Kelompok 3 1. Hendrikus Rinaldi Naibaho (1840050133) 2. Jordan Hutabarat (1840050132) 3. Nikita (1840050129) 4. Dina Lestari (18400500138) 5. Vebryana (1840050131)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
I. Asas-Asas Umum pemerintahan yang baik
AUBP muncul sebagai reaksi atas penggunaan kewenangan bebas (freis
ermesen) oleh pemerintah dalam rangka menjalankan tanggung jawabnya sebagai konsekuensi penerapan konsepsi Negara Hukum Kesejahteraan (welfare state), dimana AUPB berperan sebagai sarana perlindungan bagi warga negara terhadap tindakan pemerintah dan penyelenggaraan pemerintah itu menjadi baik, sopan, adil dan terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan sewenang-wenang. Dalam sistem hukum Indonesia, keberadaan AUBP tersebar di beberapa ketentuan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang No.9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU TUN) dan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Negara (UU Administrasi Negara).
AUBP (Asas-Asas umum pemerintahan yang baik) diberikan definisi
dalam Pasal 1 ayat (17) UU Administrasi Negara sebagai “prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan”. Dalam hal ini, bagi para pejabat Pemerintahan atau organ pemerintahan dalam membuat kebijakan atau mengeluarkan keputusan harus sudah sesuai dengan AAUPB (dalam hal ini aspek-aspek yang terdapat dalam AAUPB menyaring dari keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah apakah ada yang bertentangan atau tidak), jika keputusan/kebijakan/peraturan yang bertentangan dengan AUPB maka dapat dibatalkan/dihapus kebijakan tersebut.
II. Asas Kepentingan Umum
Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
selalu mengutamakan kepentingan umum, yakni kepentingan yang mencakup semua aspek kehidupan orang banyak. Asas ini merupakan konsekuensi dianutnya konsep negara hukum modern (welfare state), yang menempatkan pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab untuk mewujudkan bestuurszorg (kesejahteraan umum) warga negaranya. Pada dasarnya pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (asas legalitas), akan tetapi karena ada kelemahan dan kekuranagan asas legalitas seperti tersebut diatas, pemerintah dapat bertindak atas dasar kebijaksanaan untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
Penyelenggaran kepentingan umum dapat berwujud hal-hal sebagai
berikut:
1. Memelihara kepentingan umum yang khusus mengenai kepentingan
negara. Contohnya: tugas pertahanan dan keamanan. 2. Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama dari warga negara yang tidak dapat dipelihara oleh warga sendiri. Contohnya : persediaan sandang pangan, kesejahteraan. 3. Memelihara kepentingan bersama yang tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh para warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan negara. Contohnya : pendidikan dan pengajaran, kesehatan dan lain-lain. 4. Memelihara kepentingan dari warga negara perseorangan yang tidak seluruhnya dapat diselenggarakan oleh warga negara sendiri, dalam bantuan negara. Adakalanya negara memelihara seluruh kepentingan perseorangan tersebut. Contohnya : pemeliharaan fakir miskin, anak yatim, anak cacat dan lain-lain. 5. Memelihara ketertiban, keamanan, dan kemakmuran setempat. Contohnya : peraturan lalu lintas, pembangunan, perumahan, dan lain-lain
Ada 4 Undang-undang yang menganut asas kepentingan umum yaitu:
1. Undang Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang memiliki unsur-unsur pokok dalam kepentingan umum yaitu: a. Mendahulukan kesejahteraan Umum b. Dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
2. Undang-undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, memiliki unsur-unsur pokok mengenai kepentingan umum yaitu : a. Mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum; b. Dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif. 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, memiliki unsur-unsur pokok mengenai kepentingan umum, yakni : a. Mendahulukan Kesejahteraan Umum b. Dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
memiliki unsur-unsur mengenai kepentingan umum, yakni : a. Pemberian Pelayanan b. Tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan atau golongan
Meskipun ada sedikit perbedaan unsur-unsur yang termuat dalam asas
kepastian hukum yang dianut oleh 4 (empat) undang-undang tersebut karena ruang lingkup dan obyek dari 4 (empat) UU tersebut berbeda, namun secara substansial, tujuan dan semangatnya adalah sama. Hanya saja redaksional kalimatnya saja yang dikonstruksikan berbeda, namun substansi maknanya sama. Secara prinsipiil, asas penyelenggaraan kepentingan umum itu menghendaki agar dalam setiap keputusan yang merupakan perwujudan dari penyelenggaraan tugas pokok pejabat/instansi, selalu mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan. Prof. Kuntjoro Purbopranoto berpandangan bahwa kelemahan asas kepastian legalitas yang kaku dan membutuhkan waktu lama untuk melakukan perubahan, sementara dinamika kehidupan orang banyak terus bergerak dan mengalami perubahan yang cepat, sehingga sering kali Pemerintah bertindak atau mengeluarkan KTUN berdasarkan kebijaksanaan untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Jazim Hamidi memberikan indikator atau unsur-unsur yang termuat di dalam asas kepentingan umum yaitu: untuk kepentingan nasional, bangsa, dan negara, kepentingan pembangunan, kepentingan masyarakat, dan ada dasar peraturan perundang-undangannya Asas kepentingan umum sangat penting posisinya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini penting bagi aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat, yaitu harus mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara memahami dan menampung harapan dan keinginan masyarakat secara cermat. Prinsip ini menuntut agar dalam penyelenggaraan tugastugas pemerintahan, pihak pemerintah (aparatur) selalu mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi ataupun kepentingan golongan tertentu. Kepentingan umum mengatasi kepentingan pribadi, bukan berarti kepentingan pribadi tidak diakui keberadaannya sebagai hakikat individu manusia. Akan tetapi dalam kepentingan umum terdapat pembatasan terhadap kepentingan pribadi, karena kepentingan itu pada hakikatnya tercakup dalam kepentingan masyarakat dan kepentingan nasional yang berlandaskan azas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan umum mengandung makna bahwa kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat (masyarakat). Dalam hubungan ini kebijakan yang dibuat adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat, bukan kepentingan sekelompok orang ataupun karena ada kaitan keluarga/suku bahkan agama/kepercayaan.
Contohnya dari Asas Kepentingan Umum :
1. Asas kepentingan umum pada AUPB yang dijadikan dasar gugatan oleh Penggugat terlihat dalam Putusan No. 99/PK/2010, antara Bupati Rembang melawan 46 orang Pemohon mengenai terbitnya Surat Keputusan Bupati Rembang, di mana Majelis Hakim menilai bahwa penerbitan sertifikat masal pemberhentian Kepala Sekolah memberikan dampak negatif terhadap Kegiatan Belajar Mengajar di wilayah Kabupaten Rembang, dan jelasjelas merugikan kepentingan masyarakat banyak. Pertimbangan hukum tersebut memiliki makna yang sama dengan asas kepentingan umum yang dikehendaki oleh UU PTUN 2004, yaitu “mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum”.
2. keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
yang akan disesuaikan dengan melonjaknya harga bahan bakar minyak dunia. Bila DPR menyetujui kenaikan harga BBM jelas dampak kenaikan harga ini akan berimbas pada sektor-sektor lainnya seperti transportasi dan harga kebutuhan dasar pun akan meningkat. Beban peningkatan kebutuhan dasar akan memiskinkan sebagian besar warga Indonesia, utamanya mereka yang berpenghasilan di bawah upah minimum regional (UMR).
Keputusan penyelenggara negara seperti keputusan akan menaikkan harga
BBM ini bila tidak melibatkan masyarakat dalam dengar pendapat antara komisi dengan pemerintah terkait dan tidak mengakomodasi keberatan serta aspirasi masyarakat maka keputusan ini dinilai tidak memenuhi asas kepentingan umum serta melanggar pasal 9 (1) huruf c UU No 28/1999 jo pasal 13 UU No 7/2006. Sedangkan menurut Penjelasan UU No 28/1999 Pasal 3 asas kepentingan umum harus mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. Mengacu pada asas kepentingan umum ini seharusnya DPR menolak kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga dasar BBM karena kebijakan pemerintah tersebut tidak berpihak pada kesejahteraan publik. Beban hidup yang saat ini dialami oleh warga Indonesia akan semakin meningkat. Bila kebijakan tersebut diambil dikawatirkan kerawanan sosial dan keamanan nasional akan terancam seperti yang dialami di negara Yaman yang menentang Presiden Ali Abdullah Saleh.
Tidak tertutup kemungkinan Indonesia mengalami konflik sosial seperti di
Yaman karena dengan maraknya kasus-kasus korupsi; penyimpangan kekuasaan di berbagai kementerian dan lembaga negara yang melibatkan sejumlah kalangan elit politik di legislatif dan eksekutif serta pelaku usaha; dan potret-potret kemiskinan masih marak di berbagai daerah di Indonesia karena perolehan kekayaan negara hanya dinikmati oleh sebagian elit politik dan ekonomi
Proses penentuan rencana APBN tidak berdasarkan pada kriteria yang
berpihak pada publik. Rencana anggaran pembiayaan program kementerian/lembaga kurang tepat sasaran dan tepat guna sehingga tujuan program yang seharusnya untuk kesejahteraan umum tidak tercapai. Sebagai contoh keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan disesuaikan dengan melonjaknya harga bahan bakar minyak dunia. Bila DPR menyetujui kenaikan harga BBM jelas dampak kenaikan harga ini akan berimbas pada sektor-sektor lainnya seperti transportasi dan harga kebutuhan dasar pun akan meningkat. Beban peningkatan kebutuhan dasar akan memiskinkan sebagian besar warga Indonesia, utamanya mereka yang berpenghasilan di bawah upah minimum regional (UMR).
Keputusan penyelenggara negara seperti keputusan akan menaikkan harga
BBM ini bila tidak melibatkan masyarakat dalam dengar pendapat antara komisi dengan pemerintah terkait dan tidak mengakomodasi keberatan serta aspirasi masyarakat maka keputusan ini dinilai tidak memenuhi asas kepentingan umum serta melanggar pasal 9 (1) huruf c UU No 28/1999 jo pasal 13 UU No 7/2006. Sedangkan menurut Penjelasan UU No 28/1999 Pasal 3 asas kepentingan umum harus mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,danselektif.
Mengacu pada asas kepentingan umum ini seharusnya DPR menolak
kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga dasar BBM karena kebijakan pemerintah tersebut tidak berpihak pada kesejahteraan publik. Beban hidup yang saat ini dialami oleh warga Indonesia akan semakin meningkat. Bila kebijakan tersebut diambil dikawatirkan kerawanan sosial dan keamanan nasional akan terancam seperti yang dialami di negara Yaman yang menentang Presiden Ali Abdullah Saleh Tidak tertutup kemungkinan Indonesia mengalami konflik sosial seperti di Yaman karena dengan maraknya kasus-kasus korupsi; penyimpangan kekuasaan di berbagai kementerian dan lembaga negara yang melibatkan sejumlah kalangan elit politik di legislatif dan eksekutif serta pelaku usaha; dan potret-potret kemiskinan masih marak di berbagai daerah di Indonesia karena perolehan kekayaan negara hanya dinikmati oleh sebagian elit politik dan ekonomi.