Disusun sebagai
Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan
Dosen Pengampu: Krisnita Dwi Jayanti,S.KM.,M.Epid.
Oleh :
Kelompok 4
Rinda Kusuma Wardani ( 10317001 )
Dinda Septiya Dwi Anita ( 10317022 )
Eka Fenny Indah Sari ( 10317024 )
Eryantika Cipta Dewi ( 10317026 )
Gata Anansyah ( 10317035 )
Isna Lailatun Ni’mah (10317038 )
Lailatul Amalia ( 10317041 )
Laucia Prima A. ( 10317042 )
Putri Lurinsa Dahlia Landau ( 10317053 )
Putri Wulan Sari ( 10317054 )
Rahayu Rahmawati ( 10317056 )
Salah satu indikator (spesifik) yang digunakan pada program 1000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan) yaitu Ibu hamil yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan “Perlindungan
Terhadap Kekurangan Zat Besi, Asam Folat dan Kekurangan Energi dan Protein Kronis”,
untuk mengetahui data apa saja yang digunakan pada indikator tersebut yaitu :
1) Presentase (%) cakupan suplementasi besi-folat
Suplemen tablet besi (Fe), asam folat sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu dari
kemungkinan mengalami anemia.
2) Presentase (%) cakupan supplemen ibu dengan zat gizi mikro
3) Presentase (%) ibu hamil mengkonsumsi energi < 70% AKG)
Memastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak
mengalami kurang energy kronik (KEK) dan anemia.
4) Presentase (%) ibu hamil terekspose asap rokok (perokok pasif)
5) Presentase (%) Jumlah inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif termasuk konseling
KB
Ibu dan suami mendapatkan informasi tentang menyusui, seperti manfaat
menyusui, posisi dan teknik menyusui yang tepat, cara menangani masalah
masalah yang muncul saat menyusui (seperti puting lecet, ASI tidak keluar dll)
Periode 0-6 bulan (180 hari)
Semua anak yang lahir harus mendapatkan Insiasi Menyusui Dini (IMD)
Pemberian ASI Eksklusif membantu ibu mengatasi masalah-masalah yang
timbul selama menyusui dengan menyediakan Hotline atau Nomot telepon
yang bisa dihubungi 24 jam oleh ibu jika ia mengalami masalah dan
membutuhkan bantuan.
Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%.
Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat
(87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua (15,32%). Masih ada 19
provinsi yang di bawah angka nasional. Oleh karena itu, sosialisasi tentang manfaat dan
pentingnya ASI eksklusif masih perlu ditingkatkan.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan. Pada tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru
lahir yang mendapat IMD sebesar 73,06%, artinya mayoritas bayi baru lahir di Indonesia
sudah mendapat inisiasi menyusu dini. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir
mendapat IMD adalah Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua (15%). Ada 12 provinsi yang masih di bawah angka nasional sedangkan Provinsi
Papua Barat belum mengumpulkan data.
Peserta KB Baru dan KB Aktif menunjukkan pola yang sama dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi seperti yang disajikan pada gambar di atas. Sebagian besar Peserta KB Baru
maupun Peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi. Namun
demikian perlu diperhatikan tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian
kehamilan dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2016
sebesar 74,8%. Tiga provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar
87,03%, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 83,92%, dan Sulawesi Utara sebesar 83,84%.
Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 63,24%,
Sumatera Barat sebesar 63,73%, dan DKI Jakarta sebesar 67,46%.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga
berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan
cerdas. Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat
yang melayani program KB.
Referensi
http://www.depkes.go.id/article/print/16032200004/menkes-gizi-baik-untuk-
membangun-generasi-yang-tinggi-sehat-dan-berprestasi.html
Rahmawati, Widya, dkk. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan
Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,
Vol.3 No.1 Suplemen : 20 - 31
Republik Indonesia . 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan
Kemenkes RI . 2016 . Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya Tahun
2016 . Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI . 2017 . Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta :
KEMENKES RI