Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan pada umumnya selalu dihadapkan pada
permasalahan relevansi, dan kualitas pendidikan. Berbagai upaya peningkatan
kualitas hidup yang dilakukan manusia memerlukan penanganan serius
melalui pemikiran yang matang dengan mengaplikasikan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemampuan untuk meningkatkan kualitas
tersebut telah lama diupayakan manusia dalam berbagai cara. Kegiatan
tersebut dikenal dengan penjaminan mutu yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas layanan dengan mengedepankan kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) serta kegiatan akademik yang diselenggarakan pada
satuan program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat. 1
Mutu dalam pendidikan adalah masalah pokok yang akan menjamin
perkembangan sekolah dalam meraih status ditengah tengah persaingan dunia
pendidikan yang kian keras2. Makna penajaminan mutu sendiri adalah sebuah
proses yang menghasilkan produk atau jasa yang spesifik sesuai dengan
standart kebutuhan dan harapan siswa sebagai subjek inti pembelajaran3.
pendidikan adalah usaha dalam menumbuh kembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan menurut Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki:
Kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara4.
Dunia pendidikan dikagetkan dengan adanya suatu model pengelolaan
pendidikan baru yang berbasis industri. Pengelolaan model ini mengandaikan

1
Mulyasana. pendidikan bermutu dan berbudaya asing. 2011: Bandung PT Rosda Karya
hlm 129
2
Edward sallis. Total Quality Manajemen.2010: jogjakarta. IRCiSoD hlm 30
3
Sudawan danim. Administrasi sekolah dan manajemen kelas. 2010: bandung. CV pusaka
setia.hlm 81
4
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

1
adanya upaya pihak-pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen
mutu dalam pendidikan ini lebih popular dan familiar disebut dengan istilah
Total Quality Educations(TQE) yaitu model pada manajemen berbasis sekolah
(MBS). Dasar dari manjemen ini dikembangkan dari konsep Total Quality
Manajemen(TQM), yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis yang
kemudian diterapkan pada dunia pendidikan.
Pada hakekatnya konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten
terhadap perbaikan yang sifatnya sustainable(berkesinambungan) untuk
mencapai standart kebutuhan serta kepuasan dari pelanggan. Dalam
prakteknya, strategi yang digunakan dan dikembangkan dalam penggunaan
manajemen mutu ini yang sifatnya terpadu dalam dunia pendidikan adalah
institusi atau lembaga pendidikan yang memposisikan dirinya sebagai
institusi jasa atau dengan kata lain dinamakan industri jasa yaitu sebuah
institusi yang memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan
pelanggan. Pelayanan yang dimaksud tentunya yang bermutu dan memberikan
indikasi kepuasan kepada pelanggan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep mutu pendidikan yang bermutu?
2. Apa saja model mutu layanan pendidikan islam ?
C. Tujuan Masalah
1. Mendiskripsikan konsep mutu pendidikan yang bermutu
2. Mendiskripsikan apa saja model mutu layanan pendidikan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Mutu Pendidikan Yang Bermutu
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup.
Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan
hakikat pendidikan itu sendiri serta memahami bagimana menjalankan tugas
hidup dengan kehidupan yang benar. Pendidikan menurut Undang-undang No.
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki: Kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 5.
Didalam buku. prof. Dr. Dedy mulyasana pendidikan bermutu dan
berbudaya asing ada beberapa pengertian pendidikan, antara lain6:
1. Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi
pekerti(karakter, kekuatan batin), pikiran, dan jasmani anak anak selaras
dengan alam dan masyarakat.
2. John Stuar Mill (filsuf Inggris, 1806-1873M)
Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang
untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan
mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
3. H. Horne
Pendidikan adalah proses yag terus menerus dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada tuhan seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia.
Pendidikan juga merupakan kegiatan yang komplek yang bisa di artikan
sebuah sistem. Ada bebrapa ciri ciri pendidikan antara lain:7

5
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
6
Mulyasana. pendidikan bermutu dan berbudaya asing. 2011: Bandung PT Rosda
Karya.hlm 3-4
7
Nanang fatah.landasan manajemen pendidikan.2006: Bandung PT Rosda Karya.hlm 5

3
a. Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b. Pendidikan melakukan adanya usaha yang terencana dalam memilih
isi, strategi, dan teknik penilainannya yang sesuai.
c. Pendidikan dilakukan di lingkugan keluarga, sekolah, dan
masyarakat(formal dan non formal).
Dengan melihat dari ciri ciri serta pengertian pedidikan tesebut P.H.
Coombs(1968) menggambarkan sebuah sistem pendidikan seperti8.

PROSES PENDIDIKAN

1. Tujuan dan prioritas


2. Siswa
3. Manajemen
4. Struktur atau jadwal
MASUKAN SUMBER 5. Isi HASIL PENELITIAN
6. Guru
7. Alat bantu belajar
8. Fasilitas
9. Teknologi
10. Pengawasan mutu
11. Penelitian
12. Biaya

Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses


pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara
membebaskan peserta didik dari ketidaktauan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak
dan keimanan. Pendidikan bermutu terlahir dari bentuk perencanaan yang
baik(good planning system) dengan meteri dan sistem tata kelola yang baik
dan disampaikan oleh guru yang baik dengan komponen pendidikan yang
bermutu khususnya guru.
Beberapa komponen dalam menciptakan mutu pendidikan yang bermutu:

8
Nanang fatah.landasan manajemen pendidikan.2006: Bandung PT Rosda Karya.hlm 7

4
a. Materi seperti apa yang meciptakan pendidikan yang bermutu? Materi
tersebut adalah 1) materi yang diraskan menfaatnya oleh peserta didik baik
dirasakan langsung atau suatu hari kemudian dengan mengikuti era zaman
yang akan datang. 2) materi pelajaran yang memberikan wawasan
meningkat secara terus menerus. 3) materi yang memberikan pengalaman
yang berharga. 4) materi yang menumbuhkan semangat, motivasi, dan
kreativitas berpikir bagi siswa. 5) materi yang mampu mengubah sikap,
pemikiran, dan prilaku ke arah pembetukan watak kepribadian yang
mendorong peserta didik tampildengan jati dirinya yang lebib baik dan
matang.
b. Mempunyai perencanaan yang baik artinya perencanaan untuk mencetak
dan mempersipkan peserta didik agar dapat hidup dengan baik di
zamannya, tapi juga harus membekali manusia menghadap Allah Swt.
Maka pendidikan tersebut tidak hanya untuk di duniawi akan tetapi juga
digunakan di akhirat nanti. Perencanaan sendiri merupakan tindakan
menetapkan apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa
harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya9.
c. Tata kelola pendidikan yang baik adalah sistem tata kelola dengan
menggunakan prinsip prinsip yang bersifat komprehensif, saling terkait,
dan berkeseimbangan antar komponen yang satu dengan lainnya serta
terukur dari hasilnya.
d. Pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang bermutu, guru adalah
pendidik profesional dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan dan melatih dalam jalur pendidikannya 10. guru yang bermutu
paling tidak menguasai materi ajar, metodologi, sistem evaluasi, dan
psikologi belajar11: 1) guru yang baik bukan sekedar guru yang pintar, tapi
guru yang mampu memintarkan peserta didik atau orang sudah di
ajarinya.2) guru yang baik bukan hanya guru yang berkarkter, tapi guru
yang mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya. 3) guru

9
Nanang fatah.landasan manajemen pendidikan.2006: Bandung PT Rosda Karya.hlm 49
10
Sudawan danim. Administrasi sekolah dan manajemen kelas. 2010: bandung. CV
pusaka setia. Hlm 63
11
Mulyasana. pendidikan bermutu dan berbudaya asing. 2011: Bandung PT Rosda
Karya.hlm 120

5
yang baik bukan hanya guru yang mempunyai teladan dan integritas tapi
guru yang baik adalah mampu membuat peserta didik memiliki teladan dan
patut diteladani oleh sesama. 4) guru sebagai motivator yang mampu
melayani siswa yang kesulitan dalam belajrnya.
B. Model Mutu Layanan Pendidikan Islam
Model – model mutu layanan pendidikan islam antara lain : MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah), TQM (Total Quality Manajemen). BS5750/ISO9000.
1. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS)
1. Pengertian
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan suatu bentuk manajemen
atau pengelolaan sekolah yang sepenuhnya diserahkan kepada pihak
sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan penyelenggaraan pendidikan
disekolah, sesuai dengan aturan perundang undangan pendidikan yang
berlaku12. MBS juga bisa di artikan sebagai penyelenggaraan kegiatan
disekolah dengan memaksimalkan semua tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana sekolah, dan semua masyarakat yang
peduli terhadap pendidikan disekitar sekolah.
Pada penerapan dan pengembangan MBS didasarkan pada semua potensi
yang dapat dikembangkan, baik yang diiliki oleh pendidik dan tenaga
kependidikan, maupun pemanfaatan secara optimal semua fasilitas yang
tersedia disekolah. Melalui MBS, sekolah memiliki otonomi dalam hal hal
berikut. a) Pengetahuan, b)Teknologi, c)Kekuasaan, d)Material,
e)Manusia, f)Waktu, g)keuangan.
2. Tujuan13
a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi sekolah sehingga sekolah dapat lebih leluasa dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dalam rangka
memajukan sekolah.
b) Sekolah lebih mengetahui semua yang dibutuhkan lembaganya,
khusunya input pendidikan yang akan dikembangkan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
12
Ikbal berlian. Manajemen berbasis sekolah.2013: jakarta. Penerbit Erlangga.hlm 2
13
Ibid.8-9

6
c) Pengambilan keputusan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak seklahlah yang paling tahu apa
yang terbaik untuk dikembangkan di sekolahnya.
d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarkat dalam pengambilan
keputasan yang dapat menciptkan sekolah yang baik atau sehat.
e) Adanya tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan
sekolah.
f) Terjadinya persaingan yang sehat antar sekolah di lingkup lainnya.
Manajemen berbasis sekolah adalah manejemen atau pengelolaan
sekolah dengan cara memberdayakan semua sumber daya manusia dan
mengoptimalkan penggunaan fasilitas yang ada disekolah untuk mencapai
tujuan tujuan sekolah. Dari pengertian tersebut maka Manajemen berbasis
sekolah merupakan gabungan tiga konsep antara lain:14
1) Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah pemberian kepercayaan kepada seseorang
untuk memikul suatu tanggung jawab yang menantang.
Pemberdayan juga merupakan bentuk perasaan sukses mulai dari
kepercayaan diri, kejujuran, kesadaran.
2) Kreativitas
kreativitas muncul sebagai akibat dari pemberdayaan terhadap
individu. Pemberdayaan menghasilkan adanya percaya diri pada
orang yang diberdayakan. Rasa percaya diri menumbuhkan
kreativitas yang tidak pernah terduga. Para pendidik yang
diberdayakan dapat menunjukkan kualitasnya sebagai pendidik
dengan ciri ciri sebagai berikut .
a) Kemampuan profesional
b) Upaya upaya profesional
c) Kesesuaian waktu dalam kegiatan profesionalnya
d) Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan.

14
Ikbal berlian. Manajemen berbasis sekolah.2013: jakarta. Penerbit Erlangga.hlm 11-19

7
3) Komitmen
Komitmen adalah niat yang kuat atau penuh kesungguhan untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang di embannya atau
dipercayakannya. Berdasarkan definisi mengenai komitmen
tersebut, selayaknya dibutuhkan komitmen dari setiap warga
sekolah yang terlibat dalam suatu kegiatan sekolah contohnya.
Untuk meningkatkan pelajaran matematika menjelang ujian
nasional maka semua komponen membantu kelancaran dan
kesuksesan tersebut seperti kerja sama antara pendidik dan tenga
admisistratif yang dapat mengoperasikan komputer dalam
membantu ujian.
Untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan, maka sebuah sekolah
membutuhkan berbagai keahlian dalam bidang pendidikan. Dalam internal.
Sekolah membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian, seperti kepala
sekolah sebagai manajer sekolah dengan keahliannya sebagai manajer dan kepala
sekolah, para guru bidang studi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, guru
BK (bimbingan konseling), ketatausahaan yang memiliki keterampilan dalam
sistem informasi guna untuk memenuhi kebutuhan data yang berkenaan dengan
keperluan sekolah.sedangkan dalam eksternal sekolah juga membutukan
masyarakat, orang tua dan yang lain lainnya.

Kebijakan MBS bertujuan mencapai mutu quality dan relevansi


pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian pada hasil output
dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Antara mutu dan re levansi
ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, pendidikan yang
bermutu adalah yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteksnya.

3. Komponen dalam MBS


Setiap Satuan Pendidikan perlu memperhatikan komponen-komponen
Manajemen Sekolah. Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
beberapa komponen sekolah yang perlu dikelola yaitu kurikulum dan
program pengajaran, tenaga kependidikan, kemuridan, sarana dan

8
prasarana pendidikan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan
orangtua/wali murid15.
a) Kurikulum dan Program Pengajaran
Kurikulum disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh
sekolah. sehingga susunan matapelajaran, metode dan cara atau
strategi pencapaiannya disusun dan direncanakan dalam kurikulum
dan program pengajaran. Dengan tersusun dan terencananya
kurikulum dan program pengajaran, maka akan dapat mengarahkan
kegiatan kurikulum dan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan sekolah
b) Manajemen Tenaga Kependidikan
Majanemen terhadap tenaga kependidikan dilakukan untuk
mengoptimalkan kinerja dan kebutuhan terhadap tenaga pendidik
dan kependidikan yang diperlukan. Manajemen ini dimulai dari
system perekrutan, penempatan, dan evaluasi kinerja harus
dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kebutuhan
yang ada. Bukan asal masuk dan mengajar tanpa ada proses
penerimaan.
c) .Manajemen Kesiswaan
Majamene kesiswaan ini dilakukan untuk pengelompokkan dan
penempatan para peserta didik sesuai dengan kemampuan dan
kompetensi yang dimilikinya. Dengan dilakukannya penataan
peserta didik seperti bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta
didik, maka akan mengarahkan percepatan dalam pencapaian
tujuan pendidikan.
d) Manajemen Keuangan
Keuangan merupakan hal yang paling sensitive dalam suatu proses
kegiatan. Oleh sebab itu, maka diperlukan pengelolaan keuangan
yang transparan dalam keuangan sekolah. keuangan sekolah harus
dapat menentukan target dan pencapaian tujuan seefisien mungkin.

15
E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda.2005. hal. 40

9
Pengelolaan keuangan yang transparan dan seefisien mungkin akan
mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan sekolah
e) Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana merupakan komponen yang dibutuhkan
dalam kegiatan belajar mengajar, oleh sebab itu, maka perlu
dilakukan manajemen terhadap sarana dan prasarana sekolah.
sarana dan prasarana sekolah menjadi alat ukur untuk terlaksananya
kegiatan belajar mengajar yang nyaman. Apabila proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan nyaman, maka dapat membantu
siswa dalam belajar, bila siswa berhasil dalam pencapaian
kompetensi belajar, maka tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai.
f) Manajemen Pengelolaan Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat ini menjadi media yang menghubungkan
antara sekolah dan masyarakat. Humas dibutuhkan oleh sekolah
dalam upaya pengembangan sekolah. karena sebuah lembaga
pendidikan dapat berkembang apabila berada dan dibutuhkan oleh
masyarakat.
MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk alternatif sekolah
dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan adanya
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi tapi masih
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Tetapi semua ini harus
mengakibatkan peningkatan proses belajar mengajar. Sekolah yang menerapkan
prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggung jawab (high
responsibility), kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more
authority) serta dapat dituntut pertanggung jawabannya oleh yang berkepentingan
(public accountability by stake holders). Diharapkan dengan menerapkan
manajemen pola MBS, sekolah lebih berdaya dalam beberapa hal berikut:

a) Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah


tersebut
b) Mengetahui sumber daya yang dimiliki dan “input” pendidikan yang
akan dikembangkan

10
c) Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan
lembaganya
d) Bertanggung jawab terhadap orangtua, masyarakat, lembaga terkait,
dan pemerintah dalam penyelengaraan sekolah
e) Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha-usaha kreatif-
inovatif untuk meningkatkan layanan dan mutu pendidikan.
4. Ciri-ciri Sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
a) Upaya meningkatkan peran serta Komite Sekolah, masyarakat,
DUDI (dunia usaha dan dunia industri) untuk mendukung kinerja
sekolah
b) Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan
kepentingan proses belajar mengajar (kurikulum), bukan
kepentingan administratif saja.
c) Menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan
sumber daya sekolah (anggaran, personil dan fasilitas)
d) Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari
pola umum atau kebiasaan.
e) Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada
masyarakat.
f) Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.
g) Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang.
h) Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program
sekolah (misal: Kepala sekolah, guru, Komite Sekolah, tokoh
masyarakat, dan lain-lain).
i) Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan
sekolah.
2. Total Quality Manajemen(TQM)
1. Pengertian
Manajemen peningkatan mutu terpadu atau sering disebut dengan
Total Quality Management (QTM) merupakan konsep manajemen sekolah

11
dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah yang diharapkan dapat
memberikan perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan,
tuntutan, dan dinamika masyarakat dalam menjawab permasalahan-
permasalahan pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah. Manajemen
mutu ini merupakan sebuah kajian mengenal bagaimana sebuah
pendidikan persekolahan harus dikelola secara efektif, efisien, dan
berkeadilan untuk mewujudkan mutu pendidikan16.
Manajement Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam
konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang
perbaikan secara terus menerus yang dapat memberikan seperangkat alat
praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan,
keinginan dan harapan pelanggan saat ini maupun masa yang akan datang.
Manajemen Mutu Terpadu juga merupakan sebuah konsep yang
mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk
barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana diterapkan secara
menyeluruh. Pendekatan manajement mutu dilakukan secara menyeluruh
yaitu mulai dari input, proses, output dan outcome. Dilakukan secara
berkelanjutan menunjukkan bawa upaya mewujudkan mutu merupakan
bagian kerja keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-
waktu)17.
2. Tujuan
a. untuk meningkatkan kualitas pendidikan
b. untuk meningkatkan hasil pada mutu pendidikan
c. Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan
berkesinambungan melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan
inovasi.
3. Komponen
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam penerapan TQM di
dunia pendidikan, yaitu18:

16
Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 320.
17
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2010), 295.
18
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogyakarta : IRCiSoD,
2010),hal 74-82

12
a. Perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Konsep
ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola senantias
melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan terus menerus
untuk menjamin semua komponen penyelenggaraan pendidikan
telah mencapai standar mutu yang ditetapkan. Konsep ini juga
berarti bahwa institusi pendidikan senantiasa memperbaharui
proses berdasarkan kebutuhan dan tuntutan.
b. Menentukan Standar Mutu, (Quality assurance). Paham ini
digunakan untuk menentukan standar-standar mutu dari semua
komponen yang bekerja dalam proses produksi atau tranformasi
lulusan institusi pendidikan. Standar ini meliputi kepemilikan
kemampuan dasar pembelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan,
kurikulum, dan evaluasi.
c. Perubahan Kultur (change of culture). Pimpinan institusi
pendidikan harus mampu membangun kesadaran para anggotanya
akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
b) Perubahan Organisasi (upside-down-organization). Penerapannya
dalam lingkungan sekolah bisa terlaksana dalam bentuk perubahan
struktur organisasi sekolah dalam manajemen berbasis sekolah.
Awalnya dalam struktur konvensional dari atas ke bawah, maka
dalam struktur baru bisa berubahandari bawah ke atas.
c) Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to
the customer). Hubungan yang baik antara institusi pendidikan
dengan masyarakat, orang tua siswa dan pihak lain, maka institusi
atau lembaga pendidikan harus mampu menjalin hubungan yang
baik dengan “pelanggannya”.
4. Langkah langkah TQM
Edward Sallis memberikan langkah-langkah yang sangat bermanfaat
antara lain19:

19
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogyakarta : IRCiSoD,
2010),hal 243-254

13
a) Kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari atas.
Seluruh tokoh mutu menekankan bahwa tanpa dukungan dari
manajemen senior, maka sebuah inisiatif mutu tidak akan bertahan
hidup. Kepala sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat
dan selalu memotivasi supervisor lainnya agar selalu berupaya
keras dan serius dalam meningkatkan mutu ini.
b) Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dapat
dicapai dengan usaha yang terus-menerus untuk mencapai tujuan
pelanggan, baik eksternal maupun internal. Kemudian pandangan
dari oaring yang tidak bergabung di institusi juga dikumpulkan.
Informasi dari konsultasi ini harus disusun dan di analisis
kemudian digunakan ketika membuat keputusan.
c) Menunjuk fasilitator mutu. Fasilitator mutu harus menyampaikan
perkembangan mutu langsung kepada kepala sekolah. Tanggung
jawab fasilitator adalah mempublikasikan program dan memimpin
kelompok pengendali mutu dalam mengembangkan program mutu.
d) Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus
merepresentasikan perhatian-perhatian kunci dan harus merupakan
representasi dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk
mengarahkan dan mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah
pengembang ide sekaligus inisiator proyek.
e) Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan
orang-orang yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati
orang-orang lain. Koordinator tidak mengerjakan seluruh proyek
mutu. Perannya adalah untuk membantu dan membimbing tim
dalam menemukan cara baru dalam menangani dan memecahkan
masalah.
f) Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi
program. Pelatihan khusus dalam pendekatan strategis terhadap
mutu mungkin dibutuhkan. Hal itu dikarenakan mereka perlu
memberi contoh pada tim dalam memajukan institusi.

14
g) Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada. Proses ini tidak
bisa diremehkan, karena ia sangat menentukan seluruh proses
mutu. Seluruh institusi perlu menjelaskan dimana posisinya dan
mana arah yang mereka tuju.
h) Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di
tempat lain. Ini bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu
atau seorang tokoh pendidikan khusus atau yang mengadaptasi pola
TQM yang diterapkan di tempat lain untuk kemudian diambil sisi
positifnya dan bisa diterapkan di sekolah yang dipimpin.
i) Mempekerjakan konsultan eksternal. Langkah ini sangat baik
dilakukan, teruama jika ingin mencapai tingkat standar mutu
internasional, semacam ISO. Akan tetapi biayanya cenderung
mahal, hanya sekolah yang dengan sumber dana memadai yang
bisa melakukan itu.
j) Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah
tahap implementasi awal yang sangat penting. Oleh karena itu
setiap orang perlu dilatih dasar-dasar TQM. Staf membutuhkan
pengetahuan tentang beberapa alat kunci yang mencakup tim kerja,
metode evaluasi, pemecahan masalah, dan teknik pembuatan
keputusan.
k) Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan
keuntungan TQM harus dikomunikasikan secara efektif. Program
jangka panjang harus dirancang seara jelas. Staf harus
mendapatkan informasi atau laporan secara regular melalui surat
kabar atau jurnal.
l) Mengukur biaya mutu. Mengetahui biaya dalam implementasi
program mutu merupakan hal yang penting. Demikian juga dengan
biaya pengabaian mutu. Biaya tersebut bisa muncul dari
berkurangnya jumlah pendaftar, kegagalan murid, kerusakan
reputasi dan sebagainya. Pengujian terhadap biaya pengabaian
mutu itu juga perlu dilakukan, agar disatu sisi tetap berpegang pada

15
program mutu, di sisi lain juga ada kontrol terhadap biaya yang
dikeluarkan.
m) Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Evaluasi
teratur harus menjadi bagian yang integral dalam program mutu.
Evaluasi itu harus dilakukan eman bulan sekali secara teratur dan
hasil dari evaluasi itu benar-bernar dijadikan bahan pertimbangan
berjalannya program selanjutnya.
3. BS5750/ ISO9000
ISO dikeluarkan oleh badan standarisasi internasional atau
International Organization for Standarization. ISO berasal dari bahasa
Yunani “Isos” yang berarti equal atau sama atau seragam. Sejak pertama
kali dikeluarkan standar-standar ISO 9000 pada tahun 1987, ditetapkan
siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-
standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi20.
ISO (International Organization for Standardization) 9001:2000
adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu21. SMM
(Standar Manajemen Mutu) ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-
persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem
manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa suatu lembaga
akan memberikan pelayanan jasa sesuai kinerja lembaga tersebut.
Siapa saja dapat menerapkan manajemen dengan pendekatan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000 termasuk di lingkungan lembaga
pendidikan. Sistem ini merupakan sistem yang menekankan pada
kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal.
Penerapan prinsip manajemen tersebut untuk pemenuhan kepuasan
pelanggan ini sesuai dengan delapan prinsip dasar manajemen mutu 22,
sebagai berikut:
a) Customer focus (perhatian pada pelanggan).

20
Vicent Gasperz, ISO 9001:2000 and Continual Quaity Improvement, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hlm. 2
21
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009), Hlm. 168.
22
Ibid. 306

16
Perhatian sebuah organisasi adalah pelanggan baik pelanggan
internal maupun eksternal. Maka, hendaknya organisasi berusaha
memahami kebutuhan pelanggannya baik saat ini dan masa yang
akan datang, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan
pelanggan. Pelanggan lembaga pendidikan secara internal adalah
guru dan pegawai yang ada di sekolah dan berhubungan langsung
dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Sedangkan pelanggan
eksternal lembaga pendidikan adalah peserta didik, orang tua,
masyarakat, instansi lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Kedua jenis pelanggan di atas hendaknya
menjadi perhatian pengelola lembaga pendidikan dalam
pelayanannya, sehingga hasil akhir sebagai produk pendidikan
yaitu lulusan sesuai dengan harapan pelanggan. Dengan demikian
maka seluruh program, biaya, dan sumber daya lainnya yang ada di
lembaga pendidikan adalah untuk keperluan pelayanan terhadap
pelanggan.
b) Leadership (Kepemimpinan).
Pemimpin sangat penting artinya bagi keberlangsungan manajemen
di lembaga pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin
bersama-sama dengan semua sumberdaya manusia yang ada di
sekolah merencanakan, menetapkan sasaran, melaksanakan,
melakukan tindakan pencegahan, melakukan tindakan koreksi,
mengevaluasi dan meningkatkan secara berkelanjutan tentang
berbagai kegiatan pelayanan terhadap pelanggan.
c) Involvement of people (Pelibatan orang).
Pelibatan seluruh civitas lembaga pendidikan mulai dari kepala
sekolah sampai penjaga sekolah, memungkinkan kemampuannya
dapat digunakan untuk kemanfaatan lembaga secara keseluruhan.
d) Process approach (Pendekatan proses).
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, jika
kegiatan dan sumberdaya yang ada dikelola sebagai proses yang
sinergis. Setiap proses tentu memerlukan kesepakatan aturan main

17
berupa meknisme kerja yang tertuang dalam satu skema alur
kegiatan. Skema selanjutnya dideskripsikan dalam sebuah prosedur
instruksi kerja yang memudahkan setiap individu dalam organisasi
untuk melaksanakan tugasnya secara baik dalam proses yang telah
disepakati.
e) System approach to management (Pendekatan sistem pada
manajemen).
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses-
proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan
memberikan kontribusi pada efektifitas dan efisiensi organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya sistem yang telah disepakati bersama harus
dilaksanakan secara konsisten.
f) Continual improvement (Peningkatan terus-menerus).
Peningkatan terus-menerus dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi.
Peningkatan terus-menerus didefinisikan sebagai suatu proses yang
berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektifitas dan
atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari
organisasi itu. Kekurangan atau kesalahan dalam melaksanakan
suatu kegiatan bagi suatu organisasi adalah merupakan hal yang
wajar, namun bagaimana organisasi dapat secara terus menerus
memperbaikinya sehingga tidak ada sebuah kesalahan atau
kekurangan yang sama terjadi berulang-ulang.
Pada ISO 9000 tidak bisa menjamin konsistensi standart dalam
institusi. ini merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan, karena
bnyaknya perhatian yang diberikan pendidikan inggris dalam
mempertanyakan konsistensinya sebuah standart. ISO 9000 dikembangkan
dilingkungan komersial dimana standart dan nilainya adalah uang atau
hasil yang di dapat berupa uang dari mutu bisnis.23

23
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogyakarta : IRCiSoD,
2010),hal 125

18
Salah satu konsep yang ada dalam standart tersebut adalah bahwa
sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten
dan meyakinkan24. Hubungan antara TQM dan ISO9000:
1. ISO9000 menangani secara prosedural yang mengawali terjadinya
perubahan kulutur dan prilaku.
2. Hamprsamadengan yang noor satu akan tetapi ISO
9000memposisikan padabagian inti dalam mutu terpadu. Karena
adanya pondasi yang sulit dalam kemajuan pednidikan.
3. Adanya konsistensi pada pengembangan dan tidak Hanya dengan
sekedar prosedur prosedur tertulis.
4. Memiliki pandangan yang berbeda tentang hubungan TQM dan
standart mutu eksternal. Dalam ISO9000 dipandang sebagai hal
yang tidak relevan dengan autentik terhadap mutu.

24
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogyakarta : IRCiSoD,
2010),hal 127-128

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan
proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara
membebaskan peserta didik dari ketidaktauan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya
akhlak dan keimanan. Pendidikan bermutu terlahir dari bentuk perencanaan
yang baik(good planning system) dengan meteri dan sistem tata kelola
yang baik dan disampaikan oleh guru yang baik dengan komponen
pendidikan yang bermutu khususnya guru.
Model – model mutu layanan pendidikan islam antara lain : MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), TQM (Total Quality Manajemen).
BS5750/ISO9000. Yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan
dengan adanya bentuk insternal : guru, siswa, staf, pegawai dll.sedangan
pada bentuk eksternal adalah masyarakat, pemerintah, orang tua dan yang
lain sebagainya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Berlian. Ikbal. Manajemen berbasis sekolah: jakarta. Penerbit Erlangga. 2013
Danim Sudawan. Administrasi sekolah dan manajemen kelas: bandung. CV
pusaka setia. 2010
E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda.2005.
Fatah Nanang.landasan manajemen pendidikan: Bandung PT Rosda Karya. 2006
Gasperz . Vicent, ISO 9001:2000 and Continual Quaity Improvement, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003),
Minarti . Sri, Manajemen Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
Mulyasana. pendidikan bermutu dan berbudaya asing: Bandung PT Rosda
Karya. 2011
Mulyasana. pendidikan bermutu dan berbudaya asing: Bandung PT Rosda
Karya. 2011
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar
Ruzz Media, 2009)
Sallis. Edward. Total Quality Manajemen.: jogjakarta. IRCiSoD. 2010
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2010)
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

21

Anda mungkin juga menyukai