Anda di halaman 1dari 23

KARYA ILMIAH

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PACARAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kesimpulan
Dosen Pembimbing :
Nailiya Nikmah, M.Pd

Disusun Oleh :
Muhammad Faizal D030417011

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nyalah dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “ Pandangan Islam Terhadap
Pacaran ” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Keilmuan. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan
tambahan bagi penilaian dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan Ibu Nailiya Nikmah,
M.Pd dan mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak
yang membaca makalah ini. Penulis sangat menyadari apa yang disusun ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik yang bisa
membangun dalam upaya memperbaiki karya-karya penulis selanjutnya.

Banjarmasin, 14 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
A. Defini Pacaran ............................................................................................................. 6
B. Pandangan Islam Terhadap Pacaran ............................................................................ 7
C. Faktor Penyebab Pacaran ............................................................................................ 9
D. Dampak Pacaran ........................................................................................................ 13
E. Islam Mengatur Pergaulan Umatnya ............................................................................ 15
F. Cara Menghindari Pacaran ............................................................................................ 20
BAB III .................................................................................................................................... 21
A. Simpulan.................................................................................................................... 21
B. Saran-saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakangan ini banyak remaja yang suka mengunggah foto di media sosial dan
tidak jarang diantara foto-foto terdapat foto remaja sedang berpelukan dengan lawan
jenis. Tidak hanya berpelukan banyak diantara mereka yang berstatus pacaran. Sunggugh
disesalkan kebanyakan dari remaja tersebut beragama Islam.
Islam mengharamkan untuk berpacaran. Itu adalah suatu fakta, tapi masih banyak
remaja muslim yang menghiraukan fakta tersebut. Bahkan jika melihat di zaman
sekarang bukan hanya remaja mahasiswa, bahkan anak-anakpun sudah mengenal
pacaran. Meraka tidak malu memposting kejadian saat mereka sedang berpacaran di
media sosial.
Ironisnya, tidak jarang pacaran berujung kepada perbuatan maksiat. Bahkan sampai
hamil diluar nikah dan sampai melakukan aborsi. Selain pacaran itu mendekati zina,
pacaran dapat mendatangkan zina itu sendiri. Pacaran hanya mendatangkan hal negatif
daripada hal positif. Itulah salah satu mengapa Islam melarang pacaran.
Islam melarang umatnya berpacaran bukan tanpa sebab. Selain merupakan dosa,
pacaran juga mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Tidak hanya
melarangnya, Islam juga mengatur adab dalam bergaul terhadap lawan jenis, bahkan
cara berpakaianpun diatur agar tidak mendatangkan hal negatif. Betapa lengkapnya Islam
mengatur kehidupan umatnya, selain dapat menghindarkan dari dosa juga dapat
mendatangkan pahala.
Beerdasarkan latar belakang, penulis tertarik membahas pandangan Islam terhadap
pacaran.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah pandangan Islam terhadap pacaran?
2. Apa sajakah faktor yang menyebabkan pacaran?
3. Bagaimanakah cara agar terhindar dari pacaran?
4. Bagaimanakah Islam mengatur pergaulan umatnya terhadap lawan jenis?

4
5

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan :
1. Pandangan Islam terhadap pacaran.
2. Faktor yang menyebabkan pacaran.
3. Cara agar terhindar dari pacaran.
4. Islam mengatur pergaulan umatnya terhadap lawan jenis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defini Pacaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, pacaran berasal dari kata pacar
yang di beri akhiran –an. Pacar itu sendiri memiliki arti kekasih atau lawan jenis yang
tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan menurut Wikipedia,
pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada
dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal
dengan pernikahan.
Dari definisi tersebut, pacaran merupakan sebuah proses dimana dua insan
mengekspresikan perasaan satu sama lain agar terjalin hubungan cinta kasih. Istilah
pacaran dalam kehidupan masyarakat sekarang sering dianggap hal lumrah. Bahkan jika
ingin melakukan pernikahan, pacaran adalah hal yang dilakukan untuk saling mengenal
satu sama lain sebelum melangsungkan pernikahan tersebut. Itulah presepsi yang
berkembang di masyarkat zaman sekarang.
Sebaliknya, istilah pacaran tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah saling kenal-
mengenal antar lawan jenis dalam islam biasa disebut taaruf. Taaruf tersebut dilakukan
jika memang berniat untuk melakukan pernikahan. Taaruf berbeda dengan pacaran, baik
dari segi niat, proses dan pelaksanaannya. Pada prinsipnya, tujuan taaruf adalah mencari
jodoh yang sesuai, dan diridoi oleh Allah. Tidak boleh ada niat coba-coba atau sekedar
iseng uji kelayakan dalam hal perjodohan. Jika dalam taaruf tersebut kedua pihak merasa
ada kecocokan, pihak laki-laki dapat mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya
pada waktu dekat. Tujuannya adalah memastikan persetujuan perempuan yang ingin
dinikahi dan juga restu dari wali beserta keluarga besarnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak dinikahi seorang janda kecuali sampai dia
minta dan tidak dinikahi seorang gadis seampai dia mengizinkannya.” (HR. Bukhari).

6
7

B. Pandangan Islam Terhadap Pacaran

Cinta kepada lawanjenis adalah fitrah manusia yang darinya kita memiliki
keturunan dan Iebih terjaga dari kemaksiatan. Namun, Islam sebagai agama yang
sempurna sudah mengatur bagaimana menyalurkan fltrah cinta itu, yaitu melalui
hubungan pernikahan. Tetapi, bagaimana jika cinta itu disalurkan melalui cara yang
tidak dibenarkan oleh syariat? Sebut saja, pacaran. Berikut adalah beberapa tinjauan
syariat Islam mengenai pacaran:

1. Allah Melarang Hamba-Nya Untuk Mendekati Zina

“Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnga zina Itu adalah suatu
perbuataqn yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs. Al-Isra- 32)

Jika Allah Ta'ala saja sudah melarang walau sekadar mendekati zina, apalagi
jika sampai melakukannya? Namun, sering kita dengar kalimat bantahan dari para
pelaku pacaran: “Aku pacarannya nggak ngapa-ngapain kok?‘
Pacaran meski nggak ngapa-ngapain tetaplah berdosa. Sebab ia menjadi jalan
setan untuk menciptakan dosa. Seperti yang kita tahu bahwasanya setiap anak Bani
Adam memiliki jatah berzinanya masing-masing.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda:


"Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti
terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua
telinga adalah mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan
adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkandan berangan-angan. Lalu kemluanlah yang nanti
akan membenarkan atau mengingkari yang demikian." (HR. Muslim)

2. Larangan Berduaan Dengan Lawan Jenis (Bukan Mahram)

Dari Ibnu Abbas r.a, Nabi Saw bersabda:


8

“Janganlah seorang Iaki-Iaki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika


bersama mahramnya.” (HR.Bukhari)

Rasulullah saw bersabda:


“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal
baginya karna sesungguhnya setan adalah orang ketiga di antara mereka berdua
kecuali apabila bersama mahramnya.” (HR.Ahmad )

Seperti yang kita ketahui, aktivitas pacaran tak luput dengan yang namanya
berduaan, baik itu pergi bareng (nonton. jalan, ngedate) maupun melalui media chat
yang keduanya saling berinteraksi. Hal seperti inilah yang tidak diperbolehkan
dalam Islam. Karena interaksi antara lelaki dan wanita tanpa disertai mahram,
kebanyakan dari interaksi itu akan berlanjut ke hubungan yang dilarang agama,
seperti bersentuhan, bermesraan berpegangan. dan bahkan melakukan hubungan
suami-istri. Nau'dzubillah.
Apa pun bentuknya, entah sering berinteraksi, bertemu atau terpisah jarak,
yang namanya pacaran (mengikat perasaan laki-laki dan wanita sebelum halal),
tetap tidak diperbolehkan. Kita sekarang hidup di zaman yang serba teknologi.
Meskipun hubungan itu terpisah jarak, sudah pasti hati keduanya bisa terpaut, saling
memlklrkan, berkata mesra lewat media sosial (telepon, video call, dan sejenisnya).
Siapa yang menjamin ketika keduanya terpisah jarak, hati dan pikiran tidak
menginginkan pertemuan tersebut. Jadi apa pun bentuk dan namanya. Berdua-duaan
tanpa disertai mahram itu tidak dlperbolehkan.

3. Pacaran Memengaruhi Kecintaan Pada Allah

lbnu Qayyim menjelaskan: “Kalau orang yang sedang dilanda asmara itu
disuruh memilih antara kesukaan pujaannya itu dengan kesukaan Allah, pasti ia
akan memilih yang pertama. Ia pun lebih merindukan perjumpaan dengan
kekasihnya ltu ketimbang pertemuan dengan Allah Yang Mahakuasa. Lebih dari
itu,angan-angannya untuk selalu dekat dengan sang kekasih, lebih dari keinginannya
untuk dekat dengan Allah.”
Ketika sesorang berpacaran, pastilah dia akan sering menghabiskan waktu
berdua-duaan. Ia akan lebih mengutamakan urusan pasangannya ketimbah urusan
9

ibadahnya. Jadi, jelas bahwa pacaran itu dapat memengaruhi kecintaan dan
keimanan seorang muslim terhadap Allah swt.

C. Faktor Penyebab Pacaran

Pacaran bagi kalangan remaja dan kalangan muda adalah hal biasa. Bahkan
sebaliknya, mereka yang tidak berpacaran justru dianggap tidak wajar. Pacaran yang
meluas di kalangan remaja tidak muncul begitu saja, ada sebab-sebab yang
melatarbelakanginya. Kalau dilihat lebih dalam lagi, maka banyak sekali faktor-faktor
yang mempengaruhi munculnya fenomena pacaran di kalangan remaja, baik yang
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Dan faktor-faktor yang melatarbelakangi sebab munculnya pacaran dapat
diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor Internal
a) Minimnya Bekal Pemahaman Agama

Ini merupakan faktor utama dan pertama yang menjerumuskan seorang


remaja muslim dan muslimah ke dalam dosa pacaran. Karena pengetahuan dan
pemahaman agama yang benar menjadi benteng pertahanan yang kuat dari
pengaruh nilai-nilai dan perilaku yang menyimpang dari syari'at. Sebaliknya
pun demikian, jauhnya kalangan remaja dan pemuda dari nilai-nilai Islam
menyebabkan mereka sangat rentan menjadi obyek dan sekaligus pelaku
kerusakan.
Tiadanya pemahaman dan bekal ilmu agama yang cukup bisa kita lihat
dari unsur masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga. Tidak sedikit orang tua
yang sudah merasa cukup membekali anak-anak mereka dengan ilmu agama
yang diperoleh di bangku sekolah, atau yang dipelajari anak-anak mereka
dijenjang TK dan TPA. Selepas itu anak tidak lagi dekat dengan masjid, jauh
dari majelis ilmu agama, tanpa mendapat arahan dan bimbingan orang tua.

b) Nafsu Dan Syahwat Yang Tidak Terkendali


10

Pada dasarnya nafsu dan syahwat adalah fitrah penciptaan manusia.


Tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan nafsu dan syahwat dari dirinya.
Dalam batasan tertentu nafsu diperlukan untuk keberlangsungan hidup
manusia, tanpa nafsu manusia tidak akan memiliki ketertarikan terhadap
makanan, minuman, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Dengan
nafsu juga manusia memiliki ketertarikan kepada lawan jenisnya sehingga
manusia bisa menikah dan berketurunan. Karena nafsu pula manusia bisa
merasakan gembira, sedih, cinta, sayang, marah, dan lain sebagainya.
Sebaliknya nafsu yang tidak terkendali dan diperturutkan adalah
kendaraan setan, melalui pintu inilah setan mendorong manusia untuk
melakukan perbuatan dosa, maksiat, dan kejahatan. Demikian juga
syahwat/ketertarikan kepada lawan jenis yang tidak diatur dengan syari'at bisa
menjerumuskan kepada berbagai perbuatan dosa seperti pacaran, berciuman,
zina, membunuh, bunuh diri, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, apabila para remaja tidak mengisi hatinya dengan
iman kepada Allah, tidak rajin memupuknya dengan ibadah kepada-Nya, serta
tidak memelihara dirinya dari hal-hal yang akan melemahkan jiwa dan
imannya, maka mereka akan mudah terseret oleh hawa nafsu dan syahwatnya
untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti budaya pacaran
yang sarat dengan kemaksiatan dan dosa di dalamnya.

c) Terjerat Masalah Pribadi Dan Solusi Yang Salah

Setiap orang yang hidup pasti memiliki problem atau masalah hidup.
Masalah itu bisa menyangkut pribadi, keluarga, lingkungan masyarakat, atau
hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, etika pergaulan, sikap
ataupun yang lainnya. Semua itu sudah menjadi sunatullah dan fitrah yang
pasti akan dialami oleh setiap manusia. Masalahnya bukan pada adanya
masalah, akan tetapi bagaimana menyikapi setiap masalah yang kita hadapi.
Tidak sedikit yang terjerumus ke dunia pacaran berawal dari curhat-
curhatan. Menceritakan masalah kepada lawan jenis, saling memberi saran.
Merasa menambatkan perhatian lalu timbulah kedekatan hubungan, lalu setan
pun terus meniupkan mantera berupa bujukan dan rayuan, hingga akhirnya
terjadilah pacaran. Keberadaan pacar diharapkan bisa meringankan beban,
11

membantu menyelesaikan masalah, menghilangkan kejenuhan dan kekalutan


pikiran, dan bisa jadi motivasi dan pemberi inspirasi agar hidupnya menjadi
lebih hidup. Sepintas nampak sebagai solusi, padahal sesungguhnya pacaran
adalah awal musibah yang lebih besar.

d) Gejolak Pubertas

Dalam syari'at Islam masa awal pubertas biasa disebut masa baligh.
Biasanya ditandai dengan mimpi basah bagi laki-laki dan mengalami haid bagi
perempuan. Masa-masa ini adalah tahapan yang sangat penting, karena dalam
tahapan ini seorang muslim dan muslimah berstatus sebagai mukallaf. Yaitu
terkena kewajiban syari'at, berhak mendapat hadiah atas kebaikannya dan
mendapatkan sanksi jika melakukan pelanggaran.
Sekali lagi dorongan seksual berupa ketertarikan kepada lawan jenis
adalah sesuatu yang wajar dan normal. Yang terpenting adalah mengelola
dorongan seksual agar tidak menjerumuskan kita pada dosa, termasuk pacaran.
Ada semacam pandangan atau anggapan keliru di kalangan remaja bahwa
orang yang tidak pacaran adalah tidak normal. Ini jelas keliru. Ketertarikan
kepada lawan jenis dan pacaran adalah sesuatu yang berbeda. Ketertarikan
kepada lawan jenis adalah sesuatu yang wajar dan tidak dilarang, sedangkan
pacaran adalah perbuatan yang dilarang Islam. Ada pula yang berpacaran
sekadar untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis, diakui dan disukai.
Pacaran bukanlah solusi yang baik untuk menyalurkan gejolak pubertas.
Sebaliknya, pacaran hanya akan menimbulkan berbagai masalah dan problem
yang baru. Pacaran akan mencoreng langkah pertama ketika hendak menuju
dewasa, karena memulainya dengan dosa dan maksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Islam telah mengatur dan mengarahkan kehidupan para remaja
secara lebih pintar dan terarah. Islam mendidik dan membentuk karakter yang
mulia, karena masa remaja adalah masa-masa proses pencarian jati diri
maupun kepribadian untuk menjalani masa berikutnya.

b) Faktor Eksternal
a) Lingkungan Yang Buruk
12

Lingkungan ibarat mesin pencetak sebuah logam. Ia memiliki kekuatan


yang luar biasa untuk menempa dan mencetak logam apa saja menjadi bentuk
yang berbeda-beda. Jadi, lingkungan yang buruk bisa mengubah dan
membentuk pribadi yang baik menjadi buruk. Sebaliknya, lingkungan yang
baik bisa membentuk bahkan mengubah kepribadian yang buruk menjadi baik.
Lingkungan ibarat sekolah yang sangat luas dan tak terbatas. Lingkungan
meliputi teman bergaul, keluarga, sekolah tempat belajar, media massa,
perangkat teknologi, perkampungan, dunia kerja, dan yang lainnya adalah
lingkungan yang sangat lapang yang pasti akan dilewatinya.
Oleh karena itu seorang remaja muslim harus pandai mencari lingkungan
yang baik, patuh pada nasehat keluarga terutama orang tua, memilih teman
bergaul yang baik, sekolah yang baik, bahan bacaan yang baik, serta
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kebaikan.

b) Teman Yang Buruk

Tidak salahnya bergaul dan berteman. Akan tetapi kita harus pandai
memilih dan memilah siapa saja yang layak dijadikan teman. Temanmu adalah
cerminan dirimu. Demikianlah pepatah berkata. Seorang remaja atau pemuda
yang bergaul dengan teman yang baik akan lebih mudah menjaga diri.
Sebaliknya, teman yang buruk akan sangat mudah memberi pengaruh buruk.
Orang yang berteman dengan orang yang shalih, rajin mengaji, rajin shalat,
insya Allah akan mendapatkan pengaruh kebaikannya juga. Sebaliknya
berteman dengan orang yang buruk, mengabaikan shalat, tidak mengenal ngaji
dan masjid, pacaran, dan sebagainya juga akan menularkan keburukannya
kepada kita.

Rasulullah Saw. bersabda, "Perumpamaan teman yang baik dan teman


yang buruk seperti halnya penjual minyak wangi dan tukang pandai besi.
Seorang penjual minyak wangi, ia bisa memberimu atau kamu membeli
darinya, atau minimal kamu akan mencium aroma wangi darinya. Adapun
tukang pandai besi, ia bisa membuat pakaianmu terbakar atau minimal kamu
akan mencium bau yang tidak sedap darinya." (HR. Bukhari)
13

Oleh karena itu, memilih teman yang baik lagi shalih adalah sebuah
kelaziman bagi setiap muslim. Tidak dibenarkan menjadikan setiap orang
yang ditemui sebagai teman bergaul. Dan bukan sebuah kebaikan menjadikan
orang yang berperangai buruk sebagai teman, bahkan hal itu adalah sebuah
keteledoran dan kehancuran bagi dirinya.

Rasulullah Saw. bersabda, "Seseorang itu tergantung kepada agama


teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat
siapa yang menjadi teman karibnya." (HR. At-Tirmidzi)

c) Penyalahgunaan Teknologi Sebagai Media

Perkembangan media informasi, transportasi, dan komunikasi begitu


pesat dan mudah untuk diakses oleh semua kalangan. Media seolah menembus
batas dan mempersatukan dunia hingga ke pelosok perkampungan. Kemajuan
teknologi satu sisi adalah karunia Allah yang sangat besar, dan ummat
manusia wajib untuk mensyukurinya dengan memanfaatkannya sesuai jalan
yang diridhai-Nya. Namun di sisi lain, kemajuan teknologi informasi
menghadapkan kita pada kenyataan yang sungguh mengkhawatirkan, seperti
siaran televisi yang jauh dari mendidik, muatan media internet yang merusak
moral. Gadget, jejaring sosial, dan media-media lainnya sarat dengan hal-hal
yang berbau maksiat. Media-media seolah tidak sepi dari lagu-lagu, film, foto-
foto yang mengumbar aurat, kebohongan, hingga acara-acara lawak yang
mempermainkan kemuliaan manusia.

D. Dampak Pacaran

Terkhusus bagi remaja yang sudah terjerumus dalam pacaran, berikut ialah bahaya
yang semestinya mereka dan orang tua ketahui dari dampak dari pacaran.

1. Menjerumuskan Ke Perzinaan

Seringkali remaja akan menentang bahwa mereka tidak akan melaksanakan


hal-hal yang demikian. Mereka akan berpacaran yang sehat, katanya. Meski, tak ada
berpacaran yang sehat kecuali sesudah menikah. Bagaimanapun juga, pacaran ialah
14

tindakan dosa. Awalnya manusia yang berbuat dosa, iblis ialah sahabatnya.
Sehingga kemana malahan ia berpijak, akan ada iblis yang senantiasa menemani
dan membisikinya rayuan-rayuan kemaksiatan sehingga ia kian terlena dalam
bertingkah dosa. Semua hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai
berdua-duaan, dan kesudahannya melakukan yang tidak selayaknya untuk
dikerjakan.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Tercatat atas si kecil Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti
mengalaminya. Kedua mata zinanya memandang, kedua telinga zinanya
mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (mengendalikan dengan
keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap.
Telah itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (H.R
Bukhari).

2. Melemahkan Iman

Tiap-tiap dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Awalnya orang yang
bertingkah dosa, ada iblis yang menemaninya. Meniupkan beraneka rayuan agar
orang itu kian terjerumus dalam dosa. Iming-imingnya amat banyak, meski
kesemuanya hanya pemuas nafsu belaka. Akhirnya, yang awalnya tak terpengaruh
malah dapat saja terjerumus.

Sampai, banyak waktu dihabiskan cuma untuk sang pacar. Bahkan hingga
cinta pada sang Pemilik malahan terbengkalai. Awalnya hari cuma mengingat wajah
kekasih, namun lupa pada Allah SWT. Naudzubillah, sungguh yang demikian telah
menjadi orang yang tersesat.

3. Berbohong Terhadap Kemunafikkan

Orang yang pacaran itu mengajari diri untuk menjadi munafik. Malahan ini itu
cuma demi membuat si pacar bahagia. Kesudahannya mengumbar komitmen-
komitmen yang belum tentu bisa ditepati malahan tidak jarang aslinya hanya bualan
semata. Jarang menonjolkan sisi terbaik meskipun dibelakangnya seling mencela.
15

Tak mengumbar rayuan romantis hanya agar si pacar tidak curiga. Tidak
hanya dihadapan sang pacar, namun juga akan melakukan hal yang sama di hadapan
orang tua. Jadilah mereka sebagai mulut besar yang luar lazim.

4. Mengurangi Produktivitas Belajar

Tidak ada yang bilang pacaran dapat meningkatkan motivasi belajar. Jika
dipikirkan kembali ke dasarnya bahwasanya pacaran itu ialah dosa. Selama
berpacaran, artinya akan terus memupuk dosa sepanjang waktu. Dari tiap yang
namanya dosa, tidak akan terdapat kebaikan di dalamnya.

Justru sebaliknya, waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar, justru


lebih banyak dihabiskan bersama pacar. Uang pemberian orang tua yang wajib
diaplikasikan untuk kepentingan pengajaran, malah diterapkan untuk bersenang-
bersuka cita. Zaman kini, dedikasi tinggi terhadap pacar nampaknya merupakan
prioritas utama dibandingi dengan diri sendiri.

Sampai tidak jarang banyak yang malas belajar, sering tidak melaksanakan
tugas, kebanyakan berhayal, lalu ujung-ujungnya yaitu keteteran dan tinggal kelas
atau telat wisuda.

5. Hidup Boros

Seringkali memberikan ini itu terhadap pacar malahan lebih sering daripada
apa yang dilaksanakan terhadap orang tua sendiri. Walaupun, apa yang didapatkan
dari semua itu tidak diketahui hasilnya. Pacaran hanyalah penyebab kantong kering
yang akan membuat kepala pusing sampai nanti ujung-ujungnya merengeklah pada
orang tua untuk mendapatkan tambahan uang belanja sekaligus berpura-pura.

E. Islam Mengatur Pergaulan Umatnya


Kalau kita perhatikan lebih dalam, perbuatan zina (pacaran) sebetulnya merupakan
perbuatan lanjutan. Maksudnya, sebelum perbuatan zina dilakukan, ada sejumlah
aktivitas yang menjadi pintu pembukanya. Islam memberikan solusi untuk menutup
semua pintu pembuka zina tersebut dengan beberapa cara:

1. Menjaga pandangan
16

Perintah ini secara tegas Allah firmankan dalam Surat An-Nur ayat 30 dan 31.

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ’Hendaklah mereka menahan


pandanganya dan memelihara kemaluannya’” (Q5. An-Nur [24]: 30)

”Katakanlah kepada perempuan yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan


pandanganya dan memelihara kemaluannya’” (QS. An-Nur [24]: 31)

2. Menutup aurat

Allah wajibkan bagi seluruh muslim untuk menutup auratnya, baik laki-laki maupun
perempuan.

”... dan jangan1ah mereka (perempuan yang beriman) menampakkan perhiasannya


kecuali yang biasa tampak darinya.”(QS. An-Nur [24]: 31)

Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan ‘sesuatu yang biasa
tampak' adalah muka dan kedua telapak tangan. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang berpesan kepada Asma’ putri Abu Bakar,

“Hai Asma', sesungguhnya jika seorangperempuan teIah menginjak dewasa (haid)


maka tak boleh terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan im', sambil beliau menunjuk
muka dun telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud)

Sedangkan aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut.

“Jika salah seorang di antara kamu menikahkan hamba sahaya atau pembantunya
muka jangan melihat sesuatu yang termasuk aurat. Adapun apaapa yang ada di
bawah pusar hingga lutut adalah aurat.” (HR. Ahmad)

3. Dilarang berkhalwat
17

Berkhalwat maksudnya adalah berdua-duaan di tempat sepi dengan lawan jenis


yang bukan mahram.

”Janganlah seorang Iaki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan (using)


kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhari)

"Janganlah saIah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorangperempuan


karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR.
Ahmad)

Kalau ada setan yang menyertai maka akan sangat rawan manusia berbuat maksiat.
Allah Ta'ala beriirman tentang setan dan godaannya kepada manusia.

"Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan
keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 169)

4. Tidak bersentuhan dengan non-mahram

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperingatkan kita dengan tegas mengenai


masalah mahram ini.

“Sungguh, ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan besi lebih baik
baginya daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR.
Thabrani)

Mungkin pada awalnya akan banyak orang yang nyinyir ketika kita memutuskan
untuk tidak bersentuhan atau bersalaman dengan yang bukan mahram kita.

5. Larangan ikhtilat dengan lawan jenis

Ikhtilat maksudnya adalah bercampur antar lawan jenis dalam satu tempat tanpa
adanya pemisah. Ikhtilat dilarang dalam Islam karena rawan menimbulkan fitnah.
18

Misalnya saling bertatap muka dalam waktu lama, bersentuhan atau bersenggolan
dengan non-mahram, bahkan bisa juga terjadi pelecehan seksual.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah suatu hari berbicara di luar masjid
sehingga membuat banyak orang berkumpul di jalan, baik laki-laki maupun
perempuan. Melihat hal itu, beliau menyeru kepada para perempuan untuk menepi
dari jalan, memisahkannya dari kerumunan laki-laki sehingga tidak tercampur.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Hamzah bin Abu Usaid Al-Anshari.

6. Larangan mendayukan suara

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimi ra berkata, “Ucapan perempuan tidaklah


haram dan bukan aurat. Akan tetapi, bila si perempuan melunakkan suaranya dan
melembutkannya, serta bemcap dengan gaya bicara yang bisa membuat orang lain
tergoda, itu baru haram.”

Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa

”Maka janganlah kalian melemah-lembutkan dalam ucapan hingga berkeinginan


jeleklah orang yang di hatinya ada penyakit.” (QS. Al-Ahzab [33]: 32)

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan, melembutkan suara yang


dilarang dalam ayat di atas adalah melunakkan suara dan membaguskannya
sehingga dapat membangkitkan fitnah. Oleh karena itu, seorang perempuan tidak
boleh mengajak bicara laki-lakiyang bukan mahramnya dengan suara mendayu-
dayu. Karena hal tersebut dapat menggoda, menggerakkan syahwat, dan terkadang
menyeret pada perbuatan keji. Sedangkan perubahan suara seorang perempuan yang
disebabkan karena rasa malunya bukanlah sesuatu yang dilarang.

7. Larangan perempuan menampakkan perhiasan dan memakai wewangian.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya perempuan


adalah aurat maka jika dia keluar (rumah) setan akan mengikutinya
(menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaannya yang paling
19

dekat dengan Rabbnya adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Ath-
Thabrani)

Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, "Hendaklah mereka menahan


pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) tampak dari mereka" (Q8.
An-Nur [24]: 30-3 1)

”Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian ber-tabarruj (scring keluar rumah dengan berhias dan bertingkah
Iaku) seperti (kebiasaan) perempuan [ahiliyah yang dahulu.” (QS. AlAhzab [33]:
33)

Muslimah juga dilarang keluar rumah dengan memakai wangi-wangian dalam


bentuk apa pun, karena akan menimbulkan fitnah yang besar. Sebagaimana sabda
baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ”Seorangperempuan, siapa pun
dia, jika dia (keluar rumah) dengan memakai wangi-wangian, Ialu (dengan
sengaja) melewati kaum Iaki-Iaki agar mereka mencium bau wanginya maka ia
seperti perempuan pezina.” (HR. An-Nasa'i)

8. Perintah puasa atau segera menikah

Bagi para pemuda yang sudah siap dan mampu, sangat dianjurkan untuk segera
menikah. Tapi bagi yang belum mampu, Nabi berpesan untuk memperbanyak puasa
sunah. Minimal puasa Senin-Kamis, lebih utama lagi puasa Dawud, yaitu puasa
selang-seling sehari puasa sehari tidak.

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya
menikah, karena ia Iebih menundukkan pandangan dan Iebih memelihara
kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya ia berpuasa,
sebab dapat mengekangnya.” (HR. Bukhari)
20

F. Cara Menghindari Pacaran

Dari pernyataan di atas tentang bagaimana islam mengatur pergaulan umatnya,


sudah pasti jika masyarakat menjalankannya akan terhindar dari mendekati perbuatan
zina (pacaran).
Dan apabila agama Islam membuat sebuah larangan, maka pastinya Allah SWT
akan memberikan solusi untuk masalah tersebut, termasuk masalah pacaran ini. Dalam
ajaran islam ada juga istilah pacaran, lebih tepatnya “Pacaran Islami”.
Pacaran islami yang dimaksud disini adalah pacaran yang dilakukan setelah orang
tersebut telah menikah. Seperti yang dijelaskan dalam pengertian pacaran KBBI, pacaran
adalah “Pergaulan antara lelaki dan perempuan, bersuka-suka mencapai apa yang
disenangi mereka”. Apabila hal ini dilakukan setelah sebuah pasangan sudah “sah” maka
hal itu tidak menyebabkan orang tersebut berdosa.
Tetapi tentunya apabila pasangan tersebut belum “sah” maka mereka bisa
mendapatkan dosa. Bahkan apabila kamu sudah menikah dan sah, kamu bisa
mendapatkan pahala apabila kamu melakukan pacaran islami. Nabi Muhammad SAW
mengatakan dalam haditsnya bahwa kemesraan yang dilakukan oleh suami dan istri
adalah termasuk sedekah dan mendapatkan pahala. Berikut adalah hadits tersebut;

Dari Saad bin Abi Waqosh r.a berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dan
sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga
suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.”(Mutafaqun ‘Alaih).

… Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara


kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah SAW.
menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang
haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal,
maka ia mendapatkan pahala.”(HR. Muslim).
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasrkan pembahasnnya sebelumnyapenulis menyimpulkan bahwa :

1. Pacaran merupakan sebuah proses dimana dua insan mengekspresikan perasaan


satu sama lain agar terjalin hubungan cinta kasih.
2. Interaksi antara lelaki dan wanita tanpa disertai mahram, kebanyakan dari interaksi
itu akan berlanjut ke hubungan yang dilarang agama, apa pun bentuknya, entah
sering berinteraksi, bertemu atau terpisah jarak, yang namanya pacaran (mengikat
perasaan laki-laki dan wanita sebelum halal), tetap tidak diperbolehkan.
3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi sebab munculnya pacaran dapat
diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor Internal
1) Minimnya Bekal Pemahaman Agama
2) Nafsu Dan Syahwat Yang Tidak Terkendali
3) Terjerat Masalah Pribadi Dan Solusi Yang Salah
4) Gejolak Pubertas
b) Faktor Eksternal
1) Lingkungan Yang Buruk
2) Teman Yang Buruk
3) Penyalahgunaan Teknologi Sebagai Media
4. Islam memberikan solusi untuk menutup semua pintu pembuka zina tersebut
dengan beberapa cara:

a) Menjaga pandangan
b) Menutup aurat
c) Dilarang berkhalwat
d) Tidak bersentuhan dengan non-mahram
e) Larangan ikhtilat dengan lawan jenis
f) Larangan mendayukan suara
g) Larangan perempuan menampakkan perhiasan dan memakai wewangian.
h) Perintah puasa atau segera menikah

21
22

5. Agama Islam membuat sebuah larangan, maka pastinya Allah SWT akan
memberikan solusi untuk masalah tersebut, termasuk masalah pacaran ini. Dalam
ajaran islam ada juga istilah pacaran, lebih tepatnya “Pacaran Islami”. Pacaran
islami yang dimaksud disini adalah pacaran yang dilakukan setelah orang tersebut
telah menikah.

B. Saran-saran
Berdasarkan pembahasan sebelumnya penulis menyarakan pemabaca untuk :

1. Pacaran adalah perbuatan yang dilarang agama Islam, jadi jauhilah perbuatan
tersebut.
2. Pemuda yang sudah siap dan mampu, sangat dianjurkan untuk segera menikah.
Tapi bagi yang belum mampu, Nabi berpesan untuk memperbanyak puasa sunah
untuk menghalangi nafsu.
3. Berhati-hati dalam menggunakan gadget karena dapat mendatangkan mudhorot
bagi masyarakat. Termasuk memposting foto dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Said & Armyta Dwi Pratiwi, 2017. Menikah Saja. Jakarta : Qultum Media

Radindra Rahman, 2017. Sampai Kapan Aku Nenunggu. Jakarta : Wahyu Qolbu.

Sumber Internet

http://id.wikipedia.org/pacaran (diakses pada tanggal 2 Mei 2018, pada pukul 16:05)

http://islamindonesia.info/pacaran-dalam-islam-hukum-bahaya-dan-akibatnya/ (diakses pada


tanggal 17 mei 2018, pada pukul 20:21.)

http://kbbi.web.id/pacar (diakses pada tanggal 2 mei 2018, pada pukul 16:09.)

http://okupan.blogspot.co.id/2015/03/penyebab-munculnya-fenomena-pacaran.htm (diakses
pada tanggal 17 mei 2018, pada pukul 20:39.)

23

Anda mungkin juga menyukai