Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel.
Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Layaknya seperti bayi
dalam kandungan, embrio ayam juga mengalami perkembangan yang signifikan
dari hari ke hari. Embrio ayam di dalam telur mengalami perkembangan yang
merupakan awal kehidupan dari ayam.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui lapisan benih ektoderm, mesoderm, dan entoderm serta
perkembangannya pada embrio ayam 18,24,38 dan 48 jam.

1.3 Manfaat Tujuan


 Agar kita dapat mengetahui lapisan embryonal yang membentuk bakal organ.
 Agar kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentukkan
organ pada berbagai umur embrio ayam.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Embriologi

Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan


(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari
tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup.
Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan penekanan kepada
polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda tentang
embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan dituliskan
beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi.

Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio terjadi melalui tahapan yang
dikenal sebalagai blastula, gastrula, dan organogenesis. Perkembangan embrio ayam
terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan
perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah
sebabnya telur unggas relative besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapata dilihat
dengan mata telanjang, dan membutuhkan bantuan alat mikroskop. Amnio berfungsi
sebagai bantal sedangkan allantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio,
menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta
membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.

Embriologi mempelajari perkembangan tingkat awal individu sejak zigot (sel


telur yang telah dibuahi spermatozoon). Karena itu perlu mempelajari atau mengenal
berbagai macam sel gamet (spermatozoa dan sel telur) beserta organ pembentuknya
(gonad) dan saluran-saluran yang menyalurkan gamet tersebut dari tempat ia dibentuk.
Untuk menambah lengkapnya pengetahuan Anda tentang gamet, perlu pengamatan
teoritis tentang peristiwa pemasakan sel gamet. Pembuatan preparat apus vagina juga
diperlukan untuk mempelajari siklus birahi (estrus) pada mamalia.

2
2.2 Tahap Embrio

Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan sperma),
kemudian terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio
dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu fase morula, fase blastula, fase
gastrula, fase diferensiasi, serta organogenesis.(1)

1. Fase morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan berkali-kali. Pembelahan sel
dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat
pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan. Pembelahan yang
cepat terjadi pada bagian vertikal yang memiliki kutub fungsional atau kutub
hewan (animal pole) dan kutub vegetatif (vegetal pole). Antara dua kutub ini
dibatasi oleh daerah sabit kelabu (grey crescent). Setelah pembelahan terjadi
pada bagian vertikal, kemudian dilanjutkan dengan bagian horizontal yang
membelah secara aktif sampai terbentuk 8 sel. Pembelahan sel berlanjut sampai
terbentuk 16-64 sel. Embrio yang terdiri dari 16-64 sel inilah yang disebut
morula.(2)

3
2. Fase blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang
dibentuk pada fase morula. Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut
berbeda. Pada kutub fungsional terdapat sitoplasma yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kutub vegetatif. Konsentrasi sitoplasma yang berbeda
menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan hewan selanjurnya. Pada
fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk. Hal ini
ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi cairan
dan disebut blastosol . Embrio yang memiliki blastosol disebut blastula.

4
3. Fase gastrula
Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai
menghilangkan blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah
dengan cepat. Akibatnya, sel-sel pada kutub vegetatif membentuk lekukan ke
arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan membentuk dua formasi, yaitu lapisan
luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Bagian ektoderm akan menjadi
kulit dan bagian endoderm akan menjadi berbagai macam saluran.

Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan


selanjutnya, arkenteron akan menjadi saluran pencernaan pada hewan
vertebrata dan beberapa invertebrata. Bagian luar yang terbuka pada gastrula
menuju arkenteron disebut dengan blastofor. Bagian ini dipersiapkan menjadi
anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut. Pada fase ini
akan terjadi lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian
mesoderm. Pada akhir fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm,
mesoderm, dan ektoderm.

5
Berdasarkan jumlah lapisan embrionalnya, hewan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu hewan diploblastik dan hewan triploblastik. Hewan diploblastik memiliki
dua lapisan embrional, yaitu ektoderm dan endoderm. Contoh hewan
diploblastik adalah Coelenterata (hewan berongga). Hewan triploblastik
memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Mesoderm selalu terletak di antara ektoderm dan endoderm.

Hewan triploblastik dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ada


tidaknya selom (berasal dari kata coelom = ruangan yang berongga) dan
bagaimana selom tersebut dibentuk selama embriogenesis. Kelompok hewan
tersebut yaitu aselomata, pseudoselomata, dan selomata (euselomata). Hewan
aselomata tidak memiliki selom, contohnya cacing pipih (Platyhelminthes).
Hewan pseudoselomata memiliki selom semu, contohnya cacing tanah. Hewan
selomata memiliki selom sesungguhnya, misalnya manusia.

4. DIFERENSIASI DAN ORGANOGENESIS


Pada fase ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur dan
fungsi sel untuk menjadi jaringan yang spesifik. Proses ini dikendalikan oleh
faktor hereditas (gen) yang dibawa pada saat terjadi pembentukan kutub
fungsional dan kutub vegetatif. Pada akhirnya masing-masing bagian
endoderm, mesoderm, dan ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi
organ-organ sebagai berikut.

 Ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi epidermis, rambut,


kelenjar minyak, kelenjar keringat, email gigi, sistem saraf, dan saraf
reseptor.
 Mesoderm akan mengalami diferensiasi menjadi tulang, jaringan ikat,
otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi misalnya duktus deferens,
dan sistem reproduksi.

6
 Endoderm akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan epitel
pencernaan, sistem pernapasan, pankreas dan hati, serta kelenjar gondok

Dalam proses diferensiasi dan organogenesis, bagian yang berdekatan saling


mempengaruhi. Sebagai contoh, bagian mesoderm akan mempengaruhi
ektoderm dalam diferensiasi untuk perkembangan alat gerak, yaitu sebagian
berasal dari sel ektoderm dan sebagian dari mesoderm.
Setelah tahap embrio selesai, embrio yang disebut janin siap dilahirkan.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

 Alat :
1. Mikroskop
2. Buku gambar
3. Pensil
4. Penghapus
5. Pensil warna
6. Buku penuntun
 Bahan:
1. Preparat ayam 24 jam
2. Preparat ayam 72 jam
3. Preparat katak 3 mm embryo
4. Preparat katak neural groove
5. Preparat katak early neutral tube

3.2 Cara kerja


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Mengamati semua preparat yang akan digunakan (preparat ayam dan
katak).
3. Mengamati preparat menggunakan mikroskop.
4. Menggambar dan menulis keterangan hasil pengamatan di buku
gambar.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

a. Preparat EM02032 Frog 3 mm Embryo wm HE perbesaran 10X

b. Preparat EM02030 Frog neural Groove, sec HE perbesaran 10X

9
c. Preparat EM02015 Frog early Neutral Tube perbesaran 10X

d. Preparat chick Embryo (24 hr, sec) , through head perbesaran 4X

10
e. Preparat EM01032 chick Embryo 72 hr perbesaran 10X

Pembahasan :

Praktikum yang dilakukan pada embryogenesis pada ayam dan katak dapat
dilihat menggunakan mikroskop. Pada preparat ayam tahapan perkembangannya yaitu
morula, blastula dan gastrulasi. Sedangkan, hasil pengamatan katak menunjukkan
adanya garis pembelahan yang dimulai dari kutub animal menuju kutub vegetal.
Preparat ayam dapat dilihat dengan jelas menggunakan perbesaran 4X sedangkan
preparat katak dapat dilihat dengan jelas menggunakan perbesaran 10X.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah selesai melakukan praktikum pada embriogenesis pada ayam dan katak
yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Saya lebih mengetahui sel-
sel dan proses yang terdapat atau pembelahan yang terjadi pada embriogenesis yang
terjadi pada ayam dan katak.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Haviz M. KONSEP DASAR EMBRIOLOGI: TINJAUAN TEORETIS.


2014;(1):6.

2. Laporan_Praktikum_Embriologi_Hewan_Perke.docx.

3. http://de-fairest.blogspot.com/2016/07/tahap-embrio-pertumbuhan-dan.html

13

Anda mungkin juga menyukai