Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2

AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI :

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO SEDIAAN

Oleh:

Kelas 5F

Kelompok 7

I Dewa Ayu Indra Dewi (1715644126)


Kadek Tiwi Maharani (1715644150)
I Wayan Awidiya Sutama Putra (1715644162)
Luh Gede Nomica Eka Putri (1715644168)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2019
Pada kesempatan ini, kami menyusun makalah terkait pengujian substantif terhadap saldo
sediaan, kami mencoba menelaah materi yang terdapat dalam beberapa referensi misalnya PSAK
14, SA 200, SA 240, SA 320, SA 500, SA 505, SA 520, SA 530, dan referensi utama lainnya
(Sukrisno Agus, Mulyadi, Hartadi & Djamaluddin, 1989; IAPI 2013). Dalam SA 200 dijelaskan
bahwa tujuan dari audit adalah meningkatkan laporan keuangan, dalam laporan terdapat akun-akun
yang dinilai, salah satunya adalah akun persediaan. Akun persediaan menurut PSAK 14 merupakan
aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (IAI, 2019). Prinsip akuntansi
berterima umum dalam penyajiannya di neraca yang terdapat dalam PSAK 14.1 s/d 14.9-IAI, 2019
yaitu mengenai metode yang digunakan, penyajian kos dan cara penulisan, konsistensi penerapan
metode dan pernyataan pengecualian dari auditor, perlakuan persediaan bila dijadikan jaminan,
pengelompokkan persediaan perusahaan manufaktur, perjanjian pembelian terhadap jumlah yang
material dan aturan mengenai cadangan penurunan persediaan.
Persediaan merupakan aktiva yang bersifat material bagi perusahaan dan lebih riskan adanya
kecurangan dalam pelaporannya, menurut SA 320; materialitas & risiko audit, SA 200; Skeptipisme
profesional jika kondisi yang diidentifikasi selama proses audit, auditor yakin bahwa suatu
dokumen mungkin tidak asli atau dimodifikasi namun tidak diungkapkan keadaannya oleh klien,
maka auditor harus menginvestigasi lebih lanjut (IAPI, 2013). Seperti halnya pada kasus yang
terjadi di USA perkara McKesson & Robbins, 1939 yaitu peristiwa penipuan besar menyangkut
persediaan yang menyajikan laporan keuangan yang berisi aktiva fiktif dan menyebabkan adanya
peningkatan standar audit (Michael Chatfield, 1996). Tujuan pengujian substantif terhadap sediaan
yaitu membuktikan bahwa saldo akun sediaan yang dicantumkan di neraca mencerminkan saldo
akun sediaan produk jadi, sediaan suku cadang, sediaan bahan habis pakai pabrik (factory supplies)
yang sesungguhnya pada tanggal neraca (Mulyadi, 2014). Untuk membuktikan keandalan catatan
akuntansi dan asersi audit yaitu keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak kepemilikan,
penilaian, serta penyajian dan pengungkapan, akun-akun yang ada dalam laporan posisi keuangan
dinilai kewajarannya berdasarkan Standar Akuntansi melalui suatu penugasan audit umum.
Penugasan audit umum melibatkan penyusunan program yang terdiri dari pengujian
terhadap pengendalian transaksinya beserta pengujian fisik persediaan yang lebih dikenal dengan
pengujian substantif. Adapun prosedur yang dilakukan auditor dalam melaksanakan program ini
adalah sebagai berikut:
1. Prosedur Audit awal menurut SA 320, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi sediaan
yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya untuk membuktikan
saldo sediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya sesuai dengan sediaan yang benar-
benar ada pada tanggal neraca (IAPI, 2013).
2. Prosedur Analitik, berdasarkan SA 520 dilakukan untuk mengecek secara menyeluruh
kewajaran sediaan yang disajikan di neraca (IAPI, 2013). Auditor menghitung berbagai rasio
yang bersangkutan dengan sediaan yang dihitung dengan formula yang sudah ditetapkan dan
kemudian ratio-ratio tersebut dibandingkan dengan angka harapan (rasio yang sama dari data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) yang akan memberikan
indikasi bagi auditor ke fokus mana perlu perhatian melaksanakan pengujian transaksi rinci dan
saldo akun rinci.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci, auditor melakukan pengujian substantif terhadap keterjadian
transaksi pembelian, penjualan dan pemakaian sediaan yang di debit dan di kredit ke akun
piutang usaha, dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut, serta pemeriksaan sampel transaksi.
Pengujian pisah batas dimaksudkan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten
setiap periodenya termasuk tahun yang diaudit, karena jika tidak konsisten akan mempengaruhi
perhitungan laba rugi tahun yang diaudit, maka auditor melakukan pengujian pisah batas untuk
menentukan pengakuan pendapatan dan biaya.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan SA 530 pemeriksaan sampel transaksi yang tercatat
dalam akun sediaan ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut, dimulai dengan
pemeriksaan buku pembantu sediaan dan mengambil sampel akun sediaan yang akan diperiksa
transaksi mutasinya dan sampel transaksi yang dicatat dalam akun sediaan pilihan (IAPI, 2013).
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci dengan melaksanakan pengamatan terhadap perhitungan
fisik persediaan dan mengirimkan surat konfirmasi sediaan yang disimpan digudang ke pihak
luar. Pengamatan terhadap perhitungan fisik untuk membuktikan empat asersi audit ditempuh
dengan cara: (1) memeriksa instruksi tertulis mengenai perhitungan fisik sediaan, (2) melakukan
pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang dilakukan oleh klien.
Berdasarkan SA 505 tentang perlunya konfirmasi eksternal untuk membuktikan asersi: (1)
keberadaan atau keterjadian, (2) kelengkapan, dan (3) hak kepemilikan, untuk memperoleh
keyakinan tentang eksistensi sediaan klien yang disimpan di pihak luar, auditor perlu
mengirimkan surat konfirmasi kepada perusahaan yang menyimpan sediaan tersebut.
5. Pemeriksaan penyajian dan pengungkapan sediaan di neraca dilakukan dengan cara: (1)
memeriksa klasifikasi sediaan di neraca, (2) memeriksa penjelasan yang bersangkutan dengan
sediaan, dan (3) melakukan analytical review terhadap sediaan.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.


Agoes, Soekrisno. 2014. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Jakarta: Selemba Empat.
Hartadi, Bambang & Subekti Djamaluddin. 1990. Auditing II: Suatu Pedoman Pemeriksaan
Akuntansi Tahap Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Chatfield, Michael. “Kasus McKesson & Robbins”. Dalam Sejarah Akuntansi: An International
Encyclopedia, diedit oleh Michael Chatfield dan Richard Vangermeersch. New York:
Garland Publishing, 1996. hlm. 409-410.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2019. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang
Persediaan. Jakarta: IAI (diakses dari website IAI: www.iaiglobal.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 200 Tentang Tujuan Keseluruhan Audit
Independen dan Pelaksanaan Audit berdasarkan Standar Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari
website IAPI: www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 240 Tentang Tanggung Jawab Audit Terkait
dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan. Jakarta: IAPI (diakses dari
website IAPI: www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 320 Tentang Materialitas dalam Tahap
Perencanaan dan Pelaksanaan Audit. Jakarta: IAPI (diakses dari website IAPI:
www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 500 Tentang Bukti Audit. Jakarta: IAPI
(diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 505 Tentang Konfirmasi. Jakarta: IAPI
(diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 520 Tentang Prosedur Analitis. Jakarta:
IAPI (diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id)
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit 530 Tentang Sampling Audit. Jakarta: IAPI
(diakses dari website IAPI: www.iapi.or.id)

Anda mungkin juga menyukai