Kadek Tiwi Maharani (1715644150) I Wayan Awidiya Sutama Putra (1715644162) Luh Gede Nomica Eka Putri (1715644168)
PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BALI 2019 Pada kesempatan ini, kami menyusun makalah terkait pengujian substantif terhadap saldo sediaan, kami mencoba menelaah materi yang terdapat dalam beberapa referensi misalnya PSAK 14, SA 200, SA 240, SA 320, SA 500, SA 505, SA 520, SA 530, dan referensi utama lainnya (Sukrisno Agus, Mulyadi, Hartadi & Djamaluddin, 1989; IAPI 2013). Dalam SA 200 dijelaskan bahwa tujuan dari audit adalah meningkatkan laporan keuangan, dalam laporan terdapat akun-akun yang dinilai, salah satunya adalah akun persediaan. Akun persediaan menurut PSAK 14 merupakan aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (IAI, 2019). Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajiannya di neraca yang terdapat dalam PSAK 14.1 s/d 14.9-IAI, 2019 yaitu mengenai metode yang digunakan, penyajian kos dan cara penulisan, konsistensi penerapan metode dan pernyataan pengecualian dari auditor, perlakuan persediaan bila dijadikan jaminan, pengelompokkan persediaan perusahaan manufaktur, perjanjian pembelian terhadap jumlah yang material dan aturan mengenai cadangan penurunan persediaan. Persediaan merupakan aktiva yang bersifat material bagi perusahaan dan lebih riskan adanya kecurangan dalam pelaporannya, menurut SA 320; materialitas & risiko audit, SA 200; Skeptipisme profesional jika kondisi yang diidentifikasi selama proses audit, auditor yakin bahwa suatu dokumen mungkin tidak asli atau dimodifikasi namun tidak diungkapkan keadaannya oleh klien, maka auditor harus menginvestigasi lebih lanjut (IAPI, 2013). Seperti halnya pada kasus yang terjadi di USA perkara McKesson & Robbins, 1939 yaitu peristiwa penipuan besar menyangkut persediaan yang menyajikan laporan keuangan yang berisi aktiva fiktif dan menyebabkan adanya peningkatan standar audit (Michael Chatfield, 1996). Tujuan pengujian substantif terhadap sediaan yaitu membuktikan bahwa saldo akun sediaan yang dicantumkan di neraca mencerminkan saldo akun sediaan produk jadi, sediaan suku cadang, sediaan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) yang sesungguhnya pada tanggal neraca (Mulyadi, 2014). Untuk membuktikan keandalan catatan akuntansi dan asersi audit yaitu keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak kepemilikan, penilaian, serta penyajian dan pengungkapan, akun-akun yang ada dalam laporan posisi keuangan dinilai kewajarannya berdasarkan Standar Akuntansi melalui suatu penugasan audit umum. Penugasan audit umum melibatkan penyusunan program yang terdiri dari pengujian terhadap pengendalian transaksinya beserta pengujian fisik persediaan yang lebih dikenal dengan pengujian substantif. Adapun prosedur yang dilakukan auditor dalam melaksanakan program ini adalah sebagai berikut: 1. Prosedur Audit awal menurut SA 320, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi sediaan yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya untuk membuktikan saldo sediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya sesuai dengan sediaan yang benar- benar ada pada tanggal neraca (IAPI, 2013). 2. Prosedur Analitik, berdasarkan SA 520 dilakukan untuk mengecek secara menyeluruh kewajaran sediaan yang disajikan di neraca (IAPI, 2013). Auditor menghitung berbagai rasio yang bersangkutan dengan sediaan yang dihitung dengan formula yang sudah ditetapkan dan kemudian ratio-ratio tersebut dibandingkan dengan angka harapan (rasio yang sama dari data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) yang akan memberikan indikasi bagi auditor ke fokus mana perlu perhatian melaksanakan pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci. 3. Pengujian terhadap transaksi rinci, auditor melakukan pengujian substantif terhadap keterjadian transaksi pembelian, penjualan dan pemakaian sediaan yang di debit dan di kredit ke akun piutang usaha, dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, serta pemeriksaan sampel transaksi. Pengujian pisah batas dimaksudkan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten setiap periodenya termasuk tahun yang diaudit, karena jika tidak konsisten akan mempengaruhi perhitungan laba rugi tahun yang diaudit, maka auditor melakukan pengujian pisah batas untuk menentukan pengakuan pendapatan dan biaya. Selanjutnya berdasarkan ketentuan SA 530 pemeriksaan sampel transaksi yang tercatat dalam akun sediaan ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut, dimulai dengan pemeriksaan buku pembantu sediaan dan mengambil sampel akun sediaan yang akan diperiksa transaksi mutasinya dan sampel transaksi yang dicatat dalam akun sediaan pilihan (IAPI, 2013). 4. Pengujian terhadap saldo akun rinci dengan melaksanakan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan dan mengirimkan surat konfirmasi sediaan yang disimpan digudang ke pihak luar. Pengamatan terhadap perhitungan fisik untuk membuktikan empat asersi audit ditempuh dengan cara: (1) memeriksa instruksi tertulis mengenai perhitungan fisik sediaan, (2) melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang dilakukan oleh klien. Berdasarkan SA 505 tentang perlunya konfirmasi eksternal untuk membuktikan asersi: (1) keberadaan atau keterjadian, (2) kelengkapan, dan (3) hak kepemilikan, untuk memperoleh keyakinan tentang eksistensi sediaan klien yang disimpan di pihak luar, auditor perlu mengirimkan surat konfirmasi kepada perusahaan yang menyimpan sediaan tersebut. 5. Pemeriksaan penyajian dan pengungkapan sediaan di neraca dilakukan dengan cara: (1) memeriksa klasifikasi sediaan di neraca, (2) memeriksa penjelasan yang bersangkutan dengan sediaan, dan (3) melakukan analytical review terhadap sediaan. DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Agoes, Soekrisno. 2014. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Selemba Empat. Hartadi, Bambang & Subekti Djamaluddin. 1990. Auditing II: Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Chatfield, Michael. “Kasus McKesson & Robbins”. Dalam Sejarah Akuntansi: An International Encyclopedia, diedit oleh Michael Chatfield dan Richard Vangermeersch. New York: Garland Publishing, 1996. hlm. 409-410. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2019. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang Persediaan. Jakarta: IAI (diakses dari website IAI: www.iaiglobal.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 200 Tentang Tujuan Keseluruhan Audit Independen dan Pelaksanaan Audit berdasarkan Standar Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 240 Tentang Tanggung Jawab Audit Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 320 Tentang Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 500 Tentang Bukti Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 505 Tentang Konfirmasi. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 520 Tentang Prosedur Analitis. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id) Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 530 Tentang Sampling Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id)