Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“KOMUNIKASI DAN EMPATI”

Disusun Oleh:

KELOMPOK C3

Anthony Djohary (102012031)

Ellys Enica Lubis (102012015)

Vita Paramitha Teken (102012107)

Sendy Jayanti (102012186)

Natashya Risa pramana (102012370)

Anggiriani (102012453)

Pratiwi Agustiyanti Soepratiknyo (102012279)

Wendy Yudija Limbong Allo (102012312)

Andrew Danny (102012460)

Mohammad Tri Sudiro (102012178)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

2012/2013
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan .......................................................................................... 1

II. Pembahasan…........................................................................................4

III. Penutup .................................................................................................12

IV. Daftar Pustaka ..................................................................................... 13


PENDAHULUAN

Latar belakang

Komunikasi dan Empati merupakan suatu yang di butuhkan dalam interaksi sosial
seharian. Terutama dalam profesi kedokteran yang bukan sahaja melibatkan penyembuhan
fisik, malah penyembuhan dari sisi emosi dan psikologi. Hal ini tidak mudah karena manusia
itu berbagai ragam dan perilaku, semuanya mempunyai variasi disebabkan personaliti,
karakteristik, lingukungan dan berbagai faktor yang membedakan antara satu dengan yang
lain.

Komunikasi berarti penyampaian atau pertukaran pesan atau informasi melalui


pembicaraan, tulisan, ataupun perilaku antara dua orang atau lebih. Empati pula berarti
suatu kemampuan menempatkan diri dalam sepatu orang lain atau mengalami pandangan,
harapan, atau emosi orang lain dalam dirinya. Kemampuan untuk berempati berkait rapat
dengan kemampuan kita untuk merasa.

Skenario :

“ Seorang remaja puteri, berusia 18 tahun memeriksa diri ke dokter keluarganya , dengan
mengatakan bahwa dari hasil pemeriksa urinnya positif ia hamil. Ia minta dokter tidak
memberitahukan kondisi kehamilannya kepada ibunya. Karena kuatir diusir dari rumahnya.
Tak lama kemudian , ibu remaja itu menelpon dokter menanyakan hasil pemeriksaan
puterinya dan jugaingin dapat kepastian bahwa anaknya hamil “

1
1.1 Identifikasi istilah yang tidak diketahui

Pada skenario yang dibahas tidak ditemukan istilah-istilah yang tidak diketahui maka
identifikasi istilah tidak ada.

1.2 Rumusan Masalah

Wanita 18 tahun ke dokter keluarga dan hasil pemeriksaan positif hamil dan minta
dirahasiakan. Namun diketahui ibunya dan meminta kepastian kehamilan anaknya dari dokter
yang terikat oleh kode etik kedokteran.

1.3 Analisis Masalah (Mind Map)

2
1.4 Hipotesis

Dokter harus menjaga rahasia kehamilan wanita tersebut karena terikat dengan kode etik
kedokteran.

1.5 Sasaran Pembelajaran

 Mahasiswa memahami dan mengetahui komunikasi dokter terhadap pasien dalam


bentuk verbal dan non verbal.
 Mahasiswa memahami dan mengetahui empati dokter terhadap pasien dalam bentuk
kemampuan kognitif, afektif dan kemampuan perilaku.
 Mahasiswa memahami dan mengetahui kode etik kedokteran.

3
PEMBAHASAN

Dokter Menjaga Rahasia Pasien

Dokter harus menciptakan kondisi kondusif untuk menjaga rahasia pasien,termasuk


menata ruang konsultasi sedemikian rupa agar pembicaraannya dengan pasien tidak terdengar
oleh orang-orang yang tidak berkompeten termasuk resepsionisnya sendiri. Meski secara
umum kerahasiaan pasien harus sangat dijaga, dalam kenyataannya kerahasiaan tidak
selamanya bersifat mutlak. Ada beberapa kondisi dimana kerahasiaan pasien bias dibuka.
Tentang hal ini, setiap Negara memiliki aturan tersendiri(7). Pada skenario yang dibahas ada
beberapa hal yang menyangkut tentang dokter menjaga rahasia pasien yaitu :

A. Kode Etik Kedokteran


Kode etik sangat penting dalam dunia kedokteran, karena sebagai seorang dokter
ketika dia menjadi dokter dia telah melakukan sumpah dokter untuk itu dia harus
bekerja berdasarkan apa yang sudah diterapkan .karena sejak terwujudnya praktek
kedokteran masyarakat sudah mengetahui dan mengakui adanya beberapa sifat
mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan
bijaksana , yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja , kerendahan hati serta integritas
ilmiah dan moral yang tidak diragukan.

Dalam undang-undang telah tercantum peraturan tentang dokter menjaga rahasia


pasien pasal 12 yaitu “ Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia “.
Namun, berdasarkan Permenkes No 269/Menkes/Per/III/2008,kerahasiaan pasien dapat
dibuka kepada pihak tertentu seperti diberikan kepada aparat penegak hokum berdasar
perintah pengadilan atau kepada instansi/instuti lain guna kepentingan penelitian, pendidikan,
atau audit medis.

4
B. Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communis, dalam bahasa Inggris common,yang berarti
“sama”. Berkomunikasi (to communi-cate) berarti kita berusaha menimbulkan
perasaan (commonness) sikap dengan seseorang.
Menurut Azwar (1996), komunikasi diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi
terwujudnya hubungan baik antara individu dan orang lain. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang
lain untuk mencapai pengertian dan persamaan sikap.
Menurut Azwar(1996) tujuan utama komunikasi adalah menimbulkan saling
pengertian bukan persetujuan.1 Komunikasi merupakan proses kompleks(verbal dan
nonverbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Perry dan Potter,
2005).3 Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi, tetapi juga perasaan dan emosi
ketika individu menyampaikan hubungan.

Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.
Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan
penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai
kesamaan pandangan atas ide yang dibagi atau disharingkan tersebut.
Pelaksanaan kegiatan komunikasi berlangsung dengan bantuan elemen-elemen pembentuk
komunikasi.

Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:

1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan


2. Pesan : ide atau informasi yang disampaikan
3. Media : sarana komunikasi
4. Komunikan : audience, pihak yang menerima pesan
5. Umpan Balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya
Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan atau ide; ada yang
menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon
berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.
Sebagai suatu kegiatan pertukaran informasi antara individu atau kelompok,
komunikasi mempunyai fungsi fungsi yang berguna bagi pemberi pesan maupun penerima
pesan itu sendiri. Hal tersebut masuk kedalam fungsi fungsi komunikasi, yang dibagi
kedalam lima bagian, yaitu :

5
1. Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
2. Eksistensi Diri (Self Existence)
3. Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
4. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
5. Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)

Dalam perkembangannya, sering terjadi penyimpangan penyimpangan yang


disebabkan karena ketidak efektifan pemberi pesan dalam menyampaikan pesan, atau
ketidakmampuan penerima pesan dalam menerjemahkan maksud dari pemberi pesan tersebut.
Hal ini dikatakan sebagai kondisi komunikasi yang tidak efektif.
Komunikasi yang efektif itu adalah komunikasi yang dua arah yaitu antara dokter dan
pasien, menerima apa adanya dan menjadi pendengar yang aktif. Tujuan komunikasi adalah
mendapatkan informasidan data dan menyampaikan informasi dan terapi.

Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya
terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat
mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya.
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara
bertahap. Ada 5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:

1. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita
tunjukkan kepada mereka)
2. Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui
apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan
maksud kita bisa mereka terima
5. Memperoleh umpan balik dari pendengar

Jika kelima tahapan ini sudah dilakukan dan dilalui dengan baik, maka akan tercipta
suatu komunikasi yang efektif antara pemberi informasi dan penerima informasi (dokter-
pasien dan sebaliknya).

Dalam komunikasi ada dua aspek yaitu:

a) Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,entah lisan
maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam hubungan antarmanusia.
Melalui kata-kata,mereka mengungkapkan perasaan,emosi,pemikiran,maksud,menyampaikan
fakta,data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran.

6
b) Non-verbal
Perbuatan berbicara lebih banyak dari kata-kata. Ekspresi wajah,jeda atau tenggang waktu
dalam berbicara, gerak tangan, jarak,kontak mata,sikap tubuh,cara berpakaian,volume suara
dan intonasi, sentuhan, dan sebagainya, semua itu adalah perbuatan dan sekaligus merupakan
modalitas komunikasi nonverbal. Maka setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat
diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau
pelakunya. Perilaku nonverbal mempunyai beberapa ciri :
1. Merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarang kita sadari.
2. Berfungsi mengungkapkan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya, kendati dengan
kata-kata kita berusaha menyembunyikannya
3. Komunikasi nonverbal merupakan sarana utama untuk mengungkapkan emosi.

Jenis –jenis komunikasi :

a. Komunikasi Dokter – Pasien

Dalam skenario, pada saat bersama dengan anak tersebut dokter harus menjelaskan
dengan terbuka hasil pemeriksaan yang didapatkan anak tersebut hamil. Dokter juga harus
menjelaskan bahwa kehamilan anak tersebut sangat beresiko karena hamil di usia muda,
karena resiko dapat terjadi dengan berbagai macam, terlebih saat kehamilan ini maupun pada
saat persalinan bisa terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, partus macet, karena
anatomi panggul anak tersebut belum siap bersalin. Oleh karena itu dokter berharap bisa
mengajak ada baiknya untuk meminta persetujuan pasien untuk dapat berkata jujur dan
berkata terbuka kepada orang tuanya untuk mengantisipasi resiko-resiko yang dapat terjadi
seperti yang telah dijelaskan dokter.

Komunikasi antara dokter – pasien diharapkan dapat mengatasi kendala yang


ditimbulkan oleh keduapihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa
mengembangkan komunikasidengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya
harus diluruskan.Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang
efektif denganpasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui
denganbaik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada
dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh
menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan dalah
untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatannya.

7
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan
medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk
melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun
komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya
memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi
dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting
dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap
dalam hubungan dokter-pasien.

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta


kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan
waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila
dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari
dan dilatih.

Tujuan dan manfaat dari komunikasi dokter – pasien adalah:

Tujuan :

- Menanyakan riwayat penyakit pasien


- Menanyakan riwayat penyakit keluarga
- Menjelaskan kepada pasien tentang status kesehatanya
- Menjelaskan kepada keluarga tentang status kesehatan pasien ( bila perlu dan ada
ijin )
- Memberikan masukan , perencanaan , pengobatan kepada pasien dan
keluargannya

8
Manfaat :

Meningkatkan kesehatan , fungsi dan status emosional pasien improve health,


funcional and emotional status.
- Menguranggi distres emosional pasien
- Hasil perbaikan fisik dan mental yang lebih baik
- Perbaikan gejala yang lebih baik
- Mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatiran pasien
- Meningkatkan status kesehatan jiwa pasien.

b. Komunikasi Dokter – Orang Tua

Berdasarkan skenario itu, setelah orang tua dipanggil ini jelaskan pada orang tua
pasien tersebut bahwa anaknya saat ini sedang dalam kondisi hamil untuk itu dokter
berharap orang tua tidak gegabah dalam bertindak melainkan bijaksana dengan
menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan karena saat ini anak mereka sedang
hamil, dimana orang hamil muda kondisinya menjadi buruk apabila kurang istirahat
ataupun tertekan secara psikis oleh karena itu orang tua harus bertindak baik agar
menemukan jalan keluar yang tepat untuk anaknya maupun bayi yang sedang di kandung
anaknya. Pesankan juga ke orang tua untuk memperhatikan kesehatan anaknya selama
hamil dengan makan-makanan bergizi dan sedapat mungkin memeriksakan anaknya
sebulan sekali ke puskesmas atau dokter kandungan.

c. Komunikasi Pasien – Orang tua

Orang tua dalam posisi sudah mengetahui perihal tentang kehamilan anaknya kiranya
tidak boleh mengutamakan emosi, namun berusaha bersabar, dan menerima pengakuan
anaknya dengan baik. Dan menasehati anaknya tersebut dengan halus dan lembut,
membuat anak merasa nyaman, dan merasa bahwa tempat terindah dalam hidupnya
adalah keluarga tidak hanya saat ia senang, melainkan pula disaat dimana ia terpojokkan
oleh masalah besar, agar anak merasa tetap diterima baik apa adanya dan bisa berjanji
tidak akan pernah mngulanginya kesalahan yang sama lagi.

9
C. EMPATI

Empati dari Bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti( "ketertarikan fisik") didefinisikan
sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain.

Empati adalalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menhayati, dan


menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan ;

- Identitas : Nama , usia , jenis kelamin, kondisi fisik ( warna kulit, tinggi, berat
badan, raut muka, taraf kesehatan dsb ), status perkawinan, orientasi seksual
(heteroseksual, biseksual, homoseksual ), ras, suku bangsa , etnik , latar belakang
pendidikan , pengetahuan, taraf perkembang jiwa / mental, tradisi, budaya ,
agama, serta
- Pikiran , perasaan , keinginan, perilaku, dari orang itu.
- Kondisi mental
- Kondisi fisik

Empati juga dasar kasih sayang (agape), manusiawi sehingga Empati adalah kunci
komunikasi yang baik.

Perlu adanya upaya dan kemampuan dalam berempati yaitu :

1. Kemampuan kognitif : Mengerti kebutuhan pasien


2. Kemampuan afektif : Peka akan perasaan pasien
3. Kemampuan perilaku : memperlihatkan atau menyampaikan empati kepada pasien.

Ketrampilan empati bukan hanya sekedar berbasa basi atau bermanis mulut kepada pasien
melainkan :

- Mendengarkan aktif
- Responsif pada kepentingan pasien
- Responsif pada kebutuhan pasien
- Usaha meberikan pertolongan kepada pasien
- Empati harus mulai dari diri sendiri
- Empati sama dengan selera pribadi.

10
Dengan empati kita membangun dan menolong

 Membangun : menyokong / meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian , kebajikan,


kasih dan hikmat spiritual.
 Menolong pasien untuk menjadi kuat
 Menolong pasien untuk mandiri
 Menolong pasien untuk melihat realitas
 Menolong pasien untuk mendapatkan kepastian bahwa :
 Masalahnya adalah masalah umum
 Masalahnya sudah diketahui penyebabnya
 Gejala- gejalannya tidak berbahaya bila cepat diterapi
 Metode perawatan tertentu tersedia
 Masalahnya bisa dipecahkan
 Ia tidak akan menjadi gila bila mau berubah
 Masalahnya bukan akibat / tergantung perbuatan orang lain melainkan harus
mulai dari diri sendiri
 Hal – hal yang tidak enak bisa kembali terjadi, bila tidak patu dalam terapi.

11
PENUTUP

KESIMPULAN

Dokter dalam berkomunikasi haruslah disertai dengan adanya Empati, karena empati
dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat, efektif dan efisien. Komunikasi yang baik antara
dokter dan pasien adalah sangat penting. Seorang dokter harus melakukan empati yang baik
kepada pasiennya. Komunikasi adalah sangat penting bagi semua manusia terutamanya
kepada dokter untuk berinteraksi dengan pasien-pasiennya. Selain itu dalam kehidupan
sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun
antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan
masyarakat. Melalui komunikasi juga sifat atau perbuatan seseorang atau sekelompok dapat
dipahami oleh orang lain. Peranan positif dari komunikasi dan empati dalam hubungan
dokter-pasien sudah sangat jelas. Seorang pasien mau cepat sembuh datangnya dari
komunikasi yang efektif dan empati yang baik. Seorang dokter harus bisa membedakan
antara empati dan simpati. Dalam merawat pasien, empati adalah yang lebih dibutuhkan dari
pada simpati. Hasil dan manfaat dari komunikasi dan empati dapat dinikmati secara bersama
baik oleh pihak dokter maupun pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih, dkk. 2007.Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu Pendekatan


Holistik.Jakarta : EGC. Hal 6-7.
2. Hardjodisastro, Daldiyono. 2006. Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter
Berpikir dan Bekerja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 217.
3. Elfiky,Ibrahim. Terapi Komunikasi Efektif. Jakarta: Hikmah; 2000.
4. Tandjung,jenu widjaja. Meningkatkan Komunikasi. Jakarta: Elex media komputindo; 2010.
5. Guntar N, Salmon JS, Desriaman S, Willem S, William G, Judin PT. Who am I,
Komunikasi Empati, Kom. Dokter-Pasien. Bahan Kuliah. Jakarta : FK UKRIDA ; 2007
6. Hodges, S.D., & Klein, K.J. Regulating the costs of empathy: the price of being human.
Journal of Socio-Economics. 2001
7. Andri, Dan H, Elly I, Evalina A, Hubertus KH. Komunikasi dan Empati. Bahan kuliah.
Jakarta : FK UKRIDA ; 2011
8. Joseph A. Devito; komunikasi antar manusia (edisi kelima), Professional
Books,Jakarta,1997.

Budiyanto, “hubungan dokter pasien”, jakarta : wordpress ; 2009

13

Anda mungkin juga menyukai