Makalah Komunikasi Dan Empati c3
Makalah Komunikasi Dan Empati c3
Disusun Oleh:
KELOMPOK C3
Anggiriani (102012453)
2012/2013
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan .......................................................................................... 1
II. Pembahasan…........................................................................................4
Latar belakang
Komunikasi dan Empati merupakan suatu yang di butuhkan dalam interaksi sosial
seharian. Terutama dalam profesi kedokteran yang bukan sahaja melibatkan penyembuhan
fisik, malah penyembuhan dari sisi emosi dan psikologi. Hal ini tidak mudah karena manusia
itu berbagai ragam dan perilaku, semuanya mempunyai variasi disebabkan personaliti,
karakteristik, lingukungan dan berbagai faktor yang membedakan antara satu dengan yang
lain.
Skenario :
“ Seorang remaja puteri, berusia 18 tahun memeriksa diri ke dokter keluarganya , dengan
mengatakan bahwa dari hasil pemeriksa urinnya positif ia hamil. Ia minta dokter tidak
memberitahukan kondisi kehamilannya kepada ibunya. Karena kuatir diusir dari rumahnya.
Tak lama kemudian , ibu remaja itu menelpon dokter menanyakan hasil pemeriksaan
puterinya dan jugaingin dapat kepastian bahwa anaknya hamil “
1
1.1 Identifikasi istilah yang tidak diketahui
Pada skenario yang dibahas tidak ditemukan istilah-istilah yang tidak diketahui maka
identifikasi istilah tidak ada.
Wanita 18 tahun ke dokter keluarga dan hasil pemeriksaan positif hamil dan minta
dirahasiakan. Namun diketahui ibunya dan meminta kepastian kehamilan anaknya dari dokter
yang terikat oleh kode etik kedokteran.
2
1.4 Hipotesis
Dokter harus menjaga rahasia kehamilan wanita tersebut karena terikat dengan kode etik
kedokteran.
3
PEMBAHASAN
4
B. Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communis, dalam bahasa Inggris common,yang berarti
“sama”. Berkomunikasi (to communi-cate) berarti kita berusaha menimbulkan
perasaan (commonness) sikap dengan seseorang.
Menurut Azwar (1996), komunikasi diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi
terwujudnya hubungan baik antara individu dan orang lain. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang
lain untuk mencapai pengertian dan persamaan sikap.
Menurut Azwar(1996) tujuan utama komunikasi adalah menimbulkan saling
pengertian bukan persetujuan.1 Komunikasi merupakan proses kompleks(verbal dan
nonverbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Perry dan Potter,
2005).3 Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi, tetapi juga perasaan dan emosi
ketika individu menyampaikan hubungan.
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.
Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan
penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai
kesamaan pandangan atas ide yang dibagi atau disharingkan tersebut.
Pelaksanaan kegiatan komunikasi berlangsung dengan bantuan elemen-elemen pembentuk
komunikasi.
5
1. Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
2. Eksistensi Diri (Self Existence)
3. Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
4. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
5. Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)
Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya
terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat
mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya.
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara
bertahap. Ada 5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita
tunjukkan kepada mereka)
2. Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui
apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan
maksud kita bisa mereka terima
5. Memperoleh umpan balik dari pendengar
Jika kelima tahapan ini sudah dilakukan dan dilalui dengan baik, maka akan tercipta
suatu komunikasi yang efektif antara pemberi informasi dan penerima informasi (dokter-
pasien dan sebaliknya).
a) Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,entah lisan
maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam hubungan antarmanusia.
Melalui kata-kata,mereka mengungkapkan perasaan,emosi,pemikiran,maksud,menyampaikan
fakta,data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran.
6
b) Non-verbal
Perbuatan berbicara lebih banyak dari kata-kata. Ekspresi wajah,jeda atau tenggang waktu
dalam berbicara, gerak tangan, jarak,kontak mata,sikap tubuh,cara berpakaian,volume suara
dan intonasi, sentuhan, dan sebagainya, semua itu adalah perbuatan dan sekaligus merupakan
modalitas komunikasi nonverbal. Maka setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat
diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau
pelakunya. Perilaku nonverbal mempunyai beberapa ciri :
1. Merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarang kita sadari.
2. Berfungsi mengungkapkan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya, kendati dengan
kata-kata kita berusaha menyembunyikannya
3. Komunikasi nonverbal merupakan sarana utama untuk mengungkapkan emosi.
Dalam skenario, pada saat bersama dengan anak tersebut dokter harus menjelaskan
dengan terbuka hasil pemeriksaan yang didapatkan anak tersebut hamil. Dokter juga harus
menjelaskan bahwa kehamilan anak tersebut sangat beresiko karena hamil di usia muda,
karena resiko dapat terjadi dengan berbagai macam, terlebih saat kehamilan ini maupun pada
saat persalinan bisa terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, partus macet, karena
anatomi panggul anak tersebut belum siap bersalin. Oleh karena itu dokter berharap bisa
mengajak ada baiknya untuk meminta persetujuan pasien untuk dapat berkata jujur dan
berkata terbuka kepada orang tuanya untuk mengantisipasi resiko-resiko yang dapat terjadi
seperti yang telah dijelaskan dokter.
Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh
menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan dalah
untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatannya.
7
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan
medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk
melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun
komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya
memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi
dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting
dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap
dalam hubungan dokter-pasien.
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Tujuan :
8
Manfaat :
Berdasarkan skenario itu, setelah orang tua dipanggil ini jelaskan pada orang tua
pasien tersebut bahwa anaknya saat ini sedang dalam kondisi hamil untuk itu dokter
berharap orang tua tidak gegabah dalam bertindak melainkan bijaksana dengan
menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan karena saat ini anak mereka sedang
hamil, dimana orang hamil muda kondisinya menjadi buruk apabila kurang istirahat
ataupun tertekan secara psikis oleh karena itu orang tua harus bertindak baik agar
menemukan jalan keluar yang tepat untuk anaknya maupun bayi yang sedang di kandung
anaknya. Pesankan juga ke orang tua untuk memperhatikan kesehatan anaknya selama
hamil dengan makan-makanan bergizi dan sedapat mungkin memeriksakan anaknya
sebulan sekali ke puskesmas atau dokter kandungan.
Orang tua dalam posisi sudah mengetahui perihal tentang kehamilan anaknya kiranya
tidak boleh mengutamakan emosi, namun berusaha bersabar, dan menerima pengakuan
anaknya dengan baik. Dan menasehati anaknya tersebut dengan halus dan lembut,
membuat anak merasa nyaman, dan merasa bahwa tempat terindah dalam hidupnya
adalah keluarga tidak hanya saat ia senang, melainkan pula disaat dimana ia terpojokkan
oleh masalah besar, agar anak merasa tetap diterima baik apa adanya dan bisa berjanji
tidak akan pernah mngulanginya kesalahan yang sama lagi.
9
C. EMPATI
Empati dari Bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti( "ketertarikan fisik") didefinisikan
sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain.
- Identitas : Nama , usia , jenis kelamin, kondisi fisik ( warna kulit, tinggi, berat
badan, raut muka, taraf kesehatan dsb ), status perkawinan, orientasi seksual
(heteroseksual, biseksual, homoseksual ), ras, suku bangsa , etnik , latar belakang
pendidikan , pengetahuan, taraf perkembang jiwa / mental, tradisi, budaya ,
agama, serta
- Pikiran , perasaan , keinginan, perilaku, dari orang itu.
- Kondisi mental
- Kondisi fisik
Empati juga dasar kasih sayang (agape), manusiawi sehingga Empati adalah kunci
komunikasi yang baik.
Ketrampilan empati bukan hanya sekedar berbasa basi atau bermanis mulut kepada pasien
melainkan :
- Mendengarkan aktif
- Responsif pada kepentingan pasien
- Responsif pada kebutuhan pasien
- Usaha meberikan pertolongan kepada pasien
- Empati harus mulai dari diri sendiri
- Empati sama dengan selera pribadi.
10
Dengan empati kita membangun dan menolong
11
PENUTUP
KESIMPULAN
Dokter dalam berkomunikasi haruslah disertai dengan adanya Empati, karena empati
dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat, efektif dan efisien. Komunikasi yang baik antara
dokter dan pasien adalah sangat penting. Seorang dokter harus melakukan empati yang baik
kepada pasiennya. Komunikasi adalah sangat penting bagi semua manusia terutamanya
kepada dokter untuk berinteraksi dengan pasien-pasiennya. Selain itu dalam kehidupan
sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun
antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan
masyarakat. Melalui komunikasi juga sifat atau perbuatan seseorang atau sekelompok dapat
dipahami oleh orang lain. Peranan positif dari komunikasi dan empati dalam hubungan
dokter-pasien sudah sangat jelas. Seorang pasien mau cepat sembuh datangnya dari
komunikasi yang efektif dan empati yang baik. Seorang dokter harus bisa membedakan
antara empati dan simpati. Dalam merawat pasien, empati adalah yang lebih dibutuhkan dari
pada simpati. Hasil dan manfaat dari komunikasi dan empati dapat dinikmati secara bersama
baik oleh pihak dokter maupun pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
13