Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS SISTEM PRODUKSI KERAJINAN

A. JENIS DAN KARAKTERISTIK BAHAN DAN ALAT KERAJINAN


Umumnya jenis atau karakteristik bahan kerajinan secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kerajianan dari bahan lunak dan bahan yang keras. bahan
yang lunak kerajinan seperti tanah liat, serat alam, kulit, lilin, dsb. sedangkan yang
berbahan keras bisa berasal dari kayu, logam, batu, dsb. Namun untuk alat-alat
pembuat kerajinan umumnya berasal dari bahan yang keras seperti dari logam atau
kayu.

B. MACAM-MACAM KERAJINAN BERDASARKAN INSPIRASI BUDAYA LOKAL


a. Mebel etnis suku asmat
b. Seni Ukir dengan aksara kuno, aksara melayu, bahasa sanksekerta.
c. Lukisan yang menggabungkan symbol symbol kerajaan jawa
d. Kaos dengan gambar gambar cerita rakyat
e. Batik modern agar lebih disuka anak muda
f. Topeng
g. Kelompen / Terompah kayu dengan hiasan etnik
h. Relief pada dinding candi Borobudur
i. Wayang
j. Ondel-ondel dari betawi.

C. TEKHNIK PRODUKSI KERAJINAN


1. Membentuk
Teknik membentuk biasanya digunakan untuk membuat karya kerajinan dari
tanah liat. Macam-macam teknik membentuk yaitu sebagai berikut:
a) Teknik Coil ( Lilit Pilin )
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau
pijat jari meupakan teknik pembentukan tanah liat yang bebas untuk
membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris.
Teknik ini sering dipakai oleh para seniman dan pengrajin keramik.
b) Teknik Putar
Teknik pembentukan menggunakan alat putar bisa menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan
dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para perajin keramik. Perajin
keramik tradisional umumnya menggunakan alat putar kaki (kick wheel).
Para perajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk
yang sama seperti gentong dan guci.
c) Teknik Cetak
Ada dua teknik pembentukan karya kerajinan dari bahan lunak yaitu:
sekali cetak (cire verdue), dan cetak berulang. Bahan cetakan yang biasa
dipakai ialah gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat,
cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini
digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti
alat-alat rumah tangga.
2. Menganyam
Teknik menganyam dapat digunakan untuk pembuatan karya kerajinan dari
bahan lunak dengan karakteristik tertentu. Bahan baku yang digunakan untuk
membuat karya kerajinan menggunakan teknik menganyam ini berasal dari
berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti rotan, bambu, daun lontar,
daun pandan. Contoh karya kerajinan dengan teknik menganyam: keranjang,
tikar, topi dan tas.
3. Menenun
Teknik menenun pada dasar nya hampir sama dengan teknik menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman, kita hanya
cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan
alat bantu apapun, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat
bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut
lungsin dan pakan.
4. Membordir
Ketika memakai pakaian, hal yang perlu diperhatikan selain
mempertimbangkan aspek kegunaan dan kenyamanan, perlu juga diperhatikan
aspek keindahannya. Salah satu yang bisa ditonjolkan dari pakaian dan
kebutuhan sandang lainnya adalah hiasannya. Bordir merupakan hiasan dari
benang pada kain. Istilah lain yang hampir sama dengan bordir adalah sulam.
5. Mengukir
Teknik mengukir meupakan kegiatan menggores, memahat dan menoreh
pola pada permukaan benda yang diukir. Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis
ukiran yaitu ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, ukiran tinggi (timbul), serta
ukiran utuh. Pada umumnya, teknik mengukir diterapkan pada bahan kayu. Namun
teknik ini dapat pula diterapkan pada bahan lunak lain seperti sabun padat dan lilin.

D. TAHAPAN PROSES PRODUKSI KERAJINAN


1. Tahap Pembahanan
Tahap pembahanan adalah mempersiapkan bahan baku agar siap
diproduksi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan sangat
beragam. Pada limbah berbahan alami, proses pembahanan penting untuk
menghasilkan produk yang awet, tidak mudah rusak karena faktor cuaca dan
mikroorganisme. Misalnya saja proses pembahanan pada limbah kulit jagung
dilakukan produk hiasan yang dihasilkan awet dan tahan dari
mikroorganisme.
2. Proses Pembentukan
Pembentukan bahan baku bergantung pada jenis material, bentuk
dasar material dan bentuk produk yang akan dibuat. Secara umum, material
padat dapat dikelompokan menjadi material solid dan tidak solid (lembaran
dan serat).
3. Tahap Perakitan
Perakitan adalah proses penggabungan dari beberapa bagian komponen
untuk membentuk suatu konstruksi kerajinan hiasan yang diinginkan. Perakitan
dilakukan apabila produk hiasan yang dibuat terdiri atas beberapa bagian. Setiap
jenis bahan mempunyai sifat–sifat khusus dari bahan lainnya, sehingga sewaktu
dilakukan perakitan jenis bahan sebelumnya harus diketahui sifat–sifatnya. Sebab
dengan diketahuinya sifat–sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan
metode perakitan. Perakitan dapat memanfaatkan bahan pendukung seperti lem,
paku, benang, tali atau teknik sambungan tertentu.
4.Finishing
Finishing atau pekerjaan akhir merupakan bagian yang sangat penting dalam
proses pembuatan kerajinan hiasan. Finishing ini akan memberikan tampilan
terhadap nilai jual produk. Finishing dilakukan sebelum produk tersebut dimasukan
ke dalam kemasan. Finishing dapat berupa penghalusan dan/ atau pelapisan
permukaan. Penghalusan yang dilakukan diantaranya penghalusan permukaan kayu
dengan amplas atau menghilangkan lem yang tersisa pada permukaan produk.
Finishing dapat juga berupa pelapisan permukaan atau pewarnaan agar produk
hiasan yang dibuat lebih awet dan lebih menarik.

E. JENIS DAN KEGUNAAN BAHAN KEMAS


a. Jenis
1. Berdasarkan Struktur Isi
Jenis kemasan berdasarkan struktur isi adalah wadah yang dibuat
sesuai dengan isi dari kemasan tersebut. Jenis kemasan ini dapat
dibedakan menjadi tiga, diantaranya:
a) Kemasan Primer; pengertian kemasan primer adalah bahan kemas yang
menjadi wadah langsung bahan makanan. Misalnya kaleng susu, botol
minuman, dan lain-lain.
b) Kemasan Sekunder; pengertian kemasan sekunder adalah wadah yang
berfungsi memberikan perlindungan terhadap kelompok kemasan lainnya.
Misalnya, kotak kardus untuk menyimpan kaleng susu, atau kotak kayu untuk
menyimpan buah, dan lain-lain.
c) Kemasan Tersier; pengertian kemasan tersier adalah kemasan yang
digunakan untuk menyimpan atau melindungi produk selama proses
pengiriman.

2. Berdasarkan Frekuensi Pemakaian


Jenis kemasan juga dapat dikelompokkan berdasarkan frekuensi
pemakaiannya. Beberapa jenis kemasan ini diantaranya:
a) Kemasan Disposable; yaitu kemasan sekali pakai yang hanya digunakan
sekali saja lalu dibuang. Misalnya wadah plastik, bungkus daun pisang, dan
lain-lain.
b) Kemasan Multi Trip; yaitu kemasan yang dapat digunakan berkali-kali oleh
konsumen dan dapat dikembalikan kepada agen penjual agar digunakan
kembali. Misalnya, botol minuman.
c) Kemasan Semi Disposable; yaitu kemasan yang tidak dibuang karena dapat
digunakan untuk hal lain oleh konsumen. Misalnya, kaleng biskuit.

3. Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai


Kemasan dapat juga dikelompokkan berdasarkan tingkat kesiapan
pakainya, diantaranya:
a) Kemasan Siap Pakai; yaitu jenis kemasan yang siap untuk diisi dan
bentuknya telah sempurna sejak diproduksi. Misalnya botol, kaleng, dan lain-
lain.
b) Kemasan Siap Dirakit; yaitu kemasan yang membutuhkan tahap perakitan
sebelum diisi produk/ barang. Misalnya, plastik, aluminium foil, kertas kemas.

b. Kegunaan
Mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar,
sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi
manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.
F. TEKNIK PENYAJIAN DAN PENGEMASAN
Pengemasan secara umum dapat didefinisikan sebagai pengetahuan
dan teknologi dari persiapan barang untuk pengangkutan dan pemasaran
sampai ke konsumen akhir dalam kondisi baik dengan harga semurah
mungkin. Pengemasan sangat mempengaruhi pengampilan produk sehingga
mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli sebuah produk. Dalam
pengemasan dan penyajian akhir suatu barang, harus memenuhi fungsi
sebagai berikut:
1. mempertahankan produk agar tetap bersih dan memberikan perlindungan
terhadap kotoran dan pencemaran lainnya
2. memberikan perlindungan terhadap air, oksigen, sinar dan kerusakan fisik
3. berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan,
yaitu selama pemasukan produk pangan ke dalam kemasan
4. mudah dibentuk menurut rancangan, dibuka dan ditutup kembali, serta
mudah dalam penanganan dan pengangkutan
5. memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik penjualan
Metode pengemaasan produk pangan yang telah banyak diterapkan
adalah pengemasan sealer, pengemasan vakum, pengemasan dengan
atmosfir termodifikasi (MAP), pengemasan dengan atmosfir terkendali (CAP).
Pengemasan vakum adalah pengemasan dengan tekanan udara hampa.
Pengemasan vakum diperlukan untuk mengeluarkan oksigen. Plastik yang
digunakan dalam pengemasan vakum adalah yang mempunyai permiabilitas
uap air dan oksigen yang rendah dan tahan terhadap produk pangan yang
dikemas. Penggunaan gas sebagai bahan perintang pada pengemasan
vakum adalah cara untuk melindungi produk pangan dari kerusakan yang
diakibatkan oleh kapang yang masih dapat tumbuh dalam kondisi vakum.
Kelemahan dari kemasan vakum adalah menyebabkan kerusakan bentuk,
warna dan bau.
Pengemasan dengan atmosfir termodifikasi adalah penyimpanan
produk dalam kemasan dengan memodifikasi udara di dalamnya dengan
menggunakan gas O2, CO2, N2, uap air dan gas-gas lainnya. Kemasan
dengan system ini merupakan alternatif kelemahan yang ada pada kemasan
vakum. Pengaturan komposisi gas dalam ruang kemasan dilakukan pada
tahap awal pengemasan dengan pemilihan bahan kemasan yang dapat
menghasilkan konsentrasi tertentu. Jenis gas dan konsentrasinya harus
disesuaikan dengan produk pangan yang akan dikemas.

Anda mungkin juga menyukai