Anda di halaman 1dari 14

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

INTER PROFESSIONAL EDUCATION


“CEGAH HIV SEBELUM MENYERANGMU DAN KELUARGA”

Dosen: Nur Laily, S.K.M,. M.Kes

Disusun Oleh Kelompok XIII


AJIE SETYA SUSANTO 1610912310003
IRVAN MAULANA 1610911210020
GITA MAGVIRA PRADINA 1610911120014
MESSY WIDYA 1610912120019
NUR AIDHA APRILIYANTI 1610912220023
SHERLY RAHMAYANI 1610912320045
ACHMAD FAUZI 1610913310001
NURNIDAWATI 1710913320028
RAHMATUN NI’MAH 1710913320031
EMELIA RAHMAWATI 1710913220009

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pembimbing : Nur Laily, S.K.M,. M.Kes

Kelompok : XIII (Tiga Belas)

Nama Anggota :

1. Ajie Setya Susanto 1610912310003


2. Irvan Maulana 1610911210020
3. Gita Magvira Pradina 1610911120014
4. Messy Widya 1610912120019
5. Nur Aidha Apriliyanti 1610912220023
6. Sherly Rahmayani 1610912320045
7. Achmad Fauzi 1610913310001
8. Nurnidawati 1710913320028
9. Rahmatun Ni’mah 1710913320031
10. Emelia Rahmawati 1710913220009

Banjarbaru, 2 Desember 2019


Koordinator Dosen Pembimbing

Dr. Dr. Triawanti, M.Kes Nur Laily, S.K.M,. M.Kes


NIP.1971109121997022001 NIP. 1981O420060420
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Inter Professional Education
“Cegah HIV Sebelum Menyerangmu dan Keluarga”

A. Topik : HIV/AIDS
B. Sub Topik : a. Pengertian
b. Penyebab HIV/AIDS
c. Tanda dan Gejala HIV/AIDS
d. Cara Penularan HIV/AIDS
e. Faktor Risiko HIV/AIDS
f. Pencegahan HIV/AIDS
C. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 60 menit diharapkan peserta
penyuluhan mampu memahami tentang cara mencegah HIV/AIDS.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 60 menit diharapkan peserta
penyuluhan dapat:
a. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
b. Mengetahui penyebab HIV/AIDS
c. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS
e. Menjelaskan faktor risiko HIV/AIDS
f. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS
D. Perencananan Penyuluhan
Waktu : 60 menit
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Desember 2019
Tempat : Fakultas Pertanian, Prodi Proteksi Lingkungan,
Banjarbaru
Sasaran : Mahasiswa
Metode : Ceramah dan diskusi (tanya jawab)
Media : Power point, leaflet, dan video
Anggota Penyuluhan :
1. Moderator : RahmatunNi’mah
2. Penyaji materi : Sherly Rahmayani
3. Observer : Emelia Rahmawati
4. Fasilitator : Ajie Setya Susanto
Irvan Maulana
Gita Magvira Pradina
Messy Widya
Nur Aidha Apriliyanti
Achmad Fauzi
Nurnidawati

E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan hal yang berbeda tetapi saling berhubungan. Human
Immunodeficiency Virus atau biasa disingkat HIV adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Diseluruh dunia pada tahun 2013
terdapat 35 juta orang dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta
anak berusia < 15 tahun. Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui
perantara darah, semen dan sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus
tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA yang mampu
menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four), dengan melakukan
perubahan sesuai dengan DNA inangnya.
Penularan HIV/AIDS akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus
HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,
jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dari ibu yang
terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda
vital, berat badan dan tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi oportunistik
sesuai dengan stadium klinis HIV. Pada awal tahun 1980-an, prevalensi SK mulai
meningkat drastis dan menjadi keganasan paling banyak pada pasien dengan
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), terutama pada laki-laki
homoseksual.
2. Penyebab HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh virus HIV. HIV ditularkan melalui kontak dengan
darah yang terinfeksi, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI) dari orang
yang terinfeksi. Sebagai contoh, ketika Anda berhubungan seks baik vagina, anal,
atau oral dengan seseorang yang memiliki HIV tanpa kondom, virus ini akan
sangat mudah menular.
Ini karena adanya pertukaran cairan tubuh antara orang yang terinfeksi
dengan orang yang sehat. Kondisi ini akan meningkat risikonya jika di organ
seksual Anda terdapat luka terbuka. Biasanya perempuan remaja sangat rentan
terhadap infeksi HIV karena selaput vagina mereka lebih tipis dan lebih rentan
terhadap infeksi dibandingkan wanita dewasa. Selain kontak seksual, ada berbagai
hal lain yang menyebabkan seseorang terkena penyakit yang melemahkan sistem
imun ini, yaitu:
a. Berbagi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya dengan orang yang
terkontaminasi dengan HIV.
b. Menggunakan peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang tidak
disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan HIV.
c. Dari seorang ibu dengan HIV kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran)
dan saat menyusui.
d. Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti klamidia atau
gonore karena virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan
tubuh lemah.
e. Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang
memiliki infeksi HIV pada luka terbuka yang Anda miliki.
3. Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Sebelum mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS, terlebih dulu harus


dipahami bahwa seseorang dengan HIV belum bisa dikatakan AIDS sampai orang
tersebut sudah mencapai fase/tahap 4 dari perjalanan HIV untuk menjadi AIDS.
Tanda dan gejala HIV/AIDS berdasarkan disetiap fase/tahapnya, yaitu
(Muthmainah N, 2019):

1) Tahap 1
Pada tahap 1 atau bisa disebut periode jendela merupakan stadium awal infeksi
HIV yang memunculkan tanda dan gejala seperti penyakit infeksi pada
umumnya dan setelah itu akan sembuh dengan sendirinya, yaitu:
- Sakit beberapa hari/minggu sesudah infeksi
- Sakit dengan gejala mirip influenza
- Demam
- Lesu/lemah
- Nyeri sendi
- Batuk/sakit tenggorokan
- Pembesaran Kelenjar
2) Tahap 2
Pada tahap 2 ini merupakan stadium tanpa gejala, sehingga pada tahap ini
orang dengan HIV (+) biasanya terlihat baik-baik saja atau tampak sehat
namun tanpa disadari virus terus menyerang pertahanan tubuh yang
berlangsung 5-10 tahun.
3) Tahap 3
Orang dengan HIV (+) yang sebelumnya tidak ada munculnya gejala, pada
tahap ini mulai muncul gejala yang mana setelah 5-7 tahun sistem pertahanan
tubuh diserang dan gejalanya bisa bertahan sekitar lebih dari 1 bulan, yaitu:
- Kelainan darah
- Demam > 38 C, keringat malam, berkala/terus
- Berat Badan turun > 10 % dalam 3 bulan
- Kelemahan tubuh yang mengganggu aktivitas
- Diare berkala/terus, lama dengan sebab tidak jelas
- Batuk & sesak >1 bulan
- Kulit gatal dan bercak merah-kebiruan
- Sakit tenggorokan
- Pendarahan tidak jelas sebabnya
4) Tahap 4
Pada tahap 4 kondisi sudah sangat memburuk karena HIV sudh menjadi AIDS
yaitu kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya
sistem kekebalan tubuh yang dirusak oleh virus HIV, pada tahap ini tanda dan
gejalanya,yaitu:
- Infeksi oportunistik.
- TBC (Tuberculosis).
- Candidiasis (infeksi akibat jamur candida).
- Toxoplasmosis (infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit protozoa,
dan penyakit ini bisa disebar oleh kucing).
- Pneumocystis (infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan
penumpukan cairan pada paru-paru disebabkan oleh jamur yang disebut
Pneumocystis jiroveci).
- Sarkoma Kaposi (kanker yang berkembang dari jaringan di sekitar pembuluh
darah dan pembuluh limfa).
- Limfoma (kanker kelenjar getah bening).
4. Cara Penularan HIV/AIDS
HIV terdapat dalam cairan tubuh yaitu, darah, sperma (air mani), cairan
vagina dan air susu ibu. HIV hanya ditularkan kalau cairan tubuh seseorang HIV
positif masuk ke dalam aliran darah orang lain.
HIV hanya dapat ditularkan melalui:
 Seks tanpa pengaman (seks tanpa kondom), dan jenis seks lain termasuk
vaginal, anal, ataupun oral.
 Pemakaian bersama jarum dan peralatan lain untuk menyuntik obat.
 Tindik atau tattoo yang tidak steril.
 Ibu dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui.
 Transfusi darah dan atau produk darah.
HIV tidak dapat ditularkan melalui:
 Batuk
 Bersin
 Meludah
 Berciuman
 Menangis (air mata)
 Alat-alat makan dan piring
 Seprei dan sarung bantal
 Toilet dan kamar mandi
 Melalui kontak sosial biasa.
 Gigitan serangga seperti nyamuk.
5. Faktor Risiko HIV/AIDS
Menurut Anggina ddk (2019) Faktor risiko HIV/AIDS bias dikarenakan :
Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) lebih tepatnya Lelaki Suka
Lelaki (LSL). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks
berisiko pada heteroseksual (47%), Lelaki Seks Lelaki (LSL) (25%), lain-lain
(25%), pengguna jarum suntik tidak steril pada pengguna narkotikasuntik
(3%). Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko
pada heteroseksual (73,8%), Lelaki Seks Lelaki (LSL) (10,5%), pengguna
jarum suntik tidak steril pada pengguna narkotika suntik (5,2%) dan perinatal
(2,6%) (Kurniawati dan Fatiyatur, 2019).

Faktor risiko penularan HIV/AIDS pada populasi kunci dan tingginya


migrasi penduduk desa untuk mencari kerja di luar daerah merupakan salah
satu faktor risiko terjadi penularan HIV (Manurung, 2019). Kelompok
berisiko tinggi terhadap HIV/AIDS adalah homoseks, pecandu obat narkoba
suntik, hemophilia, tranfusi darah, anak dari ibu HIV (+), perawat, karyawan di
laboraturium klnik, dan wanita tunasusila (WTS) (Tambayong, 2000). Beberapa
perilaku yang berisiko untuk tertular HIV, seperti contohnya pada orang yang
melakukan hubungan dengan sejenis seperti LSL, perilaku seks dengan bukan
pasangan atau yang suka berganti pasangan tanpa menggunakan kondom,
penularan dari ibu ke bayi bisa terjadi saat dalam kandungan, tertular saat proses
kelahiran atau proses menyusui bayinya, para pengguna narkoba suntik yang
menggunakan jarum suntik secara bersama-sama (Dewi dkk, 2019).

6. Cara Pencegahan HIV/AIDS


a. Pencegahan penularan lewat hubungan seks
1. Hubungan seks monogamy merupakan hal yang paling aman jika suami
istri tidak ada yang terinfeksi
2. Hubungan seks yang illegal atau diluar nikah meningkatkan risiko
HIV/AIDS
3. Jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang tidak
diketahui kondisi kesehatannya
4. Risiko berkurang dengan menghindari hubungan seks dengan kelompok
risiko tinggi seperti laki-laki homo seksual atau biseksual, pemakaian
obat secara intravena ( IV), pelacur atau orang diketahui positif untuk
antibody HIV/AIDS
5. Karena virus terbawa dalam air mani, pemakaian kondom mengurangi
risiko penularan
b. Pencegahan penularan non-seksual
1. Kelompok risiko tinggi tidak diperbolehkan menjadi donor darah, donor
rgan, atau jaringan untuk transplantasi
2. Penggunaan obat intravena yang illegal meningkatkan risiko, hindari
narkotika, psikotropika, zat aditif (NAFZA) dan mabuk-mabukan
3. Pemakaian jarum suntik dan alat lainnya (akupuntur, tato, tindik salon)
harus dijamin sterilitasnya
4. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pekerjaan inseminasi artifisial,
transfuse darah atau produk darah harus waspada terhadap risiko infeksi
HIV/AIDS
5. Sperma donor harus menjalani “screening antibody” pada saat donasi
dan diuji ulang setelah 3 bulan. Semen (air mani) ini harus dibekukan dan
tidak boleh dipakai sebelum hasil tes yang kedua diketahui
c. Pencegahan penulara perinatal
a. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS menghadapi peningkatan risiko
terkena HIV/AIDS dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil.
b. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus
HIV,sebaiknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus
HIV/AIDS pada janinnya.
c. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS dapat menularkan infeksi
tersebut kepada bayinya yang baru lahir, pada sekitar 50% kasus.
d. Bayi baru lahir yang mendapat HIV/AIDS menunjukan perjalanan
penyakit yang parah dan masa hidup yang lebih singkat daripada pasien
dewasa.
e. Saat memberikan konseling untuk kontrasepsi, selain kebutuhan akan
bentuk kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, seperti kontrasepsi
oral, atau sterilisasi, wanita yang menderita infeksi diberi informasi
bahwa pemakaian kondom mengurangi risiko penularan pada pasangan.
F. Kegiatan Penyampaian Materi Penyuluhan
1. Metode Kegiatan
a. Diskusi dan Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan
peserta penyuluhan dan sejauh mana peserta mengetahui materi penyuluhan yang
telah di sampaikan.
2. Media/Alat yang Digunakan
a. Video
b. Laptop
c. LCD/Proyektor
d. Leaflet
3. Rancangan Kegiatan Penyuluhan
Tabel 1. Rancangan Kegiatan Penyuluhan “Cegah HIV/AIDS Sebelum
Menyerangmu dan Keluarga”

No. Waktu Tahapan Kegiatan Penyuluhan Pelaksana

1. 80.00-08.10 Pembukaan a. Salam pembuka MC


b. Perkenalan dan
penyampaian tujuan,
materi dan waktu
penyuluhan

2. 08.10-08.40 Inti a. Penyampaian materi Penyuluh


dengan media PPT
b. media vidio dan
Penyampaian materi
penyuluh
dengan PPT
3. 08.40-08. Penutup a. Tanya jawab MC
55
b. Penyerahan hadiah TIM
c. menutup kegiatan MC

4. Tahap Penutup Kegiatan


Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan foto bersama peserta penyuluhan dan
panitia penyuluhan.
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Peserta penyuluhan siap di tempat 10 menit sebelum penyuluhan
b) Tempat pelaksanaan siap 30 menit sebelum penyuluhan
c) Anggota penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan
d) Media penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a) Peserta aktif dalam melaksanakan Tanya jawab
b) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.
c) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
d) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Peningkatan pemahaman peserta penyuluhan tentang materi penyuluhan
yaitu peserta yang menjawab pertanyaan mampu menjelaskan dengan
minimal 70% jawaban benar.
DAFTAR PUSTAKA

Anggina Y, Yuniar L dan Zairil. Analisis Faktor yang Mempengaruhi


Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas 2019, 8(2): 385-
393.
Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdi K, Dicky L. Penatalaksanaan di bidang Ilmu
Penyakit Dalam Panduan Praktek Klinis. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
Center for Disease Control and Prevention (CDC). HIV transmission. (internet)
diakses pada 1 Desember 2019 di: cdc.gov/hiv/basics/transmission.html.
Dewi DAP, Made N dan I Nyoman S. Peranan Konselor dalam Melakukan
Konseling Pasca Tes HIV/AIDS pada Pasien Laki-Laki Seks dengan Laki-
Laki (LSL) di Kota Denpasar. Sintesa 2019, 7(9): 181-196.
Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi VI Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2015.
Elisanti AD. 2018. HIV-AIDS ibu hamil dan pencegahan pada janin. Yogyakarta:
CV Budi Utama.

Geraminejad P, Memar O, Aronson I, Rady PI, Hengge U, Tyring SK. Kaposi’s


sarcoma and Other Manifestations of Human Herpesvirus 8. J Am Acad
Dermatol 2002; 47:641-55.
Kurniawati HF dan Fatiyatur R. Pembentukan Kare (Kader Remaja) Peduli
HIVdan Aids di Kalintung Temon Kulon Progo. Jurnal Pengabdian “
Dharma Bakti 2019“, 2(1): 66-72.
Mahdiana R. Panduan Lengkap Kesehatan, Mengenal, Mencegah, Mengobati,
Penularan, Penyakit Dari Infeksi. 2010 Jakarta: Penerbit Citra Pustaka.
Manurung IFE. Pemberdayaan Majelis GerejaUntuk Pencegahan HIV dan
AIDS Di Amanatun Utara Nusa Tenggara Timur. Warta Pengabdia 2019,
13(1): 1-6.
Muthmainah, Noor. 2019. Kuliah Pakar HIV. Departemen Mikrobiologi &
Parasitologi, Fakultas Kedokteran ULM.
Pinsky L, Douglas PH. The Columbia University Handbook on HIV and AIDS.
Columbia: Columbia University; 2009.
Tambayong J. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 2000.

Anda mungkin juga menyukai