Asupan Vitamin A, C, E, Dan IMT (Indeks Massa Tubuh) Pada Lansia Hipertensi
dan Non Hipertensi Di Puskesmas Banyu Urip, Surabaya
Dietary Intake of Vitamin A, C, E, and Body Mass Index (BMI) Among Ederly
with Hypertension and Non Hypertension at Puskesmas Banyu Urip, Surabaya
Intan Putri Risky Amalia*, Erwin Astha Triyono1
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan mudah ditemui pada usia lansia.
Asupan makanan memegang peranan penting dalam mencegah dan penatalaksanaan hipertensi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin A, C, E dan IMT
dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain case control. Sampel
penelitian ini dihitung sesuai dengan rumus Lemeshow yakni sebesar 32 responden (total kelompok
kasus dan kontrol). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2018. Analisis
statistik yang digunakan uji Chi Square.
Hasil: Sebagian besar responden berusia 66-70 tahun, berjenis kelamin wanita (87,5%), riwayat
pendidikan terakir SD sederajat (37,5%), dan berkerja sebagai ibu rumah tangga (71,9%). Tingkat
kecukupan vitamin A sebagian besar baik (96,9%). Tingkat kecukupan vitamin C sebagian besar
kurang (87,5%). Tingkat kecukupan vitamin E kurang (100%). IMT sebagian besar responden normal
(59,4%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan hipertensi
(OR=3,462; 95% CI=0,32-37,473; p=0,300) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan IMT dengan
hipertensi (OR=0,455; 95% CI=0,18-1,921; p=0,236). Rata-rata asupan vitamin A pada responden
hipertensi sebesar 1301,02 ±407,84 ug dan pada tekanan darah normal 1968,03 ±956,67 ug. Rata-
rata asupan vitamin E pada responden hipertensi sebesar 3,06 ±1,2 mg dan pada tekanan darah
normal sebesar 3,34 ±1,23 mg.
Kesimpulan: Asupan vitamin C dan IMT tidak berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi.
Rata-rata asupan vitamin A, C, dan E lebih besar pada responden kelompok tekanan darah normal.
Kata kunci: asupan vitamin A, vitamin C, vitamin E, Indeks Massa Tubuh, hipertensi
ABSTRACT
Background: Hypertension is a non-comunicable disease that easy found in ederly. Dietary intake had
an important role as prevent and manage hypertension.
Objectives: The objective of this study was to invistigate correlation of dietary intake of vitamins A, C,
E and Body Mass Index (BMI) with hypertension among ederly at Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
Methods: This study was observational that uses case-control desain. Samples calculated according
Lemeshow formula amount of 32 respondent (total case and control). This study was held in July until
August 2018. Statistical analysis use Chi Square.
Results: The result showed that most of subjects were 66-70 years old, woman (87.5%), who had
education history primary school (37.5%), and work as house wife (71.9%). Most of subject had
adequate vitamin A (96.9%), inadequate vitamin C (87.5%) and inadequate vitamin E (100%). BMI
most subject was normal (59.4%). This study demostrated that there was no significant correlation
between vitamin C intake and hypertension (OR=3.462; 95% CI=0.32-37.473; p=0.300), and no
significant correlation between BMI and hypertension (OR=0.455; 95% CI=0.18-1.921; p=0.236).
Averange intake of vitamin A in respondent hypertension was 1301.02±407.84 ug and 1968.03
±407.84 ug in respondent with normo tension. Averange intake of vitamin E in respondent
hypertension was 3.06 ±1.2 mg and 3.34 ±1.23 mg in respondent with normo tension.
Conclusions: There was no significant correlation between dietary intake vitamin C and BMI with
hypertension. Averange intake of vitamin A, C, and E was better in respondent with normo tension.
Keywords: dietary intake of vItamin A, vitamin C, vitamin E, Body Mass Index, hypertension.
*Koresponden:
amaliaintan.ai@gmail.com
1
Defisi Penyakit Tropik-Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUD Dr. Soetomo
stres oksidatif terutama pada endotel karena vitamin A, C, E dan IMT dengan hipertensi
antioksidan dapat merangsang produksi nitrit masih terbatas dan belum banyak dilakukan.
okside.7,8 Nitrit okside yang dihasilkan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
berperan dalam vasodilatasi. Asupan vitamin hubungan antara asupan vitamin A, C, E dan
A, C, E yang rendah dapat menyebabkan IMT dengan hipertensi pada lansia di
menurunnya produksi nitrite okside sehingga Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
dapat berpengaruh terhadap menurunnya
kemampuan vasodilatasi.9 Selain itu, jika kadar METODE
antioksidan tidak lebih besar dari radikal
bebas maka kolestrol dan lemak yang ada di Penelitian ini merupakan jenis
pembuluh darah akan mudah mengalami penelitian observasional dengan desain kasus
oksidasi. Menurunnya kemampuan kontrol dan dilakukan di Posyandu lansia yang
vasodilatasi pembuluh darah dapat ada di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip
menyebabkan meningkatnya tahanan perifer Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan,
dan pada pembuluh darah ginjal Surabaya. Pengumpulan data dilakukan pada
menyebabkan penurunan glomerulus bulan Juli hingga Agustus 2018.
filtrasion rate (GFR) dan teraktivitasinya Populasi penelitian ini adalah lansia
sistem renin angiotensin.9 Hal tersebut dapat yang menerima PMT (Pemberian Makanan
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Tambahan) di posyandu lansia yang ada di
Penelitian yang dilakukan oleh Regi (2017) puskesmas Banyu Urip yaitu sebanyak 1261
mengenai hubungan tingkat kecukupan orang. Sampel penelitian ini dihitung sesuai
vitamin A, C, E dan seng sebagai antioksidan dengan rumus Lemeshow yakni sebesar 32
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik responden yang dipilih secara purposif dengan
pada ibu hamil di puskesmas Bangetayu rincian 16 orang hipertensi (kelompok kasus)
(Semarang) diperoleh adanya hubungan dan 16 orang memiliki tekanan darah normal
vitamin C dengan tekanan darah sistolik dan (kelompok normal).14 Bagi lansia yang
diastolik dan tidak ada hubungan antara bersedia menjadi responden akan diminta
vitamin A, E, dan seng dengan tekanan darah untuk menandangani informed consent.
sistolik dan diastolik.7 Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas
Perubahan gaya hidup dan asupan dan variabel terikat. Variabel terikat penelitian
makanan dapat berpengaruh terhadap status ini adalah kejadian hipertensi. Variabel bebas
gizi. Status gizi merupakan salah satu dari penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
faktor risiko hipertensi.10 Kurangnya aktivitas pedidikan, pekerjaan, IMT, rata-rata asupan
fisik dan meningkatnya gaya hidup sedentary vitamin A, C, dan E.
serta maraknya makanan cepat saji yang Pengumpulan data dilakukan
mengandung tinggi kalori membuat menggunakan wawancara terstruktur
meningkatnya status gizi obesitas. Status gizi diantaranya terdapat kuisioner food recall,
obesitas dapat meningkatkan kemungkinan food record, pengukuran antropometri, dan
seseorang untuk mengalami hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah. Data usia, jenis
penelitian yang dilakukan oleh Manampiring kelamin, pendidikan, dan pekerjaan diperoleh
(2008) di Manado diperoleh adanya hubungan dari kuisioner wawancara. Data antropometri
antara status gizi pada penduduk usia 45 diperoleh melalui pengukuran tinggi badan
tahun keatas dengan tekanan darah.11 Faktor menggunakan microtoise dan pengukuran
risiko hipertensi meningkat 9 kali pada berat badan menggunakan timbangan digital
seseorang yang memiliki status gizi obesitas. 12 (merk GEA no. seri EB9360). Pengukuran berat
Lokasi penelitian ini di Puskesmas Banyu badan dan tinggi badan dilakukan oleh peneliti
Urip Surabaya. Lokasi tersebut dipilih karena dan enumerator. Sedangkan, data tekanan
puskesmas Banyu Urip memiliki prevalensi darah sistolik dan diastolik diperoleh dari
hipertensi tertinggi diantara puskesmas lain di pengukuran tekanan darah menggunakan
Surabaya yakni sebesar 60,5% pada tahun sphygnomanometer digital (merk Omron no.
2015.13 Penelitian ini perlu dilakukan karena seri hem 8712). Pengukuran tekanan darah
penelitian mengenai hubungan asupan dilakukan oleh petugas puskesmas Banyu
obat hipertensi, tingkat konsumsi kafein, sederajat (37,5%). Hasil penelitian ini
konsumsi natrium, dan konsumsi kalium. Hasil diperoleh tidak terdapat hubungan riwayat
penelitian ini diperoleh terdapat faktor pendidikan terakir responden dengan
protektif hipertensi pada usia 55-60 tahun hipertensi (p=0,418). Meski tekanan darah
dibanding usia 61-65 tahun sebesar 0,3. Faktor tidak berhubungan dengan riwayat pendidikan
protektif pada usia 55-60 tahun jika banding responden, namun responden yang hipertensi
usia 66-70 tahun sebesar 0,179. Sedangkan, cenderung memiliki riwayat pendidikan SD.
faktor protektif pada usia 51-60 tahun jika Pendidikan tidak mempengaruhi hipertensi
dibandingkan usia 71-75 tahun sebesar 0,083. secara langsung. Pendidikan berhubungan
Hasil penelitian ini diperoleh tidak dengan tingkat pengetahuan, gaya hidup,
terdapat hubungan antara jenis kelamin kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan
dengan hipertensi (p=0,7). Sebagian besar kebiasaan berolahraga.25 Tingkat pendidikan
responden pada penelitian ini adalah wanita yang rendah dapat mempengaruhi pola
(87,5%). Sebagian besar reponden penelitian makan responden, pemilihan makan, dan
ini wanita karena mayoritas anggota posyandu aktivitas fisik. Hasil penelitian ini sama dengan
lansia (penerima PMT) dan yang menghadiri penelitian Noviningtyas, Siringoringo, Iskandar
posyandu lansia adalah wanita. Faktor risiko dan Fitriani dimana tidak terdapat hubungan
terjadinya hipertensi pada lansia meningkat antara pendidikan dengan kejadian
baik pada jenis kelamin pria dan wanita.23 hipertensi.19,20,25,26 Hasil penelitian ini sesuai
Namun, sebelum usia 50 tahun pria cenderung dengan teori bahwa riwayat pendidikan bukan
lebih memiliki risiko hipertensi dibanding merupakan salah satu dari faktor risiko
wanita. Hal tersebut terjadi karena sebelum hipertensi.
usia 50 tahun wanita masih terlindung oleh Pekerjaan sebagian besar responden
hormon esterogen.24 Hormon esterogen hipertensi dan tekanan darah normal adalah
mampu mencegah kerusakan pembuluh darah ibu rumah tangga (68,8% dan 75%). Tidak
dan dapat meningkatkan kadar HDL (High terdapat hubungan pekerjaan dengan
Density Lipoprotein) sehingga dapat mencegah hipertensi (p=0,799). Hasil penelitian ini
terjadinya aterosklerosis.24 Faktor risiko sejalan dengan penelitian Fitriani,
hipertensi meningkat pada wanita setelah Siringoringo, dan Iskandar dimana tidak
wanita memasuki masa menopause. Hasil ditemukan adanya hubungan pekerjaan
penelitian ini diperoleh faktor risiko dengan kejadian hipertensi.20,25,26 Pekerjaan
meningkat 1 kali pada jenis kelamin pria jika tidak berpengaruh secara langsung dengan
dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian kejadian hipertensi. Stutus seseorang sebagai
ini sejalan dengan penelitian Noviningtyas dan pekerja dapat mempengaruhi tingkat stres,
Sringoringo yang tidak ditemukan adanya aktivitas fisik, pendapatan, dan pemilihan
hubungan jenis kelamin dengan hipertensi.19,20 makanan. Meski pekerjaan tidak berpengaruh
Meski jenis kelamin merupakan salah satu namun terdapat beberapa faktor lain yang
faktor risiko hipertensi, namun pada dapat mempengaruhi tekanan darah
penelitian ini tidak ditemukan adanya contohnya aktivitas fisik dan tingkat stress.
hubungan jenis kelamin dengan kejadian Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa
hipertensi. Hipertensi dipengaruhi juga oleh pekerjaan bukan merupakan salah satu faktor
beberapa variabel berikut yang tidak diteliti risiko terjadinya hipertensi.
dalam penelitian ini contohnya asupan Status gizi sebagian besar responden
makanan (makronutrien), asupan kolestrol, hipertensi tergolong obesitas (50%). Status gizi
lama waktu beristirahat, tingkat stres, tingkat reponden tekanan darah normal sebagian
aktivitas fisik, riwayat hipertensi, penggunaan besar tergolong normal (62,5%). Tidak
obat hipertensi, tingkat konsumsi kafein, terdapat hubungan IMT dengan tekanan
konsumsi natrium, dan konsumsi kalium. darah sistolik (p=0,236). Hasil penelitian ini
Riwayat pendidikan sebagian besar sejalan dengan penelitian Siriringoringo dan
responden hipertensi adalah SD sederajat Purnama yang ditemukan tidak terdapat
(50%) dan riwayat pendidikan responden hubungan IMT dengan kejadian hipertensi.20,27
tekanan darah normal sebagian besar SMP Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
terjadi ketidakseimbangan kadar radikal bebas dibanding radikal peroksil bereaksi dengan
dan antioksidan maka dapat menyebabkan asam lemak tidak jenuh.36 Meningkatnya
terjadinya stress oksidatif. asupan vitamin yang dapat berperan sebagai
Seseorang yang memiliki kebiasaan antioksidan dapat menjaga keseimbangan
merokok memerluhkan asupan makanan yang radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh.
mengandung antioksidan (vitamin C) yang Hal ini dapat menghindari terjadinya oksidasi
lebih besar dibandingkan seseorang yang tidak lemak yang mampu menurunkan elastisitas
memiliki kebiasaan merokok. pembuluh darah.
Reponden yang memiliki tekanan darah
normal sebagian besar juga memiliki KESIMPULAN
kecukupan vitamin C yang kurang (81,3%).
Berdasarkan tabel 2, diperoleh rata-rata Hasil penelitian ini diperoleh, tidak
asupan vitamin C pada kelompok hipertensi terdapat hubungan asupan vitamin C dan IMT
sebesar 38,67 ±42,91 mg dan pada kelompok dengan hipertensi. Rata-rata asupan vitamin
tekanan darah normal sebesar 40,25 ±33,16 A, C, dan E lebih baik pada responden
mg. Asupan vitamin C pada kelompok tekanan kelompok tekanan darah normal. Terdapat
darah normal lebih baik dibandingkan beberapa variabel lain yang dapat
kelompok hipertensi. Hipertensi dipengaruhi berpengaruh dengan kejadian hipertensi
juga oleh beberapa variabel berikut yang tidak contohnya asupan kolestrol, lama waktu
diteliti dalam penelitian ini contohnya asupan beristirahat, genetik, kebiasaan merokok,
makanan (makronutrien), asupan kolestrol, konsumsi alkohol, tingkat aktivitas fisik, dan
lama waktu beristirahat, tingkat stres, tingkat tingkat stres namun tidak diteliti dalam
aktivitas fisik, riwayat hipertensi, penggunaan penelitian ini.
obat hipertensi, tingkat konsumsi kafein,
konsumsi natrium, dan konsumsi kalium. ACKNOWLEDGEMENT
Kecukupan vitamin E pada reponden
hipertensi dan tekanan darah normal Peneliti mengucapkan terimakasih
tergolong kurang (100% dan 100%). Hasil banyak kepada semua pihak yang terlibat
penelitian ini tidak dapat dilakukan uji analisis dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
statistik hubungan asupan vitamin E dengan peneliti tujukan untuk seluruh dosen dan staf
kejadian hipertensi karena data yang Prodi Gizi Universitas Airlangga khususnya
terkumpul tergolong dalam 1 kategori. Bapak Trias Mahmudiono atas bimbingan yang
Berdasarkan tabel 2, rata-rata asupan vitamin telah diberikan pada peneliti.
E pada responden kelompok hipertensi
sebesar 3,06 ±1,2 mg dan pada responden REFERENSI
kelompok tekanan darah normal sebesar 3,34
±1,23 mg. Asupan vitamin E lebih baik pada 1. Kemenkes. Elderly Condition in
kelompok responden tekanan darah normal Indonesia. Report 8 (2016). doi:ISSN
dibandingkan hipertensi. Hasil penelitian Regi 2442-7659
dkk (2017) diperoleh tidak terdapat hubungan 2. James, P. A. et al. 2014 Evidence-Based
vitamin E dengan tekanan darah sistolik dan Guideline for the Management of High
diastolik.7 Vitamin E dapat berfungsi sebagai Blood Pressure in Adults. Jama 311, 507
antioksidan yang dapat mencegah peroksidasi (2014).
lemak.35 Vitamin E dapat bereaksi dengan 3. World Health Organization. Global
radikal peroksil 1000 kali lebih cepat health observatory data: raised blood