Disusun Oleh :
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI
1) Faktor keturunan, dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih)
3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan
atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
3. Patofisiologi
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera. (Price, 2005).
5. Klasifikasi
Hipertensi di klasifikasikan dalam beberapa tingkatan berdasarkan tinggi
sistolik dan diastolik. adapun klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut :
STADIUM III 180 mmHg – 209 mmHg 110 mmHg – 119 mmHg
(HIPERTENSI BERAT)
7. Komplikasi
a. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient
ischemic attack
b. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
8. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan retina
9. Penatalaksanaan
a. Olahraga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, olahraga
isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang rutin bisa memperlancar
peredaran darah sehingga bisa menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat juga
digunakan buat mengurangi/mencegah obesitas & mengurangi asupan garam.
Pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Pengobatan non farmakologis:
a) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b) Ciptakan kondisi rileks bermacam-macam cara relaksasi seperti
meditasi, yoga atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yang
hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.
c) Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama
30-45 menit, 3-4 kali seminggu.
d) Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi.
a. Diuretik
Obat-obatan tipe diuretik mengeluarkan cairan tubuh (melalui kencing)
maka volume cairan ditubuh menyusut yang mengakibatkan daya
pompa jantung jadi lebih ringan. Contoh obat golongan diuretik adalah
Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat gerakan saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah:
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker anti-hipertensi
Obat ini bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung. Type
betabloker tak dianjurkan kepada penderita yang mengidap penyakit
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya yaitu: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini yaitu: Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang mungkin
terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini yaitu Kaptopril. Efek
samping yang timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung secara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil. Efek
samping yang bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.
10. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
1. Pantau TTV (tanda-tanda vital)
2. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
3. Monitor adanya edema.
4. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
5. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
6. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
7. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher.
8. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
9. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
10. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
11. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil