Anda di halaman 1dari 20

LK-9 SISTEMATIKA LAPORAN BEST PRACTICE

LEMBAR JUDUL

LAPORAN
BEST PRACTICE
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
DENGAN METODE DIGITAL STORY
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI
DESCRIPTIVE TEXT
PADA SISWA SMP NEGERI 22 GAYUNGSARI BARAT X/38 SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2019

DI SUSUN OLEH :
MOCH. ALI RACHBINI, S.Pd

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 22 SURABAYA
Jl. GAYUNGSARI BARAT X/38 Telp 8290075
HALAMAN PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk best practice Teks Deskriptif melalui pendekatan


Scientific dengan model Project Based Learning di SMP Negeri 22 Surabaya

Nama : Moch. Ali Rachbini, S.Pd


Asal Sekolah : SMP Negeri 22 Surabaya
Telah di setujui dan di sahkan pada/oleh:

Hari : Sabtu
Tanggal : 23 Nopember 2019

Kepala SMP Negeri 22 Surabaya

Akhmat Suharto, M.Pd


NIP. 196111261989031010
BIODATA PENULIS
1 Nama Moch. Ali Rachbini, S.Pd
2 NIP 19690430 200801 1 008
3 NUPTK 2761747650200012
4 Jabatan Guru SMP Negeri 22 Surabaya
5 Pangkat/Gol ruang Penata Tingkat I, III-d
6 Tempat/Tanggal Lahir Surabaya, 30 April 1969
7 Jenis Kelamin Laki-laki
8 Agama Islam
9 Pendidikan terakhir S-1
10 Unit Kerja SMP Negeri 22 Surabaya
11 Alamat Rumah Jl. Abd Rachman 77C Pabean-Sedati Sidoarjo

Surabaya, 23 November 2019


Penulis,

Moch. Ali Rachbini, S.Pd


NIP. 196904302008011008
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Alloh SWT, yang telah memberikan
karunianya sehingga penulis dapat menyeleseikan laporan Best Practice pada
tanggal 23 Nopember 2019.

Dalam penyusunan best practice penulis banyak menerima bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat.

1. Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya


2. Kepala SMP Negeri 22 yang telah memberi ijin, kesempatan, dan
kepercayaan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini seluas-
luasnya.
3. Guru Inti (GI) program PKP 2019 yang telah memberi bantuan selama
proses penelitian sampai dengan terwujud dalam bentuk best practice ini.
4. Semua rekan guru sasaran (GS) wilayah selatan yang memberi dukungan,
doa dan memberi kekuatan dalam setiap langkah.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberi bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan best practice ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
karya ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 23 Nopember 2019


Penulis

Moch. Ali Rachbini, S.Pd


NIP. 196904302008011008
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Jenis Kegiatan
C. Manfaat Kegiatan
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan dan Sasaran
B. Bahan/Materi Kegiatan
C. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan
D. Alat/Instrumen
E. Waktu dan Tenpat Kegiatan
BAB III HASIL KEGIATAN
(menjelaskan hasil yang diperoleh, masalah yang dihadapi dan cara mengatasi masalah
tersebut)
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang Masalah
BAB I
PENDAHULUAN

E. Latar Belakang Masalah


Pesatnya arus informasi dan internet melalui gadget, membuat kehidupan
siswa hari ini yang mulai jenuh kehidupannya diringkas sebagai media digital.
Teknologi digital ketika digunakan dengan tepat dan bermakna menghasilkan hasil
belajar yang berhasil dampaknya pada pembelajaran siswa yang terlibat.
Pengetahuan dan penerapan teknologi siswa menghasilkan keterampilan literasi
untuk era digital abad ke-21. Di berbagai lembaga pendidikan, fungsi produksi
media digital sebagai mekanisme untuk belajar, berekspresi, dan membangun
komunitas dan identitas.
Salah satu contoh dari produksi media digital adalah digital storytelling.
Cerita digital adalah narasi pribadi pendek yang melibatkan gambar (foto, video,
grafik), narasi narasi, dan rekaman suara audio yang direkam. Penelitian ini
mengeksplorasi pengalaman produksi media digital dengan siswa kelas 7 SMP yang
membuat cerita digital untuk proyek jangka menengah dan menawarkan saran
praktis bagi para guru yang mungkin tertarik dalam menguji proses penceritaan
digital. Karena siswa milenium hari ini sangat berhubungan dengan dunia kabel,
saya memutuskan bahwa proyek-proyek ini akan menjadi mekanisme yang
sempurna untuk memotivasi dan melibatkan siswa, dan untuk menciptakan rasa
kebersamaan di kelas bahasa Inggris. Selain itu, dengan perancah dan panduan,
kompetensi empat keterampilan dapat diakses sebagai bagian komponen dari
produksi media: membaca, menulis, dan berbicara untuk narasi teks deskripsi;
mendengarkan dan berbicara untuk praktik pelafalan, intonasi, dan tekanan; dan
mendengarkan ketepatan tata bahasa.
Sebagian besar siswa sekolah menengah pertama di sekolah terbiasa
menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari, mereka digunakan untuk
membuat video berdurasi 1 menit di Instagram, dan juga aplikasi video lainnya, ini
mendorong saya untuk membuat proyek yang terkait dengan gadget dan pelajaran
bahasa Inggris di sekolah, dengan topik yang sesuai.
Keberhasilan pengajaran juga tergantung pada keberhasilan murid dalam
proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan murid tidak hanya tergantung pada
sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode. Akan tetapi guru
mempunyai posisi yang sangat strategi dalam meningkatkan prestasi murid dalam
penggunaan strategi pembelajaran yang tepat.

Banyaknya persiapan yang ingin dilakukan dalam metode pembelajaran


Kurikulum 13 sehingga guru sasaran merasa terbebani dalam memberikan
pembelajaran, dan guru sasaran lebih cenderung untuk menggunakan pembelajaran
langsung.

Oleh karena itu model pembelajaran Kurikulum 13 tersebut perlu


disosialisasikan lebih optimal pada guru sasaran untuk dapat diaplikasikannya dalam
proses pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan supaya guru sasaran tidak tertinggal
dengan inovasi pendidik dengan penerapan model pembelajaran inovatif.

F. Jenis Kegiatan

G. Jenis Kegiatan
Dari penjelasan tentang latar belakang masalah di atas, diketahui bahwa

ruang lingkup penelitian ini meliputi kajian pembelajaran, khususnya pada

Pembelajaran Kurikulum 13 dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada aspek teks

deskripsi.

Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran, merupakan program yang

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam

merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang

berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

Skills/HOTS). Program ini merupakan bagian dari program Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.


H. Manfaat Kegiatan

C. Manfaat Kegiatan

 Membiasakan guru untuk membuat pembelajaran yang berorientasi pada


keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
penilaiannya
 Membiasakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga dapat meningkatkan
kompetensinya
 Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi
akademik
 Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi
akademik dan manajerial.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN


F. Tujuan dan Sasaran

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

G. Tujuan dan Sasaran


a) Mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan.
b) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas peningkatan kompetensi pembelajaran,
di mana kegiatan dilakukan secara terintegrasi dalam satu area wilayah
dengan mempertimbangkan jarak, akses, dan volume guru yang ikut serta.
c) Memudahkan dalam melakukan pemetaan kompetensi, kinerja, serta aktivitas
guru.
d) Memudahkan dalam melakukan pembinaan terhadap program peningkatan
kompetensi guru sesuai dengan hasil pemetaan yang dilakukan.
e) Memudahkan dalam melakukan supervisi dan koordinasi peningkatan
kompetensi pembelajaran.
f) Sasaran Program PKP Berbasis Zonasi adalah peserta didik melalui guru pada
semua jenjang satuan pendidikan mulai dari TK/TKLB, SD/SDLB,
SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK/SMKLB.
H. Bahan/Materi Kegiatan

I. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi
Kelas VII untuk tema teks deskripsi
Bahasa Inggris Kelas VII
3.7.1 membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
beberapa teks memberi dan meminta informasi terkait dengan
KD 3.7
deskripsi orang, binatang, dan benda sangat pendek dan sederhana,
sesuai dengan konteks penggunaannya
4.7. Teks Deskriptif
4.7.1 Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan teks deskriptif lisan dan tulis, sangat
pendek dan sederhana, terkait orang, binatang, dan benda
KD 4.7
4.7.2 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis sangat pendek dan
sederhana, terkait orang, binatang, dan benda, dengan
memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan,
secara benar dansesuaikonteks dan sesuai konteks.

J. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan

K. Cara Melaksanakan Kegiatan


Pelaksanaa kegiatan ini di atur dalam SIM PKB bagi tenaga pengajar yang
berkesempatan mendapatkan undangan dalam bentuk email maka peserta
mempunyai hak untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan
pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran project based learning
(PBL).
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah
dilakukan penulis.
1. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII.
Melalui teks khusus unit 2, materi descriptif text.
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
3. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan.
Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII, peulis memilih tema
Descriptive teks untuk membelajarkan pasangan KD 3.7-4.7 di kelas VII
semester 2.
4. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
5. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

IPK Bahasa Inggris Kelas VII


3.7.1 Mengidentifikasi fungsi sosial deskriptif teks
3.7.2 Mengidetifikasi struktur deskriptif teks
3.7.3 Mengidentifikasi unsur kebahasaan deskriptif teks
KD Menangkap makna secara kontekstual terkait dengan fungsi sosial
4.7 deskriptif teks
Menangkap makna secara kontekstual terkait dengan fungsi sosial
deskriptif teks
Menangkap makna secara kontekstual terkait dengan unsur kebahasaan
deskriptif teks

L. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan ini di laksanakan pada pada 20 Nopember hingga 22 Nopember 2019,
tempat kegiatan praktik di SMP Negeri 22 Surabaya.
C. METODE/CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecapakan Abad 2l


di dalam proses pembelajaran. Karena K-13 mengamanatkan penerapan
pendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu optimalisasi
peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad 21dan HOTS (Higher Order
Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu
dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model, strategi, metode,
dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar {KD) agar tujuan
pembelajaran tercapai.Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai
pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21- kepada peserta didik, yaitu
4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking
and problem solving, dan {4} Creative and lnnovative. Berdasarkan Taksonomi
Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu
dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1
(mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills)
yaitu C3 {mengaplikasikan) dan C-4 {mengalisis), tetapi juga harus ada
peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5
(mengevaluasi), dan C-5 (mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik,
pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan)
SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.Melalui berbagai pelatihan atau
bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan selama ini diharapkan
mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan kompetensi guru dalam
pembelajaran, Pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 {4C), HOTS,
integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal
yang baru bagi guru. Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut
dilakukan, hanya dalam K-13 lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada
PBM, dan hasilnya dilakukan melalui penilaian otentik yang mampu mengukur
ketercapaian kompetensi siswa.
D. Alat/lnstrumen
1. Sebelum mengantarkan proyek cerita digital ke ruang kelas, guru perlu memiliki
persepsi yang lebih baik tentang proses produksi dan kemungkinan kekecewaan yang
mungkin dialami siswa ketika mengerjakan proyek ini. Jadi guru membuat produksi
media pertama nya, sebuah kisah digital tentang liburan keluarga. Multimodalities dari
produksi media itu terdiri dari tiga lapisan komponen: (1) narasi sulih suara, (2) gambar
diam (foto), dan (3) trek suara audio. Setelah guru memilih foto-foto, guru
menggunakan storyboard untuk mengoordinasikan setiap foto dengan teks naratif
khusus untuk sulih suara. Mengikuti storyboard membantu guru merencanakan dan
mengatur cerita visual, yang dengan jelas menunjukkan interaksi gambar dan skript, dan
pada saat yang sama memperjelas urutan. guru merekam sulih suara, menyempurnakan
produksi, dan kemudian merekam lapisan terakhir dari trek suara audio. Dari awal
hingga akhir, kisah digital guru membutuhkan waktu produksi 4 jam. Merekam sulih
suara adalah aspek yang paling membuat frustrasi dari produksi media digital. Untuk
sulih suara pertama, guru merekam pada hari yang berbeda dan menemukan bahwa
suara guru terdengar seperti dua orang yang berbeda, jadi guru harus merekam lagi dan
lagi pada hari yang sama untuk konsistensi nada, intonasi, dan tekanan. Namun, guru
dapat mengambil frustrasi nya dan mengubahnya menjadi saran bagi siswa untuk
meluangkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan narasi narasi yang jelas dan
konsisten.
2. Ketika cerita digital nya selesai, guru menggeser fokus untuk membuat jadwal waktu
untuk membimbing siswa melalui proses produksi; guru juga merancang rubrik
penilaian terperinci untuk mengevaluasi multimodalitas produksi. guru menciptakan
berbagai rubrik yang berfokus pada keterampilan akademik, kemampuan linguistik, dan
kreativitas teknis untuk menilai kinerja dan upaya siswa. Rubrik ini terbukti terlalu
ambisius, dan tidak ada waktu yang cukup untuk umpan balik terperinci semacam ini,
jadi saya merancang versi singkat yang bekerja dengan baik untuk waktu kelas yang
diberikan. Pada titik ini, guru siap untuk mengambil proyek cerita digital ke dalam
kelas.
3. Proyek cerita digital dilakukan dengan kelas 38 siswa SMP dalam program bilingual
kelas 7. Tujuan dari proyek cerita digital adalah empat kali lipat: (1) untuk
meningkatkan kompetensi empat keterampilan; (2) mengalami kolaborasi; (3) untuk
memperluas literasi komputer; dan (4) untuk membangun kepercayaan diri. Mengenai
pemilihan topik, sebagian besar siswa memilih kehidupan sehari-hari di sekolah atau di
rumah misalnya, tentang teman atau keluarga. Berkenaan dengan timeline proyek,
proyek cerita digital seperti yang kami lakukan mencakup 2 minggu. Selama waktu ini,
guru menetapkan tenggat waktu individu untuk penyelesaian teks deskriptif dan
pemilihan gambar dan trek suara; jika tidak, siswa menyelesaikan tugas secara mandiri
selama pembelajaran. Guru memeriksa setiap beberapa minggu untuk melihat
perkembangan siswa, terutama di sekitar tenggat waktu tugas.
4. Setelah teks dekripsi selesai, proses penulisan berlanjut dengan siswa yang
berpartisipasi dalam serangkaian suntingan rekan yang dalam kasus kami menghabiskan
sekitar dua jam waktu kelas. Untuk draft pertama dan kedua, siswa berpasangan
membagikan komentar dan saran mereka untuk teks deskripsi satu sama lain,
menargetkan penggunaan bahasa dan koreksi tata bahasa. Untuk draft ketiga, karena
guru memiliki kelas yang relatif kecil, guru dapat membantu mengedit dan merevisi
teks tertulis, dan dari draft ini, para siswa menyiapkan draft keempat dan terakhir untuk
produksi sulih suara, menghilangkan kebutuhan akan rubrik kategori penggunaan
bahasa dan tata bahasa. Termasuk revisi, siswa di kelas ini mungkin menghabiskan
sekitar dua hingga tiga jam di luar kelas menulis teks deskripsi.
5. Mempertimbangkan jangka waktu 1 minggu, guru meminta siswa untuk menyimpan
cerita digital sekitar empat menit. Berdasarkan pengalaman cerita digital sendiri, guru
membatasi foto-foto untuk maksimum 17 gambar dan teks deskripsi sulih suara hingga
sekitar 200 kata; trek suara adalah opsional. Untuk tiga komponen ini, waktu yang
dihabiskan siswa di luar kelas mungkin diperkirakan secara kasar sebagai berikut: 30
menit hingga satu jam memilih dan menyiapkan gambar; satu jam mempersiapkan trek
suara; dan satu hingga 2 jam mengerjakan dan merekam narasi sulih suara. Tentu saja,
guru memiliki opsi untuk mengalokasikan waktu tambahan di kelas untuk setiap
langkah yang terlibat. Ketika proyek selesai lagi, proyek biasanya memakan waktu
minimal 4 jam untuk menghasilkan produksi cerita digital yang dapat disimpan di
thumb drive (mis., Flash drive atau memory stick) dan DVD. Titik akhir dari proyek di
kelas kami adalah untuk menanamkan cerita digital ke dalam presentasi lisan akhir
minggu yang terdiri dari pengantar, badan utama (di mana cerita digital ditampilkan),
sebuah kesimpulan, dan segmen tanya jawab.
BAB III HASIL KEGIATAN
(menjelaskan hasil yang diperoleh, masalah yang dihadapi dan cara mengatasi masalah
tersebut)

BAB III
HASIL KEGIATAN

Di implementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru yang


harus semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Karena K-13
mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi perim guru dalam melaksanakan pembelajaran
abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasi literasi
dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM).
Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model,
strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar
tujuan pembelajaran tercapai.

Pembelajaran abad 21secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang


memberikan kecakapan abad 2l kepada peserta didik, yaiu 4C yang meliputi: (l)
Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4)
Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yangtelah direvisi oleh
Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS
(Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS
(Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi
juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran
abad,2l (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalanrangka menjawab tantangan, baik tantangan
internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu
globalisasi.Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-l3 yang telah
dilakukan selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran. Pendekatan saintifrk, pembelajaran abad 2l (4C),
HOTS, integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal
yang baru bagi guru. Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut
dilakukan, hanya dalam K-13 lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan
hasilnya dilakukan melalui penilaian otentik yang mampu mengukur ketercapaian
kompetensi siswa.

Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar degan
model Project based learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik
guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri
menghadapr ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran dengan Project based Learnng. dapat membuat
mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang
apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills HOTS).
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
C. Simpulan

Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang desain

pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada kondisi dan potensi pengembangan desain pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Project based Learning berbasis HOT

dikarenakan di SMP Negeri 22 Surabaya menggunakan model

pembelajaran dan melatih kemampuan perpikir tingkat tinggi pesrta didik

atau HOTS.

2. Proses pembelajaran menerapkan desain pembelajaran (RPP) yang model

Project based Learning dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS) pada jenjang

kognitif dari C4-C6, anlisis, evaluasi dan kreasi,

3. Produk desain pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran

discovery learning berbasis higher order thinking skill (HOTS) ini efektif

diterapkan berdasarkan hasil nilai belajar pretest dan postest yang

meningkat.

4. Produk desain pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran

Project based learning berbasis higher order thinking skill (HOTS) ini
efesien diterapkan berdasarkan waktu yang digunakan lebih sedikit dari

yang direncanakan.

D. Rekomendasi

E. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran project based Learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi
yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang
siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran
lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan cara ini
akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan
lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka menambah wawasan guru
lain tentang pembelajaran HOTS.
4. Pengembangkan produk desain pembelajaran harus memenuhi kriteria efektif,

efesien dan daya tarik, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan

pembelajaran yaitu pada hasil pembelajaran yang didapatakan peserta didik.

Efesiensi berkaitan dengan penggunaan waktu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan daya tarik berkaitan dengan ketertarikan anak disaat

pembelajaran yang berlangsung dimana anak tertarik dengan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajran Project Based learning.

5. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan desain pembelajaran berupa


RPP ini sesuai dengan teori belajar kognitiv dan kontruktivistik dimana peserta

didik membuat project yang ada selain itu peserta didik aktif melakukan

kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal

yang dipelajari hal ini juga sesuai dengan tujuan pengembangan desain

pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi anak.

Pengembangan Pada desain pembelajaran ini menerapkan teori desain ASSURE

sehingga menjadi RPP dengan memilih.

6. Metode pembelajran Project Based learning yang diterapakan sesuai langkah-

langkah pembelajaran nya untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi atau

higher order thinking skill (HOTS) pada peserta didik.

7. Jenis penelitian R&D (penelitian dan pengembangan) ini dinilai oleh banyak

orang sebagai penelitian yang rumit sehingga kurang diminati oleh penelit

karena kurang memahami langkah-langkah penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan hendaknya dimulai dari hal-hal-hal sederhana

Namun mempunyai manfaat yang sangat berarti bagi guru maupun peserta didik,

hal ini yang melandasi peneliti untuk mengembangkan desain desain.

8. Desain pembelajaran berupa RPP yang akan di jadikan sebagai motivasi guru
untuk mengembangkan RPP dengan berbagai model pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. pengembangan yang
peneliti tuangkan dalam kegiatan ini meliputi langkah- langkah : 1) pendahuluan,
yang berisi analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) validasi ahli, 5)
revisi produk, 6) uji coba dan, 7) produk akhir adalah desain pembelajarn berupa
RPP KD 3.7 dan 4.7 . Kegiatan ini menjadi pijakan empirik dan sumber inspirasi
bagi peneliti untuk melakukan hal yang sama pada obyek dan kompetensi yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Sadik, A. 2008. Digital storytelling: A mean-ingful technology-integrated approach for


engaged student learning. Educational Technol-ogy Research and Development
56 (4), 487–506

Robin, B. R. 2008. Digital storytelling: A powerful technology tool for the 21st century
classroom. Theory Into Practice 47 (3): 220–228.

R-9 Rubrik Laporan Best Practise


Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.
A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:

1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!


2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja
peserta sesuai rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik

1. Memuat Lembar Judul


2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan
yang ada dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan
Kegiatan, Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang
dihadapi dan cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik

90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria

80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai

70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai

60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai

<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai