Anda di halaman 1dari 17

1

TAFSIR, TAKWIL DAN TERJEMAH

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Al-Qur‟an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW,


sebab turunnya Al Qur‟an melalui perantara beliau, AL Qur‟an mempunyai
peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia.
Betapa tidak, semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan
jawabannya pada Al Qur‟an. Oleh karenannya kemudian Al Qur‟an di yakini
sebagai firman Allah yang menjadi sumber hukum Islam pertama sebelum
Hadist.
Al- Qur‟an Al- Karim adalah sumber Tasyri‟ pertama bagi umat Nabi
Muhammad SAW, kemampuan seseorang dalam memahami lafadz dan
ungkapan Al-qur‟an tidaklah sama, padahal ayat-ayatnya sedemikian gamblang
dan rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak
di pertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-
maknanya yang dzahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedangkan
kalangan cerdik, cendikia dan terpelajar akan dapat menyimpulkan pula
daripadanya makna-makna yang menarik. Maka tidaklah heran jika Al-Qur‟an
mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama
dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh) atau menta‟wilkan takrib
(susunan kalimat).
Dalam mempelajari Al- Qur‟an tentu ilmu tentang Tafsir, Takwil dan
Terjemah menjadi bagian penting. Dan itulah yang akan dibahas dalam
makalah ini.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari tafsir ?
b. Ada berapa macam tafsir dalam islam ?
c. Apa pengertian dari ta‟wil?
2

d. Apa yang dimaksud dengan terjemah?

3. Tujuan Penulisan
Memperhatikan rumusan masalah yang ada maka tujuan penulisan makalah ini
makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian tafsir
b. Untuk mengetahui macam-macam tafsir berdasarkan metode dan coraknya
c. Untuk mengetahui pengertian ta‟wil
d. Untuk mengetahui macam-macam ta‟wil
e. Untuk mengetahui pengertian terjemah

A. PEMBAHASAN

1. Tafsir
a. Pengertian Tafsir
Tafsir ialah dari ilmu-ilmu syari‟at yang paling mulia dan paling
tinggi. Ia adalah ilmu yang paling mulia, sebagai judul, tujuan, dan
kebutuhan, karena judul pembicaraan ialah kalam atau wahyu Allah SWT
yang jadi sumber segala hikmah dan sumber segala keutamaan. Selanjutnya;
bahwa yang menjadi tujuannya ialah berpegang pada tali Allah yang kuat dan
menyampaikan kepada kebahagiaan yang hakikat atau sebenarnya.
Sesungguhnya makin terasa kebutuhan padanya ialah, karena setiap
kesempurnaan agama dan dunia, haruslah sesuai dengan ketentuan syara‟. Ia
sesuai bila ia sesuai dengan ilmu yang terdapat dalam kitab Allah SWT.1
Secara etimologi kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-
tafsira” yang berarti keterangan atau uraian. Al-Jurjani berpendapat bahwa
kata “tafsir” menurut pengertian bahasa adalah “Al-Kasf wa Al-izhhar” yang
artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan. Pada dasarnya, pengertian
“tafsir” berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari kandungan makna Al-idhah
(menjelaskan), Al-bayan (menerangkan), Al-kasyf (mengungkapkan), Al-

1
Drs.H.Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur‟an, Cet.1,(Jakarta: Rineka Cipta) 1992, h. 163.
3

izhar (menampakkan), dan Al-ibanah (menjelaskan).2 Sedangkan menurut


terminologi tafsir ialah menyingkapkan maksud dari lafaz-lafaz yang sulit
dan bias juga didefinisikan semacam ilmu yang membahas cara
mengucapkan lafal Al-Qur‟an dan kandungannya, hukumnya yang berkenaan
dengan perorangan dan kemasyarakatan, dan pengertiannya yang dilingkupi
oleh susunan lafalnya.3 Dalam Al-Qur‟an dikatakan:

Artinya:
“tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (sesuatu) yang ganjil
melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling
baik penjelasannya (Q.S. Al-Furqaan 25:33)

Adapun mengenai pengertian pengertian tafsir berdasarkan istilah, para


ulama mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda-beda.4

1) Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil


Tafsir adalah menjelaskan Al-Qur‟an, menerangkan maknanya, dan
menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat atau tujuannya.
2) Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahih At-Taujih
Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafazh yang sukar dipahami
oleh pendengar dengan mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna
yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah
lafazh tersebut.
3) Menurut Abu Hayyan
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh Al-Qur‟an
serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan
makna-makna yang terkandung didalamnya.
4) Menurut Az-Zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan
makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya,

2
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, Cet. 3, (Bandung: Pustaka Setia), 2005, hlm 139.
3
Mana‟ul Quthan, Mahabits fi „Ulumil Qur‟an, Cet. 2 (Jakarta: , Rineka Cipta), 1995, h. 164.
4
Ibid, h. 141.
4

Muhammad SAW., serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum


dan hikmahnya.

Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang dikemukakan para ulama tersebut,


dapat ditarik satu kesimpulan bahwa pada dasarnya, tafsir adalah suatu hasil
usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyingkap nilai-nilai
samawi yang terdapat didalam Al-Qur‟an.

b. Macam-macam Tafsir
Macam-macam tafsir terbagi menjadi tiga yaitu: (1) macam-macam tafsir
berdasarkan sumber-sumbernya, (2) macam-macam tafsir berdasarkan
5
metodenya. (3) macam-macam tafsir berdasarkan corak atau warna tafsir.
1) Macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Ada empat otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-ma‟tsur.
 Al-Quran yang dipandang sebagai penafsir terbaik terhadap Al-
Quran sendiri.
 Otoritas hadis Nabi yang memang berfungsi, diantaranya, sebagai
penjelas (mubayyin) Al-Qur‟an.
 Otoritas penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang yang
banyak mengetahui Al-Qur‟an.
 Otoritas penjelasan yang disampaikan secara lisan oleh Tabi‟in

Mengingat corak tafsir yang merujuk –di antaranya kepada Al-


Qur‟an dan Hadis- maka dapat dipastikan bahwa tafsir bi al-ma‟tsur
memiliki keistimewaan tertentu dibandingkan corak penafsiran lainnya.
Di antara keistimewaan – keistimewaan itu, sebagaimana dicatat Quraisy
Shihab, Yaitu:
a) Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-Qur‟an.
b) Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-
pesannya.
c) Mengikat mufassir dalam bingkai ayat-ayat sehingga membatasinya
agar tidak terjerumus ke dalam subjektivitas yang berlebihan.

5
Ibid, h. 143.
5

Adz-Dzahabi mencatat kelemahan-kelemahan tafsir bi al-ma‟tsur,


yaitu:
a) Terjadi pemalsuan (wadh‟) dalam tafsir.
b) Masuknya unsur israiliyyat yang didefinisikan sebagi unsur-unsur
Yahudi dan Nasrani ke dalam penafsiran Al-Qur‟an.
b. Tafsir bi ar-ra’yi
Kemunculan tafsir bi ar-ra‟yi dipicu pula oleh hasil interaksi umat
Islam dengan peradaban Yunani yang banyak menggunakan akal. Oleh
karena itu, dalam tafsir bi ar-ra‟yi ditemukan peranan akal yang sangat
dominan. Mengenai keabsahan tafsir bi ar-ra‟yi, pendapat ulama terbagi
dalam dua kelompok. (1) Kelompok yang melarang dan (2) kelompok
yang mengizinkan.
1) Kelompok yang melarangnya: Menafsirkan Al-Qur‟an berdasarkan
ra‟yi berarti membicarakan (firman) Allah tanpa pengetahuan, sudah
merupakan tradisi di kalangan sahabat dan tabi‟in untuk berhati-hati
ketika berbicara tentang penafsiran Al-Qur‟an.
2) Kelompok yang mengizinkannya: Di dalam Al-Qur‟an banyak
ditemukan ayat yang menyerukan untuk mendalami kandungan-
kandungan Al-Qur‟an, seandainya tafsir bi ra‟yi dilarang, mengapa
ijtihad diperbolehkan, para sahabat Nabi biasa berselisih pendapat
mengenai penafsiran suatu ayat

c. Tafsir al-Isyari
Tafsir bil-isyarah atau tafsirul isyari: adalah takwil Al Qur‟an
berbeda dengan lahirnya lafal atau ayat, karena isyarat-isyarat yang
sangat rahasia yang hanya diketahui oleh sebagian ulul „ilmi yang telah
diberi cahaya oleh Allah swt dengan ilhamNya. Atau dengan kata lain,
dalam tafsirul isyari seorang Mufassir akan melihat makna lain selain
makna zhahir yang terkandung dalam Al Qur‟an. Namun, makna lain itu
tidak tampak oleh setiap orang, kecuali orang-orang yang telah
dibukakan hatinya oleh Allah SWT.
Hukum Tafsir bil-isyarah: Telah berselisih para ulama dalam
menghukumi tafsir isyari, sebagian mereka ada yang memperbolehkan
(dengan syarat), dan sebagian lainnya melarangnya.
6

Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat
Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.”

Yang mempunyai makna zhahir adalah “……Sesungguhnya Allah


menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina…” tetapi dalam tafsir
Isyari diberi makna dengan“….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih nafsu hewaniah...”

2) Macam-macam Tafsir berdasarkan metodenya


a. Metode Tafsir Tahlili
Metode Tafsir Tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur‟an
dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung didalamnya
sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam mushaf Utsmani.
Metode tafsir ini telah ada sejak masa para sahabat Nabi, sejak zaman
klasik dan zaman pertengahan. Pada mulanya tafsir Tahlili terdiri atas
beberapa bagian ayat saja, kadang kala mencakup penjelasan mengenai kosa
katanya. Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli tafsir merasakan
kebutuhan untuk menafsirkan AL Quran seluruhnya.
b. Metode Tafsir Ijmali
Metode Ijmali adalah metode penafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran
dengan cara singkat, padat dan global. Dengan metode ini mufassir
menjelaskan makna ayat-ayat Al Quran secara global, sistematikanya
mengikuti urutan surah-surah Al Quran, sehingga makna-maknanya dapat
saling berhubungan.
Dalam menafsirkan ayat Al Quran dengan metode ijmali ini para
mufassir ini juga meneliti, mengkaji, dan menyajikan sabab nuzul atau
peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat, dengan cara meneliti Hadits-
hadits yang berhubungan dengannya.
c. Metode Muqarran
Metode Muqarran ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan
perbandingan antara satu dengan lainnya. Misalnya, seperti filsafat, hukum
dan sebagainya.
d. Metode Madlui
7

Metode Madlui ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan pilihan


topik-topik al-Quran. Metode tematik yang memilih persoalan-persoalan
social politik, social ekonomi dan sebagainya. Awalnya untuk kepentingan
penelitian tetapi kemudian berkembang menjadi jenis tafsir kontemporer.

3) Macam-macam Tafsir berdasarkan corak penafsirannya

Corak penafsiran yang dimaksud dalam hal ini adalah bidang keilmuan
yang mewarnai suatu kitab tafsir. Hal ini terjadi karena mufassir memiliki latar
belakang keilmuan yang berbeda-beda, sehingga tafsir yang dihasilkannya pun
memiliki corak sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.
Berdasarkan corakm penafsirannya, kitab-kitab tafsir terbagi kepada
beberapa macam. Di antara sebagai berikut:
a) Tafsir Shufi/Isyari, corak penafsiran Ilmu Tashawwuf yang dari segi
sumbernya termasuk tafsir Isyariy.
b) Tafsir Fiqhy, corak penafsiran yang lebih banyak menyoroti masalah-
masalah fiqih. Dari segi sumber penafsirannya, tafsir bercorak fiqhi ini
termasuk tafsir bilma‟tsur.
c) Tafsir Falsafi, yaitu tafsir yang dalam penjelasannya menggunakan
pendekatan filsafat, termasuk dalam hal ini adalah tafsir yang bercorak kajian
Ilmu Kalam. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak falsafi ini
termasuk tafsir bir-Ra‟yi.
d) Tafsir Ilmiy, yaitu tafsir yang lebih menekankan pembahasannya dengan
pendekatan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dari segi sumber penafsirannya
tafsir bercorak „Ilmiy ini juga termasuk tafsir bir-Ra‟yi.
e) Tafsir al-Adab al-Ijtima‟i, yaitu tafsir yang menekankan pembahasannya
pada masalah-masalah sosial kemasyara-katan. Dari segi sumber
penafsirannya tafsir bercorak al-Adab al-Ijtima‟ ini termasuk tafsir bir-Ra‟yi.
Namun ada juga sebagian ulama yang mengkategorikannya sebagai tafsir Bil-
Izdiwaj (tafsir campuran), karena prosentase atsar dan akal sebagai sumber
penafsiran dilihatnya seimbang.

2. Ta’wil
8

a. Pengertian Ta’wil

Arti tak‟wil menurut lughat berarti menerangkan, menjelaskan. Kata


ta‟wil diambil dari kata awwala-yu‟awwilu-ta‟wilan. Al-Qaththan dan Al-Jurjani
berpendapat bahwa arti ta‟wil menurut lughat adalah aru-ruju‟ ila al-ashl (kembali
pada pokoknya).6 Adapun arti bahasanya menurut Az-Zarqani adalah sama
dengan arti tafsir.

Adapun menurut arti ta‟wil menurut istilah, banyak para ulama


memberikan pendapatnya, antara lain berikut ini:

a. Menurut Al-Jurzani berikut ini:

‫صسف اللفظ عه معىاي الضا ٌس ﺇلى معىاي ٌحتملً ﺇذامان المحتمل الر‬
‫ي ٌساي مُافقا بالنتاب َااسىة‬
Artinya :

“Memalingkan suatu lafazh dari makna dzahirnya terhadap makna yang


dikandungnya apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan
ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.”7

b. Menurut definisi lain:

ً‫التاٌَل تس جٍع تس جٍع الشء ﺇلً غاٌتً بٍان ما ٌساد مى‬


Artinya :

“Ta‟wil ialah mengembalikan sesuatu kepada ghayahnya (tujuannya),


yakni menerangkan apa yang dimaksud.”

c. Menurut ulama salaf:


1) Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik yang
bersesuaian dengan makna lahirnya atuapun bertentangan. Definisi
ta‟wil seperti ini sama dengan definisi tafsir. Dalam pengertian ini,
Ath-Thabari menggunakan istilah ta‟wil di dalam kitab tafsirnya.

6
Mannaa‟ Al-Qaththan dalam Rosihon Anwar, Ulumul Qur‟an, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 211
7
Al-Jurjani, at-Ta‟rifat, (Beirut : Dar al-Baayyan li at-Turats) , h. 212
9

2) Hakekat sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.8


d. Menurut ulama khalaf:

ً‫صسف اللفظ عه المعىى الساجحﺇلى معىى المس جُي لد لٍل ٌقتسن ب‬


Artinya:

“Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang rajih kepada makna yang
marjuh karena ada indikasi untuk itu.”

Ringkasnya, pengertian ta‟wil menurut istilah adalah suatu usaha


untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur‟an melalui pendekatan
pemahaman arti yang dikandung oleh lafazh itu. Denngan kata lain, ta‟wil
berarti mengartikan lafazh dengan beberapa alternatif kandungan makna
yang bukan merupakan makna lahirnya. Dalam penggunaan secara mashyur,
ta‟wil kadang-kadang diidentikkan denngan tafsir.

b. Macam-macam ta’wil

1) Ta’wil Dilihat dari Kualitasnya


a) Ta’wil Shahih
Khalid Ramadhan Hasan dalam kitabnya mu‟jam ushul fiqh
memberikan kriteria ta‟wil yang shahih sebagai berikut9 :
1. Lafaz itu dipastikan dapat menerima ta‟wil, yaitu lafaz yang termasuk
kategori zahir dan nas, lafaz yang termasuk kategori mufassar dan
muhkan tidak dapat di-ta‟wil.
2. Pen-ta‟wil-an didasari oleh dalil yang ma‟qul baik berupa nas (Al-
Qur‟an dan Hadist), qiyas, ijma‟, atau hikmah tasyri‟ atau prinsip-
prinsipnya yang bersifat umum.
3. Ta‟wil tidak bertentangan dengan nas yang sharih (dalil yang jelas).

b) Ta’wil Fasid

8
Adz-Dzahabi, ibid, h. 212
9
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A, Ushul Fiqh, ( Jakarta : Kencana) , 2011 , h. 214
10

Yang dimaksud ta‟wil fasid ialah memalingkan makna zahir kepada


makna yang tidak memungkinkan, atau masih memungkinkan namun
tidak didukung oleh dalil. Ta‟wil semacam ini ditolak karena tidak
memenuhi persyaratan ta‟wil. Sehingga jika ada susunan kalimat
yang di-ta‟wil maka ta‟wil-nya itu jadi rusak karena ada penyimpangan
dari persyaratan ta‟wil.

2) Ta’wil dilihat dari Jangkauan Maknanya

Dilihat dari jangkauan maknanya, ta‟wil terbagi menjadi dua :


1. Ta’wil Qorib
yaitu ta‟wil yang dekat dengan arti zahir-nya dan dapat dipahami
dengan mudah, dapat juga dikatakan bahwa ta‟wil qorib ialah ta‟wil
yang penetapannyacukup dengan dalil atau argumen yang sederhana.
2. Ta’wil Baid
yaitu ta‟wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta‟wil yang dalam
penetapannya tidak cukup dengan dalil atau argumen yang
sama. Ta‟wil semacam ini bisa juga dikatakan sebagai ta‟wil yang
jauh dari arti zahir-nya sehingga sulit dipahami.

3. Terjemah
a. Pengertian Terjemah

Terjemah berasal dari bahasa Arab yaitu tarjamah yang artinya “salinan
dari sesuatu bahasa ke bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan
memindahkan kalimat dari suatu Bahasa ke Bahasa lain.10
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut dengan
Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti:
 Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu
 Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama
 Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain
 Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam
bahasa yang lain
Adapun yang dimaksud dengan tarjamah Al-Quran adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni:

10
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag., Ulum Al-qur‟an, Pustaka Setia, Bandung, 2007, h. 212
11

“Memindahkan Al-Quran kepada Bahasa lain yang bukan Bahasa Arab dan
mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak
mengerti Bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah SWT. dengan
perantara terjemahan ini.”11

b. Macam-macam Terjemah

Secara global terjemahan terbagi menjadi dua jenis, yaitu terjemahan Harfiah dan
terjemahan Maknawiyah atau Tafsiriyah.
1) Terjemah Harfiah
Terjemah Harfiah adalah yaitu memindahkan suatu isi ungkapan dari suatu
bahasa ke bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk dan urutan kata-kata
dan susunan kalimat aslinya.
Terjemah Harfiyah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Terjemah harfiyyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata
dari bahasa asli dengan kata sinonimnya kedalam bahasa baru dan terikat
oleh bahasa aslinya12. Maksudnya, untuk mendapatkan terjemah yang
maknanya sesuai tanpa merubah urutan dan bentuk kata maka kata yang
akan diterjemahkan terlebih dahulu diubah kedalam bahasa yang sama dan
memiliki makna yang sama hanya bunyi katanya saja yang berbeda atau
yang biasa disebut dengan sinonim atau persamaan kata.
2. Terjemah harfiyyah bi dzuni Al-mistli, yaitu menyalin atau mengganti kata-
kata bahasa asli ke dalam bahasa lain dengan memerhatikan urutan makna
dan segi sastranya, menurut kemampuan bahasa baru itu dan sejauh
kemampuan terjemahnya13. Model terjemahan seperti ini mungkin-mungkin
saja secara adat, dan hukumnya boleh, bila objek yang diterjemahkan
adalah perkataan manusia, dan tidak boleh apabila objeknya adalah Al-
Quran karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.
2) Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyah

11
Dessy Wulandari. 2014. Materi Terjemah, (http://mega-kumpulan-kumpulan-makalahblogspot.co.id
/2014/03/Kumpulan-makalah-makalah-ulumul-Qur'an.html) diakses pada 15 Oktober 2016.
12
Ibid. h. 213
13
. Ibid. h. 213
12

Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyah yaitu menerangkan arti kata dengan


bahasa lain, tanpa dikaitkan dengan susunan kata-kata yang asli.
Sebagai contoh, firman Allah:

‫ىعقلُواوا جعلىاي قساواعسبٍا لعلنم‬


“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya)”.
Maka terjemahan harfiyah adalah dengan cara menerjemahkan kata perkata

di dalam ayat ini, menjadi‫اوا‬, kemudian‫جعلىاي‬, kemudian‫قساوا‬, kemudian

‫عسبٍا‬, dan seterusnya.

Terjemahan seperti ini sangat sulit sekali, karena menemukan kata-kata


yang sama. Kebanyakan penerjemah mengalami banyak kesulitan karna alasan
ini. Selain itu, dalam banyak kasus, terjemahan-terjemahan seperti ini tidak bisa
menjelaskan makna dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh
ketidaksepadanan makna kata dalam bahasa asli dengan makna kata bahasa
penerjemah.

Penerjemahan al-Quran secara harfiyah akan menui hasil yang buruk.


Karena, kebanyakan ungkapan-ungkapan didalamnya menggunakan berbagai
macam kiasan, analogi, dan ekstensi. Kiasan dan analogi setiap bahasa hanya
khusus untuk bahasa itu sendiri dan hal itu tidak bisa digunakan kedalam bahasa
lain. Kalau kita menerjemahkan ayat 29, Surat Al-Isra secara harfiyah :

‫َالىجعل ىدك مغلُلة الى عىقل َال تبسطٍا مل البسط فتقعد ملُما محسُزا‬
29.“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.”

Pembaca terjemahan ini akan kebingungan, mengapa Allah melarang


membelenggu tangan dan mengulurkannya. Harus diperhatikan bahwa
“membelenggu tangan” dalam bahasa Arab bermakna kikir dan “mengulurkan
tangan” adalah dermawan.
13

Adapun terjemah maknawiyah atau tafsiriyyahnya yaitu dengan


menerjemahkan makna ayat secara keseluruhan tanpa memperhatikan makna
kata perkata dan tartib (urutan) nya. Tujuannya adalah mencerminkan makna
awal dengan sempurna. Maksud dari kalimat awal bisa diartikan tanpa harus
mengurangi makna dengan sedapat mungkin menyesuaikan dengan makna
dalam bahasa terjemahan. Dalam terjemahan seperti ini selama tidak merusak
makna, penerjemah tidak harus mengikuti susunan kata dalam teks aslinya.

4. Persamaan dan perbedaan tafsir, ta’wil serta terjemah

Adapun persamaan tafsir, ta‟wil dan terjemah, yaitu :14


a. Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur‟an
b. Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Qur‟an

 Perbedaan Tafsir dan Takwil

Tafsir Takwil
Menyangkut hal yang lebih umum Berkenaan dengan ayat-ayat yang bersifat
khusus, seperti pada ayat mutasyabihat
Menguatkan salah satu makna dari
Bila ada dalil-dalil yang menguatkan sejumlah kemungkinan makna yang
penafsiran, boleh ditegaskan bahwa dipunyai oleh Al-Qur‟an dengan tidak
demikianlah yang dikehendaki oleh Allah meyakini bahwa demikianlah yang
Swt. dikehendaki oleh Allah Swt.
Menerangkan makna ayat melalui Menerangkan makna ayat melalui
pendekatan riwayah pendekatan dirayah
Menerangkan makna yang tersurat Menerangkan makna yang tersirat
Menerangkan makna kalimat, baik makna Menerangkan makna batin atau hakikat
haqiqi maupun makna majazinya yang dikehendaki
Berhubungan dengan makna ayat yang Berhubungan dengan makna ayat yang
biasa saja suci
Penjelasan makna dalam tafsi telah Penjelasan makna dalam takwil diperoleh
diberikan oleh Al-Qur‟an sendiri melalui eksplorasi keilmuan

 Perbedaan Tafsir dengan Terjemah

Tafsir Terjemah

14
Ima Surahmawati, Pengertian dan Perbedaan Tafsir, Ta‟wil dan Tarjamah (On-line) tersedia di:
http://imasurahmawati.blogspot.com/2016/06/pengertian-dan-perbedaan-tafsir-tawil.html, diakses tanggal 25
November 2019
14

Selalu ada keterkaitan dengan bahasa Terjadi perpindahan bahasa dari bahasa
asalnya dan tidak selalu terjadi pertama kedalam bahasa terjemah dan
perpindahan bahasa bahasa pertama tidak melekat pada
bahasa terjemah
Harus dilakukan apabila usaha Tidak boleh menguraikan melebihi
menerangkan makna ayat baru dapat perpindahan bahasa
dicapai dengan penguraian secara meluas
Adanya usaha menerangkan masalah baik Dituntut terpenuhinya semua makna dan
keterangan itu secara garis besarnya maksud yang ada dalam bahasa yang
ataupun terperinci diterjemahkan
Pengakuan didapatkan dari orang yang Penerjemah diakui sudah melakukan
sepaham dengan yang membaca hasil penerjemahan apabila ia berhasil
penafsiran memindahkan makna bahasa yang
pertama kedalam b
15

B. PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini, yaitu :
1. Tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur‟an.

2. Macam-macam tafsir terbagi menjadi tiga yaitu:


a) Macam-macam tafsir berdasarkan sumber-sumbernya :
1) Tafsir bi Al-Ma‟tsur
2) Tafsir bi ar-ra‟yi
3) Tafsir al-Isyari
b) Macam-macam tafsir berdasarkan metodenya :
1) Metode Tafsir Tahlili
2) Metode Tafsir Ijmali
3) Metode Muqarran
4) Metode Madlui
c) Macam-macam tafsir berdasarkan corak atau warna tafsir :
1) Tafsir Shufi/Isyari,
2) Tafsir Fiqhy
3) Tafsir Falsafi
4) Tafsir Ilmiy
5) Tafsir al-Adab al-Ijtima‟i

3. Ta‟wil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-
ayat) Al-Qur‟an melalui pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafazh
itu. Denngan kata lain, ta‟wil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa
alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna lahirnya.
16

4. Macam-macam ta‟wil ada dua yaitu :


a) Ta‟wil Dilihat dari Kualitasnya dan ta‟wil dapat dilihat dari Jangkauan
Maknanya.
1) Ta‟wil Shahih
2) Ta‟wil Fasid
b) Ta‟wil dilihat dari Jangkauan Maknanya
1) Ta‟wil Qorib
2) Ta‟wil Baid

5. Terjemah berasal dari bahasa Arab yaitu tarjamah yang artinya “salinan dari
sesuatu bahasa ke bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan
memindahkan kalimat dari suatu Bahasa ke Bahasa lain.

6. Macam-macam terjemah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :


a) Terjemah Harfiah
b) Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyah
17

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Jurjani, at-Ta‟rifat, Beirut : Dar al-Baayyan li at-Turats.

H. Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur‟an, Cet.1, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Mana‟ul Quthan, Mahabits fi „Ulumil Qur‟an, Cet. 2, Jakarta: , Rineka Cipta, 1995.

Mannaa‟ Al-Qaththan dalam Rosihon Anwar, Ulumul Qur‟an, Bandung : Pustaka Setia, 2000.

Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, Cet. 3, Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Rosihon Anwar, Ulum Al-qur‟an, Pustaka Setia, Bandung, 2007.

Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana , 2011.

Internet

Dessy Wulandari. 2014. Materi Terjemah, (http://mega-kumpulan-kumpulan-


makalahblogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-makalah-makalah-ulumul-Qur'an.html)
diakses pada 15 Oktober 2016.

Ima Surahmawati, Pengertian dan Perbedaan Tafsir, Ta‟wil dan Tarjamah (On-line)
tersedia di: http://imasurahmawati.blogspot.com/2016/06/pengertian-dan
perbedaan-tafsir-tawil.html,diakses tanggal 25 November 2019

Anda mungkin juga menyukai