Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANORGANIK III

SENYAWA KOMPLEKS

OLEH:
NI LUH INA HANDARIANI
NIM. 1613031006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa), karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Senyawa Kompleks” tepat pada waktunya.
Dalam menyesaikan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan, salah satu
penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu,
meskipun masih banyak terdapat kekurangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari pembaca sehingga makalah ini menjadi
lebih sempurna dan dapat bermanfaat.

Singaraja, 20 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan .................................................................................................. 3
2.1 Definisi Senyawa Kompleks ............................................................................ 3
2.2 Karakteristik Ion Kompleks ............................................................................. 3
2.3 Tata Nama Senyawa Kompleks ........................................................................ 5
2.4 Isomerisasi dalam Senyawa Kompleks ............................................................ 6
BAB III Penutup ....................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................. 9
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang
berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan
kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan.
Ikatan ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron
ligan untuk berkoordinasi.
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif, banyak digunakan reaksi-reaksi
yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri
dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat
itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak
mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun tidak dapat ditafsirkan dalam
lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi
adalah 6 (Seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Cd3+), kadang-kadang 4 (Cu2+,
Cu+, Pt2+), tetapi bilangan-bilangan 2(Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum)
juga terdapat.
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau kelompok atom
seperti VO, VO2, dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul disebut
senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau
kelompok atom itu disebut ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis, atom pusat
atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis,
sedangkan linggannya bertindak sebagai basa Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan
atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks disebut
juga senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan
bilangan koordinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion
pusat dan jumlah muatan yang membentuk kompleks.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membuat makalah ini agar pembaca
mengetahui tentang senyawa kompleks.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks?
2. Apa yang dimaksud dengan ion kompleks?
3. Bagaimana aturan tata nama dalam senyawa kompleks?
4. Bagaimana isomerisasi dalam senyawa kompleks?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari senyawa kompleks.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari ion kompleks.
3. Untuk mengetahui aturan dalam tata nama senyawa kompleks.
4. Untuk mengetahui isomerisasi dalam senyawa kompleks.
1.4 Manfaat
 Umum
Sebagai sumber informasi mengenai senyawa kompleks.
 Mahasiswa
Sebagai kajian pustaka pada materi meteri senyawa kompleks, tentang:
 Definisi senyawa kompleks
 Karakteristik ion kompleks
 Tata nama senyawa kompleks
 Isomerisasi dalam senyawa kompleks

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa logam
transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau molekul netral
yang disebut ligan (ligands). Agar senyawa kompleks dapat bermuatan netral, maka ion
kompleks dari senyawa tersebut, akan bergabung dengan ion lain yang disebut counter
ion. Jika ion kompleks bermu-atan positif, maka counter ion pasti akan bermuatan
negative dan sebaliknya.

Gambar 1. Susunan dari Senyawa Kompleks

2.2 Karakteristik Ion Kompleks


Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang terikat
olehnya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu bilangan
koordinasi, geometri dan banyaknya atom penyumbang setiap ligan.
A. Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung oleh
atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+ dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah 6,
karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co3+. Umumnya,
bilangan koordinasi yang paling sering muncul adalah 6, tetapi terkadang bilangan
koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak menutup kemungkinan bilangan
yang lebih besar pun bisa muncul.

3
B. Geometri
Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi dan
ion logam itu sendiri. Gambar 2 dibawah ini memperlihatkan bahwa geometri ion
kompleks tergantung pada bilangan koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan be-berapa
contohnya. Sebuah ion kom-pleks yang mana ion logamnya memiliki bilangan
koordinasi 2, seperti [Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier.

Gambar 2. Bilangan Koordinasi dan Geometri beberapa ion kompleks


C. Atom penyumbang setiap ligan
Ligan-ligan dari ion kompleks merupakan anion ataupun molekul netral yang
menyumbang satu atau lebih atomnya untuk berikatan dengan ion logam sebagai
atom pusat dengan ikatan kovalen. Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari
atom penyumbangnya (donor atoms) yaitu monodentat, bidentat dan polidentat.
Ligan monodentat seperti Cl- dan NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk beri-
katan. Ligan bidentat dapat menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat
menyumbang lebih dari dua atomnya.

Gambar 3. Beberapa ligan dalam senyawa kompleks

4
2.3 Tata Nama Senyawa Kompleks
Berikut ini merupakan cara penamaan dalam senyawa kompleks.
1) Kation ditulis terlebih dahulu kemudian anion. Contohnya, dalam penamaan
[Co(NH3)4Cl2]Cl, kita menamakan kation [Co(NH3)4Cl2]+ dahulu sebelum anion
Cl-, sehingga namanya tetraamindiklorokobalt(III) klorida.
2) Dalam ion kompleks, ligan harus diberi nama terlebih dahulu menurut urutan
abjad, sebelum ion logamnya. Contohnya dalam ion [Co(NH3)4Cl2]+, 4 ligan NH3
dan 2 ligan Cl- diberi nama dahulu sebelum ion logamnya, seperti penamaan pada
contoh pertama.
3) Aturan berikut ini menunjukkan pemberian nama ligan.
a. Ligannya disebutkan pertama kali dan atom pusat disebutkan belakangan.
b. Ligannya dinamai dalam urutan abjad sesuai nama pusat.
c. Ligan netral diberikan nama sama dengan molekulnya, seperti H2O (aqua) dan
NH3 (amina) yang memiliki nama spesial.

Gambar 4. Beberapa ligan netral dan ligan anion


d. Ligan anion dinamai dengan menambahkan –o di akhir nama aslinya, seperti
Cl- (kloro) dan SO42- (sulfato).
e. Nama dari masing-masing ligan diawali dengan awalan Latin (di-, tri-, tetra-,
penta-, heksa-, dsb) jika lebih dari satu ligan yang berikatan dengan atom
pusat. Contohnya, ligan pada PtCl42- dinamai tetrakloro, dan ligan pada
Co(NH3)4Cl2+ dinamai tetraaminadikloro.
Jika ligannya polidentat, seperti etilendiamin, jumlah ligan yang berikatan
dengan atom pusat diawali dengan awalan Yunani (bis-, tris-, tetrakis-,
pentakis-, heksakis-, dsb). Contohnya, ligan Co(en)33+ dinamai
trisetilendiamin. Awalan Yunani juga digunakan ketika awalan Latin
membentuk sebuah bagian nama dari sebuah ligan, seperti N(CH3)3 yaitu
trimetilamin. Dalam kasus ini, nama ligan dikelilingi dengan tanda kurung.
Contohnya yaitu ligan pada [Co(N(CH3)3)4]2+ dinamai tetrakis (trietilamin)

5
4) Untuk ion kation kompleks atau senyawa nonionik, atom pusatnya diberikan
nama aslinya, lalu diikuti dengan biloksnya dalam bilangan Romawi yang diberi
tanda kurung. Contohnya, [Cr(H2O)5Cl]2+ dinamai ion pentaaquaklorokromium
(III) dan [Cr(NH3)3Cl3] dinamai triamintriklorokromium (III).
5) Untuk ion anion kompleks, akhiran –at ditambahkan di nama atom pusat, diikuti
dengan biloksnya dalam bilangan Romawi yang diberi tanda kurung. Contohnya,
[Cr(CN)6]3- dinamai ion heksasianokromat(III).

Gambar 5. Beberapa ion logam dalam anion kompleks

2.4 Isomerisasi dalam Senyawa Kompleks


Dalam senyawa kompleks, terdapat dua jenis isomer yaitu isomer struktur dan
isomer ruang (stereoisomer).

Gambar 6. Klasifikasi isomer dalam senyawa kompleks


A. Isomer Struktur
Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, tetapi dihubungkan
dengan atom yang berbeda disebut isomer struktur. Senyawa kompleks memiliki dua
jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi(posisi) dan isomer rantai.
1) Isomer Koordinasi
Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah
tetapi senya-wanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter ion saling
bertukar posisi, sep-erti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2 dan [Pt(NH3)4(NO2)2]Cl2.

6
2) Isomer Rantai
Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama namun
terikat pada ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang berbeda.
Beberapa ligan dapat berikatan dengan ion logam dengan 2 atom penyumbang
(donor atom). Contohnya ion nitrit dapat berikatan dengan pasangan atom N
tunggal (nitro, O2N:) atau dengan atom O (nitrito, ONO:) sehingga membentuk
isomer rantai. [Co(NH3)5(NO2)]Cl2 dan [Co(NH3)5(ONO)]Cl2.

Gambar 7. Nitro isomer dan Nitrito isomer


B. Isomer Ruang (Stereoisomers)
Isomer ruang (stereoisomers) adalah senyawa yang memiliki ikatan antar atom
yang sama tetapi letaknya berbeda dalam dimensi ruang. Isomer ruang dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu isomer geometri dan isomer optik.
1) Isomer Geometri
Isomer geometri (cis-trans isomers), terjadi jika atom atau sekelompok
atom disusun berbeda dalam ruang relatif terhadap ion logamnya. Contohnya
[Pt(NH3)2Cl2] dapat mempunyai 2 isomer geometri. Isomer yang pertama, ligan
yang sama saling berhadapan dalam satu sisi dinamakan cis-
diaminadikloroplatina(II), sedangkan isomer kedua, ligan yang sama saling
berseberangan dinamakan trans-diaminadikloroplatina(II).

Gambar 8. Isomer geometri [Pt(NH3)2Cl2]


2) Isomer Optik
Isomer optik terjadi ketika sebuah molekul dan bayangannya tidak dapat
saling tumpang tindih. Ion kompleks yang berbentuk octahedral memiliki

7
banyak isomer optik, hal ini dapat ditunjukkan dengan merotasikan satu
isomernya dan melihat apakah dapat saling tumpang tindih dengan isomer yang
lainnya (bayangannya).

Gambar 9. Isomer optic [Co(en)2Cl2]+

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1) Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa
logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau
molekul netral yang disebut ligan (ligands).
2) Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang terikat
olehnya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu bilangan
koordinasi, geometri dan banyaknya atom penyumbang setiap ligan.
3) Tata cara penamaan senyawa kompleks adalah sebagai berikut.
a. Kation ditulis terlebih dahulu kemudian anion.
b. Dalam ion kompleks, ligan harus diberi nama terlebih dahulu menurut urutan
abjad, sebelum ion logamnya.
c. Penamaan dari ligan. Jika ligan tersebut merupakan anion, maka pada akhir kata
diberi imbuhan “o”. contohnya jika ligannya F- maka diberi nama fluoro. Jika
ligan berupa molekul netral, maka ada penamaan khusus yang harus diingat.
d. Untuk ion kation kompleks atau senyawa nonionik, atom pusatnya diberikan
nama aslinya, lalu diikuti dengan biloksnya dalam bilangan Romawi yang diberi
tanda kurung.
e. Untuk ion anion kompleks, akhiran –at ditambahkan di nama atom pusat, diikuti
dengan biloksnya dalam bilangan Romawi yang diberi tanda kurung.
4) Dalam senyawa kompleks, terdapat dua jenis isomer yaitu isomer struktur dan
isomer ruang (stereoisomer). Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama,
tetapi dihubungkan dengan atom yang berbeda disebut isomer struktur. Senyawa
kompleks memiliki dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi(posisi) dan
isomer rantai. Isomer ruang (stereoisomers) adalah senyawa yang memiliki ikatan
antar atom yang sama tetapi letaknya berbeda dalam dimensi ruang. Isomer ruang
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu isomer geometri dan isomer optik.
3.2 Saran
Setelah memahami materi senyawa kompleks, diharapkan pembaca agar lebih
banyak membaca referensi terkait. Dalam materi diatas telah disinggung definisi
9
senyawa kompleks, karakteristik ion kompleks, tata nama senyawa kompleks, dan isomer
dalam senyawa kompleks. Harapan penulis semoga materi yang telah dipaparkan mampu
menambah wawasan mengenai senyawa kompleks. Saran penulis yaitu ilmu yang telah
diperoleh bisa diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E., Russell, J. W., and Holum, J. R. 2000. Chemistry Matter and Its Change,3rdEd.
New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Cotton, F. A., Wilkinson, G., and Gaus, P. L. 1995. Basic Inorganic Chemistry. Third
Edition. New York: John Wiley & Son.
Effendi. 1998. Kimia Koordinasi. Malang: FMIPA IKIP Malang
Sugiyarto, K.H. 2000. Kimia Anorganik, Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Yogyakarta:
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Kolgam
Media Pustaka. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai