Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Indonesia

Pembentukan VOC

Nama Kelompok 1 :

1. Fajar Syukur Nashiqi


2. Khairunnisa Jami’A
3. Khalifatunnisa Jawas
4. Kinanti Dwi Handayani
5. M. Teguh
6. Nabila yashifa

Kelas : XI MIPA 3

Tahun Pelajaran : 2019-2020


Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 8 September 2019

Penulis
Pembentukan VOC

A. Sejarah

Galangan kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda di Amsterdam, sekitar tahun 1750.

Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang
pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung
Pengharapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu
lagi bersaing dengan pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke
Asia Timur, yang selama ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada
awalnya, tujuan utama bangsabangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke
Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan bangsa Belanda. Misi
dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik pemukiman (kolonisasi) dilakukan
oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di
Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal adalah murni kolonisasi
(pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa
Indonesia (Hindia Belanda) berawal.

Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis


dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri
Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara,
akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama dengan firma-firma dari
Jerman, Spanyol dan Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai
tempat untuk mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan
tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak
efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada.
Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu
Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan
Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi
Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan
rempah-rempah Interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de
Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran
pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada tahun 1595-
1597.

Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman
berlayar menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda.
Ekspedisi ini mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka
terlibat dalam perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman
berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk
lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan
dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal.
Setelah kehilangan separuh awak makapada tahun berikutnya mereka memutuskan
untuk kembali ke Belanda namun rempahrempah yang dibawa cukup untuk
menghasilkan keuntungan.

Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di


Asia pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The British East India Company dan
berpusat di Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Perancis pun tak mau
ketinggalan dan mendirikan French East India Company tahun 1604. Pada 20 Maret
1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC
(Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara
negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan
Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk
menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang
memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak,
atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk
membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara.
Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC,
dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau


Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang
kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang
termasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli.
Metode yang digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk kekerasan
terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal. Pos
perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki,
adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan
pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614),
namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de
Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi
Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).

B. Hak Istimewa
Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret
1602 meliputi:

 Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung
Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk
kepentingan sendiri;

 Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara


untuk:

1. memelihara angkatan perang,

2. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,

3. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,

4. memerintah daerah-daerah tersebut,

5. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan


6. memungut pajak.

C. Tujuan VOC

Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari


1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”.
Yang dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580
– Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi
perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih
menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai