Anda di halaman 1dari 10

PAPER

INDIKATOR PADA PROGRAM KESEHATAN GERAKAN 1000 HPK

Disusun sebagai
Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan
Dosen Pengampu: Krisnita Dwi Jayanti,S.KM.,M.Epid.

Oleh :
Kelompok 4
Rinda Kusuma Wardani ( 10317001 )
Dinda Septiya Dwi Anita ( 10317022 )
Eka Fenny Indah Sari ( 10317024 )
Eryantika Cipta Dewi ( 10317026 )
Gata Anansyah ( 10317035 )
Isna Lailatun Ni’mah (10317038 )
Lailatul Amalia ( 10317041 )
Laucia Prima A. ( 10317042 )
Putri Lurinsa Dahlia Landau ( 10317053 )
Putri Wulan Sari ( 10317054 )
Rahayu Rahmawati ( 10317056 )

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
2019
A. DEFINISI PROGRAM 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau sering juga
disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin
sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak
terjadi pada kelompok usia lain. Periode awal kehidupan juga sering disebut periode sensitif.
Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut sangat menentukan, sehingga bila
terjadi gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa diperbaiki.
Karena itu, intervensi yang tepat pada kelompok tersebut sangat berdampak besar pada
kualitas sumber daya manusia Indonesia ke depannya. (Menkes,2012)
Untuk merumuskan Gerakan 1000 HPK di Indonesia telah dilakukan serangkaian
kegiatan melibatkan pemangku kepentingan utama yang terdiri dari Kementerian dan
Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan,
dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta media.
Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitive.
Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan
khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil, promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan
sebagainya. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu
relatif pendek.
Sedang intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun
apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya
sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak
kombinasi dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (“sustainable”) dan jangka
panjang. Beberapa kegiatan tersebut adalah penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai
penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan
KIE Gizi, pendidikan dan KIE Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain.
B. DATA INDIKATOR PADA PROGRAM 1000 HPK

Salah satu indikator (spesifik) yang digunakan pada program 1000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan) yaitu Ibu hamil yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan “Perlindungan
Terhadap Kekurangan Zat Besi, Asam Folat dan Kekurangan Energi dan Protein Kronis”,
untuk mengetahui data apa saja yang digunakan pada indikator tersebut yaitu :
1) Presentase (%) cakupan suplementasi besi-folat
Suplemen tablet besi (Fe), asam folat sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu dari
kemungkinan mengalami anemia.
2) Presentase (%) cakupan supplemen ibu dengan zat gizi mikro
3) Presentase (%) ibu hamil mengkonsumsi energi < 70% AKG)
Memastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak
mengalami kurang energy kronik (KEK) dan anemia.
4) Presentase (%) ibu hamil terekspose asap rokok (perokok pasif)
5) Presentase (%) Jumlah inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif termasuk konseling
KB
 Ibu dan suami mendapatkan informasi tentang menyusui, seperti manfaat
menyusui, posisi dan teknik menyusui yang tepat, cara menangani masalah
masalah yang muncul saat menyusui (seperti puting lecet, ASI tidak keluar dll)
 Periode 0-6 bulan (180 hari)
Semua anak yang lahir harus mendapatkan Insiasi Menyusui Dini (IMD)
 Pemberian ASI Eksklusif membantu ibu mengatasi masalah-masalah yang
timbul selama menyusui dengan menyediakan Hotline atau Nomot telepon
yang bisa dihubungi 24 jam oleh ibu jika ia mengalami masalah dan
membutuhkan bantuan.

C. SUMBER DATA UNTUK MENYUSUN INDIKATOR


Kekurangan energi kronik disebabkan oleh asupan energi dan protein yang tidak
mencukupi.
Kecukupan konsumsi energi ibu hamil dihitung dengan membandingkan dengan Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dikategorikan menjadi:
1. Defisit jika kurang dari 70% AKE.
2. Defisit ringan antara 70 – 79% AKE.
3. Cukup antara 80 – 119% AKE.
4. Lebih jika 120% AKE atau lebih.
Kecukupan konsumsi protein ibu hamil dihitung dengan membandingkan dengan Angka
Kecukupan Protein (AKP) yang dikategorikan menjadi:
1. Defisit jika kurang dari 80% AKP
2. Defisit ringan antara 80-99% AKCukup jika 100% AKP atau lebih.
Berdasarkan PSG tahun 2016, 53,9% ibu hamil mengalami defisit energi dan 13,1%
mengalami defisit ringan. Untuk kecukupan protein, 51,9% ibu hamil mengalami defisit
protein dan 18,8% mengalami defisit ringan. Hal ini menunjukkan bahwa separuh ibu hamil
di Indonesia masih belum terpenuhi kebutuhan energi dan protein.

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%.
Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat
(87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua (15,32%). Masih ada 19
provinsi yang di bawah angka nasional. Oleh karena itu, sosialisasi tentang manfaat dan
pentingnya ASI eksklusif masih perlu ditingkatkan.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan. Pada tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru
lahir yang mendapat IMD sebesar 73,06%, artinya mayoritas bayi baru lahir di Indonesia
sudah mendapat inisiasi menyusu dini. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir
mendapat IMD adalah Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua (15%). Ada 12 provinsi yang masih di bawah angka nasional sedangkan Provinsi
Papua Barat belum mengumpulkan data.
Peserta KB Baru dan KB Aktif menunjukkan pola yang sama dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi seperti yang disajikan pada gambar di atas. Sebagian besar Peserta KB Baru
maupun Peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi. Namun
demikian perlu diperhatikan tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian
kehamilan dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2016
sebesar 74,8%. Tiga provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar
87,03%, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 83,92%, dan Sulawesi Utara sebesar 83,84%.
Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 63,24%,
Sumatera Barat sebesar 63,73%, dan DKI Jakarta sebesar 67,46%.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga
berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan
cerdas. Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat
yang melayani program KB.

D. BAGAIMANA INDIKATOR DAPAT DIHASILKAN


Gizi yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai potensi
maksimal yang dimilikinya. Sementara itu, periode 1000 Hari Pertama Kehidupan
merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan
datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Status gizi ibu hamil dan ibu menyusui, status kesehatan dan asupan gizi yang baik
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif
anak, menurunkan risiko kesakitan pada bayi dan ibu. Ibu hamil dengan status gizi
kurang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, penyebab utama terjadinya
bayi pendek (stunting) dan meningkatkan risiko obesitas dan penyakit degeneratif
pada masa dewasa.
Status gizi pada 1000 HPK akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan,
intelektual, dan produktivitas pada masa yang akan datang. Ibu dan bayi memerlukan
gizi yang cukup dan berkualitas untuk menjamin status gizi dan status kesehatan;
kemampuan motorik, sosial, dan kognitif; kemampuan belajar dan produktivitasnya
pada masa yang akan datang. Anak yang mengalami kekurangan gizi pada masa 1000
HPK akan mengalami masalah neurologis, penurunan kemampuan belajar,
peningkatan risiko drop out dari sekolah, penurunan produktivitas dan kemampuan
bekerja, penurunan pendapatan, penurunan kemampuan menyediakan makananan
yang bergizi dan penurunan kemampuan mengasuh anak. Selanjutnya akan
menghasilkan penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi selanjutnya
perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada
1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur
2 tahun.
pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan ditingkatkan melalui integrasi gizi
dengan KIA, deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan ibu hamil anemia
melalui antenatal care (ANC) terpadu.
Berikut ini adalah intervensi spesifik Untuk Ibu Hamil:
1. Suplementasi zat besi.
2. Tambahan pangan untuk kekurangan energi kronis.
3. Pemberian obat cacing.
4. Pemberian kelambu dan pengobatan pada ibu yang positif malaria

Referensi

http://www.depkes.go.id/article/print/16032200004/menkes-gizi-baik-untuk-
membangun-generasi-yang-tinggi-sehat-dan-berprestasi.html
Rahmawati, Widya, dkk. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan
Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,
Vol.3 No.1 Suplemen : 20 - 31
Republik Indonesia . 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan
Kemenkes RI . 2016 . Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya Tahun
2016 . Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI . 2017 . Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta :
KEMENKES RI

Anda mungkin juga menyukai