Anda di halaman 1dari 11

BOOK REPORT

PENGANTAR ILMU SEJARAH


Abd Rahman Hamid &
Muhammad Saleh Madjid

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perspektif Sejarah


Dosen Pengampu: Drs. Subagyo M.Pd

Disusun Oleh :
Riska Septiani 0301519003

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
IDENTITAS BUKU:

Judul Buku : Pengantar Ilmu Sejarah

Penulis : Abd Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid

Penerbit : Ombak

Tahun Terbit : 2011

Tempat Terbit : Yogyakarta

Jumlah Halaman: xvi + 163 hlm; 14,5 × 21 cm

ISBN : 978-602-8335-79-9

Isi Buku

Buku yang berjudul Pengantar Imu Sejarah yang di tulis oleh Abd Rahman Hamid &
Muhammad Saleh Madjid membahas tentang dasa-dasar sejarah bagi mahasiswa dan para calon
sejarawan. Buku ini dibagi menjadi 12 bab, yang di mulai dari bab pertama yaitu apa itu sejarah,
dalam bab ini dijelaskan pengertian sejarah secara bahasa yaitu sejarah dalam kamus besar bahasa
indonesia mengandung tiga makna, yaitu: (1) kesusasteraan lama (silsilah, asal usul), (2) kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, dan (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran
tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, atau juga disebut
riwayat. Bab ini juga menjelaskan pengertian sejarah secara etimologi dengan di dukung pendapat
para ahli sejarah seperti sejarahwan Inggris, Edward Hellet Carr (1892-1982), sejarwan Ibnu
Khaldun (1332-1406), sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali, sejarawan Inggris Robin
George Collingewood (1889-1943), sejarawan Indonesia, Kontowijoyo, dan juga pengertian
sejarah menurut pandangan Sartono Kartodirdjo (1992) sebagai bapak sejarawan Indonesia
menjelaskan bahwa sejarah memiliki dua aspek penring yaitu (1) sejarah dalam arti subjektif
sebagai suatu konstruksi atau bangunan yang disusun oleh sejarawan sebagai suatu uraian atau
cerita, (2) sejarah dalam arti objektif yang menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri,
sebagai proses dalam aktualitasnya. Dalam bab pertama ini juga dijelaskan bahwa sejarah
bukanlah mitos, tetapu sejarah adalah sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi.
Pada bab II menjelaskan tentang sumber-sumber sejarah. Pada bab ini dibagi dengan sub
bab yaitu jejak masa lalu, kekeliruan memahami sumber sejarah, menurut waktu pembuatannya,
dan berdsarkan bentuknya. Mengenai sumber sejarah, masih banyak sebagian masyarakat ataupun
mahasiswa yang keliru memahami sumber sejarah. Syarat mutlak untuk melukiskan kehidupan
manusia di masa lalu ialah ketersediaan sumber sejarah. Tanpa sumber, tulisan yang dihasilkan itu
bukan merupakan karya sejarah. Bila suatu karya yang menggambarkan tentang kehidupan masa
lalu tanpa di dasari oleh sumber, melainkan imajinasi sang penulis maka itu merupakan karya
sastra. Penggunaan sumber inilah yang membedakan dua jenis karya sejarah dengan karya sastra.
Dalam sejarah juga ada bukti dan sumber-sumber pendukung adanya sejarah itu sendiri yang di
bagi menjadi dua yaitu yang pertama berdasarkan waktu pembuatannya meliputi sumber primer
dan sumber sekunder. Dan yang kedua berdasarkan bentuknya meliputi sumber lisan, sumber
tertulis, sumber benda, sedangkan menurut G.J Renier sumber sejarah dibedakan menjadi tiga
yaitu sumber immaterial (abstrak), sumber material (empiric), sumber tertulis. Sehingga dengan
adanya bentuk sumber sejarah dan waktu pembuatnya kita dapat mengetahui kapan peristiwa itu
terjadi.

Pada bab III menjelaskan tentang ilmu bantu sejarah. Ilmu sejarah membutuhkan ilmu
seperti arkeologi untuk membantu meneliti benda-benda peninggalan masa lalu yang menjadi
sumber sejarah yang konkrit. Oorkondoleer ilmu bantu ini memungkinkan sejarawan untuk
membaca, mengartikan dan menguji kredibilitas piagam yang merupakan warisan masa lalu. Ilmu
bantu filologi ilmu yang berkitan dengan bahasa dan kesusasteraan. Paleografi ilmu tentang tulisan
kuno. Kronologi yaitu ilmu yang berkaitan dengan perhitungan waktu. Numismatik, ilmu yang
mengkaji tentang mata uang. Genealogi ilmu yang mempelajari tentang hubungan individu
berdasarkan garis keturunan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang variabel
kependudukan. Etnografi ilmu yang mengkaji tentang kelompok social tertentu atau etnis pada
masa lalu. Ilmu hukum mengkaji tentang hukum dan lembaga-lembaga hukum dari kebudayaan-
kebudayaan lain, norma-norma yang terbentuk dan berfungsi dalam kebudyaan mereka dahulu.
Dan yang terakhir ada ilmu bantu geolagi yaitu ilmu yang mempelajari tentang penguraian dan
pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi dipermukaan bumi.

Pada bab ini menjelakan tentang metode sejarah yaitu tentang metode kepenulisan sejarah
mulai dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, hingga tahap terakhir yaitu historiografi
(penulisan sejarah). Setiap ilmu mempunyai metode, tanpa metode kumpulan pengetahuan tentang
objek tertentu tidak dapat dikatakan sebagai ilmu. Metode dalam studi sejarah adalah seperangkat
aturan dan prinsip sistematis dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara sistematis,
menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis secara tertulis. Urutan atau tahapan dalam
metode sejarah lebih lanjut dikemukakan oleh Gottschalk yaitu: (1) pengumpulan objek yang
berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi
relevan, (2) menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik. (3) meyimpulkan kesaksian yang
dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang ontentik (4) menyusun kesaksian yang dapat
dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekonstruksi peristiwa
masa lampau, melalui empat tahapan kerja yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber
(eksternal/internal), interpretasi(penafsiran), dan historiografi (penulisan kisah sejarah). Buku ini
dapat di jadikan sebagai pedoman bagi mahasiswa atau sejarawan yang akan melakukan penulisan
sejarah karena dalam bab IV ini dipaparkan tahap-tahap melakukan penulisan sejarah secara jelas
dan lengkap dan bahasanya mudah di pahami.

Bab selanjutnya membahas mengenai cerita sejarah. Cerita sejarah berisi tentang suatu
kejadian yang telah terjadi yang gambarannya seperti ada adanya. Manusia dilukiskan berdasarkan
sifat-sifat kemanusiannya seperti susah-senang, jatuh cinta, hidup-mati. Ketika membuat cerita
sejarah ada empat yang harus diperhatikan yaitu (1) peran cerita sejarah yang menggambarkan
tentang peristiwa yang telah terjadi sesuai dengan sumber sejarah dan sudut pandang sajarawan.
(2) isi cerita sejarah yang meliputi peristiwa itu melukiskan tentang perjuangan manusia kearah
kehidupan yang lebih sempurna dan peristiwa yang diceritakan itu mempunyai arti atau bagian
penting dari perjuangan suatu negara, kota, daerah, desa, atau lingkungan kehidupan kenegaraan.
(3) susunan cerita sejarah diseleksi sesuai dengan sikap penulis seperti harus berurutan sesuai
dengan waktu kejadiannya (kronologis), sesuai dengan sebab dan akibat dan daya imajinasi dalam
menghadirkan kembali peristiwa sejarah yang telah terjadi dalam bentuk kisah cerita sejarah yang
menarik. (4) periode cerita sejarah yang bertujuan untuk mrmudahkan melakukan
penyederhanaan, mengetahui peristiwa secara kronologis, dan memudahkan klasifikasi dalam
ilmu sejarah.
Pada bab selanjutnya yaitu tentang generalisasi dan konsep sejarah. Generalisasi adalah
menarik kesimpulan untuk menyimpulkan sesuatu dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang
bersifat umum kesimpulan itu dapat menjadi dasar penelitian bila sifatnya sederhana sudah
dibuktikan oleh penelitian sebelumnya dan merupakan sejarah yang diterima (accepted history).
Pada bab ini dijelaksan juga macam-macam generalisasi dan beberapa konsep terkait yang banyak
di jumpai dalam studi sejarah meliputi generalisasi konseptual, generalisasi personal,generalisasi
spasial dan generalisasi temporal. Di dalam buku ini macam-macam generalisasi sudah dijelaskan
secara rinci bahkan penulis memberikan contoh-contoh tentang apa saja yang dikaji dalam
generalisasi.

Pada bab VII membahas tentang Guna belajar sejarah. Perspektif tentang nilai guna
(mempelajari) sejarah memang tidak mudah disamakan antara yang belajar sejarah dan mereka
yang tidak memahami sejarah karena itu buku ini memberikan setitik pengetahuan/pencerahan
tentang guna sejarah. Secara umum guna sejarah dapat di bagi menjadi emapat yaitu (1) guna
edukatif (pendidikan), mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman yang pernah di lakukan
masyarakat baik pada masa sekarang atau masa sebelumnya. Keberhasilan pada masa lampau akan
dapat menjadi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya kesalahan masyarakat dimasa lampau
akan menjadi pelajaran berharga bagi masa kini. Sehingga sejarah berguna sebagai bahan media
dibidang pendidikan untuk mempelajari makna dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di
masyarakat. (2) guna inspiratif (wawasan), belajar sejarah berarti berupaya untuk membangun
kembali masa lalu dalam bentuk cerita sejarah. Tanpa belajar sejarah, oarng tidak akan mampu
memahami keadaan sekarang, sebab apa yang sekarang adalah hasil atau proses yang telah terjadi
masa lalu. Sejarah berguna untuk memberikan inspirasi atau wawasan kepada orang yang belajar
sejarah, sebab belajar sejarah adalah langkah mengetahui tata perilaku manusia pada masa lalu,
dengan mengetahui sejarah, seseorang bisa melahirkan gagasan-gagasan cerdas tentang tindakan
yang akan dilakukannya. (3) guna interaktif (dialog), sejarah menurut Edward Hellet Carr adalah
sebuah dialog yang tidak berkesudahan. Dialog antara sejarawan dengan masa lalu hanya bisa
dilakukan dengan menggunakan sumber sejarah, dengan demikian ketersediaan sumber sejarah
semakin memberikan ruang dan waktu berdialog dengan masa lalu. Proses dialog ini tidak akan
pernah berakhir selama sumber sejarah masih dapat digunakan dan sejarawan masih menjalankan
tugasnya dengan sungguh-sungguh untuk mengkomunikasikannya dengan manusia yang hidup
pada zaman sekarang. (4). Guna rekreatif, belajar sejarah adalah cara untuk mengetahui masa lalu.
Karena itu orang yang belajar sejarah disebut sebagai wisatawan professional di dalam dunia
lampau. Keberadaan sejarawan pada hakikatnya adalah “duta” dari masa lampa, tidak hanya
memberikan informasi tentang daerah-daerah tersebut pada zaman tertentu, tetapi juga kondisi
masyarakat dan berbagai aspek (ekonomi, social, budaya, politik) dunia masa lalu. Dengan
mengetahui sejarah, suatu generasi dapat merumuskan masa depannya, karena hanyalah orang
yang mampu mengkontrol masa lalunya yang akan menguasai masa depan. Sebab masa depan
adalah skenario yang disusun berdasarkan pemahaman (imajinasi) atas masa lampau.

Bab VIII menjelaskan tentang sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai ilmu karena
penyelidikan dan penelitian sejarah menggunakan metode ilmiah. Kuntowijoyo memberikan lima
pokok pikiran terkait dengan sejarah sebagai ilmu yaitu pertama, sejarah itu empiris, sejarah sangat
tergantung pada pengalaman manusia sebagai objek (formal dan material) yang terekam dalam
dokumen dan memori kolektif manusia. Rekaman itu kemudian diteliti oleh sejarawan untuk
menentukan fakta sejarah. Selanjutnya, fakta tersebut disintesakan yang menimbulkan penafsiran
atas fakta. Hasilnya dituangkan dalam tulisan sejarah (histeriografi). Kedua, mempunyai obejek.
Sejarah menjelaskan tentang apa yang dilakukan manusia dimasa lalu. Penekananya pada dimensi
waktu lampau yang membedakannya dengan ilmu lainnya. Objeknya ialah pada kontinuitas dan
perubahan yang di capai oleh manusia. Karena berkaitan dengan manusia, maka sejarah sering
pula dikategorikan sebagai ilmu-ilmu kemanusian (humaniora). Ketiga, mempunyai teori. Dalam
study sejarah teori sering disebut sebagai filsafat kritis. Umumnya teori berkaitan dengan satu
kumpulan tentang kaidah suatu ilmu atau epistemology dalam filsafat. Keempat, mempunyai
generalisasi, sejarah seperti halnya ilmu lain, juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum, hanya
saja perlu diingat bahwa ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sedangkan sejarah pada dasarnya
bersifat ideografis. Kelima, mempunyai metode, hal ini berkiatan dengan tujuan ilmu sejarah, yaitu
menjelaskan tentang kontinuitas dan perubahan dalam kehidupan umat manusia. Untuk
mengetahuinya maka perlu adanya cara atau metode dalam menjelaskannya, cara sistematis
rekonstruksi masa silam meliputi heuristk, kritik, interpretasi dan historiografi.

Bab IX membahas tentang sejarah dan ilmu-ilmu social. Pada bab ini jelaskan ada 5 ilmu
social yang berhubungan atau berkaitan dengan sejarah yaitu sejarah dan ilmu politik yang
berkitan dengan penggunaan sumber sejarah, bila sumber itu dikelurkan atau berasal dari
pemerintah maka umumnya berupa laporan kegiatan politik dan pemerintah. Sejarah dan
antropologi, menjelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan seperti kepercayaan, mata pencaharian,
dan teknologi yang oleh sejarawan dikontruksi yang memadukan antara sejarah dan antropologi
sehingga menghasilkan karya sejarah kebudayaan. Sejarah dan sosiologi, penggunaan sosiologi
dalam merekonstruksi sejarah bertujuan untuk memahami arti subjektif dari perilaku sosial bukan
semata-mata menyelidiki arti objektifitasnya. Sejarah dan ekonomi, focus studi ekono mi adalah
untung dan rugi dari aktivitas atau kontak dagang yang dilakukan oleh manusia. Bila dikaitkan
dengan sejarah maka mengacu pada konteks perubahan naik dan turunya harga dalam ruang dan
waktu tertentu. Sejarah dan psikologi yaitu objek kajian psikologi berkaitan dengan mental dan
kejiwaan manusia, manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelakan
mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu. Sejarah sering
dikatakan sebagai pegetahuan tentang kejadian masa lampau yang di rangkai secara kronologis,
kausalitas, dan imajinatif. Perkembangan ilmu sejarah pasca perang dunia II menunjukkan
kecenderungan kuat untuk mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah.
Menurut Ankersmit dan Sartono Kartodirdjo hal itu didasari oleh pemikiran bahwa (1) sejarah
deskriptif-naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan pelbagai masalah atau gejala
yang serba kompleks dalam peristiwa sejarah. (2) pendekatan multidimensional yang bertumpu
pada penggunaan konsep dan teori sosial paling tepat untuk memahami gejala atau masalah yang
kompleks itu. (3) dengan bantuan teori-teori ilmu sosial, yang menunjukkan hubungan antara
berbagai faktor (inflasi, pendapatan nasional, pengangguran, dan sebagainya), maka pernyataan-
pernyataan mengenai masa silam dapat dirinci baik secara kuntitatif maupun kualitatif. (4) teori-
teori dalam ilmu sosial biasnya berkaitan dengan struktur umum dalam kenyataan sosio-historis.
Karena itu, teori-teori tersebut dapat digunakan untuk menganalis perubahan-perubahan yang
mempunyai jangkauan luas. (5) studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informative
tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, “dimana”, dan “bagaimana”, tetapi juga ingin melacak pelbagai
struktur masyarakat (sosiologi), pola kelakuan (antropologi), dan sebagainya. Studi yang
menggunakan pendekatan ini akan melahirkan karya sejarah yang semakin antropologis
(anthropological history) dan sejarah yang sosiologis (sosiologycal history).

Bab selanjutnya menejalaskan tentang perkembangan ilmu sejarah yang dibagi menjadi 5
masa. Yang pertamaha adala masa awal perkembangan ilu sejarah. Awal perkembangan ilmu
sejarah bermula ketika adanya tulisan, karena dari tulisan itu kisah masa lalu dapat diketahui.
Tulisan menjadi hal utama bagi perkembangan ilmu sejarah. Pertama klai tulisan-tulisan di Erapo
dalam bentuk puisi seperti karya Homerus Iliaddan Odyses. Karya pertama menceritakan perang
antara Yunani dengan Troya. Puisi kedua berisi pertualangan Odysseaus pasca jatuhnya kota
Troya, sifat penururan sejarahnya lebih mengarah pada legenda dan mitos. Masa kedua yaitu abad
pertengahan, pada zaman Kristen awal, penulisan sejarah tidak dapata dipisahkan dengan teologi.
Kebudayaan Yunani yang paganisme (paham tidak beragama) dan bertumpu pada rasionalisme
tidak diterima dan digantikan dengan kristiani yang sangat mengagungkan agama dan
supranatural. Focus penejasannya pada persoalan gereja dan agama. Dalam tulisan The City Of
God, Augustine memandang bahwa dalam sejarah terdapat tuhan dan setan. Setiap orang yang
terlibat dalam sejarah suci yang akan dimenangkan oleh tuhan. Karya sejarah zaman ini biasanya
disebut sejarah providensial. Masa ketiga yaitu renaissance dan pencerahan. Bila rasionalisme
terpasung oleh gereja dapa abad pertengahan, maka pada masa renaissance jiwa kebudayaan
Yunani-Romawi yang pagan (mengandalkan rasio) dominan dalam karya sejarah. Fase sejarah ini
kembali menghantarkan bangsa Eropa pada titik kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam konteks itu
berbeda antara kebudayaan renaissance dengan modern. Jika kebudayaan pertama menengok
kebelakang maka kebudayaan yang terakhir menetap kedepan. Masa keempat yaitu zaman
penemuan “daerah baru”zaman penemuan daerah-daerah baru. Pada zaman rasinalisme (abad ke-
17) dan pencerahan, sejarawan Rene Descartes dari Prancis, Francis Bacon dari Inggris, dan
Baruch Spinoza dari Belanda, banyak mempengaruhi perkembangan historiografi di Eropa abad
ke-18. Topic utamnya adalah peradaban, terdapat tiga aliran utama yang berkembang pada saat itu
yaitu aliran radikal yang dipelopori oleh Francois Arouet, aliran moderat dan konservatif yang
dipelopori oleh Baron de Montesquieu dan aliran sentimental yang dipelopori oleh Jean Jacques
Rosseau. Masa kelima yaitu zaman modern: menuju sejarah kritis. Pada abad ini terdapat sebuah
revolusi paradigm dalam sejarah yang dipelopori oleh Leopold Von Ranke dengan slogan wie es
eigentich gewesen (apa yang nayata-nyata terjadi). Menurutnya sejarah harus ditulis seperti apa
yang terjadi dan karya sejarah itu selalu dipengaruhi oleh semangat zamanya (zeitgeist).
Pemikirnnya itu dituangkan dalam karyanya A Critique of Modern Historical Writers.

Pada bab XI menjelaskan tentang teori-teori sejarah. Pada bab ini penulis menjelaskan
pentingnya teori-teori sejarah untuk memandu sejarawan dalam melakukan tugasnya
merekonstruksi peristiwa masa lalu. Dalam bab ini dipaparkan bereapa pemikiran teoritis yang
terkait dengan studi sejarah yaitu antara lain (1) Ibnu Khaldun (1332-1406) Ibnu Khaldun
dipandang sebagai penggagas teori daur kultural. Menurut teori ini masyarakat mengalami tiga
fase dalam kehidupan yakni lahir, berkembang, dan mati. Dalam dunia politik pemerintahan
dikenal masa kebangkitan, keemasan dan akhirnya kehancuran. Dalam hal ini Ibnu Khaldun
melihat bahwa masa depan selalu berubah dan berkesinambungan dalam proses yang sama serta
hal seperti ini dialami oleh seluruh umat manusia. (2) Giambastita Vico (1668-1744) meneurut
Vico ada tiga periode sejarah yaitu yang pertama, periode para dewa,dimana orang kecuali
Yahudi, percaya bahwa mereka berada dibawah penyelenggaraan kuasa ilahi, dan segalanya diatur
menurut ramalan dan tanda-tanda. Kedua, periode pahlawan, zaman ini ditandai kemampuan
berfikir secara rasional, ketiga, periode manusia, dimana masing-masing manusia mengenal
dirinya kemudian menciptkan lingkungan persemakmuran dan mendirikan kerajaan. Menurut
Vico dalam teorinya, sejarah dunia didasari oleh sebuah pola siklus, namun ia juga sadar bahwa
ada foktor-faktor lain yang juga mempengaruhi gerak sejarah seperti iklim, wabah penyakit, dan
bentang alam sehingga menimbulkan versi pola dalam gerak sejarah. (3) Auguste Come (1798-
1857), Come dengan penuh keyakinan, percaya bahwa studi sejarah akan mengungkapkan
kemajuan manusia yang mantap. Secara tegas ia menyatakan tujuannya adalah menjelaskan
setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia, dengan semua aspeknya
yang penring, yakni menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahan-perubahan umat
manusia dari primitive sampai pada puncak kemajuan yang lebih tinggi (peradaban), Come
merumuskan hukum-hukum perkembangan sejarah umat manusia dalam tiga stadia yaitu stadia
teologis, metafisik, dan positif. (4) Karl Marx (1818-1880) menurut Karl Marx hakikat setiap
masyarakat dan pola perkembnagnya merupakan sebuah fungsi dari cara tuntutan-tuntutan
material kehidupan (pangan, sedang, papan, dan sebagainya) yang diperoleh melalui proses kerja.
Sebagai kelompok social masyarakat dalam pandangan Marx mengalami lima tahapan
perkembangan yaitu primitive, kuno, feodal, kapitalis dan komunis. (5) Oswald Spengler (1880-
1936) sejarah dalam pemikiran Spengler, ialah sebuah dunia dan ruang transformasi yang tidak
berkesudahan yang mengalami proses mekar dan kemudian surut secara mengagumkan, lazimnya
bentuk-bentuk organic. Sejarah merupakan kisah kebudayaan-kebudayaan yang tidak terhingga
jumlahnya yang masing-masing berkembang dengan liar sama seperti kembang. Kebudayaan
tumbuh dengan cara-cara yang sejalan dengan siklus hidup hewan dan tumbuhan yang mengalami
suksesi empat musim. (6) Arnold Joseph Toynbee (1889-1975) mengikuti cara berfikir siklus,
Toynbee membagi hukum-hukum sejarah peradaban kedalam empat tahap yaitu lahir, tumbuh,
mandek, dan hancur. Proses itu berlangsung dalam formula teoritis challenge and response antara
manusia dengan lingkunganya. (7) Fernand Braudel (1902-1985) ia termasuk generasi kedua aliran
sejarah Annales Perancis yang mengembangkan pendekatan sejarah total. Menurutnya, gerak
perubahan sejarah berlangsung dengan kecepatan dan pada dimensi yang berbeda-beda. Gagasan
tersebut dituangkan dalam dua karya monumentalnya yaitu Meditteranean dan dunia sekitarnya
pada masa Phillips II (1947) dan peradaban dan kapitalis pada abad ke-15 hingga abad ke-18
(1979). Perubahan-perubahan berlangsung dalam tiga tempo dan ranah yang berbeda yaitu jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

Pada bab terakhir menjelaskan tentang sejarah dan nasionalisme indonesia. Pada bab ini
dibagi dengan sub bab yaitu meliputi (1) prombelematka historiografi, awal lahirnya kesadaran
nasional merupakan fase penting dalam sejarah Indonesia, yang sering di kaitkan dengan
berdirimya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Penringnya periode itu, maka tanggal kelahirannya
hingga kini diperingati sebagai hari kebangkitan nasional (HKN). Menyikapi problematika
kebangkitan nasional, Harsya W Bahtiar dengan tegas mengatakan bahwa lahirnya Budi Utomo
tidak dapat dijadikan sebagai dasar HKN, menurutnya Budi Utmo lebih ditunjukan pada upaya
meningkatkan taraf hidup orang Jawa dan Madura dari pada mewujudkan kesatuan nasional. (2)
berbagai dimensi nasionalime, menurut Kennetth Minogue, nasionalisme merupakan keyakinan
bahwa setiap bangsa mempunyai hak dan kewajiban untuk membentuk dirinya sebagai negara.
Ada emapat dimensi penting dalam kaitannya dengan nasionalisme indonesia yaitu dimensi
ekonomi, social, kebudayaan dan politik yang sudah di jelaskan secara rinci pada buku ini.(3)
faktor pendukung dan ideologi, munculnya pergerakan nasional, selain karena kondidi internal
negeri juga karena perkembangan eksternal yang mempengaruhi terhadap dinamika pergerakan.
Metode dan ideology yang dianut oleh organisasi-organisasi pergerakan nasional berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu sangat ditentukan oleh pelaku masing-masing organisasi
dan orientasi perjuangan yang secara eksplisit dapat dilihat dari kooperatif, kesatuan nasional,
solidaritas, nonkooperatif, dan swadayanya. (4) radikalisme: jalan ke pengasingan, keradikalan
tokoh-tokoh nasionalisme menimbulkan reaksi dari pemerintah kolonial. Tanpa pandang bulu, satu
demi satu dari mereka dituduh telah memprovokasi masyarakat dank arena itu keamanan dan
ketertiban terganggu. Atas dasar itulah mereka diajukan ke pengadilan kolonial untuk
mempertanggungjawabkan perbuatanya. Kendati demikian, tokoh-tokoh pergerakan nasional
tidak berhenti dalam memperjuangkan kemerdekaan, mereka tetap melanjutkan perjuangan,
sekalipun selalu dihantui oleh pemerintah yang bertindak tegas kepada mereka dan organisasi-
organisasi pergerakan( PI, PNI, dan PKI) yang dianggap menganggu stabilitas politik dan
keamanan negara. (5) kelangsungan pergeraan, pasca penangkapan dan pembubaran beberapa
organisasi radikal, pergerakan nasional memasuki fase bertahan. Bentuk perjuangannya antara lain
dengan membentuk faksi nasional atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada 27 Januari 1930 di
Jakarta. Faksi yang beranggotakan 10 orang ini, merupakan wakil-wakil dari Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan. Tujuannya adalah untuk menjamin adanya kemeredekaan nasional dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dengan: (a) mengusahakan perubahan ketatanegaraan, (b) menghapuskan
perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual sebagai antitesa colonial, (c) menusahakannya dengan
cara tidak bertentangan dengan hukum. Pada sub bab tersebut penulis menjelaskan dengan bahasa
yang mudah di pahami dan juga disertai oleh contoh-contoh nyata sehingga pembaca mudah
memahami isi buku tersebut.

Komentar tentang buku:

Tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk membantu para mahasiswa, dosen maupun
para calon sejarawan dalam mempelajari sejarah, untuk membantu memberikan informasi atau
rujukan terkait dengan sejarah. Serta untuk meluruskan pandangan bahwa sejarah itu bukan hal
yang kuno melainkan ilmu yang membantu untuk menungkapkan hal-hal yang terjadi di masa lalu.
Adapun kelebihan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan penulis ringan, jelas dan padat
sehingga tidak membuat pembaca bingung. Dalam setiap definisi dan pengertian disertai dengan
contoh-contoh nyata seperti pada bab guna belajar sejarah selalu di berikan conto-contoh nyatanya
sehingga pembaca mudah menarik kesimpulan dengan adanya definisi dan contoh yang diberikan
oleh penulis. Namun untuk kekurangan buku ini adalah pada bab VI generalisasi dan konsep
sejarah tidak dijelaskan tentang macam-macam definisi generalisasi sehingga pembaca harus
merujuk pada buku lain.

Anda mungkin juga menyukai