Pengertian
AMI adalah kerusakan atau nekrosis sel jantung yang terjadi mendadak karena terhentinya
aliran darah koroner yang sebagian besar disebabkan oleh thrombus yang menyumbat arteri
koronaria di tempat rupture plak aterosklerosis (Pedoman Tata Laksana Miokardium Akut,
2000)
AMI adalah nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat
sumbatan arteri koroner (Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,
2004)
Kesimpulan:
AMI adalah nekrosis (kematian) miokard yang terjadi akibat obstruksi arteri koronaria yang
ditandai dengan nyeri hebat disertai pucat, sesak napas, mual, pusing dan berkeringat.
Fisiologi Jantung
Selintas elektrofisiologi
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan Natrium, Kalium,
Kalsium)bergerak menembus membrane sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam
sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi, artinya terdapat
perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membrane yang bermuatan negative dan bagian
luar yang bermuatan positive. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya impuls listrik,
mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membrane sel berubah dan ion bergerak
melintasinya. Dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian dalam sel akan menjadi
positive. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan
mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetangganya mengalami depolarisasi. Depolarisasi
sebuah sel system hantaran khusus yng memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan
kontraksi sel miokardium. Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi
lebih negative) dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influk natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi, permeabilitas membrane sel
terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan kalsium, yang terjadi
selama fase plateau repolarisasi, jauh lebih lambat dari Natrium dan berlangsung lebih lama.
Interaksi antara perubahan voltase membrane dan kontraksi otot dinamakan kopling elektro
mekanikal.
Otot jantung tidak seperti otot lurik atau polos, mempunyai periode refraktori yang panjang
pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut melindungi jantung dari
kontraksi berkepanjangan yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektomekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada komposisi
cairan interstitial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada gilirannya tergantung
pada komposisi darah. Meke perubahan komposisi kalsium dapat mempengaruhi kontraksi
serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium darah juga penting, karena kalium
mempengaruhi voltase listrik normal sel.
Etiologi
· Trombosis koroner
· Perdarahan plaqaterosklerosis
· Ateroskerosis pembuluh darah koroner
· Obstruksi arteri koronaria kiri
· Spasme pembuluh darah koroner
Patofisiologi
Dua jenis komplikasi AMI terpenting adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera
setelah terjadi AMI, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik
(diskineisa_ dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (SV) dan peningkatan
akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25
mmHg yang lama akan mengakibatkan transudasi cairan ke jaringan intestisium paru (gagal
jantung). Perburukan hemodinamik ini bukan saj disebabkan karena daerah infark. Tetapi
juga daerah iskemik dan sekitarnya. Sebagian akibat dari AMI sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark
maupun noninfark. Perubahan tersebut menyebabkan regenerasi ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel, timbulnya aritmia dan prognosis. Daerah diskinetik akibat
AMI akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Terjadinya
mekanisme seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel
akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit AMI yang
tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah rangsangan.
Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan
kepekaan terhadap rangsang.
Patoflowdiagram
Ischemika
Injury
Infark
Manifestasi Kinis
· Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak di bawah bagian sternum
dan perut atas
· Rasa nyeri yang tajam dan berat, bias menyebar ke bahu dan biasanya ke lengan kiri
· Nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala
ringan, mual serta muntah
· Keluhan yang khas adalah nyeri dad retrosternum, seperti diremas-remas atau tertekan
· Sering tamapak ketakutan
· Dapat ditemui bunyi jantung ke-2 yang pecah paradoksal, irama gallop
· Tachycardia, kulit yang pucat, dingin dan hipertensi ditemukan pada kasus yang relative
lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba didinding
dada AMI anterior.
Komplikasi
a. Aritmia
b. Oedema paru akut
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Efusi prekardial
f. Rupture miokard
g. Stroke
Tes Diagnostik
a. Stratifikasi klinik (killip) untuk menentukan prognosis
Killip kelas I : penderita AMI tanpa S3 atau ronchi basal. Angka kematian ±8%
Killip kelas II : ditemukan ronchi pada < ½ lapang paru, dengan atau tanpa S3 AK ±30%
Killip kelas III : ronchi pada >½ lapang paru, biasanya dengan edema paru, AK ±44%
Killip kelas IV : penderita dengan syok kardiogenik, AK ±60%
b. EKG
1. Perubahan EKG :
· elevasi segmen ST min 1 pada ≥2 sandapan ekstremitas
· elevasi segmen ST min 2 pada ≥ 2 sandapan prekordial yang berurutan
· perubahan kompleks QRS : gelombang Q lebih lebar dari normal, biasanya > 0,03 detik
pada daerah nekrosis atau amplitude responden menurun atau gelombang menghilang pada >
1 sadapan prekordial
2. Lokasi infark dan sadapan EKG-nya
· infark anterior : elevasi ST pada v1-v4 menandakan oklusi pada arteri desenden anterior kiri
· infark inferior : elevasi ST pada II,III,AVF, menandakan oklusi pada arteri koronaria kanan
· infark ventrikel kanan : elevasi ST pada II,III,AVF,V4R, menandakan oklusi pada arteri
koronaria kanan
· infark lateral : elevasi ST pada I,AVL,V5,V6, menandakan oklusi pada arteri sirkumfleksi
kiri dapat merupakan bagian dari berbagi sisi infark
· infark posterior : depresi segmen ST disadapan V1-V2 dengan gelombang responden
meningkat menandakan oklusi pada arteri koronaria kanan atau arteri sirkumfleksi kiri atau
keduanya dapat merupakan bagian dari sisi infark yang lain termasuk inferior.
c. Enzim jantung
Pemeriksaan laboratorium untuk nkonfirmasi AMI adalah enzim kreatinin kinase (CKMB)
enzim ini meningkat 4-8 jam setelah AMI dan menurun 2-3 hari berikutnya. Troponin T
(cTnT) dan troponin I (nTnI) merupakan pertanda baru untuk AMI. cTnT meningkat sampai
hari ke-7 dan cTnI sampai hari ke 13-14 LDH meningkat mulai 24-48 jam setelah AMI
mencapai puncak pada hari ke 3-6 dan kembali normal pada hari ke 8-14, rasio LDH 1 atau
LDH 2 > 1,0, membantu menegakkan diagnosa AMI
TRIASE AMI :1. Nyeri dada
2. Gambaran EKG (ST elevasi)
3. Perubahan enzim jantung
INTERVENSI
RASIONAL
1.Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal dan respon
hemodinamik
Variasi penampilan dan perilaku pasien area nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeir dan b.d cemas
2.Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri termasuk lokasi intensitas, lamanya kualitas dan
penyebaran
Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien
3.Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau AMI
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi
komplikasi
4.Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau menurunkan peningkatan dosis
5.Berikan lingkungna yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman
Menurunkan rangsangan eksternasl dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan
kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
6.Bantu klien melakukan tehnik relaksasi
Membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan control situasi,
meningkatkan perilaku positive
7. Hipotensi atau depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkotik
periksa TTV sebelum dan sesudah obat narkotik
INTERVENSI
RASIONAL
1.Identifikasi dan ketahui persepsi klien terhadap ancaman atau situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut
Koping terhadap nyari dan trauma emosi AMI sulit. Pasien dapat takut mati atau cemas
tentang lingkungan
2.catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangka
Penelitian terhadap frekuensi hidup antara individu tipe A atau B dan tampak penolakann
telah berarti 2. *-sprtesi marah atau gelisah peningkatan resiko AMI
3.Mempertahankan gaya percaya
Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan kecemasan
4.Kaji tanda verbal atau nonverbal, kecemasan dan tinggal dengan pasien
Pasien mungkin tidak menunjukan masalah secara langsung, tapi kata-kata atau tindakan
dapat menunjukan rasa agitasi, mara dan gelisah
5.Terima tapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari kofrontasi
Menyangkal dapat menguntungkan dalam menurunkan cemas tapi dapat menunda
penerimaan terhadap kenyataan situasi saat itu
6.Orientasi pasie atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
Perkiraan dan informasi dapat menurunka kecemasan pasien dan keluarga
7.Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi
Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut
INTERVENSI
RASIONAL
1.Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu seperti cemas, bingung, letargi,
pingsan
Perfusi cerebral secara langsung b.d curah jantung dan dipengaruhi oleh elektrolit. Hypoxia
2.Lihat pucat, cyanosis, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit atau nadi
3.Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi)eritema, edema
Indicator trombosis vena
4.Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebitis
5.Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan
6.Kaji fungsi gastrointestinal, catat anorexia penurunan atau tidak ada bising usus, mual atau
muntah, distensi abdomen, konstipasi
Penurunan aliran darah ke mesenterikus dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal,
contoh : kehilangan peristaltic
7. Pemantauan pemasukan dan catat perubahan haluaran urin. Catat BJ sesuai indikasi
Dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak negative pada perfusi dan
fungsi organ.