PANDANG
[Sarah R Pillay]
[1117273]
[Intro]
Satu Malam yang indah, hujan baru berlalu dan langit menjadi cerah dan di teranging sinar
bulan, dua orang napi memandang keluar dari sel penjara mereka. Satu melihat Lumpur
yang ada di halaman karena baru di hujani tadi, namun tidaklah demikian dengan napi
yang satunya, ia tersenyum damai memandang bintang di langit. Keduanya berada di sel
yang sama. Keduanya adalah tahanan. Keduanya memandang keluar pada waktu yang
sama. Apa yang menjadi perbedaannya? Sikap hati mereka. Napi yang melihat bintang
memiliki sikap hati yang membangun, dan seperti memberi harapan. Namun napi yang
melihat Lumpur memiliki sikap hatinya buruk dan seperti tidak ada harapan. Cerita ini
adalah contoh sederhana dari sikap hati yang menentukan cara pandang itu menetukan
keadaan kita.
“26 …dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di
padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada
segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu.
27 Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh
kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya.
28 Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat
pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.”
30 Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya:
“Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!”
31 Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak
dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.”
32 Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai
mereka, dengan berkata: “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri
yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-
orang yang tinggi-tinggi perawakannya.
Halaman 1
33 Juga kami lihat di sana
orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang
raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap
kami.”
26-27 They presented themselves before Moses and Aaron and the whole congregation of
the People of Israel in the Wilderness of Paran at Kadesh. They reported to the whole
congregation and showed them the fruit of the land. Then they told the story of their trip:
27-29 “We went to the land to which you sent us and, oh! It does flow with milk and honey!
Just look at this fruit! The only thing is that the people who live there are fierce, their cities
are huge and well fortified. Worse yet, we saw descendants of the giant Anak. Amalekites
are spread out in the Negev; Hittites, Jebusites, and Amorites hold the hill country; and the
Canaanites are established on the Mediterranean Sea and along the Jordan.”
30 Caleb interrupted, called for silence before Moses and said, “Let’s go up and take the
They spread scary rumors among the People of Israel. They said, “We scouted out the land
from one end to the other—it’s a land that swallows people whole. Everybody we saw was
huge. Why, we even saw the Nephilim giants (the Anak giants come from the Nephilim).
Alongside them we felt like grasshoppers. And they looked down on us as if we were
grasshoppers.”
Halaman 2
4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat
1-3 The whole community was in an uproar, wailing all night long. All the People of Israel
grumbled against Moses and Aaron. The entire community was in on it: “Why didn’t we die
in Egypt? Or in this wilderness? Why has God brought us to this country to kill us? Our wives
and children are about to become plunder. Why don’t we just head back to Egypt? And
right now!”
4 Soon they were all saying it to one another: “Let’s pick a new leader; let’s head back to
Egypt.”
5 Moses andAaron fell on their faces in front of the entire community, gathered in
emergency session.
6-9 Joshua son of Nun and Caleb son of Jephunneh, members of the scouting party, ripped
their clothes and addressed the assembled People of Israel: “The land we walked through
and scouted out is a very good land—very good indeed. If God is pleased with us, he will lead
us into that land, a land that flows, as they say, with milk and honey. And he’ll give it to us.
Halaman 3
Just don’t rebel against God! And don’t be afraid of those people. Why, we’ll have them for
lunch! They have no protection and God is on our side. Don’t be afraid of them!”
10 But, up in arms now, the entire community was talking of hurling stones at them.
2. Kaum Israel perspective yang timbul dari sikap hati yang ketakutan karena
mendengaerkan kata-kata manusia.
Mulai mengasihani diri dan bersungut-sungut.(14:1-2)
Mulai memberontak pada pemimpin. (ay4,10)
Membenci Allah.
Kata Ibrani na'ats (dibenci / menista) digunakan dalam
Bilangan 14:11; 23, 31 berarti menolak dengan penghinaan atau
penghinaan. Dengan cara apa mereka membenci dia?
Mereka tidak mau percaya pada Tuhan (ay11)
Mereka mengutuk tanah yang Allah janjikan kepada mereka
sebagai tanah kematian (ay3)
Mereka dengan sengaja dan secara sadar memutuskan untuk
menempatkan para pemimpin mereka sampai mati (ay10)
24Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku
dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan
keturunannya akan memilikinya.
Bilangan 14:24
24 ‘But my servantCaleb—this is a different story. He has a different spirit; he
follows me passionately. I’ll bring him into the land that he scouted and his children
will inherit it.'
Numbers 14: 24
3. Yosua dan Kaleb perspective yang timbul dari sikap hati yang percaya penuh
kepada firman dan janji-janji Allah karena memiliki pengalaman yang nyata dengan
Dia.
Mereka memiliki sikap hati yang berbeda (ay 24)
Dan mengikuti Tuhan dengan sepenuh hatinya.
Relationship/ Hubungan.
Trust / kepercayaan yang absolut.
Mendapat bagian dalam janji Allah
Karena ketaatan mereka anak-anaknya juga mendapatkan
bagian dari janji itu.
Halaman 4
Mereka menjaga hati mereka 13:30; 14:6; 14:7-9
Mereka percaya kepada Allah sekalipun mayoritas menentang (13:30)
Kesakasian pribadi.
Kesimpulan:
Sikap positif dalam kehidupan orang percaya.
Mereka memiliki kejelian untuk menangkap kesempatan yang datang pada mereka
Mereka rendah hati, dan mau diajar.
Mereka selalu menghargai orang lain.
Mereka tidak menyalahkan manusia atau Tuhan ketika sesuatu gagal untuk
memberikan hasil yang diharapkan. Sebaliknya mereka akan berjuang untuk
menemukan solusi.
Mereka berjalan dengan iman bukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan
memercayai Allah sepenuhnya ketika menghadapi rintangan.
Mereka memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengikuti teladan mereka
Sikap hati kita akan menentukan tujuan hidup kita.
Sikap hati positif itu menular.
Implikasi
Sikap hati yang benar memperkokoh kuasa Firman Tuhan. Sikap hati yang salah
meniadakan kuasa FirmanNya.
Sikap hati yang benar memberi makan iman kita. Sikap hati yang salah memakan
iman kita.
Sikap hati yang benar menularkan keyakinan dan keamanan. Sikap hati yang salah
mengembangkan kesombongan dan dan rasa tidak aman.
Sikap hati yang benar memberikan inspirasi takut akan Allah di dalam kita. Sikap
hati yang salah menyerang dengan rasa takut akan keadaan ke dalam hati kita.
Sikap hati yang benar membantu kita untuk menyelesaikan perselisihan dengan
damai. Sikap hati yang salah menyebabkan kekerasan.
Sikap hati yang benar meyakinkan kita untuk menghargai berkat kita. Namun Sikap
hati yang salah membawa penghakiman dan pada kita.
Sikap hati yang benar membantu kita untuk memercayai Allah walaupun
menghadapi rintangan. Namun Sikap hati yang salah membuat hati kita rentan dan
mudah putus asa.
Halaman 5