Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan
(melebihi 2,14 m), akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum fusi epififis. (Brooker, 2009). Frekuensi gigantisme di Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga saat ini. Tidak ada predileksi ras pada gigantisme. Insiden kejadian gigantisme tidak jelas. (Eugster & Pescovitz, 2002). Manifestasi Klinis Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakkan kasus yang terekam Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas, tetapi keadaan ini telah ditegakkan seawal masa bayi baru lahir pada seorang anak dan pada usia 1 bulan. Pada gigantisme, jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh. Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata. Berikut ini adalah gejala gigantisme yang disebabkan oleh kelebihan sekresi GH: 1. Tanda-tanda intoleransi glukosa. 2. Hidung lebar, lidah membesar dan wajah kasar 3. Mandibula tumbuh berlebihan 4. Gigi menjadi terpisah-pisah 5. Jari dan ibu jari tumbuh menebal 6. Kelelehan dan kelemahan 7. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara seksama karena khiasma optikum saraf mata tertekan. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis gigantisme ditegakkan berdasarkan atas temuan klinis, laboratorium, dan pencitraan. Secara klinis akan ditemukan gejala dan tanda gigantisme . Berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Selain itu, dari penilaian terhadap efek perifer hipersekresi hormon perfumbuhan didapatkan peningkatan kadar insulin like growth factor-I (IGF-I). Oleh karena sekresinya yang bervariasi sepanjang hari, pemeriksaan hormon pertumbuhan dilaknkan 2 jam setelah pembebanan glukonTi gram. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dengan kontras diperlukan untuk mengonfirmasi sumber sekresi hormon pertumbuhan. Pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan tumor kecil yang berukuran 2 mm. 1. Pemeriksaan fisik Tinggi tubuh abnormal 2. CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis Setelah gigantisme telah didiagnosis dengan mengukur kadar GH atau IGF-I, Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan dari hipofisis digunakan untuk mencari dan mendeteksi ukuran tumor yang menyebabkan kelebihan produksi GH. MRI adalah teknik pencitraan yang paling sensitif, namun computerized tomography (CT) scan dapat digunakan jika pasien tidak dapat menjalani MRI. Misalnya, pada pasien yang memakai alat pacu jantung atau jenis implan yang mengandung logam tidak harus memiliki scan MRI karena mesin MRI mengandung magnet kuat. 1. Pemeriksaan kadar GH Jika pasien diduga gigantisme, kadar GH pasien harus diperiksa untuk menentukan apakah terjadi perubahan. Namun, pengukuran tunggal dari tingkat darah GH tidak cukup untuk mendiagnosis gigantisme: Karena GH disekresikan oleh pituitari dalam impuls, atau dalam jumlah banyak, sehingga konsentrasi GH dalam darah dapat berubah-ubah dari menit ke menit. Pada saat tertentu, seseorang dengan gigantisme mungkin memiliki kadar GH normal, sedangkan kadar GH pada orang yang sehat bahkan mungkin lima kali lebih tinggi. 2. Pemeriksaan kadar IGF-1 Dokter juga dapat mengukur kadar IGF-I yang meningkat sebagai akibat kenaikan kadar GH pada orang dengan gigantisme. Karena kadar IGF-I jauh lebih stabil daripada kadar GH, IGF-1 lebih sering digunakan untuk memastikan diagnosis pada gigantisme. Peningkatan kadar IGF-I hampir selalu menunjukkan gigantisme Penatalaksanaan 1. Operasi Operasi adalah pilihan utama yang dianjurkan pada kebanyakan pasien gigantisme, karena termasuk dalam pengobatan yang cepat dan efektif. Operasi dilakukan dengan melakukan insisi melalui hidung atau melalui bibir bagian atas. dengan alat khusus dokter bedah menghilangkan jaringan tumor. Operasi ini biasanya disebut operasi transsphenoidal. Prosedur ini mengurangi tekanan pada daerah otak sekitarnya dan dengan cepat menurunkan kadar GH. Jika operasi ini berhasil penampilan wajah dan pembengkakan jaringan akan kembali membaik pada beberapa hari. Pembedahan berhasil baik pada kebanyakan pasien dengan kadar GH dalam darah dibawah 45 ng/mg sebelum operasi dan jika diameter tumor hipofisis belum mencapai 10mm. Komplikasi yang mungkin terjadi saat pembedahan adalah kerusakan jaringan di sekitar hipofisis yang normal sehingga pasien memerlukan menggunaan hormon hipofisis dalam waktu yang lama. Bagian dari hipofisis menyimpan antidiuretik hormon yang penting dalam balance cairan yang mungkin secara sementara maupun permanen membahayakan kesehatan pasien sehingga pasien membutuhkan terapi medis. Komplikasi yang lain yaitu meningitis. 2. Terapi medikasi Terapi medis sering digunakan jika pembedahan tidak berhasil dengan baik Tiga kelompok obat yang digunakan untuk pengobatan akromegali gigantisme: - Somatostatin analogs (SSAs) berefek pada penurunan produksi GH dan efektif menurunkan kadar GH dan IGF-I pada 50-70% pasien. SSAs juga mengurangi ukuran tumor sekitar 0-50% pasien tp hanya pada tingkat yang kecil. Beberapa penelitian menunjukkan SSAs aman dan efektif digunakan dalam jangka panjang dalam pengobatan pasien dengan akromegali gigantisme yang tidak disebabkan tumor hipofisis. - GH reseptor antagonist (GHRAs) Kelompok obat yang kedua adalah antagonis reseptor GH (GHRAs), yang mengganggu kerja GH dan menormalkan kadar IGF-I di lebih dari 90 persen pasien. Diinjeksikan sehari sekali, GHRAs biasanya ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek jangka panjang pada pertumbuhan tumor masih diteliti. Efek sampingny antara lain sakit kepala, fatig dan gangguan fungsi hati. - Agonis dopamin membentuk kelompok obat ketiga. Obat ini tidak seefektif obat lain dalam menurunkan GH atau IGF-I tingkat, dan menormalkan kadar IGF-I pada sebagian kecil pasien. Agonis dopamin kadang-kadang efektif pada pasien yang memiliki derajat ringan GH berlebih dan pasien yang mengalami gigantisme dan hiperprolaktinemia. Agonis dopamin dapat digunakan dengan kombinasi SSAs. Efek samping obat termasuk mual, sakit kepala. 3. Radioterapi Terapi radiasi biasanya diperuntukkan bagi pasien yang mempunyai sisa-sisa tumor paska pembedahan. Karena radiasi menyebabkan hanya sedikit penurunan kadar GH dan IGF-I pasien yang menjalani terapi radiasi juga menerima medikasi untuk menurunkan kadar hormon. Tujuan dari penatalaksanaan gigantisme ini adalah: 1. Mengurangi peroduksi hormon berlebih menjadi normal 2. Mengurangi tekanan karena pertambahan masa tumor hipofisis yang dapat menekan area otak di sekitar tumor. 3. Mengembalikan funsi normal hipofisis dan menangani terjadinya kekurangan hormon. 4. Menangani gejala gigantisme