pembentukan sawat Menghancurkan Menurun kemampuan
mukosa lambung lapisan mukosa proteksi terhadap
lambung asam

Menurun barrier Menyebabkan difusi


lambung terhadap kembali asam
asam dan pepsin lambung dan pepsin
Kekurangan volume
cairan
Inflamasi Erosi mukosa lambung
Perdarahan

Nyeri epigastrium
Menurun tonus dan Mukosa lambung
peristaltic lambung kehilangan integritas
jaringan
Menurunnya sensori
untuk makan
Refluk isi duodenum
ke lambung
Anoreksia

Mual Muntah

Kekurangan Volume
Nyeri Akut Ketidakseimbangan Cairan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
2.3.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
perdarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan.
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H.pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
a. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar X.
b. Rongent saluran cerna bagian atas.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan bariyum terlebih dahulu sebelum rongent.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirongent.
c. Endoskopi saluran cerna bagian atas

2.3.8 Penatalaksanaan
1. Gastritis akut:
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.
c. Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus lambung yang lain.
2. Gastritis kronis:
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus diperhatikan
ialah penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis
kronik. Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap
pemberian vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya.

2.3.9 Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas(SCBA) berupa hematemesis dan melena
dapat berakhir sebagai syok hemoragic, yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

3.1 PENGKAJIAN
1. Data Biografis
a. Nama Klien : Ny. S
b. Tempat/ Tgl Lahir :Padang/ 10 Maret 1943 (76 Tahun)
c. Jenis Kelamin :Perempuan
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Padang
g. Keluarga terdekat : Recha Panca
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Status pekerjaan saat ini :Pensiunan
b. Pekerjaan sebelumnya :Guru
c. Sumber pendapatan :Purnabakti
3. Riwayat tempat tinggal
a. Kebersihan dan kerapihan ruangan :Rapih
b. Penerangan :Cukup
c. Sirkulasi udara :Cukup
d. Keadaan kamar mandi & WC :Terdapat 2 kamar mandi, keadaan bersih
e. Pembuangan air kotor :Ada
f. Sumber air minum :Beli aqua galon
g. Pembuangan sampah :Tertutup
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :Kembung, Mual,Nyeri perut, Kalua
dipegang perut sakit
2) Gejala yang dirasakan :Mual, Nyeri
3) Faktor pencetus :Sering telat makan
4) Timbulnya keluhan :( ) Mendadak (x ) Bertahap
5) Upaya mengatasi :Ke rumah sakit
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat :Kerumah sakit
7) Mengkomsumsi obat-obatan sendiri :Meminum rebusan daun serai, Sirsak,
Jahe, Mengkudu
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita :Gastritis, Kanker servik
2) Riwayat alergi :Tidak ada
3) Riwayat kecelakaan :Patah kaki kiri tahun 1974 karena tertabrak
mobil (45 tahun yang lalu)
4) Riwayat pernah dirawat di RS :Pernah dirawat dirumah sakit pada saat
menjalani pengobatan kanker servik
5) Riwayat pemakaian obat :Obat nyeri dan Lambung

5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan :Tidak
b. Nutrisi metabolic
1) Frekuensi makan :2x sehari
2) Nafsu makan :Baik
3) Jenis makanan :Sambal, sayur
4) Makanan yg tdk disukai :Ayam
5) Alergi thdp makanan :Tidak
6) Pantangan makanan :Santan
7) Keluhan yg berhubungan dengan makan :Kalau makan sambal sakit lambungnya
kambuh
c. Eliminasi
BAK
1) Frekuensi & waktu :5-8x kalau mengkonsumsi gula
2) Kebiasaan BAK pada malam hari :Tidak
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAK :Tidak
BAB
1) Frekuensi & waktu :1x seminggu
2) Konsistensi :Keras
3) keluhan yang berhubungan dg BAB :Susah BAB
4) pengalaman memakai pencahar :Decolax pil
d. Aktifitas Pola Latihan
1) Rutinitas mandi :2x sehari
2) kebersihan sehari-hari :Baik
3) aktifitas sehari-hari? :Jualan, mengasuh cucu, mencuci dan nyetrika
4) apakah ada masalah dengan aktifitas: Tidak
5) kemampuan kemandirian :Baik
e. Pola istirahat tidur
1) Lama tidur malam :9 jam
2) tidur siang :2-3 jam
3) keluhan yang berhubungan dengan tidur: Jika sudah bangun di malam hari sulit tidur
kembali
f. Pola Kognitif Persepsi
1) Masalah dengan penglihatan :Normal
2) Pakai kacamata :Ya
3) Masalah pendengaran :Terganggu kanan
4) Kesulitan membuat keputusan :Tidak
g. Persepsi diri-Pola konsep diri
1) Bagaimana klien memandang dirinya ( Persepsi diri sebagai lansia) :
2) Bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya :
h. Koping-Pola Toleransi Stress
Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana penanganan terhadap masalah:
kalau merasa stress selalu diingatkan anak untuk tidak memikirkannya
i. Nilai-Pola Keyakinan
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality : menganut suatu agama,
bagaimana manusia dengan penciptanya ), keyakinan akan kesehatan, keyakinan
agama

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :compos mentis
b. TTV : TD: 140/80 mmHg N: S: 36 RR: 20x/menit
c. BB/TB : 52Kg/ 155cm
d. IMT : BB/ TB (m2) : 52/2.40= 21.6 (normal)
e. Kepala dan leher
1) Bentuk kepala : simetris, lonjong
2) Kulit kepala : Bersih
3) Rambut : Putih, Panjang, Bersih, Tidak lesi
4) Massa: tidak ada
5) Nyeri tekan : tidak ada
6) Distribusi rambut : jarang
f. Mata
1) Bentuk : normal, simentris
2) Konjungtiva : Anemis
3) Tanda radang : tidak ada
4) Riwayat operasi :tidak ada
5) Alat bantu : ada Kanan : /Kiri :
6) Respon pupil terhadap cahaya :
g. Hidung
1) Bentuk : normal, simetris
2) Tanda radang : tidak ada
3) Nyeri tekan : tidak ada
4) Perdarahan : tidak ada
5) Sinusitis : tidak ada

h. Telinga : Normal , Simentris,tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,


tidak menggunakan alat bantu peendengaran, terdapat kotoran telinga, tidak ada lesi,
tidak dapat mendengaran pada telinga kanan
i. Mulut dan tenggorokan: normal, simetris,Bersih, gigi tidak lengkap, menggunakan gigi
palsu, bibir kering, warna lidah normal, tidak ada stomatitis, tidak ada lesi dan masa
pada tenggorokan, tidak ada nyeri pada tenggorokan, tidak ada gangguan bicara
j. Leher : terdapat kekakuan, tidak nyeri, tidak ada massa
k. Dada : Simentris, pergerakan dada normal, tidak ada nyeri,tidak ada
massa
1) Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2) Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
l. Payudara dan ketiak : bentuk normal, simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa,
tidak mengalami pembengkakan, tidak ada pembesara kelenjar
m. Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
n. Genitalia
Inspeksi
Palpasi
o. Kuku dan Kulit :
1) Kuku : warna, capillary Refille time
2) Kulit : warna sawo matang, tidak pucat, tugor kulit tidak elastis, keriput,
teraba hangat
p. Ekstremitas Atas :simetris, tidak ada pembengkakan
q. Ekstremitas bawah : tidak simetris pada kaki kiri, tidak ada pembengkakan, ngilu
pada tulang kering kaki kiri
1) Kekuatan otot
5 5
5 3
Hemopoetik Ya Pruritus
Perdarahan / memar Bengkak sekitar mata
Pembengkakan Floater
kelenjar limfe Diplopia
Anemia Kabur
Riwayat tranfusi Fotopobia
darah Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan
mata terakhir
Kepala Ya
Dampak pada aktivitas
Sakit kepala √
sehari-hari
Trauma masa lalu
Pusing √
Gatal Kulit kepala Telinga Ya
Perubahan √
pengdengaran
Leher Ya
Rabas
Kekakuan √
Tinitus
Nyeri / nyeri tekan
Vertigo
Benjolan / massa
Sensitifitas √
pendengaran (kurang
Keterbatasan gerak √
)
Alat-alat prostesa
Mata Ya Riwayat infeksi
Perubahan penglihatan Tanggal pemeriksaan
Kacamata / lensa √ telinga terakhir
Nyeri Kebiasaan perawatan
Air mata berlebihan telinga
Dampak pada aktivitas
sehari-hari

Payudara Ya
Mulut dan Ya
Benjolan atau massa
tenggorokan
Nyeri
Sakit tenggorokan
Bengkak
Lesi atau ulkus
Keluar cairan dari
Perubahan suara
puting susu
Kesulitan menelan
Perubahan pada puting
Perdarahan gusi
susu
Karies atau sudah √
tanggal
Gigi palsu √ Kardiovaskuler Ya

Riwayat infeksi Nyeri dada √

Frekuensi menggosok Palpitasi

gigi Susah bernafas

Masalah gigi palsu Ngilu Dyspnea pada aktivitas


Edema
Varises
Sinus dan hidung Ya
Perubahan pada warna
Rinorea
kaki
Rabas
Epitaksis
Obstruksi Pernafasan Ya

Mendengkur Batuk

Nyeri pada sinus Sesak nafas

Alergi Hemoptysis

Riwayat infeksi Sputum


Mengi Pigmentasi kulit atau √
Asma tekstur
Perubahan rambut √
Polyfagia
Gastrointestinal Ya
Polydipsia
Disfagia
Polyuria
Tidak dapat mencerna
Nyeri ulu hati √
Mual muntah √
Hematemesis Perkemihan Ya
Perubahan nafsu makan √ Dysuria
Ulkus nyeri √ Menetes
Ikterik Ragu-ragu
Benjolan atau massa Hematuria
Perubahan kebiasaan √ Poliuria
defekasi Oliguria
Diare Nokturia
Konstipasi √ Inkontinensia
Melena Nyeri saat berkemih
Hemoroid Batu
Perdarahan rectum Infeksi
Pola defekasi √

Genitoreproduksi Ya
System endokrin Ya wanita
Intoleran terhadap panas Lesi √
Intoleran terhadap Rabas
dingin Dyspareunia
Goiter
Perdarahan pasca Dampak pada aktivitas
senggama sehari-hari
Nyeri pelvic
Sistokel/roktokel/prolaps
System saraf Ya
Penyakit kelamin
Sakit kepala √
Infeksi
Kejang
Masalah aktivitas
Sinkope/serangan
seksual
jantung
Riwayat menopause 45th
Paralisis
(usia, gejala, masalah
Paresis
pasca menopause)
Masalah koordinasi
Tanggal dan hasil pap
Tie/tremor/spasme
paling akhir
Paresthesia
Cidera kepala
Musculoskeletal Ya Masalah memori
Nyeri persendian √
Kekakuan
Psikososial Ya
Pembengkakan sendi
Cemas √
Deformitas
Depresi
Spasma
Insomnia √
Kram √
Menangis
Kelemahan otot
Gugup
Masalah cara berjalan
Takut
Nyeri punggung
Masalah dalam
Protesa
pengambilan keputusan
Kebiasaan
Kesulitan
latihan/olahraga
berkonsentrasi
Stress saat ini
Persepsi tentang
kematian
Dampak pada aktivitas
sehari-hari
APGAR KELUARGA

NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG TIDAK


(2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk 0
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (
temanteman) saya membicarakan sesuatu 2
dengan saya dan mengungkapkan
masalah
saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman
) 2
saya menerima & mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktifitas atau arah
baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga (
temanteman) saya mengekspresikan afek 2
dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya 2

29 |
dan saya menyediakan waktu
bersamasama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 8

Penilaian :

Jumlah 8 berarti tidak terdapat disfungsi keluarga di keluarga Ny.S

30 |
PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF
( SPMSQ )

NO Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ? √
Jawab : jam 17.00
2 Tahun berapa sekarang ? √
Jawab : 2019
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab :
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab :
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu ?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? √
Jawab :
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? √
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? √
Jawab :
TOTAL 10

Analisis Hasil :
Skore benar 10 tidak ada yang salah berarti Fungsi intelektual ny.S utuh

31 |
FORMAT PENGKAJIAN MMSE

NO ITEM PENILAIAN BENAR SALAH


1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? √
2. Musim apa sekarang ? √
3. Tanggal berapa sekarang ? √
4. Hari apa sekarang ? √
5. Bulan apa sekarang ? √
6. Dinegara mana anda tinggal ? √
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? √
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? √
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? √
10. Di desa mana anda tinggal ? √
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11. Foto……………………………………
12. Kipas…………………………………..
13. Jam…………………………………….
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K √
15. A √
16. P √
17. A √
18. B √

4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
Diatas

32 |
19. foto …………………………………………….. √
20. kipas ……………………………………………… √
21. jam …………………………………………….. √
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan √
23. Pensil √

b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ √

c. Perintah tiga langkah


25. Ambil kertas ! √
26. Lipat dua ! √
27. Taruh dilantai ! √

d. Turuti hal berikut


28. Tutup mata √
29. Tulis satu kalimat √
30. Salin gambar √

JUMLAH 30

Analisis hasil :
Nilai 30 yang berarti tidak terdapat kerusakan kogniti

33 |
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL

( Indeks Kemandirian Katz )

NO MANDIRI TERGANTUNG
1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (
seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya √

Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta
tidak mandi
sendiri

2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian,
melepaskan pakaian, √
mengancingi/mengikat pakaian.

Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian

3. Ke Kamar Kecil

34 |
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian
membersihkan genetalia sendiri √

Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan
menggunakan pispot

4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit
dari kursi sendiri √

Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau
kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan

5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri √

Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan

35 |
kateter,pispot, enema dan pembalut (
pampers )

6. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri

Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan √
dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali,
dan makan
parenteral ( NGT )

36 |
SCREENING FAAL
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST

NO Langkah
1 Minta Pasien Berdiri Di Sisi Tembok Dengan Tangan
Direntangkan Kedepan
2 Beri Tanda Letak Tangan I
3 Minta Pasien Condong Kedepan Tanpa Melangkah Selama
1-2 Menit, Dengan Tangan Direntangkan Ke Depan
4 Beri Tanda Letak Tangan Ke Ii Pada Posisi Condong
5 Ukur Jarak Antara Tanda Tangan I & Ke Ii

INTERPRETASI :
USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST

NO LANGKAH
1 Posisi Pasien Duduk Dikursi
2 Minta Pasienberdiri Dari Kursi, Berjalan 10
Langkah(3meter), Kembali Ke Kursi, Ukur Waktu Dalam
Detik

INTERPRETASI :
Score:
≤ 10 detik : low risk of falling
11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of fallin

37 |
SKOR NORTON
(UNTUK MENILAI POTENSI DEKUBITUS)

NAMA PENDERITA: Ny.S

Kondisi fisik umum : Skor


- Baik 4
- Lumayan
- Buruk
- Sangat buruk

Kesadaran :
- Komposmentis
- Apatis 4
- Konfus / soporus
- Stupor / koma

Aktifitas :
- Ambulan
- Ambulan dengan bantuan 4
- Hanya bisa duduk
- Tiduran

Mobilitas :
- Bergerak bebas
- Sedikit terbatas 4
- Sangat terbatas
- Tak bisa bergerak

Inkontines :
- Tidak
- Kadang - kadang

38 |
- Sering Inkontinensia urin 3
- Sering Inkontinensia urin dan alvi

Skor total 19

39 |
GERIATRIC DEPRESSION SCALE

(SKALA DEPRESI)

NO PERNYATAAN YA TIDAK
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? √
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/ √
kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? √
4. Apakah anda sering merasa bosan? √
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? √
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? √
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? √
8. Apakah anda sering tidak berdaya? √
9. Apakah anda lebih sering di rumah daripada pergi keluar dan √
mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunya banyak masalah dengan daya ingat √
anda dibandingkan dengan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir keadaan anda saat ini menyenangkan? √
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? √
13. Apakah anda merasa penuh semangat? √
14. Apakah anda merasa bahwa keadaaan anda tidak ada harapan? √
15. Apakah pikir bahwa orag lain lebih baik daripada keadaan anda? √
JUMLAH 10 5

setiap jawaban yang sesuai mempunyai score “1” (satu)

Skor 5-9 : kemungkinan depresi

Skor 10 atau lebih : depresi

40 |
3.2 Analisa data
Data subjektif Data objektif

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
5. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

41 |
3.4 Intervensi Keperawatan
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Tujuan: 1. Beri pendidikan kesehatan Pengkajian / evaluasi secara periodik
Informasi tepat dan efektif. (penyuluhan) tentang penyakit, beri meningkatkan pengenalan / pencegahan
kesempatan klien atau keluarga untuk dini terhadap komplikasi seperti ulkus
Kriteria Hasil: bertanya, beritahu tentang pentingnya peptikum dan pendarahan pada lambung
obat-obatan untuk kesembuhan klien.
2. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
Klien dapat menyebutkan pengertian,
Memberikan pengetahuan dasar
penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
dimana klien dapat membuat pilihan
pencegahan dan pengobatan.
informasi tentang kontrol masalah
kesehatan. Keterlibatan orang lain
yang telah menerima masalah yang
sama dapat meningkatkan koping ,
dapat meningkatkan terapi dan proses
penyembuhan

42 |
3.5 Implementasi
NO Implementasi Hasil

3.6 Evaluasi

43 |
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan pencernaan sering terjadi pada lansia karena motilitas lambung yang
menurun, sekresi lambung yang kurang, dan waktu pengosongan lambung yang lebih
lambat. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada lansia pada sistem
pencernaan. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung. Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua.
Namun seringkali asimtomatik atau hanya dianggap sebagai akibat normal proses
penuaan. Malnutrisi adalah ancaman potensial dan serius bagi orang lanjut usia, itu
harus dipantau secara ketat, perawat dapat menyarankan makan beberapa kali dalam
porsi kecil daripada tiga kali dalam porsi besar. Ini tidak hanya menyediakan jumlah
makanan yang lebih sedikit untuk dicerna pada satu waktu, tetapi juga membantu
mempertahankan kadar glukosa darah yang lebih stabil sepanjang hari.

4.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan
Gerontik Dengan Gangguan Pencernaan (Gastritis)

44 |
Daftar Pustaka

Nanda Nic-Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis. Edisi Revisi Jilid 2. MediAction: Jogjakarta

Eliopoulos, Charlotte. 2010. Gerontological Nursing. Seventh Edition: US

Diana, Meli, dkk. 2010. Jurnal Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang

Gastritis Pada Lansia Di Desa Ngaban Rw 04, Tanggulangin, Sidoarjo. LPPM


Akademi Keperawatan Kerta Cendekia: Sidoarjo

Martono, hadi & kris pranarka. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta : FK UI
Kholifah, Nur. 2016. Buku Keperawatan Gerontik. Jakarta

45 |

Anda mungkin juga menyukai