Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

METAFISIKA 1

KESEHATAN
Pandangan Ilmu Medis Sains dan Agama

BUDI ALFIANSYAH

1914370097

0822-73426682

REGULER 1 C – SISTEM KOMPUTER

Semeseter Ganjil 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas ujian akhir semester ganjil

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

BUDI ALFIANSYAH
ISI

1. Medis Sains
Adalah ilmu dan praktik dari diagnosis, pengobatan,
dan pencegahan penyakit. Kata medicine berasal dari bahasa Latin medicus, yang berarti
"dokter". Kedokteran meliputi berbagai praktik perawatan kesehatan yang berkembang
untuk mempertahankan dan
memulihkan kesehatan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit. Kedokteran
kontemporer menggunakan ilmu biomedis, penelitian biomedis, genetika, dan teknologi
medis untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah cedera dan penyakit, biasanya
melalui obat-obatan atau bedah, tetapi juga melalui terapi yang beragam, antara
lain, psikoterapi, splint dan traksi eksternal, peralatan medis, biologis, dan radiasi
pengionisasi.
Kedokteran telah ada selama ribuan tahun, selama sebagian besar dari itu adalah
seni (area dari keterampilan dan pengetahuan) yang sering memiliki hubungan dengan
keyakinan agama dan filsafat dari budaya lokal. Misalnya, seorang dukun akan
menggunakan tanaman obat dan berdoa untuk kesembuhan, atau filsuf dan dokter kuno
akan mengeluarkan darah menurut teori humoralisme. Dalam abad-abad terakhir,
sejak munculnya ilmu pengetahuan modern, kebanyakan dari kedokteran telah menjadi
kombinasi seni dan ilmu pengetahuan (baik dasar dan terapan, di bawah payung ilmu
kedokteran). Sementara teknik untuk melakukan jahitan adalah seni yang dipelajari melalui
praktik, pengetahuan tentang apa yang terjadi pada tingkat sel dan molekuler pada jaringan
yang dijahit muncul melalui ilmu pengetahuan.
Bentuk pra-ilmiah kedokteran sekarang dikenal sebagai pengobatan
tradisional dan pengobatan rakyat. Mereka tetap umum digunakan dengan atau sebagai
ganti pengobatan ilmiah dan dengan demikian disebut pengobatan alternatif. Misalnya, bukti
efektivitas akupunktur adalah "bervariasi dan tidak konsisten" untuk kondisi apapun,] tetapi
umumnya aman bila dilakukan oleh praktisi yang terlatih. Sebaliknya, perawatan di luar
batas-batas keamanan dan kemanjuran disebut sebagai perdukunan.
2. Agama

Al-Qur’an diturunkan sebagai syifa’ (penyembuh), bukan obat, karena cukup banyak
obat tetapi tidak menyembuhkan dan setiap penyembuh dapat dikatakan sebagai obat.
Pada dokter ahli sudah mampu mengetahui berbagai macam virus yang mendatangkan
penyakit, namun penyakit stress yang tidak ada virusnya tak mampu dideteksi oleh medis.
Maka lewat terapi Al-Qur’an penyakit yang tak bervirus itu bisa diketahui. Perubahan-
perubahan sosial yang terjadi dengan cepat sebagai konsekunsi dari modernisasi dan
globaliasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai dampak serius
dalam mempengaruhi nilai-nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan yang begitu cepat yang pada gilirannya menimbulkan
stresss yang akhirnya menimbulkan penyakit.

Dalam konsep ilmu kesehatan jiwa, seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak mampu
lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam praktek di lapangan
secara lahiriah, disaksikan oleh setiap orang berapa banyak pegawai yang tekun, patuh dan
disiplin, karena takut dikatakan tidak loyal kepada atasannya, padahal sebenarnya apa yang
dilakukan tidak sesuai dengan rasa hati nuraninya. Begitu juga dalam banyak peristiwa lain
yang berdampak pada kejiwaan. Perasaan takut, sedih, kelaparan, kurang harta, kehilangan
jiwa adalah cobaan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Betapa sedih dan tegang jiwa
seorang ayah dan ibu yang mengetahui anaknya terserang penyakit yang menakutkan atau
terserang oleh zat adiktif yang kini semakin marak dalam masyarakat. Untuk mengatasi hal-
hal tersebut, Al-Qur’an menawarkan metode yang tepat. Allah berfirman, yang artinya:
“…Katakanlah Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman
(QS. Fusilat/41: 33), Di ayat lain, Allah menegaskan, yang artinya: Dan kami turunkan
sebagian dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman; dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah manfaat kepada orangorang zalim selain
kerugian (QS Al-Isra’/17:82). Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan arti penyakit
di ayat-ayat di atas. Raqhib Isfahany dalam tafsiran al-Makhtut mengatakan bahwa: “Pada
asasnya penyakit itu ada 2 macam; hissy (yang dapat dirasakan lewat indera) dan nafsi (yang
berkaitan dengan kejiwaan). Kedua-duanya adalah keluar dari keadaan normal. Penyakit
yang dapat diketahui oleh panca indera mudah dikenal. Sdangkan penyakit yang berkaitan
dengan kejiwaan banyak seperti kebodohan, ketakutan, kekikiran, kehasadan (iri hati), dan
penyakit-penyakit hati lainnya. Akhlak-akhlak yang tercela di atas disebut dengan penyakit
karena ia menghalangi orang-orang yang berakhlak demikian untuk mendapatkan
kemuliaan sebagaimana penyakit menghalangi si sakit dari aktivitasnya sebagaimana biasa1
Mungkin juga karena akhlak tercela itu jalan yang menarik mengambil kehidupan yang
sebenarnya sebagaimana firman Allah: “Dan sesungguhnya kehidupan di akhirat nanti
adalah kehidupan yang sebenar-benarnya”.

Mungkin juga penamaan ini dikarenakan jiwa manusia condong kepada keyakinan
terhadap sesuatu sebagaimana condongnya jiwa seorang yang sakit kepada segala sesuatu
yang berbahaya. Sedangkan firman Allah: Penyakit tersebut adalah kemunafikan, keragu-
raguan, dan permusuhan mereka. Ibnu Mas’ud dan Hasan Basry dan Qutadah mengatakan
penyakit itu adalah keragu-raguan. Sedangkan selain mereka ada yang mengatakan: cinta
dunia dan mengikuti hawa nafsu, sedangkan yang lain mengatakan: kesedihan, kedengkian,
iri hati dan condong kepada dunia. Kesemua apa yang disebutkan di atas termasuk ke dalam
apa yang disebut dengan penyakit. Apa yang disebutkan Raghib di atas benar adanya
menurut bahasa karena penyakit yang disebutkan diayat di atas secara bahasa mencakup
semua apa yang Raghib sebutkan. Akan tetapi, walaupun kata “penyakit” bersifat umum,
akan tetapi maknanya diayat di atas khusus. Firman Allah dalam surat Muhammad 29, yang
artinya: “Atau apakah orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit mengira bahwa
Allah tidak akan memperlihatkan kedengkian mereka”. Pada ayat di atas, jelaslah bahwa
maksud dari kata penyakit adalah kedengkian atau iri hati dan dengki. Pada ayat yang lain
Allah juga menyifati orang-orang yahudi dengan sifat ini. Sebagaimana firman Allah pada
surat berikut, yang artinya: “Apakah mereka beriri hati kepada orang lain (kaum Arab) atas
apa yang telah Allah berikan kepada mereka dari keutamaannya.”

“Banyak orang dari golongan ahli kitab yang berkeinginan untuk mengembalikan
kalian (orang-orang beriman) kepada kekufuran setelah kalian beriman atas asas kekufuran
dan isi hati dari diri mereka sendiri” Atas dalil di atas, penafsiran penyakit dengan maksud
memunafikan tidaklah cocok, apalagi banyak ayat yang menggabungkan penyakit itu dengan
kemunafikan dengan cara athaf. Begitu juga penafsiran penyakit ini dengan keraguan-
raguan karena kedua-duanya juga telah disandingkan dengan athaf pada ayat berikut:
“Apakah dihati mereka ada penyakit ataukah mereka ragu-ragu”. Kalau penyakit itu
ditafsirkan dengan ragu-ragu maka penggabungan keduanya tidak mempunyai makna
karena sebagaimana yang disebutkan diawal tulisan ini. Sedangkan qasidah yang disebutkan
Ibnu Abbas yang dipahami Nafi’ bin Azraq dengan makna kemunafikan tidaklah disebutkan
dengan ungkapan yang jelas dan penjabarannya kepada Ibnu Abbas tidaklah kuat. Bait di
atas lebih condong dapat diartikan dengan makna iri hati dan dengki dari pada diartikan
dengan makna kemunafikan. “Saya melihat hati mereka terbakar dan mendidih panas
menunjukkan bahwa penyakit di atas artinya iri hati dan dengki karena iri hati membakar
hati seseorang sebagaimana api membakar kayu bakar”.3 Sedangkan maksud penyakit pada
surat Al-Ahzab ayat 32: “Jika kalian bertaqwa maka janganlah kalian berbicara dengan sikap
yang menimbulkan keberanian orang bertindak tidak baik kepada kalian sehingga
berkeinginan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit…” Sehubungan dengan
uraian pendahuluan di atas, maka dalam tulisan ini dibahas tentang Islam dan kesehatan
jiwa manusia, kesehatan merupakan salah satu dari maqashid syariah, dan kesehatan dalam
Kajian hukum Islam.
3. Pandangan Medis Sains dan Agama didalam bidang kesehatan tentang:

1. Kesurupan
2. Tenggen
3. Mati Suri
4. Split-personality / Kepribadian Ganda
5. Gangguan jiwa / Sakit jiwa

3.1. Kesurupan

 Menurut Medis Sains

Dalam DSM-IV,possession trance disorder termasuk dalam kategori dissociative disorder


alias gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif adalah hilangnya sebagian atau seluruh
integrasi antara kenangan masa lalu, kesadaran identitas, dan sensasi serta kontrol dari
gerakan tubuh. Ini berarti bahwa possession trance disorder dapat diklasifikasikan
sebagai salah satu bentuk dari gangguan mental terkait perubahan identitas diri. Jika
diartikan secara terpisah, trance didefinisikan sebagai keadaan mental dimana individu tidak
memiliki kesadaran atas mental dan/atau lingkungannya dalam jangka waktu yang
lama.Sedangkan possession disorder merupakan sebuah istilah dari pengalaman yang
terjadi dalam masyarakat atau istilah yang menggambarkan pengaruh dari agen
kekal(Cardena, 1992). Berdasarkan
WHO dalam ICD 10 versi 2008,possessiontrance disorder adalah gangguan di mana terjadi
kehilangan sementara identitas pribadi dan Kesadaran penuh dari lingkungan. Termasuk
disini kondisi Kesurupan yang disengaja atau yang tidak disengaja,terjadi di luar situasi
keagamaan atau penerimaan budaya. Hal ini berarti kesurupan bukan terjadi karena suatu
Kepercayaan agama atau budaya, melainkan lebih kepada faktor mental seseorang.

 Menurut Agama

Para pembaca yang dirahmati Allâh Azza wa Jalla Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa
menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur terhadap segala nikmat yang dilimpahkan-
Nya kepada kita. Shalawat beserta salam mari kita ucapkan untuk Nabi kita yang mulia
Muhammad Shallallahu alaihiwa sallam. Semoga Allâh menjadikan kita orang-orang
senantiasa berpegang dengan sunnah beliau sampai akhir kehidupan kita.

Agama Islam adalah agama yang sempurna dalam menjelaskan antara hubungan antara
sesama makhluk dan bagaimana mereka saling beriteraksi dalam kehidupan ini.
Terdapat banyak dalil dari Alquran dan hadis yang menggambarkan keberadaan penyakit
kesurupan jin. Diantaranya,

1. Allah berfirman, menceritakan keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan,

َ‫الربا يأ ْ ُكلُونَ الَّذِين‬ َ َّ ‫ط َهُ الَّذِي يقُو َُم كما ِإ‬


ِّ ِ َ‫ل يقُو ُمونَ ل‬ ُ َّ‫شيْطانَُ يتخب‬ َِّ ِ ‫ل ْالب ْي َُع ِإنَّما قالُوا ِبأنَّ ُه َْم ذ ِلكَ ْالم‬
َّ ‫س ِمنَ ال‬ َُ ْ‫الربا ِمث‬
ِّ ِ
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)

Fenomena kerasukan jin adalah kenyataan yang tidak mungkin dibantah. Di samping
kejadian di lapangan, realita ini juga dibuktikan dengan dalil Alquran, hadis dan kesepakatan
ulama. Satu-satunya golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah, dan para
pemuja akal sedernhana yang mengikuti jejaknya. Ada banyak sebab, mengapa jin merasuk
ke dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya, karena kebencian.

3.2. Mati Suri

 Menurut Medis Sains

Dari segi medis, kondisi mati suri disamakan dengan near death experience (NDE) alias
pengalaman mendekati kematian. Dalam keadaan ini, biasanya detak jantung seseorang sudah
tidak terdeteksi namun otaknya masih berfungsi meskipun dalam tingkat yang sangat rendah.
Selain itu, aktivitas sel-sel tubuh dan organ pun sebenarnya masih ada tetapi sangat minimal.

aktivitas yang terjadi di dalam otak sehingga membuat seseorang mengalami mati suri.
Berikut :

Fase tidur
Sejumlah ahli menduga fase tidur Rapid Eye Movement (REM) atau fase nyenyak turut
memengaruhi seseorang mengalami mati suri. Pada fase ini, otot utama mengalami
kelumpuhan otot serta sistem pernapasan dan gerakan mata berjalan lebih cepat. Ketika
terjadi gangguan pada fase ini, seseorang dapat mengalami kelumpuhan sementara yang
menghalanginya untuk bangun dari tidur.
Selain itu, mati suri juga dikaitkan dengan halusinasi penglihatan atau pendengaran di masa
peralihan dari tidur menuju kesadaran maupun sebaliknya. Terdapat kemungkinan otak
mencampurkan kondisi tidur dengan kondisi sadar. Dengan begitu seseorang dibuat bingung
dengan keadaannya. Dia bisa saja memiliki perasaan dikelilingi cahaya, terpisah dari dirinya,
dan tidak mampu bergerak meski merasa sadar.
 Menurut Agama
Mati suri merupakan kondisi manusia yang dikira sudah mati, tetapi sejatinya belum. Kondisi
ini dalam dunia medis disebut dengan istilah Near Death Experience (NDE). Sudah banyak
orang yang mengalami mati suri, sehingga mereka menceritakan apa yang dialaminya ketika
berada dalam alam lain dan sedikit banyak menjadi pembelajaran bagi yang belum
merasakan mati. Mati suri menurut Islam secara eksplisit memang tidak dibahas, termasuk
ayat Alquran yang menjelaskan tentang mati suri. Hanya saja, ayat Alquran yang merupakan
kitab suci universal bisa digali makna-maknanya untuk kemudian ditafsirkan oleh para
mufasir. Sebagaimana ayat Alquran yang menjelaskan tentang mati suri mungkin bisa
ditemui pada Surat Az-Zumar ayat 42. Artinya sebagai berikut: “Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya,
maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa
yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” Sebagian orang berpendapat, kalimat “Dia
(Allah) melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan” itulah yang disebut
dengan mati suri. Sebagian lagi menafsirkan ayat tersebut ketika orang bermimpi di tengah
tidurnya, sehingga bermimpi bisa melayang-layang kemana-mana. Dalam hadits Qudsi
dijelaskan, kematian merupakan pintu penghubung antara dunia dan akhirat. Setiap orang
yang mati melewati pintu tersebut, sedangkan kehidupan yaitu kondisi di mana jasad atau
tubuh dengan roh masih melekat. “Dalam Alquran dijelaskan, mati suri berarti salah satu
ujung tali roh terlepas, tapi dia masih hidup karena ujung lainnya masih terikat. Itu yang
membuat dia bisa kembali hidup. Mirip dengan orang tidur,” Dalam konsep Islam,
sebagaimana diketahui, roh ibarat tali yang punya dua ujung terikat pada tubuh. Jika salah
satu ujung terlepas dari badan, memungkinkan bagi manusia untuk melayang-layang
dengan apa yang disebut dengan mimpi atau mati suri.

3.3. Ganggguan Jiwa/ Sakit Jiwa

 Menurut Medis Sains

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya
terkait dengan stres atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai
kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan
fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia.
Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang
perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang
definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara
luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada
satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe
umum dari kelainan jiwa.

Penyebab gangguan jiwa bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori
terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan
untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian
diberikan oleh psikiater, psikolog klinis, dan terkadang psikolog pekerja sukarela,
menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya
jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan jiwa. Psikoterapi dan
pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi
sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan
paksa atau pengobatan paksa di mana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat
menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan jiwa (atau terdiagnosa
kelainan jiwa atau dinilai memiliki kelainan jiwa) yang akan mengarh ke berbagai gerakan
sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.

 Menurut Agama

Bagaimana Islam memandang kesehatan jiwa terutama dari segi gangguan jiwa? Tentunya
Islam memandang hal ini dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan. Islam tidak
memandang gangguan kejiwaan sebagai sebuah aib atau bencana, melainkan sebagai
sebuah ujian dan hikmah. Banyak dalil dalil di dalam Al Quran dan hadist yang membahas
tentang kesehatan. Salah satunya firman Allah SWT sebagai berikut: “Dan apabila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan aku” (QS Asy Syu’araa:80). Ayat ini menjelaskan kepada kita
bahwa sakit itu adalah ujian dari Allah, dan yang memberikan kesembuhan apabila kita sakit
adalah Allah. Karena Allah Yang Maha Menyembuhkan Segala Penyakit.
Bahwa orang yang mengalami gangguan kejiwaan pun tetap akan menjalani perhitungan
amal perbuatannya semasa ia hidup di dunia. Bahwa amal dan perbuatan orang yang
mengalami gangguan jiwa juga akan tetap dicatat dan ditimbang dalam hari perhitungan
kelak. Barang siapa yang amal kebaikannya lebih berat dibanding amal keburukannya, maka
ia termasuk dalam golongan orang yang beruntung dan akan mendapat kebaikan.
Sudah jelas, bahwa kita yang mengalami gangguan jiwa juga tetap dikenakan kewajiban
berupa ibadah berupa shalat 5 waktu. Hal ini adalah kewajiban. Kita harus mematuhinya.
Oleh karena itu, kita sebagai orang yang sehat maupun kita yang sedang mengalami ujian
berupa gangguan jiwa, tetap harus memperbanyak ibadah dan amal kebaikan kita kepada
Allah. Karena amal dan perbuatan baik kita sama sama akan dihitung. Oleh karena itu mulai
dari sekarang kita harus mempersiapkan amalan kita dengan lebih banyak beribadah kepada
Allah.
Apa amalan amalan yang baik bagi kita yang mengalami gangguan jiwa? Yang pasti, kita
tetap harus rutin menjalankan ibadah wajib kita, yakni ibadah shalat 5 waktu. Shalat 5
waktu pun merupakan kewajiban bagi kita yang mengalami gangguan jiwa. Karena shalat 5
waktu adalah tiang agama dan merupakan kewajiban utama kita sebagai seorang muslim.
Dan yang tak kalah penting, ibadah yang harus kita lakukan adalah mengaji dan
mengamalkan Al Quran. Membaca Al Quran adalah ibadah yang penting dan fundamental
bagi kita. Rutinkan membaca Al Quran setiap hari, insya Allah hati kita akan tentram dan kita
akan mendapatkan pahala dari lantunan ayat suci Al Quran tersebut. Al Quran juga adalah
obat dan penawar bagi hati. Seperti firman Allah SWT berikut: “Dan Kami turunkan dari Al
Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang orang yang zalim selain kerugian” (QS Al
Israa:82). Allah SWT juga berfirman dalam salah satu ayatnya berikut ini. “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan mu dan penyembuh bagi
penyakit penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang orang
yang beriman” (QS Yunus:57).

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa kami rangkum adalah bahwasaanya Ilmu sains dan Ilmu
Agama tanpa kita sadari sedikit ada persamaan dan juga masing-masing ilmu ini termasuk
kedalam kehidupan kita sehari-hari.
Pelajaran yang kami dapatkan adalah bahwasaanya Ilmu Sains masih mengambil
keadaan yang ada dimuka bumi ini saja, Sedangkan Agama mengambil dan menerka
keadaan yang ada dibumi maupun diakhirat dengan kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai