SKRIPSI
Oleh:
SRI LESTARI
A2.1000380
i
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya ajukan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Wonosobo, ..............2012
Peneliti
Sri Lestari
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama : SRI LESTARI
NIM : A2.1000380
Penguji II
Ery Purwanti, M.Sc ............................................
Penguji III
Isma Yuniar, S.Kep Ns.,M.Kep ............................................
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
iv
Program S1 Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
ABSTRAK
v
First Degree Study Program On Nursing
Muhammadiyah Hygiene Academy of Gombong
ABSTRACT
Conclusion : There is a significant correlation between the role of PMO and the
achievement on TB medication at Wonosobo 1 Public Health Service, as stated by
p value : 0,008 (p<0,05).
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpah rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keberhasilan
Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Wonosobo I”. Maksud
penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas akhir pada jenjang S1
Keperawatan Program Study Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan,
serta pengarahan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Giyatmo, S.Kep, Ns , selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.
2. Herniyatun, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Program Studi S1 STIKES
Muhammadiyah Gombong.
3. Ery Purwanti, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahan dalam
membimbing penulis untuk penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Isma Yuniar, S.Kep Ns.,M.Kep, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahaan
dalam membimbing penyusunan skripsi ini.
5. Suami serta anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan dan
doanya.
6. Semua teman-teman seperjuangan penulis dari prodi S1 Keperawatan
angkatan 2012 STIKES Muhammadiyah Gombong.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
segenap pembaca dan pemerhati pada umumnya, semoga Allah SWT senantiasa
vii
melimpahkan Rahmat-Nya. Amin
Gombong, ...............................2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
I. Etika Penelitian............................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................... 40
B. Pembahasan..................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
peringkat ketiga jumlah penderita TBC di dunia, setelah India (1.762.000) dan
Diperkirakan, kasus TBC meningkat 5-6 persen dari total kasus. Penyakit
yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara. Umumnya kuman TBC
Indonesia masih menempati urutan 102 dari 162 negara. Tingkat pendidikan,
1
keberhasilan program pelayanan kesehatan dan juga akan mendorong
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
Indonesia. Sehat meliputi sehat jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya
kematian (9,4% dari total kematian), setelah penyakit sistem sirkulasi dan
sistem pernafasan pada semua golongan usia (Depkes RI, 2002). Sejak tahun
WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus
diagnosis yang benar dan tepat dilanjutkan dengan pengobatan jangka pendek
2
yang efektif serta pengawasan, angka keberhasilan pengobatan mencapai 85%.
dengan diawasi pengawas menelan obat. Pengawas ini bisa anggota keluarga,
untuk tidak terinfeksi kuman TBC. Dimulai dari perilaku hidup sehat (makan
makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hindari
rokok, alkohol, hindari stress), memberikan vaksinasi dan imunisasi baik pada
3
meludah sembarangan, menutup mulut apabila batuk atau bersin, dan terutama
teratur sampai sembuh. Orang yang mengawasi penderita TBC dikenal dengan
istilah PMO. Pengawas menelan obat (PMO) sebaiknya orang yang disegani
dan dekat dengan pasien TBC, misalnya keluarga, tetangga, atau kader
4
Mengingat tingginya kasus tuberkulosis serta resiko penularan terhadap
2007).
2010 belum mencapai target nasional yaitu sebesar 83,8%. Namun begitu,
sembuh).
5
Puskesmas Wonosobo I merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
dan kartu identitas pasien 10 orang penderita tuberkulosis paru yang ditemui
B. Perumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara
Wonosobo I.
Wonosobo I.
D. Manfaat Penelitian
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat dalam
2. Bagi perawat
dimasyarakat.
7
Menentukan kebijakan puskesmas dalam mengevaluasi program
E. Keaslian Penelitian
diambil terdiri dari sampel kasus berjumlah 25 orang dan sampel kontrol
random sampling.
control. Populasi kasus yaitu penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif yang
8
dinyatakan tidak sembuh pada periode Januari 2006 –Desember 2007 dan
analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji chi
square dengan derajat kemaknaan 0,05 dan menghitung nilai Odds Rasio
(OR).
pasien penderita TB paru yang telah mendapat pengobatan pada selama tahun
data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji chi square
dengan derajat kemaknaan 0,05 dan menghitung nilai Odds Rasio (OR).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pasien.
2. Persyaratan PMO
dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun penderita selain itu
dengan penderita.
dengan sukarela.
10
e. Sebaiknya PMO adalah petugas
11
3. Tugas PMO
selesai pengobatan.
e. Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek
samping tersebut.
B. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
Paru dan dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk
12
Tuberkulosis Paru cepat mati apabila terkena sinar matahari langsung
tetapi dapat bertahan hidup dalam beberapa jam ditempat yang gelap
Paru BTA Positif adalah : a) gejala umum : nyeri dada, batuk lebih
dari tiga minggu atau lebih. b) gejala lain : nyeri dada batuk dahak
sebulan, sesak nafas, nafsu makan menurun dan berat badan menurun
c. Cara Penularan
berterbangan di udara dan ada juga yang jatuh pada lantai sehingga
dapat terhirup oleh setiap orang, pada paru-paru kuman atau basil TB
Paru-paru.
Tidak semua orang yang dimasuki basil TB Paru pasti sakit TB paru
karena badannya kuat dan daya tahan tubuhnya kuat orang mungkin
terhindar dari sakit TB Paru. Daya tahan tubuh yang kuat jika gizi
makanan yang cukup, bergerak badan dan istirahat yang cukup. Atau
jika sejak bayi semua anak harus diberi Imunisasi Basillus Calmatto
(Nadesul, 2006).
d. Komplikasi
13
Komplikasi sering terjadi pada penderita berstadium lanjut menurut
e. Diagnosis
sebagai berikut:
positif berikutnya.
perokok atau batuk lebih dari 4 minggu, mereka yang turun berat
14
tidak dilakukan untuk kasus secara massal di negara-negara
f. Klasifikasi penyakit
a. Tujuan Program
Indonesia.
15
penderita TB paru, c) tercapainya resistensi obat tuberkulosis di
b. Kebijakan Operasional
shortcourse (DOTS).
jaminan ketersediaannya.
16
8) Menggalang kerja sama dan kemitraan dengan program terkait,
c. Strategi
dukungan dana.
terjamin.
1) Tahap Intensif (awal dimana pasien mendapat obat setiap hari dan
TBC Paru BTA Positif (+) menjadi BTA Negatif (-) pada akhir
pengobatan ini.
17
2) Tahap lanjutan, pasien mendapat obat dalam jangka waktu yang
kekambuhan.
(Crofson, 2001).
pengobatan.
18
Againts Tuberculosis and Lung Disease) dengan jangka 6 (enam)
bulan yaitu :
b. Pasien baru TBC – Paru Negatif (-), Rontgen positif (+) yang
sakit berat.
2) Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
dalamseminggu.
Tahap intensif terdiri dari HR2 yang diberikan setiap hari selama 2
sakit ringan.
c. Hasil Pengobatan
1) Sembuh
up sebelumnya.
2) Pengobatan lengkap
tetap.
3) Pindah
20
4) Drop Out (DO)
5) Gagal
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan.
6) Meninggal
TB Paru BTA Positif menjadi negatif dan hasil rontgen ulang menjadi baik
21
5. Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru
1. Perilaku
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
(Notoatmojo, 2003).
22
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors), yang
praktek/tindakan:
1) Pengetahuan
tertentu.
2)Sikap
3) Praktek/perilaku
23
kembali menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa,
a) Pengetahuan (knowledge)
b) Sikap (attitude)
24
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan
subjek.
b) Pemberian informasi
25
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara
2. Umur
tubuh.
3. Pendidikan
26
informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan
4. Pekerjaan
tuberculosis.
27
awal guna menghindari terjadinya kegagalan pengobatan serta
terjadinya kekambuhan.
C. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Umur
Pendidikan
Pekerjaan Sembuh
Kepercayaan
Tidak sembuh
Faktor Pendorong :
Petugas kesehatan
Keluarga
Masyarakat
D. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Umur
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Kepercayaan
7. Pemakaian OAT
8. Petugas kesehatan
9. Keluarga
28
10.Masyarakat
10.
Keterangan :
E. Hipotesa
29
BAB III
METODE PENELITIAN
peristiwa yang yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang
1. Populasi
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek
30
Kriteria inklusi pada penelitian ini:
Kriteria eksklusi:
Wonosobo I.
2012.
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran Pengawas Menelan Obat
paru.
31
Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Peran PMO Peran Pengawas Dengan Peran PMO Nominal
menelan obat menggunakan mendukung
peran yang 15 butir skor
dijalankan oleh pertanyaan >=50%
orang yang tentang peran
bertugas pengawas Peran PMO
mengawasi menelan obat: tidak
pasien TB 2: jika penderita mendukung
dalam menjawab ya skor
melaksanakan pada <=50%
kepastian obat pertanyaan
TB dapat positif dan (Arikunto
diminum secara menjawab 2007)
tepat oleh tidak pada
pasien. pertanyaan
negatif
1: jika penderita
menjawab
tidak pada
pertanyaan
positif dan
menjawab ya
pada
pertanyaan
negatif
Keberhasilan Adalah hasil Menggunakan Berhasil Nominal
pengobatan pengobatan TB lembar observasi jika BTA
TB paru Paru dari uji tentang (-)
bakteriologik keberhasilan
dan klinik pada pengobatan TB Tidak
penderita TB setelah berhasil jika
paru BTA (+) menjalani BTA (+)
yang menjalani pengobatan
pengobatan selama 5 bulan
OAT jangka
pendek yang
telah menjadi
BTA (-) pada
akhir fase
lanjutan bulan
ke 5 dengan
lama
pengobatan
32
Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
selama 6 bulan
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Puskesmas Wonosobo I.
2. Prosedur penelitian :
Wonosobo I
Instrumen Penelitian
33
Indikator Jumlah soal Nomor Soal
PMO 1 soal 1
Peran PMO 4 soal 2, 3, 4, 5
Tugas PMO 3 soal 6, 7, 8
Informasi yang disampaikan PMO 7 soal 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
Jumlah 15 soal
Sebelum digunakan untuk mengambil data, terlebih dulu dilakukan uji coba
Puskesmas Selomerto. Hasil uji coba kuesioner peran PMO didapatkan nilai r
hitung sebesar 0,571-0,895, lebih besar dari r tabel pada n= 20 yaitu 0,444,
1. Pengolahan Data
sebagai berikut :
a. Editing (penyuntingan)
b. Coding (penyajian)
34
1) Peran PMO diklasifikasikan menjadi :
c. Tabulating (tabulasi)
2. Analisis Data
berikut:
a. Analisis Univariat
f
P x 100%
N
Keterangan:
P: Proporsi
35
f: frekuensi kejadian
N: jumlah sampel
b. Analisis Bivariat.
f0 fh 2
X
2
f
Keterangan :
X2 : chi square
maupun perlakuan
95%), dan batas kemaknaan alfa 5% (0,05), bila diperoleh p < 0,05, berarti
dengan variabel dependen, dan bila p > 0,05 berarti secara statistik tidak
Etika Penelitian
36
1. Prinsip manfaat
menderita.
a. Informed consent
b. Anonymity
c. Confidientiality
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
38
pengobatan TB dipengaruhi oleh peran PMO yang tidak mendukung
sebanyak 43,5% (10 responden).
Hasil uji analisis dengan menggunakan uji chi square antara peran
PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I
didapatkan nilai p 0,008, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas
Wonosobo I.
B. Pembahasan
1. Peran PMO
2. Keberhasilan Pengobatan
39
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
responden berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak 38 responden
(76,0%) dan hanya 12 responden (24,0%) yang tidak berhasil dalam
pengobatan TB. Hasilnya adalah sebagian besar responden berhasil
melakukan pengobatan TB. Sebagian besar responden berhasil dalam
melakukan pengobatan, hal ini dimungkinkan karena adanya PMO yang
ikut serta membantu mengawasi penderita minum OAT secara teratur. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Danusantoso (2000)
menyatakan bahwa saat ini semua penderita secara teoritis harus dapat
disembuhkan, asal saja yang bersangkutan rajin berobat sampai dinyatakan
selesai, terkecuali bila dari awal basil TBC yang dihadapi sudah resisten
terhadap berbagai tuberkulosis yang lazim dipakai. Hal ini mudah
dimengerti karena kalau penderita tidak tekun meminum obatnya, hasil
akhirnya adalah kegagalan penyembuhan ditambah dengan timbulnya basil
TB multiresisten.
Pada umumnya kegagalan pengobatan disebabkan oleh karena
pengobatan yang terlalu singkat, pengobatan yang tidak teratur dan obat
kombinasi yang jelek (Crofton, 2002). Penelitian Dahlan (1997) yang
dikutip oleh Hadin dan Nazir (2005) menyatakan bahwa kesembuhan lebih
dari sama dengan 85% karena disebabkan keteraturan pengobatan yang
kurang sehingga timbul resistensi obat dan pengobatan menjadi tidak
tuntas.
Pengobatan yang salah atau tidak adekuat mungkin menyebabkan
kegagalan dalam menyembuhkan penderita, membuat dia kebal terhadap
obat-obatan dan menyulitkan penyembuhan serta membuat dia hidup
dengan infeksi yang sudah kebal terhadap pengobatan sehingga
memudahkan penularan kepada orang lain (Crofton, 2000).
3. Analisis hubungan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan
TB di Puskesmas Wonosobo I
40
Peran PMO dengan keberhasilan pengobatan sangat penting,
karena penderita selama menjalani pengobatan yang panjang kemungkinan
ada rasa bosan harus setiap hari mengkonsumsi obat, sehingga
dikhawatirkan terjadi putus obat atau lupa minum obat karena putus asa
penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Peran PMO diharapkan dapat
mencegah putus obat karena bila terjadi untuk pengobatan selanjutnya
memerlukan waktu yag lebih panjang. Terlaksananya peran PMO dengan
baik yaitu untuk menjamin ketekunan, keteraturan pengobatan,
menghindari putus pengobatan sebelum obat habis, mencegah
ketidaksembuhan pengobatan, memantau konsumsi makanan penderita TB
paru dalam hal ini protein (Depkes RI, 2001).
Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2005) bahwa peran PMO
dalam keberhasilan pengobatan mempunyai hubungan yang erat dan
terdapat hubungan sejalan semakin baik PMO dalam menjalankann
tugasnya maka keberhasilan dalam pengobatan penyakit TB paru akan
semakin berhasil dan hubungan tersebut yang cukup kuat. Biasanya PMO
diambil dari anggota keluarga terdekat.
41
BAB V
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar peran PMO adalah mendukung yaitu sebanyak (54,0%)
0,05)
B. Saran
1. Bagi PMO
a. PMO perlu meningkatkan kinerja terutama dalam hal memberikan
42
terkait tentang kebutuhan kualitas pelayanan yang memadai melalui
lengkap.
b. Perlu dilakukan penelitian kualitatif dan penelitian dengan observasi
43
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2001. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana
Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes.
Kanwil Depkes Propinsi Jateng. 2000. Buku Pedoman Bagi Pengawas Menelan
Obat. Semarang. P3M
Notoadmodjo, S.. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Edisi Revisi. PT.
Rineka Cipta.
44
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Wukir Sari. Skripsi 2005. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap PMO Dengan
Pencegahan Penyakit Tuberculosis Paru Di Puskesmas Pandanaran Kota
Semarang. UNIMUS. Semarang.
45
Lampiran4
JADUAL PENELITIAN
No KEGIATAN Mei Juni Juli Agustus
2012 2012 2012 2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 StudiPendahuluan
2 Pengambilan data
Penyusunan
3
proposal
4 Konsultasi
Pengumpulan
5
proposal
Presentasi
6
proposal
Perbaikan
7
proposal
8 Penelitian
9 Konsultasi
10 Presentasiakhir
11 Perbaikan
Pengumpulanskri
12
psi
46
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS
PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Lama Pengobatan :
B. Peran Pengawas Menelan Obat
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Saudara tahu siapa yang menjadi PMO
2 Apakah ada orang yang mengingatkan saudara untuk
menelan obat setiap hari
3 Apakah PMO selalu mengingkatkan Saudara untuk
menelan obat setiap hari
4 Apakah saudara selalu diingatkan untuk periksa
ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan
5 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang
gejala-gejala TB paru kepada anggota keluarga yang
lain
6 Apakah PMO menyarankan untuk memeriksakan diri
ke unit pelayanan kesehatan apabila ada anggota
keluarga yang menederita batuk lebih dari 3 minggu
7 Apakah PMO pernah menyampaikan ke Saudara
bahwa TB paru bukan penyakit keturunan atau
kutukan
8 Apakah PMO pernah menyampaikan kepada Saudara
bahwa TB paru dapat disembuhkan dengan berobat
teratur
9 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang
pentingnya berobat secara teratur
10 Apakah Saudara percaya dengan PMO
11 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang
resiko apabila tidak minum obat secara teratur
12 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang cara
penularan TB paru
13 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara
tentang efek samping obat yang ditelan
14 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara
tentang tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi
efek samping
15 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara
tentang tata cara pengobatan TB paru secara lengkap
47
C. Keberhasilan Pengobatan
2. Tidak Berhasil
48
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon Responden Peneliti
Di
Tempat.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SRI LESTARI
NIM :
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan akan
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada Saudara. Jika Saudara tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak ada ancaman bagi Saudara. Dan jika Saudara telah bersedia
menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan
diri, maka Saudara diperbolehkan untuk tidak ikut dalam penelitian ini. Apabila
Saudara menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani persetujuan dan
mengisi kuesioner yang telah peneliti siapkan.
SRI LESTARI
49
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya memahami bahwa dalam penelitian ini tidak ada unsur yang merugikan,
untuk itu saya setuju dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani
persetujuan ini.
Wonosobo, 2012
Responden,
(Tanpa Nama)
50
Reliability
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,956 15
Item-Total Statistics
Scale Statistics
51
Frequencies
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 36 72,0 72,0 72,0
P 14 28,0 28,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja 24 48,0 48,0 48,0
tidak bekerja 26 52,0 52,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
peranPMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PMO tidak mendukung 23 46,0 46,0 46,0
PMO mendukung 27 54,0 54,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
berhasil
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak BErhasil 12 24,0 24,0 24,0
BErhasil 38 76,0 76,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
52
Crosstabs
berhasil
Tidak
BErhasil BErhasil Total
peranPMO PMO tidak mendukung Count 10 13 23
Expected Count 5,5 17,5 23,0
% within peranPMO 43,5% 56,5% 100,0%
PMO mendukung Count 2 25 27
Expected Count 6,5 20,5 27,0
% within peranPMO 7,4% 92,6% 100,0%
Total Count 12 38 50
Expected Count 12,0 38,0 50,0
% within peranPMO 24,0% 76,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for peranPMO
(PMO tidak mendukung / 9,615 1,829 50,546
PMO mendukung)
For cohort berhasil =
5,870 1,429 24,105
Tidak BErhasil
For cohort berhasil =
,610 ,420 ,887
BErhasil
N of Valid Cases 50
53