Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam
meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi
jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan
kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan
oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan
karena sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi bagi setiap
pekerja.
Terjadinya kecelakaan pada perusahaan menyebabkan terhambatnya
pekerjaan yang akan berdampak pada penurunan hasil serta kerugian perbaikan
maupun pengobatan. Oleh karena itu K3 harus dikelola sebagaimana
pengelolaan produksi dan keuangan serta fungsi penting perusahaan yang
lainnya. Salah satu kecelakaan yang sering dijumpai dan menimbulkan
kerugian yang sangat besar adalah kebakaran. Kebakaran merupakan hal yang
sering terjadi pada gedung yang diawali dari kebakaran kecil yang kemudian
menjadi besar dikarenakan kesiapan peralatan pemadam api yang kurang
memadai atau ketidaksiapan peralatan tersebut pada saat hendak digunakan.
Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah
dengan menyediakan instalasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR). APAR
merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang sangat efektif untuk
memadamkan api yang masih kecil untuk mencegah semakin besarnya api
tersebut. Untuk mempermudah penggunaan dan menjaga kualitas APAR
tersebut perlu dilakukan pemasangan dan pemeliharaan yang sesuai dengan
Undang-Undang tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.

1
Selain kebakaran, setiap pekerjaan selalu mengundang potensial bahaya
yang dapat memengaruhi kecelakaan dan kesehatan tenaga kerja. Salah satu
upaya untuk melindungi pekerja dari risiko dan bahaya kecelakaan kerja yang
terdapat dalam tempat kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD). Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
mengharuskan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk mengurangi
risiko terhadap bahaya ketika pengendalian teknis dan administratif sudah tidak
mungkin dilakukan atau tidak efektif untuk mengurang pajanan pada level yang
dapat diterima. Alat Pelindung Diri harus disediakan oleh perusahaan dan
digunakan oleh pekerja setiap bekerja dan dipakai dengan prosedur yang tepat
dengan supervisi yang berkesinambungan.
Walaupun pengendalian pajanan telah dilakukan sebagai priortas utama,
diestimasikan bahwa faktor yang berkontribusi dalam terjadinya kecelakaan
kerja adalah kelalaian manusia (human error) dengan persentase sekitar 84%-
94%. Penyebab utama kelalaian adalah kegagalan dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) yang tepat.
Data kecelakaan kerja pada industri manufaktur memiliki persentase
31,6 % dari jumlah total kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. Hal
tersebut menempatkan industri manufaktur sebagai industri berisiko tinggi
setelah konstruksi dikarenakan frekuensi kecelakaannya yang tergolong sering.
Frekuensi kecelakaan di industri ini besar disebabkan industri manufaktur
merupakan industri yang menggunakan banyak sumber daya manusia sehingga
risiko untuk terkena kecelakaan lebih besar. Risiko tersebut diantaranya adalah
terjepit, terlindas, teriris, terpotong, terpeleset, tertabrak, kejatuhan barang,
kebocoran gas dan sebagainya.
PT. AST Indonesia adalah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang
manufaktur furnitur musical instrument, wood working, dan plastic injection.
Perusahaan seluas 36.000 m2 yang berdiri pada lahan 51.500 m2 ini berdiri sejak
Juli 1996 dengan jumlah karyawan sebanyak 1800 pekerja. Upaya kesehatan
dan keselamatan kerja di perusahaan ini telah terstandarisasi menggunakan IOS

2
9001-2008 dan ISO 14001-2004, dengan standar tersebut menjadikan
perusahaan ini berbasis kualitas produk yang berwawasan lingkungan.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan kerja berupa Alat
Pelindung Diri (APD) dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di
PT. AST Indonesia.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi ketersediaan APD dan APAR di PT. AST
Indonesia
b. Mengidentifikasi kepatuhan pekerja terhadap penggunaan APD.
c. Mengidentifikasi pemasangan dan pemeliharaan APAR sesuai
prosedur.
d. Mengidentifikasi risiko kecelakaan akibat kelalaian penggunaan
APD dan APAR di PT. AST Indonesia.

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Instansi Pendidikan
Mempunyai lulusan dokter yang berkualitas dan memilki
wawasan tentang materi Kedokteran Okupasi, terutama dalam
pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya dalam pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.3.2. Bagi Perusahaan


a. Tercapainya derajat kesehatan bagi para pekerja.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan pekerja dengan
penggunaan APD dan APAR.
c. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan para pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan tempat kerja.

3
d. Tersusunnya bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk
perbaikan keadaan lingkungan kerja guna mencegah timbulnya
gangguan akibat kerja.

1.4. Ruang lingkup


1.4.1. Ruang Lingkup Keilmuan
Ilmu Kedokteran Okupasi

1.4.2. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu


Praktik Belajar Lapangan dilakukan di PT.AST Indonesia pada hari
Selasa, 14 Agustus 2018.

1.5. Metode pengumpulan data


Data yang dikumpulkan dalam laporan ini adalah data primer, yaitu
pengamatan langsung di perusahaan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri


2.1.1 Definisi Alat Pelindung Diri
Menurut Depnakertrans RI, Alat Pelindung Diri adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/ kecelakaan kerja. OSHA (Occupational Safety and Healt
Administration) menyatakan APD diciptakan untuk melindungi
pekerja dari cidera dan penyakit serius ditempat kerja yag berasal dai
kontak dengan bahan kimia, radiologi, fisik, elektrik, mekanis, atau
bahaya ditempat kerja lainnya. Selain pelindung wajah, safety
glasses, hard hats, safety shoes, alat pelindung diri juga termasuk
berbagai peralatan dan garmen seperti goggles, coveralls, sarung
tangan, vests, earplugs, dan respirator.

2.1.2 Fungsi dan Jenis Alat Pelindung Diri


a. Alat pelindung kepala
1) Fungsi : untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas,
api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim.
2) Jenis : helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung
kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
b. Alat pelindung mata dan muka
1) Fungsi : untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan
kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di
udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau

5
uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau
pukulan benda keras atau benda tajam.
2) Jenis : kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng
muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker).
c. Alat pelindung telinga
1) Fungsi : untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.
2) Jenis : sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear
muff).
d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
1) Fungsi : untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring
cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa
debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
2) Jenis : masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline
respirator, Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained
Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.
e. Alat pelindung tangan
1) Fungsi : untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan
dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad
renik.
2) Jenis : sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain
kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia.

6
f. Alat pelindung kaki
1) Fungsi : untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan
dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik,
tergelincir.
2) Jenis : sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja
yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau
bahaya binatang dan lain-lain.
g. Pakaian pelindung
1) Fungsi : untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian
badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan
kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact)
dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan
dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
2) Jenis : rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan
pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh
bagian badan.

2.1.3 Faktor yang memengaruhi penggunaan APD


Faktor yang dapat memengaruhi perilaku kepatuhan
penggunaan APD terbagi menjadi:
1. Faktor internal
a. Masa Kerja
Masa kerja merupakan jangka waktu atau lamanya pekerja,
bekerja di suatu tempat. Masa kerja di kategorikan menjadi
2 yaitu baru (> 3 Tahun) dan lama (< 3 Tahun).

7
b. Pelatihan
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, Produktivitas, disiplin,
sikap, pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu
sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
c. Ketersediaan APD
Ketika kontrol engineering, work practice dan administratif
sudah tidak feasible untuk menyediakan proteksi yang
cukup, perusahaan harus menyediakan alat pelindung diri
(APD) kepada pekerja dan memastikan pemakaiannya. Alat
pelindung diri (APD) merupakan peralatan yang digunakan
untuk meminimalisasi berbagai risiko pajanan.
d. Kenyamanan APD
Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
pekerja dari bahaya di tempat kerja, dalam artian lain
kenyamaan dan kefektifan penggunaan APD contohnya,
kaca mata yang terlalu besar akan merepotkan pekerja
dalam kegiatannya, hairnet yang terlalu besar menimbulkan
ketidaknyamanan pada saat digunakan, sepatu yang terlalu
besar atau bahan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang
baik membuat kaki pekerja tidak nyaman atau panas saat
digunakan.
2. Faktor eksternal
a. Adanya Peraturan
Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dibuat oleh
perusahaan mengenai penggunaan APD sebelum bekerja,
yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga

8
salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang terdapat di suatu tempat kerja.
b. Pengawasan
Pengawasan berfungsi untuk memastikan kegiatan yang
dilakukan berjalan dengan baik, kegiatan pengawasan
bertujuan mempromosikan dan memastikan kepatuhan
kepada peraturan atau sistem yang berlaku disemua tempat
kerja, seperti dalam pengawasan penggunaan APD dan
aspek lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Sanksi atau Hukuman
Saksi atau hukuman merupakan penekanan terhadap suatu
perilaku yang dilakukan seseorang, agar perilaku tersebut
sesuai dengan peraturan yang ada.

2.2. Alat Pemadam Api Ringan


2.2.1. Definisi Alat Pemadam Api Ringan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang digunakan
untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. APAR
pada umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam
api yang bertekanan tinggi. Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja
(K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh
setiap perusahaan dalam mencegah terjadinya kebakaran yang dapat
mengancam keselamatan pekerja dan aset perusahaannya.

2.2.2. Jenis-Jenis Alat Pemadam Api Ringan


Terdapat 4 jenis APAR yang paling umum digunakan, yaitu:
1. Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water
APAR Jenis Air (Water) adalah jenis APAR yang disikan oleh
Air dengan tekanan tinggi. APAR Jenis Air ini merupakan jenis
APAR yang paling Ekonomis dan cocok untuk memadamkan api
yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti kertas,

9
kain, karet, plastik dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A). Tetapi
akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang
dikarenakan instalasi listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).
2. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)
APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari
bahan kimia yang dapat membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous
Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi bahan
yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses
kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan
api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti
kertas, kain, karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta
kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah
terbakar seperti minyak, alkohol, solvent dan lain sebagainya
(Kebakaran Jenis B).
3. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder
APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire
Extinguisher terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan
kombinasi dari Mono-amonium danammonium sulphate. Serbuk
kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang
terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang merupakan unsur
penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry Chemical Powder
ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif
untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran
seperti Kelas A, B dan C. APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak
disarankan untuk digunakan dalam Industri karena akan mengotori
dan merusak peralatan produksi di sekitarnya. APAR Dry Chemical
Powder umumnya digunakan pada mobil.
4. Alat Pemadam Api (APAR) Carbon Dioxide (CO2)
APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang
menggunakan bahan Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2)
sebagai bahan pemadamnya. APAR Karbon Dioksida sangat cocok

10
untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar) dan
Kelas C (Instalasi Listrik yang bertegangan).

2.2.3. Pemasangan APAR


1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
2. Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan tanda
untuk menyatakan tempat alat pemadam api ringan yang dipasang
pada dinding.
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adala 125 cm dari
dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
5. Kebakaran dapat digolongkan :
a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A).
b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan
B).
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C).
d. Kebakaran logam (Golongan D).
6. Jenis alat pemadam api ringan terdiri dari :
a. Jenis cair (air).
b. Jenis busa.
c. Jenis serbuk kering.
d. Jenis gas (Hydrocarbon berhalogen dan sebagainya ).
7. Penempatan alat pemadam api ringan yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.

11
8. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan penguat sengkang atau dengan
konstruksi penguat lainnyaatau ditempatkan dalam lemari atau peti
(box) yang tidak dikunci.
9. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
harus diberi kaca aman dengan tebal maximum 2 mm.
10. Sekang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau
digembok atau diikat mati.
11. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman, harus sesuai dengan
besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti
(box) sehingga mudah dikeluarkan.
12. Pemasangan alat pemadam api rinagn harus dipasang sedimikian
rupa sehingga bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari
permukaan lantai, kecuali CO2 dan serbuk kering dapat ditempatkan
lebih rendah dengan syarat jarak antara dasar alar pemadam api
ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.
13. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49 derajat C atau turun samai minus
44 derajat C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat
khusus unutuk suhu diluar batas tersebut di atas.
14. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman.

2.2.4. Pemeliharaan APAR


1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 ( dua ) kali dalam
setahun, yaitu :
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan.
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan.
2. Cacad pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui
waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut
segera diganti dengan yang tidak cacad.

12
3. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan meliputi dengan cara:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan
dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman tabung.
b. Bagian luar tabung tidak boleh cacad termasuk handle dan label
harus selalu dalam keadaan baik.
c. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang
terpasang tidak boleh retak, atau menunjukan tanda – tanda
rusak.
d. Untuk alat pemadam jenis busa diperiksa dengan
mencampurkan sedikit larutan sodium bicarbonate dan
alumunium sulfat di luar tabung, apabila cukup kuat, maka alat
pemadam api ringan tersebut dipasang kembali.
e. Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali
jenis tetra chloride diperiksa dengan cara menimbang, jika
beratnya sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali.
f. Cara – cara pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan cara
lain sesuai dengan perkembangan.
4. Pemerikasaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliouti dengan
cara:
a. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati–hati dan
dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, lalu di teliti:
1) Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang
ditentukan.
2) Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan
tidak boleh tersumbat atau buntu.
3) Ulir tutup kepala tidak boleh cacad, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat.
4) Perlatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak
dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan
bak gasket atau packing harus masih dalam keadaan baik.

13
5) Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.
6) Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang
atau cacad karena karat.
7) Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum
dimasukakan larutannya harus dalam keadaan baik.
8) Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam
keadaan baik.
9) Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya.
10) Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap
tekanan coba sebesar 20 kg per cm2.
b. Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen
dilakukan dengan cara :
1) Isi tabung harus diisi dengan berat yang ditentukan.
2) Pipa pelelas isi yang berada dalam tabung dan saringan
tidak boleh tersumbat atau buntu.
3) Ulir tutup kepala tidak boleh rusak, dan saluran keluar tidak
boleh tersumbat.
4) Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.
5) Lapisan pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan
baik.
6) Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya.
5. Petunjuk cara – cara pemakaian alat pemadam api ringan harus
dapat dibaca dengan jelas.
6. Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun sekali dan
harus kuat menahan tekanan coba.
7. Untuk alat pemadam api ringan jenis carbon dioxide ( Co2 ) harus
dilakukan percobaan tekan dengan syarat :
a. Percobaan tekana pertama satu setengah kali tekana kerja.

14
b. Percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja.
8. Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan
cara:
a. Untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali.
b. Untuk jenis cairan busa yang dicampur dahulu harus diisi 2
tahun sekali.
c. Untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus
diisi 3 tahun sekali.
d. Untuk tabung selainnya diisi selambat – lambatnya 5 tahun
sekali.
9. Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali harus
dilakukan pemeriksaan atau tindakan sebagai berikut :
a. Isinya dikosongkan secara normal.
b. Setelah seluruh isi tabung dikeluarkan, katup kepala dibuka dan
tabung serta alat – alat diperksa.
c. Bagian dalm dan luar tabung harus diteliti untuk memastikan
tidak terdapat lubang – lubvang atau cacad.
d. Ulir katup kepala harus dberi gemuk tipis, gelang tutup
ditempatkan kembali dan tutup kepala dipasang dengan
mengunci sampai kuat.
e. Apabila gelang tutup terbuat dari karet harus dijaga gelang
tersebut tidak terkena gemuk.
f. Tanggal, bulan dan tahun pengisian harus dicatat pada badan
alat pemadam api ringan tersebut.
g. Alat pemadam api ringan ditempatkan pada posisi yang tepat.

15
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Data Umum Perusahaan


1. Nama perusahaan : PT. AST Indonesia
2. Alamat perusahaan : Jl. Raya Semarang – Kendal Km. 12 Blok A-01
Kawasan Industri Wijayakusuma, Semarang.
3. Profil Perusahaan
PT. AST Indonesia adalah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang
manufaktur furnitur musical instrument, wood working, dan plastic
injection. Perusahaan seluas 36.000 m2 yang berdiri pada lahan 51.500
m2 ini berdiri sejak Juli 1996 dengan jumlah karyawan sebanyak 1800
pekerja. Upaya kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan ini telah
terstandarisasi menggunakan IOS 9001-2008 dan ISO 14001-2004,
dengan standar tersebut menjadikan perusahaan ini berbasis kualitas
produk yang berwawasan lingkungan.
4. Proses Produksi
a) Divisi Produksi Plastik
Merupakan divisi yang berisi mesin molding/inject yang mengolah
bahan mentah plastik menjadi bagian-bagian dari tuts piano. Bahan
utama: biji plastik.
b) Divisi Produksi Wooden
Merupakan divisi pengolah bahan kayu, divisi ini berisi mesin
pemotong kayu, penumpulan sudut kayu, dan modelling bahan
sehingga menjadi bahan setengah jadi yang kemudian di kirim ke
divisi painting & finishing guna proses pengecatan dan
pengampelasan. Bahan utama: kayu.
c) Divisi Assembly
Merupakan divisi untuk menyatukan barang-barang setengah jadi
dari divisi produksi plastik, wooden, painting, dan stacking cabinet

16
kemudian dirakit menjadi barang jadi, yaitu instrumen musik, dan
furniture. Bahan utama: paku, lem.
d) Divisi Painting & Finishing
Merupakan divisi yang berisi mesin pengampelas dan pengecat
barang setengah jadi menjadi produk yang siap masuk ke divisi
assembly untuk dirakit menjadi barang jadi. Bahan utama: cat dan
kertas amplas.
e) Divisi Produksi Stacking Cabinet
Merupakan divisi rintisan PT. AST yang memproduksi bagian-
bagian dari stacking cabinet yaitu rak untuk kursi dan perabotan.
Bahan utama: kayu.

3.2 Alat Pelindung Diri PT. AST Indonesia


1. Alat Pelindung Kepala

Gambar 3.1. Alat pelindung kepala

2. Alat Pelindung Badan

Gambar 3.2. Alat pelindung badan

17
3. Alat Pelindung Anggota Badan

Gambar 3.3. Alat pelindung anggota badan

3.3 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) PT. AST Indonesia


NO LOKASI FOTO HASIL KETERANGAN
OBSERVASI
1 Ada pada Cukup memadai Dapat dengan mudah
setiap ruang mendapatkan alat
produksi pemadam kebakaran

2 Ruang Ipal Terdapat cooling Sebagai pendingin


tower evaporatif yang
digunakan untuk
mendinginkan air atau
media kerja lainnya
sampai bertemperatur
mendekati
temperatur udara sekitar

18
3 Ruang Ipal Terdapat jokey Menstabilkan tekanan air
pump yang pada jaringan pipa sistem
memakai diesel pemadam kebakaran
dan listrik gedung

4 gedung Terdapat Untuk mengetahui


bagian pelaporan dan kelayakan instalasi
belakang pemeriksaan uji penyalur petir ke tanah
kelayakan
instalasi penyalur
petir

5 Ruang Terdapat heat Mengetahui suhu panas


genset detektor di atas yang berlebih jika terjadi
genset kebakaran pada ruang
genset
6 Ruang Terdapat laporan Mengetahui kelayakan
genset pemeriksaan dan genset dengan kapasitas
pengujian motor 1000 kva
diesel orgenerator
set
7 Di gedung Terdapat instalasi Menghindari kebakaran
bagian penyalur petir yang bersumber pada
belakang petir

19
8 Pos satpam Terdapat main Mengetahui accident
panel yang berada pada suatu
lokasi, supaya dapat
dengan cepat
menghentikan bahaya
10 ruang terdapat hydran untuk memadamkan api
produksi (1,5 inch ,2,5 dengan tekanan air yang
inch) sudah tersedia

11 Ruang terdapat smoke Mengetahui asap yang


genset detector berlebih jika terjadi
kebakaran pada ruang
genset

12 Pada kantin fire alarm untuk tanda adanya


kebakaran

13 Ruang Horn untuk menginformasikan


produksi, tanda adanya kebakaran
kantin

20
14 Ruang APAR each untuk memadamkan api
produksi Forklift kecil pada kebakaran di
pasang dalam forklift

15 Pintu masuk terdapat pemisah untuk mengurangi


masuk jalur pejalan kaki desakan karyawan pria
produksi karyawan pria dan wanita
dan wanita

21
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penggunaan APD PT. AST Indonesia


PT. AST Indonesia memiliki aturan yang jelas tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk dalam hal perlindungan diri.
Tugas manajemen PT. AST Indonesia terkait alat pelindung diri antara lain:
a. Melakukan hazard assessment di tempat kerja untuk mengidentifikasi
dan mengontrol bahaya fisik ataupun kesehatan.
b. Mengidentifikasi dan menyediakan APD yang sesuai bagi pekerja.
c. Memberikan pelatihan tentang cara penggunaan dan pemeliharaan
APD.
d. Memelihara APD, termasuk mengganti APD yang rusak.
e. Secara periodik meninjau, memperbaharui, dan mengevaluasi
keefektifan program APD.
Sedangkan tugas para pekerja terkait penggunaan APD di PT. AST
Indonesia antara lain:
a. Menggunakan APD secara tepat.
b. Menghadiri sesi pelatihan APD.
c. Peduli, merawat, dan membersihkan APD yang digunakan.
d. Menginformasikan kepada supervisor jika membutuhkan perbaikan dan
penggantian APD.
e. kemampuan dalam penggunaan yang tepat dan digunakan sebelum
melakukan pekerjaan yang memerlukan APD.

Ketersediaan alat pelindung diri di PT. AST Indonesia sudah cukup


baik, lengkap, dan para pekerja mematuhi aturan penggunaan APD secara
tepat sesuai dengan kebutuhan dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang berlaku.

22
4.2. Penanggulangan Kebakaran dengan APAR
Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah
dan memberantas kebakaran. Ketersediaan APAR di PT. AST Indonesia
sudah terkelola dengan baik. Pada setiap tempat terdapat APAR dan
petunjuk penggunaannya.
Tabel 4.1. Perlengkapan Pemadam Kebakaran
No. Nama Perlengkapan Jumlah Pengecekan

Tim tanggap Darurat 279 org


1. Tombol manual 31 1 bulan
2. Alarm 6 1 bulan
3. Smoke detektor 17 3 bulan
4. Heat Detektor 28 3 bulan
5. APAR Powder 108 1 bulan
APAR Powder (forklift) 9 1 bulan
6. APAR CO2 8 1 bulan
7. Hydrant 2.5 Inch 8 3 bulan
8. Hydrant 1.5 Inch 9 3 bulan
9. Spare of Hose (in door) 3 3 bulan
10. Spare of Hose (out door) 4 3 bulan
11. Lampu emergensi 144 Seminggu sekali

Setiap 3 bulan sekali dilakukan inspeksi terhadap APAR dan


perlengkapan pemadam kebakaran lainnya oleh PT. AST Indonesia dan dari
pihak supplier.

1. Tim Tanggap Darurat PT. AST Indonesia


Tim tanggap darurat bertanggung jawab atas komunikasi,
APAR, Hydrant, P3K, dan keamanan. Setiap subdepartemen terdapat
bendera dengan warna dan angka yang berbeda-beda untuk
memudahkan pengelompokkan dan perhitungan pekerja di titik kumpul
ketika terjadi keadaan darurat. Jumlah keseluruhan ada 25 bendera
terpasang di tembok dekat pintu keluar di tiap sub departemen. Tanda-
tanda petunjuk jalur evakuasi juga dapat menyala ketika keadaan gelap,

23
sehingga ketika aliran listrik mati dalam keadaan darurat pekerja tetap
dapat melihat tanda evakuasi menuju titik aman berkumpul.

Gambar 4.1. Tim Pemadam Kebakaran PT. AST Indonesia

2. Prosedur Tanggap Darurat PT. AST Indonesia

Gambar 4.2. Prosedur tanggap darurat

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di PT. AST Indonesia yang dilakukan pada
tanggal 14 Agustus 2018 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya komitmen perusahaan terkait implementasi penggunaan APD
pada para pekerja yang dikelola dengan baik.
2. Ditemukannya APAR di setiap sudut tempat beserta cara
penggunaannya.
3. Tidak ditemukan kecelakaan akibat kerja terkait penggunaan APD dan
APAR.

5.2 Saran
Saran yang di berikan sebagai berikut :
1. Penataan kembali jalur evakuasi yang lebih mudah diakses.
2. Pemberian kabel tray listrik atau isolative untuk menghindari konsleting.
3. Pembuatan pegangan tangan pada tangga naik ipal.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Benny Vitriansyah Purta. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi


Perilaku Pekerja Pengelasan Industri Informal dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri di Jalan Raya Bogor – Dermaga, Kota Bogor 2011. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia; 2012.

2. Rafiq M. Choudhry, , Dongping Fang. Why operatives engage in unsafe work


behavior: Investigating factors on construction sites. Safety Science Volume
46, Issue 4, April 2008, Pages 566–584. Construction Safety.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0925753507001087.

3. Agustine, Stefanie. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Faktor-


Faktor Yang Berpengaruh Pada Pekerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Sebuah Studi Kualitatif Dengan Pendekatan Fenomenologis. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2015.

4. Steven Nadler. Spinoza’s Ethics. An Introduction. University of Wisconsin-


Madison.Cambridge University Press. 2006. [internet]. Dalam
http://preterhuman.net/texts/thought_and_writing/philosophy/Nadler_Spi
noza's%20Ethics-An%20Introduction_0521544793.pdf. Diakses pada 23
Agustus 2018.

5. Firdausi R. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pemakaian


APD pada Pekerja bagian Produksi Jamu Lengkap di PT. Leo Agung
Semarang. Universitas Diponegoro. Thesis. Semarang; 2011.

6. Hendriawati ED. Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Ditinjau Dari


Persepsi Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja Pada Karyawan PT. Bama Prima
Textile Pekalongan. (Skripsi). Semarang: Fakultas Ilmu Psikologi UNIKA;
2012.

7. Wibowo A. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan


Alat Pelindung Diri Di Areal Pertambangan PT. Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. (Skripsi). Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2010.

26

Anda mungkin juga menyukai