Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

RETNO DIAN PALUPI


201920729186

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan
menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti
Maryam, dkk, 2008)
2. Batasan Lanjut Usia
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2) Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pra lansia (prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial : lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Tipe Lanjut Usia
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para
lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya,
lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan
secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda,
lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
1) Hereditas (Keturunan/Genetik)
2) Nutrisi (Asupan Makanan)
3) Status Kesehatan
4) Pengalaman Hidup
5) Lingkungan
6) Stress
5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
1) Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan
warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,
diastole normal ± 95 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.
Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3) Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman
atau relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Kehilangan teman dan keluarga.
k. Berkurangnya kekuatan fisik.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95–104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara
105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik.
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu:
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.


Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10
% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai
berikut:

1) Faktor keturunan, dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih)
3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan
atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan

3. Mual

4. Muntah

5. Sesak nafas

6. Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera. (Price, 2005).
5. Klasifikasi
Hipertensi di klasifikasikan dalam beberapa tingkatan berdasarkan tinggi
sistolik dan diastolik. adapun klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

KATEGORI TEKANAN SISTOLIK TEKANAN DIASTOLIK


NORMAL Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
PRE HIPERTENSI 130 mmHg – 139 mmHg 85mmHg – 89mmHg
STADIUM I 140 mmHg – 159 mmHg 90 mmHg – 99 mmHg
(HIPERTENSI RINGAN)

STADIUM II 160 mmHg – 179 mmHg 100 mmHg – 109 mmHg


(HIPERTENSI SEDANG)

STADIUM III 180 mmHg – 209 mmHg 110 mmHg – 119 mmHg
(HIPERTENSI BERAT)

STADIUM IV 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih


(HIPERTENSI
MALIGNA)

7. Komplikasi
a. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient

ischemic attack

b. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).

c. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

d. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan


jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan


fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

g. Foto dada dan CT Scan

9. Penatalaksanaan
a. Olahraga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, olahraga
isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang rutin bisa memperlancar
peredaran darah sehingga bisa menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat juga
digunakan buat mengurangi/mencegah obesitas & mengurangi asupan garam.
Pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Pengobatan non farmakologis:
a) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b) Ciptakan kondisi rileks bermacam-macam cara relaksasi seperti
meditasi, yoga atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yang
hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.
c) Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama
30-45 menit, 3-4 kali seminggu.
d) Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi.
a. Diuretik
Obat-obatan tipe diuretik mengeluarkan cairan tubuh (melalui kencing)
maka volume cairan ditubuh menyusut yang mengakibatkan daya
pompa jantung jadi lebih ringan. Contoh obat golongan diuretik adalah
Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat gerakan saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah:
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker anti-hipertensi
Obat ini bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung. Type
betabloker tak dianjurkan kepada penderita yang mengidap penyakit
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya yaitu: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini yaitu: Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang mungkin
terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini yaitu Kaptopril. Efek
samping yang timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung secara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil. Efek
samping yang bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.
10. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
1. Pantau TTV (tanda-tanda vital)
2. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
3. Monitor adanya edema.
4. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
5. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
6. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
7. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher.
8. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
9. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
10. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
11. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler cerebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3. Batasi aktivitas
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5. Beri obat analgesik dan sedasi sesuai indikasi
6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan


dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2. Kaji tekanan darah saat
3. Amati adanya hipotensi
4. Ukur intake dan output cairan
5. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai indikasi
6. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala, pusing, hasil laboratorium dalam batas normal.
- Pengeluaran urin 30 ml/ menit
- Tanda-tanda vital stabil

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : klien mengenal masalah hipertensi
Intervensi keperawatan:
1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang
3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan
dan efek samping atau efek toksik
4. Diskusikan gejala kekambuhan seperti: sakit kepala, pusing, pingsan,
mual dan muntah.
5. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium
6. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,
jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung
kafein, teh serta alcohol

Hasil yang diharapkan :


- Pasien mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan penatalaksanaan
perawatan diri
- Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai