Anda di halaman 1dari 45

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH DASAR KESEHATAN REPRODUKSI KIA

OLEH:

MAHMUD RIZAL
NIM: 13.101.153

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT, karena atas

kehendak-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam

kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-

besarnya kepada kepada Ibu Surya Syarifuddin, SKM, M.Kes., selaku dosen

pengajar dan semua pihak yang telah membantu memberikan masukan, saran-

saran positif dalam pembuatan makalah, sehingga penulis dapat merampungkan

serta menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan

Reproduksi KIA dan bertujuan untuk dapat memberikan informasi kepada para

pembaca tentang KB, ASI Ekslusif, Kemandulan, dan Menopause.

Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Makassar, Agustus 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
A. Pengertian KB.........................................................................................6
B. Jenis-jenis alat kontrasepsi......................................................................7
C. Pengertian ASI Ekslusif..........................................................................11
D. Manfaat ASI Ekslusif..............................................................................12
E. Komposisi ASI........................................................................................15
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI Ekslusif.......16
G. Kemandulan............................................................................................22
H. Penyebab infertilitas................................................................................23
I. Penyebab infertilitas sekunder................................................................26
J. Faktor penyebab infertilitas dari segi psikologis.....................................27
K. Menopause..............................................................................................29
L. Mekanisme koping dalam menghadapi menopause................................33
BAB III PENUTUP............................................................................................37
Kesimpulan...................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia sejak zaman dahulu telah dipakai obat dan jamu yang
maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal
ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam
masyarakat Hindu Bali sejak dulu hanya ada nama untuk empat orang anak,
mungkin suatu cara untuk manganjurkan supaya pasangan suami istri
mengatur kelahiran anakany sampai empat.
Di Indonesia Keluarga Berencana modern mulai dikenal pada tahun
1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh
masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember
1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI). Bergerak secara Silent operation membantu
masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI
adalah Pelopor Pergerakan Keluarga Berencana Nasional. Untuk menunjang
dalam rangka mencapai tujuan berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi
Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa kepala Negara Indonesia, maka
dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan dimasukkan
dalam program pemerintah. Sejak pelita I (1969) berdasarkan instruksi
Presiden nomor 26 Tahun 1968 yang dinamai Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah.
Angka pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat.
Permasalahan ini terjadi karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada
masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana (KB) yang dimulai
sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana

1
Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2004).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah
melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB)
menurut UU no 52 th 2009 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga) adalah upaya merencanakan perkawinan, mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Setya & Sujiyatini, 2009).
Sejauh ini untuk data pemberian informasi KB alamiah seperti Metode
Lendir Serviks, Metode Symtothermal, Metode Sistem Kalender (pantang
berkala), Metode Suhu Basal, dan Metode Amenorea Laktasi (MAL) belum
tercatat.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. Cara
kerja metode amenorea laktasi (MAL) yaitu menekan ovulasi atau menunda
kehamilan. Keuntungan metode amenorea laktasi (MAL) diantaranya
efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan), tidak
mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu
pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya. Sedangkan
keuntungan non kontrasepsi untuk bayi yaitu bayi mendapatkan kekebalan
pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi
yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal,
terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu formula.
Keuntungan untuk ibu yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengurangi resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dan
bayi (Saifuddin, dkk, 2010; Setya & Sujiyatini, 2011). Metode Amenorea
Laktasi (MAL) sangat berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri

2
selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan
mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai
wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan
sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-
benar sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami
menyumbang 40% dari angka kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada
istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya
semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut belum
dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang
menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi
sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).
Menopause dalam kehidupan seorang wanita merupakan suatu proses
yang alami dan sudah pasti akan terjadi. Ketika wanita memasuki masa
menopause yang umumnya terjadi pada usia sekitar 50 tahun akan terjadi
perubahan-perubahan biologis pada tubuhnya, khususnya hormon yang
dihasilkan oleh ovarium. Secara alami seorang wanita yang berusia 45-55
tahun, ovariumnya tidak lagi menghasilkan hormon estrogen dan hormon-
hormon lainnya. Hilangnya estrogen dan progesteron secara progresif selama
menopause meningkatkan resiko kesehatan wanita dan akan mempengaruhi
kualitas hidup seorang wanita.
Perubahan psikologis pada wanita menopause dapat berdampak pada
keadaan sosial yang dirasakannya, Keadaan sosial ekonomi juga
mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Keadaan sosial yang
dirasakan adalah takut kehilangan fungsi dan ekssistensi sebagai wanita, takut
tidak bisa memuaskan atau melayani suami, takut kehilangan kasih sayang
atau suami mencari wanita lain, tidak bisa tampil baik mendampingi suami
yang meningkat kariernya, minder ketemu orang, cenderung ingin dirumah
saja, merasa hidupnya kini tak mengandung harapan dan dilupakan orang
(Faisal, 2001).

3
Banyak keluhan yang di alami seorang wanita pada menopause.
Keluhan ini menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri seorang wanita,
sehingga wanita mempunyai persepsi tidak baik tentang menopause (Dewi,
Makiyah, 2005).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian KB?
2. Bagaimana jenis-jenis alat kontrasepsi?
3. Apa pengertian ASI Ekslusif?
4. Apa manfaat ASI Ekslusif?
5. Apa komposisi ASI?
6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI Ekslusif?
7. Apa itu kemandulan?
8. Apa penyebab infertilitas?
9. Apa penyebab infertilitas sekunder?
10. Bagaimana faktor penyebab infertilitas dari segi psikologis?
11. Apa itu menopause?
12. Bagaimana mekanisme koping dalam menghadapi menopause?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Secara umum penulisan makalah ini diperuntukkan bagi pembaca
sebagai tambahan wawasan untuk mengetahui tentang KB, ASI Ekslusif,
Kemandulan, dan Menopause.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar
mahasiswa mampu:
a. Mengetahui pengertian KB.
b. Memahami jenis-jenis alat kontrasepsi.
c. Mengetahui pengertian ASI Ekslusif.
d. Mengetahui manfaat ASI Ekslusif.

4
e. Mengetahui komposisi ASI.
f. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI
Ekslusif.
g. Memahami tentang kemandulan.
h. Mengetahui penyebab infertilitas.
i. Mengetahui penyebab infertilitas sekunder.
j. Mengetahui faktor penyebab infertilitas dari segi psikologis.
k. Memahami tentang menopause.
l. Memahami mekanisme koping dalam menghadapi menopause.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KB
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah
dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas. Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan
suatu inovasi baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal
pelaksanaan program KB, berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata
lain mandiri dalam program KB meminta masyarakat untuk berinisiatif serta
berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan
perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat
pelayanan KB.
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan
suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang
semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target
melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi
suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia
membayar untuk memenuhinya.
Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada
konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan
jenjang pelayanan. Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik
statis atau mobile (TKBK, Pusling) dan diselenggarakan oleh tenaga

6
professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat
kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan
yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan
KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna.
Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti
kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping,
dan berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau
bidan yang dilatih. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan.
Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat permanen, penggunaan alat
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas,
konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat dipercayai
untukencegah kehamilan.
Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
punya daya guna, aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi
terus-menerus dan efek sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret
mengenai jumlah konsumen yang harus menderita akibat komplikasi
pemakaian KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa banyak pengguna
KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah akseptor yang harus
drop – out.

B. JENIS–JENIS ALAT KONTRASEPSI


Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program
kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk
meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia
menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan
kelahiran.
Kontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu.
Metode kontrasepsi tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau
abstinesia. Cara KB dengan sistem kalender adalah mengatur kehamilan

7
dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat wanita dalam masa
subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau datang
bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum
menstruasi dan satu minggu sesudah menstruasi.
Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan
alat bantu kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat
bertemu walaupun terjadi ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan
cekcual. Pemakaian alat kontrasepsi masih menuai pro dan kontra di kalangan
masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun saat ini masyarakat telah
banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur kelahiran
anak.
Jenis-jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan adalah:
1. IUD (INTRA UTERINA DEVICE)
IUD (Intra Uterina Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
atau AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang halus
dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam rahim dengan
memakai alat khusus oleh dokter dan bidan yang sudah dilatih.
IUD adalah alat kecil
terdiri dari bahan
plastik yang lentur
yang dimasukkan ke
dalam rongga rahim,
dan harus diganti
apabila sudah dipakai
dalam masa tertentu. Kelebihan penggunaan IUD adalah sangat efektif
untuk mencegah kehamilan. Sedangkan kekurangan penggunaan IUD
adalah dapat menyebabkan pendarahan di luar siklus menstruasi yang
dialami wanita.
Cara kerja IUD, banyak yang berpendapat bahwa cara kerja dari
IUD ini adalah dengan menyulitkan bertemunya sperma dan sel telur.
Namun beberapa dokter muslim menjelaskan bahwa sifat kerja IUD

8
adalah mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam
Rahim (telah berbentuk zygot), sehingga dapat diartikan membunuh bayi
diusia dini. Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa penggunaan
IUD haram.
2. Kondom.
Kondom digunakan pada fenis pria untuk
mencegah sperma bertemu sel telur ketika
terjadi ejakulasi. Kondom berupa sarung karet
yang terbuat dari bahan lateks. Kelebihan
penggunaan kondom adalah mudah
digunakan dan tidak membutuhkan bantuan
medis untuk memakai. Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya
kebocoran cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom
tertentu.
3. KB Suntik.
KB Suntik dilakukan setiap 3 bulan sekali pada seorang wanita untuk
mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Kelebihan
menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu
banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi
yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian,
suntikan KB pada uji coba hewan bisa meningkatkan terjadi resiko kanker.
4. Pil KB.
Pil KB disebut juga kontrasepsi oral. Pil KB berisi hormon yang
menghambat pengeluaran sel telur. Keunggulan menggunakan Pil KB
adalah bisa mengatur kehamilan sekaligus efektif mencegah kanker
ovarium dan endometrium. Sedangkan kelemahan penggunaan pil KB
adalah harus diminum oleh wanita secara rutin. Bila tidak diminum secara
rutin dan disiplin maka kemungkinan hamil tetap terjadi.

9
5. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang
berbentuk kecil seperti karet elastis yang
ditanam dibawah kulit dan pemakaian alat
ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun.
Mekanisme implant bekerja ialah
mengeluarkan hormon yang mencegah
pelepasan ovum. Metode kontrasepsi ini
terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti
penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan implant adalah bisa
menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Selain itu, sejumlah kasus
melaporkan implant yang tertanam tidak berdiam di lengan namun
bergerak ke bagian tubuh terdekat lainnya.
Kontraindikasi penggunaan Implant: Pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak Pendarahan (spotting,
hipermenorea serta amenorea).
6. Diafragma
Diafragma atau cervical
cap berguna untuk
menutupi uterus sehingga
mencegah sperma
membuahi sel telur.
Metode ini tidak biasa di
Indonesia karena selain
mahal, pemasangannya
harus dengan tenaga medis dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi
angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi
dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan
7. Jeli, busa atau spons

10
Jeli termasuk alat kontrasepsi yang dipakai oleh wanita yang mengandung
spermisida (zat yang membunuh sel sperma) sehingga sperma gagal
memasuki uterus. Jeli saat ini jarang dipakai dalam metode kontrasepsi
karena tidak efektif mencegah kehamilan dan menimbulkan alergi pada
sebagian besar wanita yang memakai.
8. MOW (Metode Operatif Wanita)
Metode Operatif Wanita atau lebih dikenal dengan istilah tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela/operasi untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Dengan mengikat atau
memotong atau juga memasangkan cincin pada saluran telur, maka
pengeluaran sel telur akan menjadi terhambat. Akhirnya sel sperma tidak
akan bertemu dengan sel telur.
Berdasarkan cara atau metodenya, tubektomi ini dibedakan menjadi dua
yaitu minilaparotomi dan laparoskopi. Minilaparotomi adalah tindakan
operatif diagnostik atau klinik terapeutik dengan melakukan sayatan kecil
(1,5–3 sentimeter) pada dinding perut. sedangkan laparoskopi adalah
pemeriksaan rongga perut dengan peneropongan memakai alat melalui
sayatan pada dinding perut, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian
dengan udara atau gas ke dalamnya (KBBI daring).
9. MOP (Metode Operatif Pria)
Pada dasarnya Metode Operatif Pria atau vasektomi itu adalah proses
pengikatan saluran vas deferens. Saluran ini adalah saluran untuk
menyalurkan sel sperma. Dengan terikatnya saluran vas deferens, maka sel
sperma tidak akan sanggup melewati bagian yang sudah diikat tadi,
sehingga ketika cairan yang dikeluarkan sudah tidak berisi sel sperma.
akibatnya, tidak bisa lagi membuahi sel telur perempuan.

C. PENGERTIAN ASI EKSLUSIF


ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

11
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan

nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). 

Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan

memberikan   ASI   kepada   bayi   hingga   berusia   6   bulan tanpa   makanan   dan

minuman   lain,   kecuali   sirup   obat.   Setelah   usia   bayi   6   bulan, barulah   bayi

mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005). 

ASI   adalah   satu   jenis   makanan   yang   mencukupi   seluruh   unsur

kebutuhan   bayi baik   fisik,   psikologi,   sosial   maupun   spiritual.   ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta

anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan

(Hubertin, 2004).

ASI   adalah   sebuah   cairan   ciptaan   Allah   yang  memenuhi   kebutuhan

gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.

Keseimbangan zat­zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan

air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.

Pada   saat   yang   sama   ASI   juga sangat   kaya   akan   sari­sari   makanan   yang

mempercepat   pertumbuhan   sel­sel   otak   dan perkembangan   sistem   saraf

(Yahya, 2007). 

D. MANFAAT ASI EKSLUSIF


Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu
formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu
yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI
dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan
dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).

12
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber
gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan
dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi
normal sampai usia 6 bulan.
Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat, tetapi
ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat
banyak melakukan penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi
penerima ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh
sesuai dengan rekomendasi pertumbuhan standar WHO-NCHS (Danuatmaja,
2003).
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat
tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi
baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat
mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari
ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi,
terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Selain itu,
ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja
bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas
(angka kematian) dan mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI
eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).
Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.
Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi
yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.
Lompatan pertumbuhan atau growt spourt sangat penting karena pada inilah
pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan tersebut hendaknya dimanfaatkan

13
oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna dengan cara memberikan
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal karena kesempatan itu bagi
seorang anak tidak akan berulang lagi (Danuatmaja, 2003).
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat,
dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus
yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient
khusus tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang
(Danuatmaja, 2003).
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan
optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian terhadap 1.000
bayi prematur membuktikan bayi prematur yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva (1977)
menunjukan bayi ASI eksklusif pada usia 9 tahun mempunyai IQ 12,9 poin
lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi eksklusif (Roesli,
2000).
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi
yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan
kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindung.
Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan
emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan
penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah
melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang
(Siswono, 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah
sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan
angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan menyusui dapat
menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui merupakan cara
kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI

14
eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan (Glasier, 2005).
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya
kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita
dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga
angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%.
Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu
dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini menunjukan
bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang
sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis, ekonomis,
murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).

E. KOMPOSISI ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu

bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun

berada ditempat   yang   suhu   udara   panas.   Kekentalan   ASI   sesuai   dengan

saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.

Hal   tersebut   yang   dapat menyebabkan   terjadinya   diare   pada   bayi   yang

mendapat   susu   formula. Komposisi   ASI yaitu   :   karbohidrat,   protein,

lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004).

Di   dalam   ASI   terdapat   laktosa,   laktosa   ini   merupakan   karbohidrat

utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar

laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang

ditemukan   pada susu   formula.   Kadar   karbohidrat   dalam   kolostrum   tidak

terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi

(7­14   hari   setelah melahirkan).   Setelah   melewati   masa   ini   maka   kadar

karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).

15
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein

ASI cukup   tinggi   dan   komposisinya   berbeda   dengan   protein   yang  terdapat

dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein

whey dan casein.

Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein  whey  yang lebih

mudah   diserap oleh   usus   bayi,   sedangkan   susu   formula   lebih   banyak

mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah

casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang

mengandung   protein   dalam   jumlah   yang tinggi   (80%)   (Badriul,   2008).

Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu taurin.

Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam

amino   ini   ditemukan   dalam   jumlah   cukup   tinggi   pada   jaringan   otak yang

sedang berkembang.

ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya

rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah

kadarnya setiap   kali   diisap   oleh   bayi   yang   terjadi   secara   otomatis.   Selain

jumlahnya yang mencukupi, jenis  lemak yang ada dalam ASI mengandung

lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan

sangat   mudah   dicerna   serta mempunyai   jumlah   yang   cukup   tinggi.   Dalam

bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid

acid merupakan komponen penting untuk meilinasi bayi (Hubertin, 2004).

Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,

vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.

Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C

terdapat   dalam   ASI.   Makanan   yang   dikonsumsi   ibu   berpengaruh   terhadap

kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam

16
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

F. FAKTOR­FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKBERHASILAN ASI EKSKLUSIF

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat

bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja,

2003).
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal­hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak

melakukan inisiasi   menyusui   dini   2)   menjadwal   pemberian   ASI   3)

memberikan   minuman prelaktal   (bayi   diberi   minum   sebelum   ASI

keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4) kesalahan pada

posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008).

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau

perut   ibu segera   setelah   dilahirkan   dan   membiarkan   bayi   mencari

puting   ibu   kemudian menghisapnya   setidaknya   satu   jam   setelah

melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby

crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan

merangsang   pengeluaran   ASI   dari   payudara.   Dan   apabila   tidak

melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi

ASI (Maryunani, 2009).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui

paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk

pada   malam   hari,   minimal   8 kali   sehari.   Produksi   ASI   sangat

17
dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui

biasanya   produksi   ASI   akan   berkurang.   Produksi   ASI   juga   dapat

berkurang   bila   menyusui   terlalu   sebentar.   Pada   minggu   pertama

kelahiran sering kali

bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang

bayi   supaya   tetap menyusui   dengan   cara   menyentuh   telinga/telapak

kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,

air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini

tidak   boleh   dilakukan   karena selain   menyebabkan   bayi   malas

menyusui,   bahan   tersebut   mungkin   menyebabkan reaksi   intoleransi

atau alergi. Apabila bayi malas  menyusui maka produksi ASI dapat

berkurang,   karena   semakin   sering   menyusui   produksi   ASI   semakin

bertambah (Danuatmaja, 2003).

Meskipun   menyusui   adalah   suatu   proses   yang   alami,   juga

merupakan keterampilan   yang   perlu   dipelajari.   Ibu   seharusnya

memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi

menyusui  dan   perlekatan  yang   baik  sehingga bayi   dapat   menghisap

secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya

ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat

akan mendorong   keluarnya   ASI   dan   dapat   mencegah   timbulnya

berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006). 
b. Pekerjaan/aktifitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

mendapatkan penghasilan   guna   memenuhi   kebutuhan   hidupnya.

Wanita   yang   bekerja   seharusnya diperlakukan   berbeda   dengan   pria

18
dalam   hal   pelayanan   kesehatan   terutuma   karena wanita   hamil,

melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya

manusia   harus   sudah   sejak   janin   dalam   kandungan   sampai   dewasa.

Karena   itulah wanita   yang   bekerja   mendapat   perhatian   agar   tetap

memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).

Beberapa   alasan   ibu   memberikan   makanan   tambahan   yang

berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak

ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti

melahirkan singkat (Mardiati, 2006).

Cuti melahirkan di Indonesia rata­rata tiga bulan. Setelah itu,

banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena

ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan

ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah

yang   diperah   minimum   2   kali   selama   15   menit.   Yang   dianjurkan

adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin

banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan

program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
c. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap 

suatu objek tertentu.

Pengetahuan   merupakan   domain   yang   sangat   penting   dalam

membentuk   tindakan seseorang.   Pengetahuan   akan   memberikan

pengalaman   kepada  ibu  tentang   cara  pemberian   ASI  eksklusif  yang

baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.

19
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara

sukarela   ddan   penuh rasa   percaya   diri   untuk   mampu   menyusui

bayinya.  Pengalaman  ini  akan  memberikan pengetahuan,  pandangan

dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah menyusui

(Erlina, 2008).

Akibat   kurang   pengetahuan   atau   informasi,   banyak   ibu

menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI .

Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika

merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak

pula   petugas   kesehatan   tidak   memberikan   informasi   pada ibu   saat

pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005). 

Untuk   dapat   melaksanakan  program   ASI  eksklusif  ,  ibu   dan

keluarganya   perlu menguasai   informasi   tentang   fisiologis   laktasi,

keuntungan   pemberian   ASI,   kerugian pemberian   susu   formula,

pentingnya   rawat   gabung,cara   menyusui   yang   baik   dan benar,   dan

siapa   harus   dihubungi   jika   terdapat   keluhan   atau   masalah   seputar

menyusui.

d.  Kelainan pada payudara 

Tiga   hari   pasca   persalinan   payudara   sering   terasa   penuh,

tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada

pembuluh   darah   di   payudara sebagai   tanda   ASI   mulai   banyak

diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui

ibu   pasti   akan   berhenti   memberikan   ASI   padahal   itu menyebabkan

payudara   mengkilat   dan   bertambah   parah   bahkan   ibu   bisa   menjadi

demam (Roesli, 2000). 

20
Jika   terdapat   lecet   pada   puting   itu   terjadi   karena   beberapa

faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya

menghisap pada   putting.   Padahal   seharusnya   sebagian   besar   areola

masuk kedalam mulut bayi.

Puting   lecet   juga   dapat   terjadi   pada   akhir   menyusui,   karena

bayi   tidak   pernah melepaskan   isapan.   Disamping   itu,   pada   saat   ibu

membersihkan   puting   menggunakan alkohol   dan   sabun   dapat

menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui

karena sakit (Maulana, 2007).

e. Kondisi kesehatan ibu

Kondisi   kesehatan   ibu   juga   dapat   mempengaruhi   pemberian

ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI

sama   sekali,   misalnya dokter   melarang   ibu   untuk   menyusui   karena

sedang   menderita   penyakit   yang   dapat membahayakan   ibu   atau

bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat,

ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah

Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).

Faktor   kesehatan   ibu   yang   menyebabkan   ibu   memberikan

makanan tambahan pada bayi 0­6 bulan adalah kegagalan menyusui

dan   penyakit   pada   ibu.   Kegagalan ibu   menyusui   dapat   disebakan

karena   produksi   ASI   berkurang   dan   juga   dapat disebabkan   oleh

ketidakpuasan   menyusui   setelah   lahir   karena   bayi   langsung   diberi

makanan tambahan.

2. Faktor Eksternal 

a. Faktor petugas kesehatan

21
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang

melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang

komprehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi

ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap

dan   pengetahuan   petugas   kesehatan   adalah   faktor penentu   kesiapan

petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan

kesehatan   dan   tenaga   kesehatan   juga   mempengaruhi   kegiatan

menyusui (Arifin, 2004). 

Perilaku   tenaga   kesehatan   biasanya   ditiru   oleh   masyarakat

dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam

setiap   tumbuh   kembangnya sangatlah   penting   untuk   mendukung

keberhasilan   ibu   dalam   menyusui   bayinya   (Elza, 2008).   Selain   itu

adanya  sikap ibu  dari petugas  kesehatan  baik yang  berada di  klinis

maupun   di   masyarakat   dalam   hal   menganjurkan   masyarakat   agar

menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0­6 bulan dan dilanjutkan

sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan

dalam   hal   memberikan   penyuluhan kepada   masyarakat   yang   luas

(Erlina, 2008). 

b. Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga dapat  mempengaruhi  pemberian

ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika

ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang

terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor   kesehatan   bayi   adalah   salah   satu   faktor   yang   dapat

menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara

lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang

22
menyebakan   bayi   menciptakan   tekanan   negatif pada   rongga   mulut,

masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi

menjadi   rewel   atau   sering   menangis   baik   sebelum   maupun   sesudah

menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi

menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)

c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun   mendapat   predikat   The   Gold   Standard,   makanan

paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi

kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang

masa,   investasi   rendah).   Sejarah menunjukkan   bahwa   menyusui

merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari

kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula

menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

Seperti   di   Indonesia   sekitar   86%   yang   tidak   berhasil

memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan

susu formula kepada bayinya.

Hal   ini   dapat   dilihat   dari   meningkatnya   penggunaan   susu

formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997

menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).

d. Keyakinan 

Kebiasaan   memberi   air   putih   dan   cairan   lain   seperti   teh,   air

manis,   dan   jus kepada   bayi   menyusui   dalam   bulan­bulan   pertama

umum dilakukan.  Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia

sebulan.   Riset   yang   dilakukan   di   pinggiran   kota Lima,   Peru

menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan

pertama.   Penelitian   di   masyarakat   Gambia,   Filipina,   Mesir,   dan

23
Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air

manis   dan/atau   teh.   Nilai budaya   dan   keyakinan   agama   juga   ikut

mempengaruhi   pemberian   cairan   sebagai minuman   tambahan   untuk

bayi.   Dari   generasi   ke   generasi   diturunkan   keyakinanbahwa   bayi

sebaiknya   diberi   cairan.   Air   dipandang   sebagai   sumber   kehidupan,

suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

G. KEMANDULAN
1. Defenisi Kemandulan
Kemandulan atau lebih dikenal istilah infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun
berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi
(Strigh B, 2005 : 5).
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama

secara   teratur   2­3   kali   seminggu,   tanpa   memakai   metode   pencegahan

belum mengalami kehamilan selama satu tahun (Mansjoer, 2004 : 389). 

2. Jenis infertilitas

Jenis   infertilitas   ada   dua   yaitu   infertilitas   primer   dan   infertilitas

sekunder. Infertilitas   primer   adalah   kalau   istri   belum   pernah   hamil

walaupun   bersanggama   tanpa usaha   kontrasepsi   dan   dihadapkan   pada

kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.

Infertilitas   sekunder   adalah   kalau   isrti   pernah   hamil,   namun

kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha

kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua

belas bulan. 

24
H. PENYEBAB INFERTILITAS
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga 

masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan

oleh faktor kombinasi.

1. Infertilitas pada wanita 

a. Masalah vagina

Infeksi   vagina   seperti   vaginitis,   trikomonas   vaginalis   yang

hebat   akan menyebabkan   infeksi   lanjut   pada   portio,   serviks,

endometrium   bahkan   sampai   ke   tuba yang   dapat   menyebabkan

gangguan   pergerakan   dan   penyumbatan   pada   tuba   sebagai organ

reproduksi   vital   untuk   terjadinya   konsepsi.   Disfungsi   seksual   yang

mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam,

yang secara  nyata dapat mengurangi daya hidup sperma (Stright  B,

2005 : 60).

b. Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal

terjadi   selama periode   praovulatori   dan   ovulatori   yang   membuat

lingkungan   serviks   kondusif   bagi   daya hidup   sperma   misalnya

peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi (Stright B, 2005, hal.

60).

c. Masalah uterus

Nidasi   ovum   yang   telah   dibuahi   terjadi   di   endometrium.

Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus.

Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma

25
uterus   atau   leiomioma,bekas   kuretase   dan   abortus septik.   Kelainan­

kelainan  tersebut  dapat mengganggu implantasi,  pertumbuhan,nutrisi

serta oksigenisasi janin (Wiknjosastro, 2002 : 509).

d. Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses

kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita

tersebut,   maka   dapat menghambat   pergerakan   ovum   ke   uterus,

mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang

telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari

banyak  penyebab  infertilitas.   Sumbatan  tersebut  dapat   terjadi   akibat

infeksi, pembedahan   tuba   atau   adhesi   yang   disebabkan   oleh

endometriosis   atau   inflamasi   (Hall et   all.   1974).   Infertilitas   yang

berhubungan dengan  masalah  tuba ini  yang paling menonjol  adalah

adanya   peningkatan   insiden   penyakit   radang   panggul   (pelvic

inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang

memblok kedua tuba fallopi.

e. Masalah ovarium

Wanita   perlu   memiliki   siklus   ovulasi   yang   teratur   untuk

menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan

dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi.

Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas

yaitu   kista   atau   tumor   ovarium,   penyakit   ovarium   polikistik,

endometriosis, atau   riwayat   pembedahan   yang   mengganggu   siklus

ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara

hyperprolaktinemia   dan   tingginya   tingkat   stress diantara   pasangan

yang mempengaruhi fungsi hormone. (Handersen C & Jones K, 2006

26
: 86).

2. Infertilitas pada pria

a. Faktor koitus pria

Faktor­faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas

abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual.

Kelainan anatomi yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak

adanya   vasdeferens   kongenital,   obstruksi vasdeferens   dan   kelainan

kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis  abnormal dapat terjadi

akibat   orkitis   karena   mumps,   kelainan   kromosom,   terpajan   bahan

kimia, radiasi atau varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009 : 680).

b. Masalah ejakulasi 

Ejakulasian   retrograde   yang   berhubungan   dengan   diabetes,

kerusakan saraf, obat­obatan atau trauma bedah.

c. Faktor lain

Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau 

semen adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress,

nutrisi yang tidak adekuat, asupan alkohol berlebihan dan nikotin.

d. Faktor pekerjaan 

Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah 

temperature tubuh, Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada 

pria dengan jenis pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas pemadam 

kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh (Henderson C & Jones K, 

2006 : 89). 

3. Masalah interaktif

Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap

pasangan meliputi   :   frekuensi   sanggama   yang   tidak   memadai,   waktu

27
sanggama yang buruk, perkembangan antibody terhadap sperma pasangan

dan   ketidakmampuan   sperma   untuk melakukan   penetrasi   ke   sel   telur

(Stritgh B, 2005 : 61).

I. PENYEBAB INFERTILITAS SEKUNDER

Masalah   pada   infertilitas   sekunder   sangat   berhubungan   dengan

masalah pada pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan

dengan   infertilitas sekunder   menemukan   penyebab   masalah   kemandulan

sekunder tersebut, dari kombinasi berbagai faktor meliputi:

1. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. 

Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti 

mengalami haid yang teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi 

seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk 

menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.

Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan 

menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 

tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for 

Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 

tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25-34 tahun 

menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun. 

Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan

kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang 

hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian

28
mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun mampu 

menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia 

dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi 

kualitas sperma (Kasdu, 2001:63). 

2. Masalah reproduksi

Masalah   pada   system   reproduksi   dapat   berkembang   setelah

kehamilan   awal bahkan,   kehamilan   sebelumnya   kadang­kadang

menyebabkan   masalah   reproduksi   yang   benar­benar   mengarah   pada

infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan dengan operasi

caesar,   dapat   menyebabkan   jaringan   parut   yang   mengarah   pada

penyumbatan   tuba.   Masalah   lain   yang   juga   berperan   dalam   reproduksi

yaitu   ovulasi tidak   teratur,   gangguan   pada   kelenjar   pituitary   dan

penyumbatan saluran sperma.

3. Faktor gaya hidup

Perubahan   pada   faktor   gaya   hidup   juga   dapat   berdampak   pada

kemampuan   setiap pasangan   untuk   dapat   menghamili   atau   hamil   lagi.

Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan

ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam

tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga

secara   berlebihan   juga   dapat   meningkatkan   suhu   tubuh   mereka, yang

mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang

ketat juga mempengaruhi motilitas sperma (Kasdu, 2001:66). 

J. FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DARI SEGI PSIKOLOGIS

Kesuburan   wanita   secara   mutlak   dipengaruhi   oleh   proses­proses

fisiologis dan anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi

29
internal yang mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu

merupakan satu unit psikosomatis  yang selalu dipengaruhi oleh bermacam­

macam   faktor   psikis   dan   faktor organis   atau   fisis.   Kesulitan­   kesulitan

psikologis   ini   berkaitan   dengan   koitus   dan kehamilan,   yang   biasanya

mengakibatkan ketidakmampuan wanita menjadi hamil. 

Pengalaman­pengalaman  membuktikan,  bahwa unsur ketakutan serta

kecemasan berkaitan   dengan  fungsi  reproduksi  yang   menimbulkan   dampak

yang merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan

bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah ketakutan­ketakutan

yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar, yang infantile atau kekanak­

kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74). 

Penelitian   kedokteran   juga   menemukan   bahwa   peningkatan   kadar

prolaktin   dan kadar   Lutheinizing   Hormon   (LH)   berhubungan   erat   dengan

masalah   psikis.   Kecemasan dan   ketegangan   cenderung   mengacaukan   kadar

LH, serta kesedihan dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar

prolaktin   yang   tinggi   dapat   mengganggu pengeluaran   LH   dan   menekan

hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001 :

70).

Pasangan   suami   istri   yang   mengalami   infertilitas   sering   kali

mengalami perasaan tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat

jatuh pada keadaan depresi, cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan

yang   dialami   para   wanita   tersebut timbul   sebagai   akibat   dari   hasil

pemeriksaan,   pengobatan   dan   penanganan   yang   terus menerus   tidak

membuahkan hasil. Hal inilah yang mengakibatkan wanita merasa kehilangan

kepercayaan diri serta perasaan tidak enak terhadap diri sendiri, suami dan

keluarga ataupun lingkungan dimana wanita itu berada. 

30
Keadaan   wanita   yang   lebih   rileks   ternyata   lebih   mudah   hamil

dibandingkan dengan   wanita   yang   selalu   dalam   keadaan   stres.   Adapun

perasaan   tertekan   atau   tegang yang   dialami   wanita   tersebut   berpengaruh

terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan kelenjar otak yang mengirimkan

sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon

stress yang terlalu banyak keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan

yang berlebihan pada jantung dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. 

Kelebihan   hormon   stres   juga   dapat   mengganggu   keseimbangan

hormon,   sistem   reproduksi   ataupun   kesuburan.   Pernyataan   ini   seperti

dikemukakan   oleh Mark   Saver   pada   penelitiannya   tahun   1995,   mengenai

Psychomatic   Medicine  yang menjelaskan   bahwa   wanita   dengan   riwayat

tekanan   jiwa   kecil   kemungkinan   untuk   hamil dibandingkan   dengan   wanita

yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena wanita tersebut mengalami

ketidakseimbangan  hormon (hormon estrogen). Kelebihan  hormon estrogen

akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron untuk tidak berproduksi

lagi   karena   kebutuhannya   sudah   mencukupi.   Akibatnya   akan   terjadi

kekurangan hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses terjadinya

ovulasi (Kasdu, 2001 : 72). 

K. MENOPAUSE
1. Pengertian menopause
Menopause merupakan kata yang berasal dari yunani yang artinya
“bulan” dan “penghentian sementara” yang secara medis istilah
menopause berarti “menocease” berdasarkan definisinya menopause itu

31
berhentinya masa menstruasi, bukan istirahatnya masa menstruasi
(Rosetta, 1993).
Menopause adalah dimana titik menstruasi yang dihadapi wanita
ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita
menimbulkan rasa cemas dan risau sementara bagi yang lain menimbulkan
rasa percaya diri (Bobak, dkk, 2004).
Menopause bagi seorang wanita adalah berakhirnya masa subur
dan wanita tidak mendapatkan menstruasi lagi yang di dahului oleh suatu
stadium transisis, suatu fase dimana menstruasi mulai terganggu dan
kemudian untuk selamanya berhenti yang disebut masa “klimakterium”
(Aisyah, Tarmizi, 1978).
Berdasarkan pengertian menopause diatas yang sudah diuraikan,
maka dapat disimpulkan bahwa menopause suatu peristiwa yang ditandai
dengan berhentinya haid pada perempuan yang dialami pada umur antara
45 sampai 55 tahun, yang diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen.
2. Tanda gejala menopause
a. Gejala fisik
Gejala fisik yang pada umumnya merasa panas atau hot flashes,
terjadi pada saat dan berlangsung sampai haid benar – benar berhenti,
Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh
darah wajah, leher, dada dan punggung. Kulit menjadi merah dan
hangat disertai keringat yang berlebihan. Hot flashes dialami oleh
sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan hot flashes dialami
selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita mengalaminya sampai
lebih dari 5 tahun. Hot flashes berlangsung selama 25 - 30 menit
(Levina, 1996).
Astika (2010) menyebutkan masalah organis meliputi: Wajah
terasa panas, merah-merah di tubuh bagian atas, banyak keringat, dan
pusing; Jantung sering berdebar; Frekwensi haid tidak teratur sejak
beberapa tahun menjelang menopause; 40% mengalami insomnia
berupa kesulitan untuk mulai tidur, terbangun dan lama tidak bisa tidur

32
lagi, terbangun malam sehingga mengantuk di siang hari. Vertigo
(pusing kepala sebagian), cepat lelah; Menumpuknya lemak pada
bagian pinggul dan perut; Perubahan tekstur kulit, kerutan kulit, dan
terkadang disertai dengan jerawat.
b. Gejala seksual
Gejala seksualitas pada wanita menopause, akibat dari
terjadinya kekurangan estrogen sehingga vagina yang menjadi kering
karena penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga ketika
melakukan hubungan seksual bisa timbul nyeri, nyeri ini bertambah
buruk apabila hubungan seks makin jarang dilakukan, serta pada
wanita menopause merasakan perasaan terbakar, gatal, sering
keputihan, dan berkurangnya gairah seksnya (libido) (Retnowati,
2001).
c. Gejala psikis dan emosional
Gejala psikis dan emosional menimbulkan perubahan psikis
yang berat yaitu kelelahan, mudah tersinggung, susah tidur dan
gelisah. Bisa disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen.
Berkeringat pada malam hari menyebabkan gangguan tidur sehingga
kelelahan semakin memburuk dan semakin mudah tersinggung, sulit
berkonsentrasi dan mudah lupa (Levina, 1996).
Astika (2010) menyebutkan masalah psikologis meliputi:
Mudah marah; Gelisah, depresi; Sulit konsentrasi; Adanya kekecewaan
karena merasa dirinya menjadi tua dan tidak menarik lagi.
levina (1996) mengatakan bahwa wanita menopause sering
mengalami masalah yang di rasakan. Berkurangnya nafsu makan, sulit
tidur dan tidak ada perasaan segar. Kondisi tersebut yang dapat
mengakibatkan keinginan seks semakin menurun.
d. Gejala sosial ekonomi
Pada gejala sosial ekonomi juga mempengaruhi faktor fisik,
kesehatan dan pendidikan. Keadaan sosial yang dirasakan adalah takut
kehilangan fungsi dan ekssistensi sebagai wanita, takut tidak bisa

33
memuaskan atau melayani suami, takut kehilangan kasih sayang atau
suami mencari wanita lain, tidak bisa tampil baik mendampingi suami
yang meningkat kariernya, minder ketemu orang, cenderung ingin
dirumah saja (Faisal, 2001).
Pada wanita menopause yang sangat merasakan gejala social
ekonomi, banyak dirasakan pada wanita dengan status ekonomi
menengah keatas karena mereka lebih memperhatikan kondisinya
(Dewi, Makiyah, 2005).
Nugraha (2007) menyebutkan masalah kebudayaan juga sangat
berpengaruh. Karena ada sebuah kebudayaan yang menganggap wanita
menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan
dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.
3. Perubahan masa menopause
a. Fisik
Ketika seseorang wanita memasuki masa menopause, fisik
mengalami ketidak nyamanan seperti kaku dan linu yang dapat terjadi
secara tiba-tiba disekujur tubuh, keadaan ini menimbulkan pancaran
panas (hot flashes) merupakan perasaan panas yang muncul sebentar
dan membuat wajah serta leher memerah. Selain itu, bisa juga
menyebabkan munculnya bintik merah di dada, punggung dan lengan.
Kondisi ini kemungkinan diikuti oleh keringat dan perasaan dingin.
Intensitas kilas panas berbeda-beda dan umumnya bertahan antara 30
detik hingga 10 menit (Spencer, 2006).
Pada masa menopause ketidakteraturan siklus haid tanda paling
umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul
tepat waktu tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini
sering disertai dengan jumlah darah sangat banyak, tidak seperti
volume darah haid yang normal dan mengakibatkan terjadi perubahan
fisik (Ibrahim, 2002).
Pada wanita yang mengalami menopause perubahan yang
sangat mudah di ketahui adalah perubahan fisik yang disebabkan oleh

34
keseimbangan hormonal ketika wanita meengalami menopause
meliputi gelora panas (hot flashes), berkeringat pada malam hari,
kekeringan pada daerah vagina, terjadi perubahan dikulit, hilangnya
masa tulang (osteoporosis), perubahan pada payudara dan
meningkatnya kerentanan emosional. Serta terjadinya kenaikan berat
badan ( Rita, 1994).
Kondisi fisik yang menyertai wanita menopause antara lain
menipisnya otot vagina, berkurangnya cairan vagina, menurunnya
elastisitas vagina, dan berkurangnya keasamannya. Serta gejala psikis
juga menyertai pada wanita menopause diantaranya mendapatkan rasa
panas dalam tubuhnya, perasaan mudah cemas, dan mudah berkeringat
dan wanita yang mengalami menopause mempunyai kelebihan yang
dirasakan yaitu dengan wanita mengalami menopause berarti kondisi
tubuh menjadi bersih dan kemampuan untuk menjalankan ibadah
agama dengan penuh serta ketenangan ( Dwia, 1999).
b. Psikis
Perubahan psikis pada wanita menopause juga menjadi berat,
akibat dari perubahan seks. Kurangnya aliran darah pada otak
megakibatkan perubahan kongnitif diantaranya sulit berkonsentrasi
dan muda lupa, perubahan ini terlihat saat wanita menglami
menopause mengalami kemunduran dalam mengingat (Ali Baziad,
2003).
Pada wanita menopause sering mengalami gangguan psikologis
diantaranya gangguan penurunan daya ingat dan mudah tersinggung,
insomnia (susah tidur), depresi (rasa cemas), mudah curiga (Emi &
Proverawati, 2010).
Perubahan psikologis wanita menopause adalah kecemasan,
tapi kecemasan yang dialami wanita menopause sangat relatif, artinya
ada orang cemas dan tenang kembali, namun ada yang terus-menerus
cemas. Apa bila rasa cemas itu tidak di tanggulangi maka akan

35
mempengaruhi gairah seksual wanita tersebut dan mengakibatkan
penurunan kenikmatan serat kepuasan seksual (Puspita, 2007).
c. Seksualitas
Pada wanita menopause terjadi perubahan seksualitas,
perubahan yang terjadi adalah hilangnya gairah seksualitas (penurunan
libido) yamg dialami wanita menopause. Akibat kekurangan estrogen,
vagina menjadi kering dan mudah cidera sehingga terasa sakit saat
senggama. Ada wanita yang mengatakan bahwa mereka tidak
merasakan kehidupan seksualitas sepositif ini semasa menopause.
Banyak juga yang mengatakan bahwa semua itu lebih berkaitan
dengan hubungan suaminya dari pada menopausenya (Widianto,
Rostianawati, 1992).
Perubahan hasrat seks mengalami penurunan pada masa
premenopause. Ketika sesudah menopause, banyak wanita yang
meningkat seksnya karena merasa tidak khawatir akan adanya
kehamilan yang tidak diinginkan (Hutapea, 2005).

L. MEKANISME KOPING DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE


Wanita menopause dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik
maupun kejiwaan pada masa menopause, diperlukan kesiapan dalam
menyadari bahwa menopause merupakan hal yang sifatnya alamiah dimana
semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif
dan pendidikan tentang masa menopause, sehingga wanita lebih bisa
menerima keadaannya (Nugraha, 2007). Pada wanita yang akan menghadapi
menopause terutama wanita-wanita maya umumnya menanti-nantikan
menopause, hendaknya tidak disepelekan pada pengaruh menopause secara
fisik pada tubuh.
Sehubungan kesehatan yang baik dalam mempersiapkan masa transisi
maka wanita yang akan menghadapi menopause harus makanan yang sehat
serta makan - makanan yang mengandung fitoestrogen seperti kacang-
kacangan, buah pepaya, bengkuang. Hindari makanan yang instan, istirahat

36
yang cukup, dan olahraga yang bersahaja, olahraga teratur serta terapkan pola
hidup sehat (Kartika, 2010).
Persiapan pada masa menopause harus banyak berolahraga, rajin
mengkonsumsi suplemen kalsium, minum susu atau makan berkalsium tinggi,
biarkan kulit tangan dan kulit kaki terkena sinar matahari pagi setidaknya
setengah jam setiap hari, dan banyak melakukan aktifitas fisik seperti jalan
kaki dan lari pagi. Perbanyak permainan-permainan yang meningkatkan
memori otak seperti mengisi teka-teki silang, dan catur (Lannywati, 2009).
1. Olahraga
Wanita menopause butuh olah raga agar kondisi tubuh wanita
menopause menjadi sehat. Olahraga yang sifatnya aerobic atau menaikkan
denyut jantung seperti jalan, jogging, maupun renang akan sangat
membantu anda untuk merasa lebih nyaman. Lakukan olah raga ini
sebanyak 3 kali seminggu dengan intensitas yang sesuai untuk menaikkan
denyut jantung. Studi di AS menunjukan bahwa olahraga ini benar-benar
membantu meredakan gelajala perimenopause tersebut (Admin, 2008).
Olahraga penuh semangat yang teratur sangat berguna karena
membantu tubuh belajar mengatasi kelebihan panas dan mendinginkan
dengan lebih cepat. Cobalah juga langkah sederhana yaitu minum segelas
air dingin atau merendam tangan Anda di air dingin (Arimurti, 2005).
Pada wanita menopause olahraga sangat di haruskan, minimal 30
menit dalam sehari. Olahraga yang teratur dapat meningkatkan harapan
hidup dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.
Kegiatan ini dapat mengurangi resiko osteoporosis dan dapat
mengurangi atau memperbaiki gejala menopause (Emi & Proverawati,
2010).
2. Memerhatikan Makanan
Kebutuhan akan gizi (protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral) tidak berkurang sewaktu seorang wanita menginjak usia lanjut,
namun kebutuhannya akan kalori berkurang. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memakan - makanan yang mengandung gizi tinggi dan

37
menghindari makanan bergula dan berlemak yang "berkalori namun tidak
bergizi" (Maulana, 2005).
Pada keadaan wanita menopause harus menghindari makanan yang
dapat mengganggu kondisi tubuhnya. Makanan yang harus dihindari ialah
kopi, alkohol dan makanan pedas karena dari efek mananan tersebut yang
menggangu kesehatan dan meninggkatkan gejala menopause (Emi &
roverawati, 2010).
3. Mengatasi Pancaran Panas (Hot Flashes)
Kebanyakan wanita yang mengalami menopause akan merasakan
pancaran panas (Hot Flashes). Pancaran panas adalah gangguan. Akan
tetapi, bagi beberapa wanita, hal ini menjadi problem yang benar-benar
menyusahkan karena pancaran panas ini terjadi sangat sering atau terus-
menerus menggangu tidur mereka. Mengatasinya pertama jangan panik,
kedua usahakan menggunakan pakaian yang tidak dapat menimbulkan
pancaran panas serta berpakaian yang longgar dan ketiga usahakan jauhi
makanan yang dapat menimbulkan rasa panas (alkohol, kafein, gula, serta
makanan pedas dan banyak bumbu dapat merangsangnya, begitu pula
dengan merokok) (Arimurti, 2005).
4. Melakukan hobi
Hidup tanpa sesuatu yang menyenangkan rasanya hambar, maka
terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan
dan mengatasi ketegangan - ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada
menopause (Retnowati, 2001).
5. Cek Kesehatan
Keadaan wanita menopause harus melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin diantaranya screening test, sehingga pentingnya
bagi para wanita untuk tidak lupa melakukan cek menyeluruh yang di
mulai dari usia 25 tahun sampai dengan 64 tahun (Emi & Prowerawati,
2010).
Pengertian, serta pandangan yang cerah, sangat penting itulah yang
di butuhkan wanita menopause. Jadi seraya pasal baru dalam kehidupan

38
wanita menopause ini mendekat, sediakan waktu untuk memusatkan
pikiran pada minat-minat yang baru dan menantang, yang hendaknya tidak
disepelekan adalah pengaruh menopause secara fisik pada tubuh

39
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah
dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Jenis-jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan adalah IUD (Intra
Uterina Device); kondom; KB Suntik; pil KB; Implant; diafragma; Jeli, busa
atau spons; MOW (Metode Operatif Wanita); MOP (Metode Operatif Pria).
ASI   eksklusif   adalah   pemberian   ASI   selama   6   bulan   tanpa   makanan   dan

minuman   lain,   kecuali   sirup   obat.   Setelah   usia   bayi   6   bulan, barulah   bayi

mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai 2 tahun atau lebih.
Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang. Dan bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat
mengurangi perdarahan setelah melahirkan, menjarangkan kehamilan pada
ibu, mengurangi terjadinya kanker payudara dan kanker indung telur.
ASI  mengandung   sebagian  besar  air  sebanyak  87,5%, karbohidrat,  protein,

lemak, mineral,vitamin.

Faktor­faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan asi eksklusif adalah pada


faktor internal, yaitu: ketersediaan ASI, pekerjaan/aktifitas, pengetahuan,
kelainan payudara, kondisi kesehatan ibu. Dan pada faktor eksternal, yaitu:
faktor petugas kesehatan, kondisi kesehatan bayi, Pengganti ASI (PASI),
keyakinan, dan keyakinan.
Kemandulan atau lebih dikenal istilah infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual
sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B, 2005 : 5).

40
Penyebab   infertilitas   dapat   dibagi   menjadi   tiga   kelompok   :   satu   pertiga

masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan

oleh   faktor kombinasi. Penyebab infertilitas sekunder berhubungan dengan


usia, masalah reproduksi, dan faktor gaya hidup.
Faktor penyebab infertilitas dari segi psikologis adalah unsur ketakutan serta

kecemasan berkaitan  dengan   fungsi   reproduksi  yang  menimbulkan  dampak

yang merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan

bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah ketakutan­ketakutan

yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar, yang infantile atau kekanak­

kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74).
Menopause suatu peristiwa yang ditandai dengan berhentinya haid pada
perempuan yang dialami pada umur antara 45 sampai 55 tahun, yang
diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen.
Mekanisme koping dalam menghadapi menopause seperti olahraga,
memerhatikan makanan, mengatasi pancaran panas (Hot Flashes), melakukan
hobi, dan cek kesehatan.

41
DAFTAR PUSTAKA
1. Ridwan, 2012. “Definisi, Jenis, dan Contoh Alat Kontrasepsi serta
Keuntungan – Kekurangan”. [online],
http://ridwanaz.com/kesehatan/definisi-jenis-dan-contoh-alat-kontrasepsi-
serta-keuntungan-kekurangan/, diakses 3 Agustus 2015, pukul 03.00 wita.
2. Hadisome, 2011. “Tentang Tubektomi (1)”. [online],
https://tentangkb.wordpress.com/2011/10/08/tentang-tubektomi-1/, diakses
3 Agustus 2015, pukul 03.15 wita.
3. Hadisome, 2010. “KB Pria, apa saja sih?”. [online],
https://tentangkb.wordpress.com/2010/03/08/kb-pria-apa-saja-sih/ 3
Agustus 2015, pukul 03.30 wita.
4. Harahap. H, 2011. “Bab 2 Tinjauan Pustaka Asi Ekslusif”. [online],
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26924/4/Chapter
%20II.pdf, diunduh tanggal 3 agustus 2015, pukul 04.04 wita.
5. Purba. IH, 2011. “Bab II Tinjauan Pustaka A. Infertilitas.” [online],
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27266/4/Chapter
%20II.pdf, diunduh tanggal 3 agustus 2015, pukul 04.10 wita.
6. Admin, 2011. “Bab II Tinjauan Pustaka A. Pemahaman Menopause.”
[online], http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7346, diunduh
tanggal 3 agustus 2015, pukul 05.20 wita.

42

Anda mungkin juga menyukai