Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu bahan bakar disamping minyak dan gas
bumi dan panas bumi. Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi
jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C,
H, O, N, S, P. hal ini mudah dimengerti, karena batubara terbentuk dari jaringan
tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification).
Batubara terbentuk oleh proses alam, dengan proses dalam jangka waktu
ratusan hingga ribuan juta tahun, maka banyak parameter yang akan berpengaruh
pada pemebentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh
makin tinggi mutu batubara yang terbentuk. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan
yang sudah mati, dengan komposisi utama terdiri dari cellulosa. Proses
pembentukan batubara, dikenal sebagai proses pembatubaraan (coalification) faktor
fisika dan kimia yang ada dialam akan mengubah cellulosa menjadi lignit,
subbitumina, bitumina atau antrasit.
Batubara pada masa mendatang mempunyai prospek yang cerah sebagai
bahan bakar alterantif. Hal ini ditandai dengan makin terbatasnya bahan bakar
minyak maupun gas. Disamping makin berkembangnya kegiatan industri baik skala
besar, menengah, dan kecil. Salah satu nilai penting dari batubara adalah panas
(kalor) yang dihasilkan, apabila batubara tersebut dibakar. Besaran nilai kalor
batubara sangat ditentunkan oleh jenis batubara yang dimanfaatkan oleh industri.
Pemanfaatan secara langsung batubara pada industri besar tidak terlepas sebagai
sumber energi dalam hal ini sebagai bahan bakar yang digunakan untuk bahan bakar
boiler.
Boiler adalah sebuah bejana tertutup yang berfungsi untuk mengubah wujud
suatu fluida dari cair menjadi gas. Perubahan wujud tersebut terjadi karena
penambahan kalor. Kalor yang ditambahkan dapat diperoleh dengan cara
pembakaran bahan bakar fosil maupun non fosil, reaksi inti atom ataupun
merupakan gas buang dari sisa ekspansi turbin gas.
Sampai dengan saat ini, secara umum dikenal dengan dua macam jenis
boiler, yaitu fire tube boiler (boiler pipa api) dan water tube boler (boiler pipa air).
Water tube boiler mempunyai efisiensi lebih tinggi daripada fire tube boiler,
khususnya yang membutuhkan panas tinggi tekanan tinggi. Oleh karena itu, boiler
jenis ini banyak digunakan oleh industri yang dalam prosesnya membutuhkan
tekanan tinggi.
Proses pemanasan air untuk mendapatkan steam merupakan proses yang
sangat umum dilakukan. Secara termodinamika, cukup dengan menaikkan suhu air
tersebut hingga mencapai titik yang diinginkan, hal ini dibutuhkan energy untuk
menaikkan suhu sehingga merubah fase dari liquid menjadi fase gas. Contoh yang
sederhana mengenai ini adalah alat kettle boiler. Faktor teknis dan ekonomi yang
sangat diperhatikan untuk menghasilkan steam dengan tekanan yang diinginkan
adalah seberapa kecil energy yang dibutuhkan untuk mendapatkan steam yang
sesuai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari batubara ?


2. Bagaimana proses terbentuknya batubara ?
3. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia pada batubara ?
4. Bagaimana proses pengolahan batubara ?
5. Apa saja aplikasi penggunaan batubara pada industri ?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat diambil beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang batubara serta proses
terbentuknya batubara itu sendiri
2. Untuk mengetahui sifat sifat yang ada dalam batubara
3. Untuk menambah pengetahuan tentang proses pengolahan batubara
4. Untuk mengetahui tentang aplikasi penggunaaan batubara di bidang industri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun, dengan rumus kimia untuk
antrasit adalah C240H90O4NS dan untuk bituminus adalah C137H97O9NS. Oleh
karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses
yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan
(coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan zaman
geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi
pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi
serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).

Gambar 2.1 Lapisan Batubara di Tanah


Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan
perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini
ditunjukkan contoh analisis dari masing - masing unsur yang terdapat dalam setiap
tahapan pembatubaraan.
Semakin tinggi tingkat pembatubaraan, maka kadar karbon akan meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigenakan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka
batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut batubara bermutu rendah,
seperti lignite dan sub-bituminus.Biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang
tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.

2.2 Sejarah Pembentukan Batubara

 Endapan Batubara Eosen

Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar
Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan
Kalimantan.Ekstensi berumur eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda,
dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga
Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa
pengendapan berlangsung mulai terjadi pada eosen tengah. Pemekaran Tersier
Bawah terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada di tatanan busur dalam,
yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non marin, terutama
fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau dangkal.

Endapan betubara eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan
berikut : Pasir dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito
(Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan
Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
 Endapan Batubara Miosen

Pada Miosen Awal, pemekaran regional tersier bawah – tengah pada Paparan
Sunda telah berakhir. Pada kala Oligosen hingga awal Miosen ini terjadi
transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin
klasik yang tebal dan perselingan sekuen batu gamping. Pengangkatan dan
kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan
maupun Sumatera.Endapan batubara miosen yang ekonomis terutama terdapat di
cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), cekungan Barito (Kalimantan
Selatan) dan cekungan Sumatera bagian Selatan.Batubara miosen juga secara
ekonomis ditambang di cekungan Bengkulu.

Batubara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran
pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut sat ini di Sumatera bagian
timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun
kebanyakan sumberdaya batubara miosen ini tergolong sub bituminus atau lignit
sehingga kurang ekonomis kecuali sangat tebal atau lokasi geografisnya
menguntungkan. Namun batubara miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas
tinggi seperti pada Cebakan Pinang, endapan batubara disekitar hilir Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjung Enim,
Cekungan Sumatera bagian Selatan.

2.3 Tahap Pembentukan Sisa Tumbuhan

Proses pembentukan dari sisa tumbuh-tumbuhan menjadi gambut, kemudian


menjadi batubara muda sampai batubara tua dalam dua tahap:
1.Tahap Biokimia
Merupakan tahap awal dari proses pembatubaraan. Pada tahap ini menjadi
proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan yang disebabkan oleh bekerjanya bakteri
anaerob. Karena produk warna dari proses ini adalah gambut, maka tahap awal
pembatubaraan sering di sebut penggambutan (peatification). Gambut adalah
batuan sedimen organik yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran
atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara
(dibawah air), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral
lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering. Tahap penggambutan (peatification)
adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam
kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu
tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini
melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk
menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi
gambut.
2. Tahap Geokimia
Proses inilah yang di sebut proses pembatubaraan (coalification). Bertambah
gelapnya warna dari massa pembentukan batubara, naiknya kekerasan dan
perubahan tekstur. Pada proses ini terjadi perubahan dari gambut menjadi lignit,
sub bituminus dan akhirnya antrasit menjadi meta antrasit. Lapisan gambut yang
terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sedimen, maka lapisan gambut
tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen di atasnya. Tekanan yang
meningkat mengakibatkan peningkatan temperatur. Disamping itu temperatur juga
akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik.
Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma,
proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya. Peningkatan
tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi
batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas
(CO2, H2O, CO, CH4), peningkatan kepadatan dan kekerasan serta penigkatan nilai
kalor. Komposisi batubara terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P, dan unsur-unsur lain
(air, gas, abu). Secara Horisontal maupun Vertikal endapan batubara bersifat
heterogen. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses
biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen
yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik
dari gambut. Proses ini akan menghasilkan batu bara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
2.4 Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut :

1. Alga, dari Zaman Pre-Kambrium hingga Ordovisium dan bersel


tunggal.Sangat sedikit endapan batubara dari periode ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga.Sedikit endapan batubara pada periode ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas.Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, misal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini.Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang
terawetkan.

2.5 Sifat-sifat Batubara

2.5.1 Sifat Umum


Sifat batubara dibedakan berdasarkan jenis dan peringkat batubara yaitu

A. Sifat batubara jenis Antrasit


- Warna hitam sangat mengkilat
- Nilai kalor tinggi, kandungan karbon sangat tinggi.
- Kandungan abu sedikit.
- Kandungan sulfur sangat sedikit.

B. Sifat batubara jenis bitumine / subtitumine

- Warna hitam mengkilat, kurang kompak.


- Nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi.
- Kandungan air sedikit.
- Kandungan abu sedikit
- Kandungan sulfur sedikit

C. Sifat batubara jenis ligit ( Brown coal)

-Warna hitam, sangat rapuh


- Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit
- kandungan air tinggi
- kandungan abu banyak
- Kandungan sulfur banyak

2.5.2 Sifat Fisika

Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membetuk batubara
tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan satu
sama lainnya.

1) Berat jenis

Berat jenis (spesific gravity) batubara sesuai dengan peningkatan derajat


batubaranya semakin tua batubaranya maka berat jenisnya semakin bertambah.

2). Goresan

Goresan batubara berwarna berkisar antara terang sampai coklat tua. Lignit
mempunyai goresan hitam keabu-abuan, bitumine mempunyai warna goresan
hitam, secara umum batubara mempunyai goresan dari coklat sampai logam.

3. Pecahan

Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat


memecahnya. Ini dapat pula memperlihatkan sifat dan mutu suatu batubara.
Antrasit mempunyai pecahan kongkoidal. Batubara dengan zat terbang tinggi
cenderung memecah dalam bentuk persegi, balok, atau kubus.
4. Kekerasan

Kekerasan berkaitan dengan struktur batubara. Keras atau lemahnya


batubara juga tergantung kepada komposisi dan jenis batubaranya. Semakin tua
batubara itu akan lebih keras.

5. Warna

Berdasarkan warna, batubara dibedakan menjadi 2 jenis yaitu batubara


cerah( vitrain) dan gelap (fusain), pada batubara muda/ lignit sampai subituminus
berwarna coklat sedangkan pada batubara tua berwarna hitam sempurna tergantung
pada peringkatnya.

2.5.3 Sifat Kimia

Sifat kimia dari batubara berhubungan langsung dengan senyawa


penyusunan dari batubara tersebut. Baik senyawa organik maupun senyawa
anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Karbon

Karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan peningkatan


derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai dengan naiknya derajat batubara
kira-kira 60% sampai 100%. Presentasenya akan lebih kecil pada lignit dan menjadi
besar pada antrasit dan hampir 100% pada grafit. Unsur karbon yang ada sangat
penting peranannya sebagai penyebab panas.

2) Hidrogen

Hidrogen yang terdapat dalam batubara berupa kombinasi alifatik dan


aromatik dan berangsur habis akibat evolusi metana. Kandungan hydrogen dalam
lignit berkisar antara 5% - 6% dan sekitar 4,5% - 5,5% dalam batubara berbitumin
dan sekitar 3% - 3,5% dalam antrasit.
3) Oksigen

Sebagaimana dengan hidrogen, kandungan unsur oksigen ini akan


berkurang selama perubahan kematangan pada batubara. Kandungan oksigen dalam
lignit sekitar 20% atau lebih, berbitumin sekitar 4% - 10% dan 1,5% - 2% dalam
antrasit.

4) Nitrogen

Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik. Nitrogen


terbentuk hampir seluruhnya dari protein bahan tanaman asalnya. Jumlahnya
sekitar 0,5% sampai 3,0%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih
banyak daripada lignit dan antrasit.

5) Sulfur

Sulfur dalam batubara umumnya terdapat hanya dalam jumlah kecil


kemungkinan berasal dari protein tanaman pembentuk dan diperkaya oleh bakteri
sulfur. Kehadiran sulfur dalam batubara biasanya lebih kecil 4% tetapi dalam
beberapamempunyai konsentrasi lebih tinggi. Sulfur terdapat dalam 3 bentuk yaitu
sulfur pirit (piritic sulphur), anorganik sulfur, sulfur organik dan sulfat.

2.6 Manfaat dan Kegunaan Batubara

Batu bara merupakan salah satu hasil dari alam yang memberikan banyak
kontribusi bagi kehidupan manusia. Batu bara adalah salah satu sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui dan penggunaannya dapat dilakukan dalam berbagai
bidang. Batu bara merupakan hasil alam yang dibutuhkan oleh orang banyak dalam
kehidupan sehari- hari. Bahkan sumber energi yang paling baik yang dapat kita
dapatkan dengan sumber yang mudah adalah batu bara ini. Beberapa manfaat dari
batu bara yang dapat kita rasakan antara lain sebagai berikut:

a) Menghasilkan produk gas

Batu bara menjadi salah satu energi yang dapat menghasilkan suatu produk gas.
Gas alam (baca: Daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia) yang dapat keluar
ini berasal dari batu bara yang masih ada di dalam tanah. Batu bara yang ada di
dalam tanah dapat secara langsung menghasilkan gas alam. Proses pengambilan gas
alam yang dihasilkan oleh batu bara alami ini memerlukan sebuah alat teknologi
yang canggih. Selanjutnya, gas alami yang dihasilkan oleh batu bara murni tersebut
akan diolah di tempat pertambangan dan bisa menjadi berbagai produk, misalnya
untuk bahan bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, serta produk hidrogen
dan juga solar. Teknologi yang mengambil gas dari batu bara alami ini telah
diterapkan oleh berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang telah
memanfaatkan batu bara ke dalam berbagai aplikasi ini antara lain adalah China,
Australia, India, Jepang dan juga Indonesia.

b) Bahan bakar pendukung produk industri alumunium

Batubara adalah salah satu bahan bakar yang mendukung industri alumunium.
Bahan ini dapat kita peroleh sebagai hasil sampingan dari proses oksidasi besi pada
aktivitas industri baja. Bahan bakar batubara ini akan mendukung proses
pengolahan oksidasi besi yang akan menghasilkan panas yang tinggi. Baja yang
dihasilkan akan dipisahkan berdasarkan kualitas yang dimilikinya. Kemudian
produk yang tidak mempunyai syarat baja tertentu akan kembali diolah menjadi
alumunium. Gas dan juga panas kokas dari batubara ini dapat memisahkan
beberapa produk baja sehingga dapat menghasilkan produk alumunium yang
dipakai untuk berbagai jenis industri, seperti industri pertanian, peralatan dapur,
konstruksi serta industri lainnya.

C) Sebagai bahan bakar yang berbentuk cair

Minyak merupakan salah satu bahan bakar yang dibutuhkan oleh orang banyak
dan persediaannya akan cepat habis apabila digunakan dengan boros. Minyak
(baca: Negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia) berasal dari fosil binatang
dan manusia zaman purba. Maka dari itulah untuk menunggu persediaan minyak
kembali dibutuhkan waktu ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Batubara ternyata
bisa juga dijadikan bahan bakar berbentuk cair yang bisa menggantikan bahan bakar
minyak. Pada dasrnya pengolahan batubara menjadi bahan bakar yang berbentuk
cair akan merubah batubara bubuk atau bongkahan yang kemudian dilarutkan
dalam suhu yang tinggi.
Produk batubara yang cair ini dapat dimurnikan dengan proses ulang dan dapat
menghasilkan bahan bakar minyak yang kualitasnya super, bahkan kualitasnya ini
lebih baik dari bahan bakar minyak yang kita dapatkan dari kilang- kilang minyak
pada umumnya secara langsung. Namun sayangnya proses penggunaan batu bara
menjadi sumber bahan bakar ini belum banyak diterapkan oleh banyak negara.
Benua (baca: benua di dunia) yang baru menerapkan bahan bakar alternatif batubara
ini baru di Afrika (baca: karakteristik benua Afrika). Maka dari itulah di Afrika
sudah bisa mengatasi kekurangan minyak bumi dengan energi alternatif batubara
ini. Dengan demikian satu langkah sudah dicapai dengan aman untuk memenuhi
kebutuhan manusia sehari- hari.

d) Sebagai sumber tenaga pembangkit listrik

Salah satu manfaat terpenting dari batubara adalah sebagai sumber tenaga
pembangkit listrik. Umumnya kita mengetahui sumber energi pembangkit listrik
yang umum adalah pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga uap,
pembangkit listrik tenaga surya, dan ada lagi pembangkit listrik tenaga batubara.
Ada beberapa negara yang menjadikan batubara sebagai sumber energi utama
pembangkit listrik, diantaranya adalah China, India, Jepang, Australia, Jerman, dan
lain sebagainya. Untuk menghasilkan listrik, maka batubara ini dikonversikan ke
dalam bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga yang menghasilkan listrik.
Untuk menghasilkan listrik ini akan melalui beberapa tahapan atau proses terlebih
dahulu. Beberapa tahapan atau prosesnya antara lain sebagai berikut:

 Prosesnya akan diawali dengan penghancuran batubara oleh mesin


penggiling yang nantinya akan berubah bentuk menjadi biji halus, dan
kemudian akan dibakar dengan menggunakan mesin dengan menggunakan
sistem ketel uap.
 Kemudian uap yang telah dihasilkan tersebut akan ditambung di tempat
khusus yang kemudian disalurkan ke turbin yang berisi kumparan magnet.
 Kumparan magnet tersebut kemudian bergerak cepat yang akan
menghasilkan energi listrik.
e) Membantu industri produk semen

Batu bara ternyata juga merupakan bahan hasil bumi atau galian yang dapat
membantu dalam industri produksi semen, bahkan bisa dikatakan sebagai bahan
bakunya. Meskipun bukan sebagai bahan baku dalam hal materialnya, namun
batubara digunakan dalam proses pembakarannya. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwasannya semen merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia, dimana semen merupakan salah satu bahan baku dalam membuat
konstruksi gedung atau bangunan. Semen sendiri terbuat dari campuran kalsium
karbonat, oksida besi, oksida alumunium serta silica. Batu bara berperan sebagai
bahan makar untuk mengolah bahan- bahan tersebut hingga membantuk semen. Hal
ini bisa dilakukan oleh batubara karena batubara bisa menghasilkan suhu yang
sangat tinggi, bahkan mencapai 1500 derajat Celcius.

f) Membantu industri produk baja

Baja adalah salah satu bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dari
baja, bisa dihasilkan berbagai macam barang yang bisa membantu kehidupan
manusia sehari- hari seperti peralatan kesehatan, peralatan pertanian, peralatan
transportasi, bahkan juga mesin- mesin yang digunakan dalam rumah tangga.
Industri baja sangat penting keberadaannya. Dan iperlu kita ketahui bersama bahwa
industri baja ini sangat bergantung pada ketersediaan batubara. Yang biasanya
batubara digunakan sebagai bahan bakar, dalam industri baja ini batubara berperan
sebagai bahan yang sangat penting. Produksi baja mentah banyak menggunakan
metalurgi batubara dari bahan batubara kokas. Produksi baja ini melibatkan karbon
dan juga bahan besi. Karbon ini sangat diperlukan untuk memanaskan bahan besi
dan akan mengubahnya menjadi baja. Karbon yang dibuat dari batubara akan
menghasilkan panas yang sangat tinggi sehingga mendukung produksi baja. Panas
yang dihasilkan dari batubara ini memang sangat dasyat sehingga sangat
mendukung dalam kegiatan perindustrian.

g) Membantu dalam industri kertas

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa panas yang dihasilkan oleh
batubara ini sangat tinggi sehingga banyak digunakan dalam perindustrian. Selain
industri semen dan juga baja, batubara juga digunakan dalam industri kertas.
Industri kertas banyak terdapat di Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa kebutuhan
akan kertas juga sangat meluap. Kertas banyak dihasilkan dari pepohonan. Kertas
terbuat dari komponen utama yang berupa serat sel dari kayu. Sel serat dari kayu
ini akan bisa didapatkan setelah melalui serangkaian proses yang sangat
rumit. Proses yang sangat rumit tersebut pada akhirnya akan mampu memisahkan
bagian serat dengan ukuran tertentu. Batubara sangat mumpuni dalam hal ini karena
panas yang dihasilkan batubara sangat stabil di dalam satu mesin pengolahan serat
yang digunakan untuk industri bahan baku kertas. Jika kita menggunakan bahan
bakar selain batubara, mungkin beberapa produk dari kertas tidak akan bisa kita
gunakan dalam kehidupan sehari- hari.

h) Industri bahan kimia

Olahan batubara memberikan manfaat yang banyak bagi manusia. Batubara


yang telah melewati berbagai macam proses dapat menghasilkan industri- industri
sampingan yang juga memberikan banyak manfaat bagi manusia. Hasil dari olahan
batubara menjadi sumber energi dapat menghasilkan suatu bubuk batubara yang
bertekstur sangat halus dengan ukuran yang sangat kecil. Produk bubuk batubara
yang sangat kecil ini bisa digunakan untuk membuat berbagai macam bahan lain,
misalnya adalah cairan fenol dan juga benzena. Fenol dan juga benzena ini sangat
penting untuk beberapa industri kimia. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
industri kimia sangat berperan penting dalam kehidupan manusia.

h) Industri Farmasi

Industri farmasi merupakan industri yang mencetak obat- obatan yang


digunakan dalam dunia medis. Siapa sangka ternyata batubara merupakan bahan
tambang yang mempunyai peranan sangat penting bagi industri farmasi ini.
Berbagai macam produk kimia yang dihasilkan dari industri sampingan batubara
ini ternyata bisa menjadi bahan utama dalam pembuatan obat- obatan. Seperti
produk olahan batubara yang telah diubah menjadi bahan- bahan kimia, bahan-
bahan kimia tersebut diolah kembali dan melewati berbagai proses pemurnian
dengan teknologi canggih sehingga dapat dimanfaatkan dan dijadikan obat- obatan.
i) Produksi logam silikon

Batubara merupakan barang tambang yang sangat bermanfaat, salah satunya


dalam pembuatan logam silikon. Apa itu logam silikon? Logam silikon merupakan
salah satu hasil sampingan dari pengolahan baja oleh batubara. Logam silikon dapat
menghasilkan berbagai jenis komponen yang berperan untuk mendukung industri
produksi bhan bakar cair. Bahan bakar cair ini contohnya pelumas mesikn, resin
serta berbagai macam produk kecantikan atau kosmetik. Proses pengolahan silikon
ini agar bisa menghasilkan produk tertentu maka harus diolah dengan proses
pemurnian sehingga tidak bisa apabila kita menggunakannya secara langsung.

j) Dan masih banyak lagi kegunaan batubara dibidang lainnya.

2.7 Kelas dan Jenis Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,


panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu antrasit,
bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut. Tingkat perubahan yang dialami
batubara dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan dan
memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebagai ‘tingkat mutu’
batubara.

a. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan


(luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%. Batubara jenis ini adalah batubara dengan mutu
yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna
hitam cemerlang seperti kaca.Batubara jenis ini memiliki kandungan karbon
yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan
energi yang lebih banyak.
b. Bituminus mengandung 68% – 86% unsur karbon (C) dengan kadar air 8 –
10% dari beratnya, Kelas batubara yang paling banyak ditambang di
Australia.
c. Sub Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
d. Lignit atau batubara muda coklat adalah batubara yang sangat lunak dengan
kadar air 35 – 75% dari beratnya. Batubara muda memiliki tingkat
kelembaban yang tinggi an kandungan karbon yang rendah sehingga
kandungan energinya pun rendah.
e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batubara Indonesia,


yaitu :

A) Batubara Kalori Rendah


Adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak-keras,
mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10 – 70%), memperlihatkan
struktur kayu, nilai kalorinya < 5100 kal/gr (adb).
B) Batubara Kalori Sedang
Adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih keras,
mudah diremas – tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya
struktur kayu masih tampak, nilai kalorinya 5100 – 6100 kal/gr (adb).
C) Batubara Kalori Tinggi
Adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih keras,
tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu
tidak tampak, nilai kalorinya 6100- 7100 kal/gr (adb).
D) Batubara Kalori Sangat Tinggi
Adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi, umumnya dipengaruhi
intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air dangat rendah, nilai kalorinya
>7100 kal/gr (adb). Kualitas ini dibuat untuk membatasi batubara kalori
tinggi.
2.8 Sumber Daya Batubara Di Indonesia

Potensi sumberdaya batubara di Indonesia sangat melimpah terutama di


Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat
dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan
keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.
Di Indonesia, batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batubara
jauh lebih hemat dibandingkan solar.Dari segi kuantitas batubara termasuk
cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.Jumlahnya sangat berlimpah
mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok
kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia
tidak mungkin membakar habis batubara dan mengubahnya menjadi energi listrik
melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan
CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.

Batubara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien
jika dikonversikan menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang
bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah
likuifikasi dan gasifikasi batubara.

Sumberdaya batubara (coal resources) adalah bagian dari endapan batubara


yang diharapkan dapat dimanfaatkan.Sumberdaya batubara ini dibagi dalam
kelas-kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan
secara kualitatif oleh kondisi geologi / tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh jarak titik informasi.Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan
apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.Cadangan batubara
(coal reserves) adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui
dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan
dinyatakan layak untuk ditambang.
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan.Pengelompokan tersebut mengandung
dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

Kelas Sumber Daya


1. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumberdaya batubara hipotetik adalah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
Sejumlah kelas sumberdaya yang belum ditemukan yang sama dengan
cadangan batubara yang diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara
yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara
tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik
sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara
diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-
sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotetis sumberdaya
dan mengungkapkan informasi yang cukup tentang kualitasnya, jumlah serta
rank, maka mereka akan diklasifikasikan kembali sebagai sumberdaya
teridentifikasi (identified resources)
2. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)
Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
prospeksi.

Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari
sumberdaya tidak dapat diandalkan. Daerah sumberdaya ini ditentukan dari
proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km
– 4,8 km, termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm
atau lebih.
3. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumberdaya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi
pendahuluan.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran


secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan
dengan alasan sumberdaya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang
cukup besar jika ekplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumberdaya ini
ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari
titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 0,4
km – 1,2 km, termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih,
sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150
cm.

4. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource)

Sumberdaya batubara terukur adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan


atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk


melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah
batubara insitu. Daerah sumberdaya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan
tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling
berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus
dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau
lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf diakses
pada 9 Maret 2012
http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/08/15/potensi-batubara-indonesia/
diakses pada 9 Maret 2012
Gusnadi. 2012. Interview tentang “Cadangan Batubara di Sumatera Selatan” di
Kantor Dinas Pertambangan Sumatera Selatan.

http://kyoshiro67.files.wordpress.com/2010/04/te3111_materi-11-sekilas-
tentang-genesa-batubara.pdfdiakses pada 12 Maret 2012

http://www.englishindo.com/2011/07/penulisan-referensi-dari-
pembicaraan.html diakses

Anda mungkin juga menyukai