Latar Belakang
Penghematan energi listrik merupakan hal yang sangat diperlukan. Dampak dari kota
metropolitan salah satunya adalah kebutuhan listrik yang kian meningkat akibat banyaknya
kaum urban untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah. Untuk itu perlu adanya solusi
alternatif peralatan listrik yang dapat menghemat energy.
Penggunaan peralatan listrik yang sering ditemui dalam keadaan boros pemakaian
adalah kipas angin. Kerap kali sekelompok manusia melakukan aktivitas seperti belajar,
rapat, dan mengadakan pertemuan di dalam ruangan selalu menyalakan kipas angin guna
memperoleh kenyamanan karena suhu yang tinggi. Namun suhu di sekitar kita tidak selalu
memiliki nilai yang konstan. Terkadang suhu menjadi tinggi, terkadang suhu menjadi turun.
Akibat dari itu, tidak mungkin seorang manusia menyalakan dan mematikan kipas angin yang
sesuai dengan suhu saat itu.
Dari masalah diatas pada tugas akhir ini, dirancang sebuah simulator yang dapat
menyalakan motor dc sebagai kipas angin secara otomatis sekaligus mengatur level
kecepatan putaran dari kipas angin tersebut. Alat ini dibuat menggunakan sensor LM35
sebagai pendeteksi suhu dimana nilai suhu yang terbaca akan ditampilkan pada display LCD,
dan nilai tersebut adalah nilai yang terbaca dari sensor tersebut. Berdasarkan hasil pengujian
dan analisa data yang telah dilakukan, didapatkan hasil dimana sistem bekerja secara baik
dengan rata-rata persentase error yang diperoleh adalah sebesar 1,74%.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller simulasi
program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Bagaimana membuat rangkaian pengendali motor dengan sensor suhu LM35 dalam simulasi
proteus?
2. Bagaimana membuat program arduino yang menjalankan rangkaian pengendali motor
dengan sensor suhu LM35 dalam simulasi proteus?
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller simulasi
program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Rangkaian di buat dalam bentuk simulasi di ISIS proteus.
2. Bahasa pemrograman yang menjalankan rangkaian ini adalah Arduino.
Dasar Teori
Penggunaan motor DC dewasa ini sudah sangatlah umum, salah satu kelebihan motor
DC adalah relatif gampang didapat dan mudah diatur kecepatan putarnya. Secara umum
pengaturan kecepatan motor DC adalah dengan menggunakan cara analog. Dalam hal ini,
kecepatan motor DC akan diatur dengan pembacaan sensor suhu LM35.
A. Sensor Suhu LM35
1. Pengertian
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu
menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa
komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi
dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran
impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian
kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5
volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus
sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat
menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan
fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah
digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan
tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik
sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Gambar 2. Skematik Rangkaian Dasar Sensor
Gambar diatas kanan adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ.
Rangkaian ini sangat sedeCrhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang
terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout
= 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka
suhu terukur adalah 32 derajad Celcius. Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan
sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan
rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian
Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang tidak memerlukan
akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen
yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika
tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika
hal ini sepertinya benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi
penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang
demikian ini tidak dapat digunakan.
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan. Tegangan ideal yang keluar
dari LM35 mempunyai perbandingan 100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating)
kurang dari 0,1°C, dapat dioperasikan dengan menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka
(interface) rangkaian control yang sangat mudah.
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit
(IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki
koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi
kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
Vout=10 mV/oC
Tiap perubahan 1oC akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar 10mV
4. Kelebihan dan Kelemahan Sensors LM35
• Kelebihan:
a. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150 oC
b. Low self-heating, sebesar 0.08 oC
c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V
d. Rangkaian tidak rumit
e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal
• Kekurangan:
a. Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi
Artinya setiap 1 angka desimal mewakili tegangan sebesar 0,004887585 volt. Kemudian untuk besar
tegangan yang diwakili angka 512 dapat dihitung dengan cara
C. Driver Motor DC
Pada dasarnya beberapa aplikasi yang menggunakan motor DC harus dapat mengatur
kecepatan dan arah putar dari motor DC itu sendiri. Untuk dapat melakukan pengaturan
kecepatan motor DC dapat menggunakan metode PWM (Pulse Width Modulation) sedangkan
untuk mengatur arah putarannya dapat menggunakan rangkaian H-bridge yang tersusun dari
4 buah transistor. Tetapi dipasaran telah disediakan IC L293D sebagai driver motor DC yang
dapat mengatur arah putar dan disediakan pin untuk input yang berasal dari PWM untuk
mengatur kecepatan motor DC.
Jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat diatur kecepatannya tanpa dapat
mengatur arah putarnya, maka kita dapat menggunakan sebuah transistor sebagai driver.
Untuk mengatur kecepatan putar motor DC digunakan PWM yang dibangkitkan melalui fitur
Timer pada mikrokontroler. Sebagian besar power supply untuk motor DC adalah sebesar 12
V, sedangkan output PWM dari mikrokontroler maksimal sebesar 5 V. Oleh karena itu
digunakan transistor sebagai penguat tegangan. Dibawah ini adalah gambar driver motor DC
menggunakan transistor.
void loop() {
lcd.setCursor(0, 1);
tempC = analogRead(tempPin);
tempC = (5.0 * tempC * 100.0)/1024.0;
hasil=(int)tempC;
sprintf(a,"Suhu=%d",hasil);
lcd.print(a);
// Serial.println(tempC);
if(hasil>24 && hasil<31){
analogWrite(pwm,128);
analogWrite(Tr1,128);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
analogWrite(Tr4,252);
digitalWrite(13,LOW);
}
else if(hasil>30){
digitalWrite(Tr1,HIGH);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,HIGH);
digitalWrite(13,LOW);
}
else
{
digitalWrite(13,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(13,LOW);
delay(500);
digitalWrite(Tr1,LOW);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,LOW);
}
}
7. Compile program dan coppy alamat file yang formatnya hex
8. Buka lagi proteus yang sudah ada rangkaian sebelumnya dan paste alamat file yang
formatnya hex hasil compile program ke dalam component arduino yang ada di proteus.
9. Run rangkaian yang ada di proteus, amati kecepatan motor ketika suhu dinaikkan maupun
diturunkan.
Hasil Percobaan
Adapun hasil percobaan ketika rangkaian di jalankan:
Tabel 1. Hasil Percobaan
No. Suhu (C) Kecepatan Motor Kondisi LED
1 20 Tidak Berputar Berkedip
2 22 Tidak Berputar Berkedip
3 24 Tidak Berputar Berkedip
4 26 Berputar lambat Padam
5 28 Berputar lambat Padam
6 30 Berputar lambat Padam
7 32 Berputar cepat Padam
8 34 Berputar cepat Padam
9 36 Berputar cepat Padam
10 40 Berputar cepat Padam
Nb. Sesuai dengan program arduino