Anda di halaman 1dari 7

Nama kelompok : 1. Lintang Nur Azizah ( 18.0605.

0018)

2. Farras Khalda Salsabila (18.0605.0020)

3. Femilatasya Lusiana N (18.0605.0022)

4. Alifia Astri Kurniasih (18.0605.0028)

5. Fitri Andayani (18.0605.0031)

Tugas : Mikrobiologi dan Virologi (Resume)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN IBU


TERHADAP IMUNISASI MEASLES RUBELLA PADA ANAK SD DI DESA
GUMPANG, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018

Campak menjadi perhatian serius pada tahun 2000, dimana dilaporkan bahwa komplikasi
penyakit campak menyebabkan kematian kepada lebih dari 562.000 anak di seluruh dunia. Sama
halnya dengan campak, rubella yang menginfeksi sebelum konsepsi dan selama periode awal
kehamilan berpotensi menjadi penyebab terjadinya obortus, kematian janin, atau CRS
(Congenital Rubella Syndrome) pada bayi.

Hasil laporan yang didapat dari periode tahun 2010 sampai tahun 2015 terdapat sekitar
23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. WHO menganjurkan semua negara harus
menerapkan progam pemberian vaksin rubella termasuk negara yang sudah memasukkan
campak ke dalam imunisasi dasar rutin untuk menambahkan vaksin rubella ke dalam imunisasi
dasar

Persepsi ibu terhadap imunisasi dapat berbeda-beda pada setiap individunya dipengaruhi
juga oleh perbedaan geografis. Responden adalah untuk pencegahan dari virus measles rubella
dan karena imunisasi merupakan kewajiban dari sekolah.

Imunisasi MR merupakan progam yang baru dicanangkan untuk dapat menekan


kejadiaan akibat penyakit campak dan rubella. Masih terdapat orang tua yang menolak
pemberian imunisasi MR dikarenakan kesadaran orangtua terhadap pentingnya imunisasi bagi
anak masih rendah, isu yang beredar bahwa imunisasi MR mengandung vaksin yang berbahaya,
dan status kehalalan vaksin.

Berdasarkan hasil uji chisquare mnunjukkan bahwa responden yang tidak menerima
imunisasi MR lebih banyak pada responden dengan tingkat pendidikan dasar menengah (28,2%)
dengan nilai p= 0,340>0,05 sehingga tidak ada hubungan penerimaan imunisasi MR dengan
tingkat pendidikan. Penelitian Triana (2016) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Dalam teori Health Belief Model, persepsi kerentanan termasuk dalam variabel persepsi
yang paling besar memberikan pengaruh individu untuk melakukan perilaku sehat. Menurut
Health Belief Model, keparahan yang dirasakan dari suatu penyakit menentukan dilakukan atau
tidaknya tindakan preventif terhadap penyakit yang bersangkutan.

Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antarapersepsi manfaat dengan pemanfaatan


penerimaan imunisasi MR. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian ilham, 2017 yang
menyatakan bahwa ibu yang memiliki dukungan keluarga yang kurang baik cenderung untuk
patuh dalam memberikan imunisasi dasar lengkap.

GEJALA RUBELA BAWAAN (KONGENITAL) BERDASARKAN PEMERIKSAAN


SEROLOGIS DAN RNA VIRUS

Jurnal farmasi klinik Indonesia

Volume 4, nomor 1, maret 2015

Definisi Congenital Rubella Syndrome atau campak jerman adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus rubella. Di anak-anak, infeksi biasanya hanya menimbulkan sedikit keluhan
atau tanpa gejala. Sedangkan infeksi pada orang dewasa dapat menimbulkan keluhan demam,
sakit kepala, lemas dan konjungtivis. Jika inveksi rubella terjadi saat kehamilan, khususnya
trisemester pertama menyebabkan terjadinya (CRS), menyebabkan abortus, bayi lahir mati,
premature dan cacat apabila bayi tetap hidup.

Rubella merupakan virus RNA yang termasuk dalam genus Rubivirus, family Togaviridae,
dengan jenis antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang dengan sejumlah grup Togavirus
lainya. Virus rubella memiliki 3 protein structural utama yaitu, 2 glycoprotein envelope, E1 dan
E2 dan 1 protein nukleokapsid. Secara morfologi virus rubella berbentuk bulat (sferis) dengan
diameter 60-70 mm dan memiliki inti (core) nucleoprotein padat, dikelilingi oleh 2 lapis lipid
yang mengandung glycoprotein E1 dan E2. Virus rubella dapat dihancurkan oleh proteinase,
pelarut lemak, formalin, sinar ultraviolet, PH rendah, panas dan amantadine.

Virus rubella mengalami replikasi di dalam sel inang. Siklus replikasi yang umum terjadi pada
proses yang bertingkat terdiri dari tahapan: pelekatan, pengasukan (penetrasi), diawasalut,
biosintesis, pematangan dan pelepasan. Meskipun ini merupakan siklus umum, tetapi akan terjadi
beberapa ragam siklus dan bergantung pada jenis asam nukleat virus.
KEHAMILAN DENGAN INFEKSI TORCH

Jurnal kedkteran lampung

Volume 3, nomor 1, maret 2019

Infeksi torch (toxoplasma otherdisease rubella cytomegalovirus dan herper simplexs


virus ) merupakan beberapa jenis infeksi yang bisa dialami oleh wanita yang akan ataupun
sedang hamil. Infeksi ini dapat menyebabkan cacat bayi akibat adanya penularan dari ibu ke bayi
pada saat hamil. Infeksi torch pada wanita hamil sering kali tidak menimbulkan gejalan atau
asimtomatik tetapi dapat memberikann dampak serius bagi janin yang di kandungnya.

Infeksi torch ini dikenal karena menyebabakan kelainan beserta keluhan yang dapat di
rasakan oleh berbagai rentang usia mulai dari anak- anak sampai dewasa. Ibu hamil yang
terinfeksi pun dapat memyebabkan kelaina pada bayinya berupa cacat fisik dan mentak yang
beragam serta keguguran. Infeksi torch dapat menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan
kongenital pada janin. Kelainan kongenital dapat meyerang semua jaringan maupun organ tubuh
termasuk sisten saraf pusat dan perifer yang mengakibatkan gangguang penglihatan ,
pendengaran ,system kardiovaskular dan metabolism tubuh.

Sama berbahayanya dangan campak , rubella yang menginfeksi sebelom konsepsi dan
selama periode awal kehamilan berpotensi menjadi penyebab terjadi nya obortus , kematian janin
atau crs (congenital rubella syndrome ) pada bayi .

Rubella merupaka virus RNA yang termasuk dalam genus rubivirus familitogaviridae,
dengan jeniis antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang dengan sejumlah grup togavirus
lainnya . virus rubella memiliki 3 protein structural utama yaitu 2 glycoprotein envelope ,E1 ,dan
E2 dan 1 protein nukleokabsid. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena proses
pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret) tekak 9 faring) dan air kemih ( urin) bayi
dengan CRS, terdapat virus rubella dalam jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila tersentuh
langsung .

Congenital rubella syndrome (crs) atau fetal rubella syndrome merupakn gabungan pada
bayi sebagai akibat infeksi virus rubella maternalyang berlanjut dalam fetus.

Vaksin mr adallah vaksin hidup yang dilemahkan berupa serbuk kering dengan pelarut
kemasan vaksin adalah 10 dosis pervial. Vaksin mr diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5
ml.

Simpulan infeksi rubella selama kehamilan menyebabkan congental rubella syndrome


(crs) . crs dapat mengakibatkan terjadinya abortus, bayi lahir mati, premature dan cacat bawaan
(malformasi ) apabila tetap hidupgejala crs berupa katarak , glaucoma, pigmentasi retina, pupura,
jaundice, mikrosefali, retardasimetal, meningoensefalitis dan radiolucent.
IMUNITAS TERHADAP RUBELA PADA BALITA DAN WANITA USIA SUBUR DI
KOTA SURABAYA DAN KABUPATEN TABANAN

Jurnal kesehatan

Volume 36, nomor 2, tahun 2008

Penyakit rubela merupakan pe- nyakit infeksi pada anak dan dewasa muda. Penyakit
rubela bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan gejala dan efek klinis yang menyerupai
campak, hanya saja dalarn bent!& yang lebih ringan atau bahkan tmpa gejala. Tetapi jika infeksi
ini terjadi pada wanita hamil muda (ter- antarna pada trimester pertarna) penyakit ini dapat
menyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan menderita cacat seumur
hidup yang sering dikenal sebagai sindrom rubela kongenital1SRK. N TABANAN.

Pada tahun 2000-2003 dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di
beberapa daerah di Indonesia. namun setelah dilakukan investigasi KLB, temyata di temukan
sekitar 30%- 10 0% kasus rubela yang gejalanya menyerupai campak. Pada tahun 2000
ditemukan 20 kasus mbela dari 38 kasus campak yang diperiksa. Berdasarkan ha1 tersebut di-
atas maka program mulai mempertimbangkan untuk melakukan pencegahan dengan imunisasi
rubela menggunakan vaksin Mumps-Rubella (MR) atau Measles Mumps-Rubella (MMR).

BAHAN DAN CARA

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Desember 2005. Penelitian ini me- rupakan studi
pendahuluan dan dipilih Kota Surabaya karena dilaporkan pernah terjadi wabah campak dan
vericella. Data dari Dinas Kesehatan kota Surabaya me- nunjukkan bahwa kasus campak dan
varicella yang dilaporkan sejak tahun 2001 sampai 2004 tercatat sebanyak 101 kasus campak dan
158 kasus varicella, namun ha1 ini tanpa konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada investigasi wabah ternyata menunjukkan bahwa sebagian kasus
tersebut ternyata rubela. Daerah yang paling sering terjadi kasus setiap tahun adalah Kecamatan
Rungkut, oleh karena itu dipilih sebagai lokasi penelitian selain jumlah balita dan WUS cukup
tinggi, cakupan imunisasi dan partisipasi masyarakat cukup baik, daerahnya mudah dijangkau
dan dianggap mewakili daerah urban.

HASIL

Jumlah sampel darah balita yang berhasil dikumpulkan sebanyak 336 sam- pel terdiri dari
171 sampel dari Surabaya dan 165 sampel dari Tabanan. Sampel darah WUS sebanyak 257
sampel terdiri dari 13 1 sampel dari Surabaya dan 126 sampel dari Tabanan. Karakteristik
sampel balita dan WUS dari daerah Surabaya dan Tabanan tampak pada Tabel 1 dan 2. Pada
sampel balita persentase laki-laki dan perempuan harnpir sama (49% dan 5 I%), sebagian besar
di bawah umur 1 tahun, rata-rata berat badan 10- 12 kg, lebih dari 90% mempunyai KMS dengan
status imunisasi DPT3, HB3 dan campak di atas 70%.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN:

Rubela adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang semua kelompok umur dan jenis
kelamin. Namun darnpak yang paling besar apabila menginfeksi wanita hamil pada trimester
pertama, karena dapat menyebabkan kelahiran cacat atau aborsi yang dikenal sebagai sindrom
rubela kongenital. Untuk mencegah ha1 tersebut, di banyak negara telah dilakukan imunisasi
rubela, namun di Indonesia program imunisasi rubela belum dilakukan.

Berdasarkan penelitian ini dapat di- simpulkan bahwa irnunitas terhadap rubela pada
balita relatif masih renddl dibanding- kan dengan 'MJS, sehingga imunisasi rubela lebih
memungkinkan jika diberikan pada balita terutarna pada kelompok umw sekitar 3 tahun. Namun
demikian, perlu juga dipertimbangkan keuntungan dm ke- rugian sehingga strategi yang dipilih
benar-benar tepat dm efektif. Perlu kajian yang lebih mendalam dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan wilayah yang lebih luas sehingga hasil yang didapat lebih akurat dan lebih
mewakili

. Kasus Rubella deteksi melalui campak sistem surveilans dari


2012 untuk 2016 di Pantai Gading

Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Rubella adalah penyebab
utama keguguran atau cacat lahir yang serius pada bayi yang sedang berkembang jika seorang
wanita terinfeksi saat dia hamil

Rubella adalah infeksi virus menular yang disebabkan oleh virus Rubella, Togavirus,
genus Rubivirus. Di negara tanpa implementasi program pengendalian vaksinasi, infeksi Rubella
adalah penyebab utama keguguran dan cacat lahir [1]. Infeksi Rubella biasanya jinak yang paling
sering mempengaruhi anak dan dewasa muda. Dalam kasus yang jarang terjadi, dapat
menyebabkan masalah serius, termasuk infeksi otak dan pendarahan. Komplikasi yang paling
serius dari infeksi Rubella adalah kerusakan yang dapat menyebabkan janin yang sedang
berkembang selama kehamilan. Jika seorang wanita hamil yang tidak divaksinasi terinfeksi virus
Rubella, dia mungkin keguguran atau bayinya mungkin mati setelah lahir. Selain itu, ia dapat
mengirimkan virus ke bayi berkembang yang dapat mengembangkan anomali bawaan yang
serius seperti masalah jantung, pendengaran dan kehilangan penglihatan, gangguan intelektual
dan hati atau kerusakan limpa

. Dugaan kasus campak didefinisikan sebagai setiap orang dengan demam, ruam
makulopapular Umum (non-vesikuler) dan salah satu tanda ini (batuk atau pilek atau
konjungtivitis), atau siapa pun yang tersangka dokter campak [5]. Kasus dugaan Rubella adalah
dugaan kasus saya SLES diuji negatif atau tak tentu untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap
campak dan kemudian diuji untuk IgM terhadap Rubella. Kasus dikonfirmasi Rubella adalah
kasus dugaan Rubella yang tes menunjukkan adanya antibodi IgM terhadap Rubella

Vaksin Campak disediakan dalam imunisasi rutin untuk dosis pertama dan dalam
kampanye tindak lanjut vaksinasi setiap 3 sampai 4 tahun untuk dosis kedua. Vaksinasi ini dapat
menyebabkan penurunan jumlah kasus campak. Anak berusia 5 hingga 14 tahun berada pada
risiko lebih tinggi terinfeksi Rubella jika dibandingkan dengan anak di bawah 5 tahun dan usia
15 tahun ke atas.

sistem surveilans Rubella di Cote d'Ivoire tidak menggunakan definisi kasus Rubella
WHO yang direkomendasikan. Dalam kasus seperti itu, studi kami bisa saja melewatkan
beberapa kasus Rubella yang tidak cocok campak kasus definisi dan campak kasus positif bisa
Co-infeksi kasus. Namun, kasus campak nasional yang berbasis pengawasan mengungkapkan
beban dan tren Rubella di Pantai Gading. Meskipun Rubella adalah penyakit masa kecil,
sejumlah besar wanita usia reproduksi terkena infeksi primer dalam studi kami dan dengan
demikian dapat mengirimkan virus dalam rahim, dengan risiko untuk CRS. Anak berusia 5-14
tahun, orang dewasa dan orang yang tinggal di daerah perkotaan juga beresiko tinggi terkena
Rubella. Surveilans Rubella tidak bisa kurang di Pantai Gading karena kasus di bawah
dilaporkan. CRS juga tidak termasuk dalam sistem surveilans saat ini. Dalam terang hasil ini,
pertanyaan memperkenalkan vaksin Rubella ke dalam program imunisasi nasional harus berupa
alamat. Data ini juga menunjukkan bahwa negara harus membangun sistem surveilans untuk
Rubella dan CRS.

Anda mungkin juga menyukai