PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Hipertensi.
B. Tujuan Khusus
1) Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.
2) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan
hipertensi.
3) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
hipertensi.
4) Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan hipertensi.
5) Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan
baik dan benar.
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab
utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal..
1.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109
Stadium 3 (berat) 160-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120
HIPERTENSI PRIMER
Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Kebiasaan hidup : Konsumsi garam yang tinggi, makan berlebihan, stress,
merokok, minum alkohol.
3
HIPERTENSI SEKUNDER
Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor
Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis
Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
Saraf : Stroke, Ensepalitis
Obat – obatan : Kortikosteroid
1.3 PATOFISIOLOGI
4
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
5
1.4 PATHWAY
6
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung
tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia,
insiden infark otak mencapai 80%.
7
1.7 PENATALAKSANAAN
8
1.8 ASUHAN KEPERAWATAN
1.8.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan jaringan
KH ; Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan Intervensi ;
a. Mempertahankann tirah baring selama fase akut
b. Pantau tanda – tanda vital
c. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, Misal ;
kompres dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau punggung
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkansakit kepala Misal ; mengejan saat buang air besar, batuk
panjang, membungkuk f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
terapi analgetik
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat ( Doengoes, 2003 )
Tujuan ; Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan,
mukosa bibir lembab tidak terjadi penurunan berat badan.
KH ; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah sakit,
Timbang berat badan setiap hari Intervensi:
a. Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering
b. Kaji ulang pola makan pasien
c. Motivasi pasien untuk makan
d. Awasi pema sukan diit
e. Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi pasien
9
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan ; Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
KH ; Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat dilakukan
sendiri Intervensi ;
a. Observasi keadaan umum
b. Kaji tingkat aktivitas pasien
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
d. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhab
e. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi .
Diagnosa 2:
1. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
2. Motivasi pasien untuk menghabiskan makanannya
3. Beri higien oral sebelum dan sesudah makan
4. Awasi pemasukan diit
5. Kaji ulang pola makan
6. Berikan diet,makanan ringan tambahan yang disukai pasien
10
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
Diagnosa 3:
1. Observasi keadaan umum
2. Kaji tingkat aktivitas pasien
3. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
4. Beri support kepada pasien
5. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
6 Instruksikan pasien tentang teknik penghemat energi.
7. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.H didapatkan hasil pasien
mengatakan pusing, tangan terasa kaku ( jimpe – jimpe ) serta perut terasa mual
dan ingin muntah, pasien juga tampak lemah dan menahan rasa sakit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu: Gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Intolerasi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi yang muncul dalam teori, tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh
penulis, untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral intervensi yang
penulis utamakan yaitu: pantau tekanan darah, ajari teknik relaksasi, kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik. Diagnosa gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, intervensi yang diutamakan yaitu: beri makanan
sedikit tapi sering. untuk diagnosa intoleransi aktivitas intervensinya yaitu: bantu
pasien dalam melakukan aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhan pasien.
Saran
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:
1. Pasien agar lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal
hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat
menjaga diri agar tidak terjadi komplikasi yaitu penyakit stroke.
2. Untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus ada kerjasama antara
perawat ruangan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan kesehatan pada
keluarga yang paling sederhana dan senantiasa memotivasi pasien dan
keluarga untuk selalu menjaga pola makan, jangan terlalu banyak pikiran, dan
jangan lupa untuk berolahraga..
12
3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien
sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu
merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat juga harus
bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi ) dalam melakukan
perawatan / penanganan pasien dengan hipertensi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15
16
17