Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR

1.1. Dasar Perancangan


SNI – 03 – 1729 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
SKBI-1.3.53.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
AISC Steel Construction Manual 13th Edition.

1.2. Kriteria Desain


1.2.1. Gambaran Umum
Bangunan yang akan didesain adalah bangunan hanggar pesawat pribadi
1 lantai dimana material yang digunakan adalah baja. Bangunan hanggar
pesawat ini berdimensi 18x36 m dengan luas 648 m2 dan memiliki tinggi
10 meter.

1.2.2. Pembebanan dan Material


1.2.2.1. Pembebanan
Pembebanan yang akan dianalisis pada perancangan ini meliputi
pembebanan mati, hidup, angin, dan hujan.
1.2.2.2. Material
Material yang digunakan adalah sepenuhnya profil baja dimulai untuk
kolom, balok, atap, dan sambungannya.

1.3. Sistem Struktur


1.3.1. Struktur Rangka
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi kolom-kolom dan
balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur
beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal
yang berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya
ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.
1.4. Modelisasi
Perancangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu manual dan
dengan menggunakan komputer. Dalam analisis perhitungan secara manualnya
berpedoman pada SNI 03-1729-2002 dan AISC Steel Construction Manual
13th Edition. Struktur dimodelkan pada program SAP 2000 dengan analisa 2
dimensi pada perhitungan kuda-kuda. Konsep perhitungan menggunakan
LRFD (Load Factored Resistence Design).

1.5. Analisa Pembebanan


1.5.1. Beban Mati
Berat sendiri elemen struktur terdiri dari berat sendiri dari elemen
struktur kolom, balok, dan atap.
1.5.2. Beban Hidup
1.5.3. Kombinasi pembebanan
Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus
mampu memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
1,4D
1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W)
1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H)

Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan
layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin,
hujan, dan lain-lain.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh
orang dan benda bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W adalah beban angin.

1.6. Pengecekan Parameter Struktur


1.6.1. Batas Kemampuan Layan
Menurut SNI 03-1729-2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja
untuk bangunan gedung, sistem struktur dan komponen struktur harus
direncanakan untuk keadaan kemampuan-layan batas. Lendutan akibat
beban dalam keadaan kemampuan-layan batas harus ditentukan
berdasarkan metode analisis elastis pada Butir 7.4 dengan semua faktor
amplifikasi diambil sama dengan satu. Lendutan harus memenuhi Butir
6.4.3;

1.6.2. Batas Kelangsingan


Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka
perbandingan kelangsingan λ=Lk/r dibatasi sebesar 200. Untuk batang-
batang yang direncanakan terhadap tarik, angka perbandingan
kelangsingan L/r dibatasi sebesar 300 untuk batang sekunder dan 240
untuk batang primer.

1.7. Desain Struktur


Setelah bangunan dimodelkan dan dianalisis hasil serta dilakukan pengecekan
parameter struktur dan hasilnya memenuhi, selanjutnya dilakukan desain
sambungan.
BAB 2
MODELISASI STRUKTUR
BAB 3
PERENCANAAN GORDING

Perhitungan atap dibagi menjadi beberapa klasifikasi perencanaan


yaituperencanaan gording, perencanaan kuda-kuda, dan perencanaan
sambungan. Secara umum, material yang digunakan untuk penutup atap adalah
baja dengan kualitas A-36. Kualitas material diseragamkan dalam penggunaan
gording, kuda-kuda, dan sambungan.

3.1. Gambar Desain Rencana Gording

Gambar . Desain Kuda-Kuda

Desain kuda-kuda (seperti pada gambar di atas) yang akan direncanakan yaitu
merupakan tipe Modified Fan (triple fans) yang pada umumnya memiliki
bentang 44 – 60 ft atau sekitar 13 – 18 meter. Desain kuda-kuda ini dirancang
sebagai rangka penutup pada bangunan hanggar pesawat pribadi yang memiliki
dimensi 18 x 36 m, yang desain denahnya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar . Desain Rencana Bangunan Hanggar Pesawat Pribadi

3.2. Spesifikasi Umum Perencanaan


 Baja
Mutu Baja : A-36
Modulus Elastisitas ( E ) : 200 GPa
Modulus Geser ( G ) : 79,3 GPa
Poisson Ratio ( μ ) : 0,26
Koefisien Pemuaian ( α ) : 12 x 10-6/oC
Tegangan Leleh ( σy ) : 250 Mpa
Tegangan Dasar ( σ ) : 152 Mpa
Tegangan Putus ( fu ) : 400 – 550 MPa
Tegangan Geser ( τ ) : 92.8 Mpa

 Gording
Jenis Profil : Profil Kanal C 6 x 13
Acuan : AISC Steel Construction Manual,13th
Edition
Jarak Antar Gording : 1,64 m
H (web channal) 15,240 cm
bf (flange channal) 5,486 cm
t1 (web thickness) 1,11 cm
t2 (flange thickness) 0,871 cm
Section area (A) 24,581 cm2
Mass per metre (W) 19,296 kg/m
Moment of inertia Ix 720,080 cm4 Iy 43,704 cm4
Radius of gyration rx 5,410 cm ry 1,331 cm
Plastic modulus Zx 119,462 cm3 Zy 22,123 cm3
Elastic modulus Sx 94,717 cm3 Sy 10,455 cm3
Torsional constant J 9,865 cm4
Warping constant Cw 1930,773 cm6

 Kuda-Kuda
Jarak Antar Kuda-Kuda :4m

 Atap
Penutup Atap : Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150
Berat Penutup Atap : 4,55 kg/m2
Kemiringan Atap : 24o

3.3. Pembebanan Gording


 Beban Mati/Dead Load (DL)
Berat Sendiri Gording =19,296kg/m
Berat Penutup Atap
1,64m (Jarak Gording) x 4,55 kg/m2 = 7,462kg/m +
Total Beban Mati Gording (qDL) = 26,758kg/m

 Beban Pekerja (La)


Berat 2 Orang Pekerja = 200 kg
 Beban Angin (W)
P, Wind Pressure (Psf) = 0,00256 x v2 (V= wind speed in Mph)
P = 0,00256 x ( 62,137)2 psf = 48,27kg/m2

Koefisien Angin Tekan = 0.02α – 0.4


= 0,02(24°) - 0,4
= 0,08
Angin Tekan= koefisien angin tekan x tekanan tiup angin x jarak gording
= 0,08 x 48,27 kg/m2 x1,64 m
= 6,333 kg/m

Koefisien Angin Hisap = - 0,4


Angin Hisap= koefisien angin hisap x tekanan tiup angin x jarak gording
= -0,4 x 48,27 kg/m2 x 1,64 m
= –31,665 kg/m

 Beban Hujan (Ha)


Berat hujan dihitung dengan rumus = (40 – 0.8α) kg/m2
Berat hujan = 40 – 0,8 x 24
= 20,8 kg/m2
Beban Hujan (Ha)
Berat Hujan x Jarak Gording = 20,8 x 1,64
= 34,112 kg/m
3.4. Mekanisme Pembebanan Gording
 Beban Mati/Dead Load (DL)
qDL = 26,758 kg/m

Gambar 3. Skema Pembebanan akibat Dead Load (DL)

qx = qDL x sin 24 ° = 26,758 kg/m x sin 24° = 10,88 kg/m


qy = qDL x cos24 ° = 26,758 kg/m x cos 24° = 24,44kg/m
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 24,44 x 42 = 48,89 kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 10,88 x 42 = 21,77 kg.m
Vx = 1/2 x qxx L = 1/2 x 10,88 x 4 = 21,77 kg.m
Vy = 1/2 x qyx L = 1/2 x 24,44 x 4 = 48,89 kg.m

 Beban Pekerja (La)


Pa = 200 kg

Gambar 4. Skema Pembebanan akibat Beban Pekerja (La)


Pax = Pa x sin 24 ° = 200 kg x sin 24° = 81,35kg/m
Pay = Pa x cos 24° = 200 kg x cos 24° = 182,71kg/m
Max = 1/4 x Pay x L = 1/4 x 182,71 x 4 = 182,71kg.m
May = 1/4 x Pax x L = 1/4 x 81,35 x 4 = 81,35kg.m
Vx = 1/2 x Pax = 1/2 x 81,35 = 91,35kg.m
Vy = 1/2 x Pay = 1/2 x 182,71 = 40,67kg.m

 Beban Angin (W)


Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x maka hanya ada Mx.

Gambar 5. Skema Pembebanan akibat Beban Angin (DL)

Angin Tekan (W = 6,33 kg/m)


Mx = 1/8 x qyx L2 = 1/8 x 6,33 x 42 = 12,67kg.m
Vy = ½ x qy x L = ½ x 6,33 x 4 = 12,66 kg

Angin Hisap tidak diperhitungkan karena mengurangi beban


struktur.
 Beban Hujan (H)
H = 34,112 kg/m

Gambar 6. Skema Pembebanan akibat Beban Hujan (H)

qx = qhujan x sin 24 ° = 34,112 kg/m x sin 24° = 13,87kg/m


qy = qhujan x cos 24 ° = 34,112 kg/m x cos 24° = 31,16kg/m
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 31,16 x 42 = 62,33kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 13,87 x 42 = 27,75kg.m
Vx = 1/2 x qxx L = 1/2 x 13,87 x 4 = 27,75kg.m
Vy = 1/2 x qyx L = 1/2 x 31,166 x 4 = 62,33kg.m

3.5. Kombinasi Beban


Berdasarkan hasil perhitungan momen lentur didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel . Hasil perhitungan momen akibat Pembebanan
Beban Mx My
Beban mati (D) 48,89 21,77
Beban pekerja (La) 182,71 81,35
Beban angin (W) 12,67 0
Beban hujan (H) 62,33 27,75

Tabel . Kombinasi Pembebanan


Kombinasi Momen Mux (kg.m) Muy (kg.m)
1.4D 68,44 30,47
1.2D + 1.6L + 0.5La 150,02 66,79
1.2D + 1.6L + 0.5H 89,83 39,99
1.2D + 1.6La + 0.8W 351,00 166,41
1.2D + 1.6H + 0.8W 158,39 80,65
1.2D + 1.3W + 0.5La 150,02 83,26
1.2D + 1.3W + 0.5H 89,83 56,46
Sehingga didapat nilai momen ultimate :
Mux = 351,00 kg.m
Muy = 166,41 kg.m

Syarat: Mu ≤ ф .Mn (dimana ф = 0.9 dan Mn = Kuat lentur nominal


penampang)
 Mux ≤ ф .Mnx
351,00 x 104 N.mm ≤ 0.9 x Mnx
Mnx ≥ 390,00 x 104 N.mm

Muy ≤ ф .Mny
166,41 x 104 N.mm ≤ 0.9 x Mny
Mny ≥ 184,9 x 104 N.mm

 Jika Mn = Mp, Mp = σy.Z (σy A-36 = 250 MPa)


Mpx = σy.Zx
390,00 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zx
Zx = 15.600 mm3 = 15,60 cm3 Zxbeban< Zxprofil → profil sesuai!
Mpy = σy.Zy
312,63 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zy
Zy = 7.396 mm3 = 7,40 cm3 Zybeban< Zyprofil → profil sesuai!

3.6. Perencanaan Profil untuk Gording


Dari profil yang dipilih, dilakukan pengecekan apakah profil tersebut memiliki
kategori compact, non-compact, ataupun slender. Pengecekan dilakukan baik
pada sumbu kuat ataupun sumbu lemah. Berikut adalah tabel dari rasio
kelangsingan (slenderness ratio) untuk jenis profil kanal C.

Tabel . Slenderness Ratio

Element λ λp Λr
𝒃𝒇
Flange 𝟎, 𝟑𝟖. √𝑬⁄𝒇𝒚 𝟎. 𝟑𝟖. √𝑬⁄𝒇𝒚
𝒕𝒇
𝒉
Web 𝟑, 𝟕𝟔. √𝑬⁄𝒇𝒚 𝟓, 𝟕𝟎. √𝑬⁄𝒇𝒚
𝒕𝒘

Flange (sayap)
bf 5,486
 = = = 6,30
tf 2 x 0,871
 p = 0,38. √E⁄fy = 0,38. √800 = 10,75
λ ≤ λp (compact shape)

Web (badan)
h 15,24
 = = = 13,73
tw 1,11

 p = 3,76. √E⁄fy = 3,76. √800 = 106,35

λ ≤ λp (compact shape)

Jika ditinjau dari sumbu kuatnya, profil yang dipilih termasuk profil compact.
 Kontrol terhadap Lateral Torsional Buckling
Lb = 4000 mm
E
Lp = 1.76 ∙ ry ∙ √f = 1.76 ∙ 1,331 ∙ √800 = 𝟔𝟔𝟐, 𝟓𝟔mm
y

karena Lp< Lb maka kondisi plastis tidak tercapai sehingga Mn akan


mengalami reduksi.

π E ∙G ∙J ∙A
X1 = (S ) ∙ (√ )
x 2

π (2 x105 )∙(7,93x104 )∙(9,865x104 )∙2458,1


= (94,717x103 ) ∙ (√ )
2

= 46011,89 MPa

S 2 C
X2 = 4 ∙ (G∙Jx ) ∙ ( Iw )
y

2
94,717x103 1930773000
= 4 ∙ ((7,93x104 )∙(9,865x104)) ∙ ( 43,704x104 )

= 2,5907 x 10−6 MPa

X
Lr = ry ∙ ( f 1 ) ∙ √1 + √1 + X 2 ∙ fL 2
L

di mana:
fL = f y – fr
fr = tegangan tekan residual = 70 Mpa
fL = (250–70) Mpa
= 180 Mpa

sehingga :
47312,74
Lr = (13,31) ∙ ( ) ∙ √1 + √1 + (2,5455x10−6 ) ∙ (180)2
180

= 𝟒𝟖𝟔𝟎, 𝟔𝟖 𝐦𝐦

karena Lp< Lb< Lrinelastic lateral torsional buckling (zona II)


 Perhitungan untuk Cb
Berdasarkan SNI Baja Pasal 8.3.1, Cb dihitung dengan rumus
12,5 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏 = ≤ 2,3
2,5 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3 𝑀𝐶
Dengan
MA = momen sejarak seperempat bentang
MB = momen di tengah bentang
MC = momen sejarak tiga per empat bentang
Nilai Cb tidak lebih dari 2,3

Untuk itu, diperlukan perhitungan MA, MB dan MC akibat kombinasi


pembebanan
1.2D + 1.6La + 0.8W. Perhitungan nilai Cb akibat beban terbagi merata
dan beban terpusat disajikan sebagai berikut

Gambar . Analisis nilai Cb akibat beban terbagi merata

Gambar 8. Analisis nilai Cb akibat beban terpusat


Sehingga, didapatkan nilai momennya
 Beban Mati (D)
Momen terhadap sumbu x
qy = 24,44 kg/m
MA = MC = (3/32) x (24,44) x 42 = 36,67 kg.m
MB= (1/8) x (24,44) x 42 = 48,887 kg.m
Momen terhadap sumbu y
qx = 10,88kg/m
MA = MC = (3/32) x (10,88) x 42 = 16,33 kg.m
MB= (1/8) x (10,88) x 42 = 21,77 kg.m

 Beban Pekerja (La)


Momen terhadap sumbu x
Py= 182,71kg
MA = MC = (1/8) x (182,71) x 4 = 91,35 kg.m
MB= (1/4) x (182,71) x 4 = 182,71 kg.m
Momen terhadap sumbu y
Px = 81,35 kg
MA = MC = (1/8) x (81,35) x 4 = 40,67kg.m
MB= (1/4) x (81,35) x 4 = 81,35 kg.m

 Beban Angin (W)


Momen terhadap sumbu x
qy = 6,33kg/m
MA = MC = (3/32) x (6,33) x 42= 9,49 kg.m
MB= (1/8) x (6,33) x 42 = 12,6 kg.m
Momen terhadap sumbu y
q=0
MA = MC = 0 kg.m
MB= 0 kg.m
Sehingga, dengan kombinasi pembebanan yang ada didapat nilai MA, MB
dan MC
MAx = MCx = 1.2D + 1.6La + 0.8W
= 1.2(36,67) + 1.6(91,35) + 0.8(9,49)
= 197,77 kg.m

MAy = MCy = 1.2D + 1.6La + 0.8W


= 1.2(16,33) + 1.6(40,67) + 0.8(0)
= 84,87 kg.m

Mmax x = MBx = 361,134 kg.m

Mmax y = MBy = 156,27kg.m

Maka, dapat diperoleh nilai Cb


12,5 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏𝑥 = 2,5 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 +3 𝑀𝐶
12,5 (361,134)
= = 1,277
2,5(361,134)+ 3(197,77)+ 4(361,134)+3(197,77)
12,5 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏𝑦 = 2,5 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 +3 𝑀𝐶
12,5 (156,27)
= = 1,282
2,5(156,27)+ 3(84,87)+ 4(156,27)+3(84,87)

Dari nilai Cb, dapat dicari kuat nominal terhadap lenturnya, yaitu
𝐿 −𝐿
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 + (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟 ) (𝐿𝑟−𝐿𝑏 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 𝑝

𝑀𝑟𝑥 = (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 ) ∗ 𝑆𝑥 = (250 − 70) ∗ 94717 = 172385400 𝑁. 𝑚𝑚


𝑀𝑝𝑥 = 𝑓𝑦 ∗ 𝑍𝑥 = 250 ∗ 119462 = 301043500 𝑁. 𝑚𝑚

𝑀𝑟𝑦 = (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 ) ∗ 𝑆𝑦 = (250 − 70) ∗ 10455 = 1902800 𝑁. 𝑚𝑚


𝑀𝑝𝑦 = 𝑓𝑦 ∗ 𝑍𝑦 = 250 ∗ 22123 = 5574879 𝑁. 𝑚𝑚
𝐿 −𝐿𝑝
𝑀𝑛𝑥 = 𝐶𝑏𝑥 [𝑀𝑟𝑥 + (𝑀𝑝𝑥 − 𝑀𝑟𝑥 ) (𝐿𝑏−𝐿 )] = 22.143.100 𝑁. 𝑚𝑚
𝑟 𝑝

𝑀𝑛𝑦 = 𝑀𝑝𝑦 = 6.181.658 𝑁. 𝑚𝑚

Maka kuat nominal tereduksinya


фMnx = 0.9 x 22.143.100 = 19.928.790N.mm
фMny = 0.9 x 6.181.658 = 5.563.493 N.mm
sedangkan
Mux = 3.510.012 N.mm
Muy = 1.664.084 N.mm

Karena фMnx > Mux dan фMny > Muy, maka profil ini kuat
terhadap lateral torsional buckling.

Kontrol akhir momen (yang disebabkan momen tidak simetris)


𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ <1  0,478< 1, maka profil ini aman!
∅.𝑀𝑛𝑥 ∅.𝑀𝑛𝑦

 Kontrol Terhadap Geser


Tabel 3. Hasil perhitungan gaya geser akibat Pembebanan
Beban Vx Vy
Beban mati (D) 10,88336 24,44444
Beban pekerja (La) 81,34733 182,7091
Beban angin (W) 0 6,333024
Beban hujan (H) 13,8746 31,16286
Kombinasi V Vux (kg) Vuy (kg)
1.4D 30,47342 68,44442
1.2D + 1.6L + 0.5La 71,79735 79,00348
1.2D + 1.6L + 0.5H 39,99468 89,82951
1.2D + 1.6La + 0.8W 172,2873 133,8774
1.2D + 1.6H + 0.8W 80,65163 168,5206
1.2D + 1.3W + 0.5La 88,26321 95,46934
1.2D + 1.3W + 0.5H 56,46054 106,2954
Maximum 172,2873 168,5206

Lintang maksimum
Vux = 172,2873 kg
Vuy = 168,5206 kg
Perhitungan ini didasarkan pada SNI baja Pasal 8.8.2
ℎ 15,24
λ = 𝑡𝑤= = 13,73
1,11

𝑘𝑛 = 5

𝑘𝑛 .𝐸 5×210000
1.1√ = 1.1√ = 69,57
𝑓𝑦 250

ℎ 𝑘𝑛 .𝐸
Karena 𝑡𝑤 ≤ 1.1√ maa digunakan rumus kuat geser pada pasal 8.8.3
𝑓𝑦

фVnx = ф x 0.6 x fy x Aw фVny = ф x 0.6 x fy x Af


= 0.9 x 0.6 x 250 x 1498,28 = 0.9 x 0.6 x 250 x 955,66
= 202267,8 N = 129014,1 N
Karena фVnx> Vux dan фVny> Vuy, profil yang digunakan aman
terhadap kuat geser
 Kontrol terhadap Lendutan Ijin
 Lendutan Izin
𝐿𝑏𝑦
𝛿𝑥 = = 16,67 𝑚𝑚
240
𝐿𝑏𝑥
𝛿𝑦 = 240 = 16,67 𝑚𝑚

Sehingga Lendutan Izin


𝛿 = (√𝛿𝑥 2 + 𝛿𝑦 2 ) = 23,57 𝑚𝑚

 Lendutan total
5 ∑ 𝑞𝑥×𝐿4 1 𝑃𝑥×𝐿3
𝛿𝑥 = 384 × + 48 ×
𝐸×𝐼𝑦 𝐸×𝐼𝑦

5 0,24758×40004 1 0,8135×40003
= 384 × 200000× + 48 × 200000×437040 = 10,17366 𝑚𝑚
437040
5 ∑ 𝑞𝑦×𝐿4 1 𝑃𝑦×𝐿3
𝛿𝑦 = 384 × + 48 ×
𝐸×𝐼𝑥 𝐸×𝐼𝑥
5 0,619403×40004 1 1,827 ×40003
= 384 × 200000×7200800 + 48 × 200000×7200800 = 10,32375 𝑚𝑚

𝛿 = (√𝛿𝑥 2 + 𝛿𝑦 2 ) = 14,49 𝑚𝑚
𝜹 < δijin (memenuhi)
BAB 4
PERENCANAAN KUDA-KUDA

4.1. Gambar Desain Rencana Kuda-Kuda


Proses desain diawali dengan menentukan desain struktur dan material yang
akan digunakan sebagai material kuda-kuda. Bentang kuda-kuda dan tinggi
kuda-kuda disesuaikan dengan bentang melintang bangunan.

Gambar. Desain perencanaan kuda-kuda

4.2. Spesifikasi Profil Rangka Kuda-Kuda


Sebagai struktur utama kuda-kuda digunakan profil baja siku ganda 2L
2x2x1/8 inch dan 2L 2x2x3/16 inch. Berikut spesifikasi dari profil yang dipilih
secara mendetail beserta sambungan dan pelat penyambung,

Gambar. Profil kuda-kuda yang digunakan


Tabel . Data profil baja rangka kuda-kuda
Profil yang Double-angle 2L 2 x 2 x 1/8 Double-angle 2L 2 x 2 x
digunakan inch 3/16 inch
W 4,973 kg/m 7,293 kg/m
2
Ag 633,547 mm 929,03 mm2
b 50,8 mm 50,8 mm
d 50,8 mm 50,8 mm
t 3,175 mm 4,763 mm
4
Ix 157335,479 mm 225181,201 mm4
rx 15,748 mm 15,545 mm
ry 20,777 mm 21,107 mm
Fy 250 MPa 250 MPa
x 13,564 mm 14,249 mm
Fu 400-550 MPa 400-550 MPa
Tebal Gusset 0,635 cm 0,635 cm
Diasumsikan perkuatan 3 baut dalam 1
Bolt A307
baris
D bolt 12,7 mm 12,7 mm
D hole 15,875 mm 15,875 mm
2
A bolt 126,613 mm 126,613 mm2
Spacing 40 mm 40 mm

4.3. Pembebanan Kuda-kuda


Simulasi pembebanan dikelompokkan menjadi beban mati, beban hidup, beban
hujan, dan beban angin. Beban mati pada atap dikelompokkan menjadi dua,
yaitu beban mati atas dan beban mati bawah. Beban mati atas terdiri dari berat
penutup atap (gording dan penutup atap). Beban mati bawah terdiri dari berat
sendiri kuda-kudadan berat penggantung plafond (tidak menggunakan plafond.

Tabel 5. Spesifikasi penutup atap


Spesifikasi
Jenis Penutup Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150
Berat Penutup Atap 4,55 kg/m2
Jarak Gording 1,64 m
Berat Penggantung Langit-Langit 7 kg/m2
Jarak Antar Kuda-Kuda 4 m
Kemiringan atap α 24 Derajat

 Beban Mati (DL)


Beban Mati Atas
Beban-beban mati yang berada di atas kuda-kuda akan ditransfer menjadi
beban titik. Adapun distribusi beban mati atas ialah sebagai berikut:

Gambar 10. Distribusi pembebanan penutup atap dan gording

𝑃𝐷𝐿𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑃𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝑃𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑡𝑎𝑝


𝑃𝐷𝐿𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑄𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝑊𝑎𝑡𝑎𝑝 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑘𝑢𝑑𝑎 − 𝑘𝑢𝑑𝑎
Tengah : 𝑃 = 19,296 × 4 + 4,55 × 1,64 × 4
𝑃 = 107,032 𝑘𝑔 = 108 kg = 1,08 𝑘𝑁
(4,55×1,64×4)
Ujung : 𝑃 = 19,296 × 4 + 2

𝑃 = 92,108 𝑘𝑔 = 93 kg = 0,93 𝑘𝑁

Beban Mati Bawah


Beban mati bawah terdiri dari berat kuda-kuda sendiri, berat penggantung
plafond (tidak memakai langit-langit). Profil kuda-kuda yang dipakai
adalah profil double-angle : 2L (2 x 2 x 1/8) inch dan 2L (2 x 2 x 3/16).
Setiap batang kuda-kuda mempunyai panjang yang berbeda-beda, maka
diperlukan perhitungan khusus. Setiap titik kumpul menanggung beban
setengah bagian rangka bagian kanan dan kirinya. Beban yang
didistribusikan ke masing-masing titik merupakan berat dari batang di
sekitarnya, berikut adalah contoh distribusinya:
- Titik A merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1 dan 9.
- Titik B merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1, 2, 9, 10, 28, dan berat penuh dari batang 21.
- Titik C merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
2, 3, 10, 11, 28, 29, dan berat penuh dari batang 22.

Gambar . Rangka batang kuda-kuda

Berat dari masing-masing batang diperoleh dari berat batang per meter
dikalikan dengan panjang batang sendiri. Adapun distribusi penggunaan
profil baja terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar . Pemilihan profil baja untuk rangka kuda-kuda

Batang atas : 2L 2x2x3/16 inch


Batang bawah : 2L 2x2x1/8 inch
Batang tegak : 2L 2x2x1/8 inch
Batang diagonal : 2L 2x2x3/16 inch
Adapun panjang dari masing-masing batang adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Panjang Masing-Masing Batang

Batang Panjang (m) Batang Panjang (m)


1 1,5 20 1,64
2 1,5 21 0,67
3 3 22 1,33
4 3 23 2,67
5 3 24 4
6 3 25 2,67
7 1,5 26 1,33
8 1,5 27 0,67
9 1,64 28 1,64
10 1,64 29 2,5
11 1,64 30 2,5
12 1,64 31 3,65
13 1,64 32 3,65
14 1,64 33 3,65
15 1,64 34 3,65
16 1,64 35 2,5
17 1,64 36 2,5
18 1,64 37 1,64
19 1,64
BERAT PLAFOND BERAT KUDA- TOTAL BEBAN
TITIK
(kN) KUDA (kN) BAWAH
A 0,21 0,0971 0.31
B 0,42 0,2873 0.71
C 0,63 0,4486 1.08
D 0,84 0,6258 1.47
E 0,84 0,7339 1.57
F 0,84 0,6258 1.47
G 0,63 0,4486 1.08
H 0,42 0,2873 0.71
I 0,21 0,0971 0.31
𝑃𝐴 = Pplafond + Pkuda−kuda A
P𝑝𝑙𝑎𝑓𝑜𝑛𝑑 = (𝑃𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 ) × 𝐿𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝐿𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎
Tengah : P𝑝𝑙𝑎𝑓𝑜𝑛 = (7) × 3 × 4
P𝑝𝑙𝑎𝑓𝑜𝑛 = 84 kg = 0,84 kN
7 x 1,5 x 4
Ujung : P𝑝𝑙𝑎𝑓𝑜𝑛 = 2

P𝑝𝑙𝑎𝑓𝑜𝑛 = 21 kg = 0,21 kN

1
P𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎 𝐴 = Wkuda−kuda x (L1 + L9)
2
1 1
P𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎𝐴 = 4,973 x 2 x (1,5) + 7,293 x 2 x (1,64) =

9,71 kg ~ 9,8 kg = 0,098 kN


𝑃𝐴 = 0,21 kN + 0,098 kN = 0,31 kN

Tabel . Beban Mati Bawah Tiap Titik

Sehingga pembebanan struktur kuda-kuda akibat Dead Load menjadi


seperti berikut ini:
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Dead Load (DL)

 Beban Pekerja (La)


Untuk beban pekerja digunakan berat 2 orang ditambah berat peralatan
dengan total berat 200 kg. Pembebanan yang terjadi pada kuda-kuda akibat
beban pekerja (La) ditampilkan sebagai berikut.

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)

 Beban Angin (W)


Beban angin terdiri dari 2 jenis, yaitu beban angin tekan (yang datang
menuju atap) dan beban angin hisap (yang menjauhi atap dan bersifat
menghisap/mengangkat atap).Tekanan tiup angin = 48,27 kg/m2
Angin Muka
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 × 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑡𝑖𝑢𝑝𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 = (0.02𝛼 − 0.4) × 48,27
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 = (0.02 × 24 − 0.4) × 48,27
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 = 3,86 𝑘𝑔/𝑚2
Angin Belakang
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −0.4 × 48,27
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −19,31 𝑘𝑔/𝑚2

Setelah mengetahui besarnya beban angin untuk setiap luasan, maka


apabila beban-beban tersebut ditransfer menuju rangka kuda-kuda,
terdapat dua proyeksi beban anginnya, yaitu proyeksi vertikal dan proyeksi
horizontal. Berikut perhitungannya.
o Proyeksi Vertikal Beban Angin
Angin Muka
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 × Lkuda−kuda × Lgording × 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 3,86 × 4 × 1,64 × 𝑐𝑜𝑠 24°
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 23,13 𝑘𝑔 ~ 24 𝑘𝑔 = 0,24 𝑘𝑁
Angin Belakang
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = 𝑊𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 × Lkuda−kuda × Lgording × 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −19,31 × 4 × 1,64 × 𝑐𝑜𝑠 24°
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −115,72 𝑘𝑔 ~ − 116 𝑘𝑔 = −1,16 𝑘𝑁

o Proyeksi Horizontal Beban Angin


Angin Muka
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑚𝑢𝑘𝑎 × Lkuda−kuda × Lgording × 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 3,86 × 4 × 1,64 × sin 24°
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝑀𝑢𝑘𝑎 = 10,29 𝑘𝑔 ~ 11 𝑘𝑔 = 0,11 𝑘𝑁

Angin Belakang
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = 𝑊𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 × Lkuda−kuda × Lgording × sin 𝛼
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −19,31 × 4 × 1,64 × sin 24°
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 = −51,52 𝑘𝑔 ~ − 52 𝑘𝑔 = −0,52 𝑘𝑁
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Angin (W)

 Beban Hujan (H)


Beban hujan yang jatuh di atas atap akan membebani kuda-kuda yang
penyaluran bebannya tergantung dari kemiringan atap. Berat hujan
dihitung dengan rumus (40 – 0,8α) kg/m2. Berikut penentuan beban atap
akibat hujan.

𝑊ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 = (40 − 0,8 x 24°)


𝑊ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 = 20,8 kg/m2
𝑃hujan = 𝑊ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑘𝑢𝑑𝑎 − 𝑘𝑢𝑑𝑎
Tengah : 𝑃 = 20,8 × 1,64 × 4
𝑃 = 136,45 𝑘𝑔 = 137 𝑘𝑔 = 1,37 𝑘𝑁
(20,8×1,64×4)
Ujung : 𝑃= 2

𝑃 = 68,224 𝑘𝑔 = 69 kg = 0,69 𝑘𝑁

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)

4.4. Gaya Dalam Aksial Tiap Batang


Berdasarkan pembebanan pada sub-bab sebelumnya, dapat digambarkan
diagram gaya dalam aksial sehingga diperoleh nilai gaya-gaya dalam batang
dan sifatnya (tarik-tekan). Berikut gambar maupun ringkasan gaya-gaya dalam
tiap batang.

 Akibat Dead Load (DL)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Dead Load (DL)

 Akibat Beban Pekerja (La)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)

 Akibat Beban Angin (W)


Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Angin (W)

 Akibat Beban Hujan (H)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)


Tabel . Gaya dalam aksial batang akibat pembebanan

Gaya Dalam Aksial Batang (kN)


Lokasi Batang Panjang (m) DL (Dead
La (Pekerja) W (Angin) H (Hujan)
Load)
1 1,5 22.47 24.75 0.72 16.96
2 1,5 22.47 24.75 0.72 16.96
Batang Bawah

3 3 18.16 20.25 0.07 13.87


4 3 14.21 15.75 -0.58 10.79
5 3 14.21 15.75 -2.47 10.79
6 3 18.16 20.25 -5.6 13.87
7 1,5 22.47 24.75 -8.73 16.96
8 1,5 22.47 24.75 -8.73 16.96
9 1,64 -24.59 -27.09 3.47 -18.55
Batang Atas (kanan) Batang Atas (Kiri)

10 1,64 -22.38 -24.62 3.7 -16.87


11 1,64 -22.38 -24.62 3.58 -16.87
12 1,64 -17.96 -19.7 4.17 -13.49
13 1,64 -17.96 -19.7 4.05 -13.49
14 1,64 -13.5 -14.77 4.65 -10.12
15 1,64 -13.5 -14.77 4.4 -10.12
16 1,64 -17.96 -19.7 7.26 -13.49
17 1,64 -17.96 -19.7 6.69 -13.49
18 1,64 -22.38 -24.62 9.55 -16.87
19 1,64 -22.38 -24.62 8.98 -16.87
20 1,64 -24.59 -27.09 10.12 -18.55
21 0,67 0.71 0 0 0
22 1,33 -1.08 -2 -0.29 -1.37
Batang Tegak

23 2,67 -1.08 -2 -0.29 -1.37


24 4 9.89 10 -2.76 6.85
25 2,67 -1.08 -2 1.39 -1.37
26 1,33 -1.08 -2 1.39 -1.37
27 0,67 0.71 0 0 0
28 1,64 -2.21 -2.46 -0.36 -1.69
29 2,5 3.82 3.75 0.54 2.57
Batang
Miring
(Kiri)

30 2,5 -2.92 -3.75 -0.54 -2.57


31 3,65 5.36 5.48 0.79 3.76
32 3,65 -4.56 -5.48 -0.79 -3.76
33 3,65 -4.56 -5.48 3.81 -3.76
Miring (Kanan)

34 3,65 -1.08 5.48 -3.81 3.76


Batang

35 2,5 -2.92 -3.75 2.61 -2.57


36 2,5 3.82 3.75 -2.61 2.57
37 1,64 -2.21 -2.46 1.71 -1.69
Tabel . Gaya dalam aksial batang setelah dilakukan kombinasi pembebanan

Kombinasi Pembebanan
Panjang
Lokasi Batang
(m) 1,2 D+1,6L+ 1,2 D+1,6L+ 1,2D+1,6La+ 1,2D+1,6H+ 1,2D+1,3W+ 1,2D+1,3W+
1,4 D
0,5La 0,5Ha 0,8W 0,8W 0,5La 0,5H
1 1.5 31.458 39.339 27.464 67.14 54.676 40.275 36.38
2 1.5 31.458 39.339 27.464 67.14 54.676 40.275 36.38
3 3 25.424 31.917 22.292 54.248 44.04 32.008 28.818
Batang Bawah

4 3 19.894 24.927 17.552 41.788 33.852 24.173 21.693


5 3 19.894 24.927 17.552 40.276 32.34 21.716 19.236
6 3 25.424 31.917 22.292 49.712 39.504 24.637 21.447
7 1.5 31.458 39.339 27.464 59.58 47.116 27.99 24.095
8 1.5 31.458 39.339 27.464 59.58 47.116 27.99 24.095
9 1.64 -34.426 -43.053 -29.008 -70.076 -56.412 -38.542 -34.272
Batang Atas (Kiri)

10 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -63.288 -50.888 -34.356 -30.481


11 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -63.384 -50.984 -34.512 -30.637
12 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -49.736 -39.8 -25.981 -22.876
13 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -49.832 -39.896 -26.137 -23.032
14 1.64 -18.9 -23.585 -15.7 -36.112 -28.672 -17.54 -15.215
15 1.64 -18.9 -23.585 -15.7 -36.312 -28.872 -17.865 -15.54
Batang Atas (kanan)

16 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -47.264 -37.328 -21.964 -18.859


17 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -47.72 -37.784 -22.705 -19.6
18 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -58.608 -46.208 -26.751 -22.876
19 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -59.064 -46.664 -27.492 -23.617
20 1.64 -34.426 -43.053 -29.008 -64.756 -51.092 -29.897 -25.627
21 0.67 0.994 0.852 1.352 0.852 0.852 0.852 0.852
22 1.33 -1.512 -2.296 -0.796 -4.728 -3.72 -2.673 -2.358
Batang Tegak

23 2.67 -1.512 -2.296 -0.796 -4.728 -3.72 -2.673 -2.358


24 4 13.846 16.868 12.368 25.66 20.62 13.28 11.705
25 2.67 -1.512 -2.296 -0.796 -3.384 -2.376 -0.489 -0.174
26 1.33 -1.512 -2.296 -0.796 -3.384 -2.376 -0.489 -0.174
27 0.67 0.994 0.852 1.352 0.852 0.852 0.852 0.852
28 1.64 -3.094 -3.882 -2.152 -6.876 -5.644 -4.35 -3.965
Batang Miring

29 2.5 5.348 6.459 5.084 11.016 9.128 7.161 6.571


(Kiri)

30 2.5 -4.088 -5.379 -3.004 -9.936 -8.048 -6.081 -5.491


31 3.65 7.504 9.172 6.932 15.832 13.08 10.199 9.339
32 3.65 -6.384 -8.212 -4.972 -14.872 -12.12 -9.239 -8.379
33 3.65 -6.384 -8.212 -4.972 -11.192 -8.44 -3.259 -2.399
Batang Miring

34 3.65 -1.512 1.444 -0.796 4.424 1.672 -3.509 -4.369


(Kanan)

35 2.5 -4.088 -5.379 -3.004 -7.416 -5.528 -1.986 -1.396


36 2.5 5.348 6.459 5.084 8.496 6.608 3.066 2.476
37 1.64 -3.094 -3.882 -2.152 -5.22 -3.988 -1.659 -1.274
4.5. Pemeriksaan Batang
Pemeriksaan batang dilakukan terhadap beban terbesar pada batang-batang
bawah, atas, tegak dan melintang, dari tabel kita dapatkan beban terbesar :
 Batang Bawah = 67,14 kN (tarik)
 Batang Atas = 70,076 kN (tekan)
 Batang Tegak = 25,66 kN (tarik)
 Batang Diagonal = 15,832 kN (tarik)

1. Batang Bawah (Cek terhadap Tarik)


a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang bawah, panjang batang terbesar (L) adalah = 3000 mm.
Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)
L 3000
x = r = 15,748 = 190,500
x

L 3000
y = ry
= 20,777 = 144,389

x & y < 240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.

b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn = (0.9 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑔 )
= (0.9 × 250 × 633,547)
= 142,548 kN

c. Fracture Strength
𝐴𝑛 = (𝐴𝑔 − 𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠 ) = 583,144 𝑚𝑚2
𝑥 6,782
𝑈 = 1 − (𝐿 ) = 1 − ( 40
) = 0.915

𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 × 𝑈 = 583,144 ∙ 0.915 = 533,709 𝑚𝑚2


Pn = (0,75 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑒 )
= (0,75 × 450 × 533,709) = 180,127 𝑘𝑁
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.

𝐴𝑔𝑡 = 25,4 × 6,35 = 161,29 𝑚𝑚2


𝐴𝑛𝑡 = 161,29 − 2 × (0,5 × 15,875 × 6,35) = 60,484 mm2
𝐴𝑔𝑣 = 11 × 6,35 × 100 = 698,5mm2
𝐴𝑛𝑣 = 698,5 − (2,5 × 15,875 × 6,35) = 446,484 mm2

60,484
𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 = 450 × 1000
= 27,218𝑘𝑁

0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 = 0.6 × 450 × 446,484 = 120,551 kN

𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 < 0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣


maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield

𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑦 ∙ 𝐴𝑔𝑡 ]


= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (250 ∙ 161,29)]
= 120,655 kN

upper limit
𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 ]
= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (450 ∙ 60,484)]
= 110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena Pn > 𝑃𝑢110,826 kN > 67,14 𝑘𝑁, batang dapat menahan
beban aksial ultimate.
2. Batang Atas (Cek terhadap Tekan)
a. Cek kekakuan batang tekan
Pada batang atas, panjang batang terbesar (L) adalah = 1640 mm
Syarat kekakuan batang tekan adalah < 240
KL 1640
x = = = 105,50
rx 15,545
KL 1640
y = ry
= 21,107 = 77,69

x &y < 240 (𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛𝑘𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛)

b. Mencari nilai c
K∙Lx 𝐹𝑦 1640 250
c= π∙rx

𝐸
= 𝜋∙15,545 √2 x105 = 1,188

Karena 0.25 <c < 1.2 , maka:


1.43 1.43
ω= = = 1.778
1.6−(0.67∙  c )
1.6−(0.67∙1,188)

c. Mencari fcr
Fy 250
ƒcr = = = 140,576 N/mm2
ω 1.778

e. Design Strength
Pn = [0.85 × ƒcr × Ag ] = [0.85 × 140,576 × 929,030] = 111,01 kN

Karena, Pn > 𝑃𝑢 yaitu 111,01 kN > 70,076 𝑘𝑁, 𝒃atang dapat
menahan beban aksial ultimate.

3. Batang Vertikal (Cek terhadap Tarik)


a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang vertikal, panjang batang terbesar (L) adalah = 4000 mm.
Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)
KL 4000
x = rx
= 15,748 = 254,00
KL 4000
y = ry
= 20,777 = 192,519
x > 240 & y < 240
Batang tidak memenuhi persyaratan, oleh karena itu pada sumbu x
diberikan lateral support pada jarak 2 m, sehingga menjadi
KL 2000
x = = = 127,00
rx 15,748

Batang memenuhi persyaratan.

b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn = (0.9 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑔 )
= (0.9 × 250 × 633,547)
= 142,548 kN

c. Fracture Strength
𝐴𝑛 = (𝐴𝑔 − 𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠 ) = 532,741 𝑚𝑚2
𝑥 6,782
𝑈 = 1 − (𝐿 ) = 1 − ( 40
) = 0,915

𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 × 𝑈 = 532,741 ∙ 0,915 = 487,579 𝑚𝑚2


Pn = (0.75 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑒 )
= (0.75 × 450 × 487,579)
= 164,558 𝑘𝑁

d. Block Shear Strength


Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.

𝐴𝑔𝑡 = 25,4 × 6,35 = 161,29 𝑚𝑚2


𝐴𝑛𝑡 = 161,29 − 2 × (0,5 × 15,875 × 6,35) = 60,484 mm2
𝐴𝑔𝑣 = 11 × 6,35 × 100 = 698,5mm2
𝐴𝑛𝑣 = 698,5 − (2,5 × 15,875 × 6,35) = 446,484 mm2
60,484
𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 = 450 × 1000
= 27,218𝑘𝑁

0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 = 0.6 × 450 × 446,484 = 120,551 kN

𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 < 0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣


maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield
𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑦 ∙ 𝐴𝑔𝑡 ]
= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (250 ∙ 161,29)]
= 120,655 kN

upper limit
𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 ]
= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (450 ∙ 60,484)]
= 110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena Pn > 𝑃𝑢110,826 kN > 25,66 𝑘𝑁, batang dapat menahan
beban aksial ultimate.

4. Batang Diagonal (Cek terhadap Tarik)


a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang diagonal, panjang batang terbesar (L) adalah = 3650 mm.
Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)
L 3650
x = r = 15,545 = 234,805
x

L 3650
y = ry
= 21,107 = 172,925

x &y < 240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.

b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn = (0.9 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑔 )
= (0.9 × 250 × 929,03)
= 209,032 kN

c. Fracture Strength
𝐴𝑛 = (𝐴𝑔 − 𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒𝑠 ) = 853,425 𝑚𝑚2
𝑥 7,125
𝑈 = 1 − (𝐿 ) = 1 − ( 40
) = 0.911

𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 × 𝑈 = 853,425 ∙ 0.911 = 777,421 𝑚𝑚2


Pn = (0.75 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑒 )
= (0.75 × 450 × 781,078)
= 262,379 𝑘𝑁

d. Block Shear Strength


Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.

𝐴𝑔𝑡 = 25,4 × 6,35 = 161,29 𝑚𝑚2


𝐴𝑛𝑡 = 161,29 − 2 × (0,5 × 15,875 × 6,35) = 60,484 mm2
𝐴𝑔𝑣 = 11 × 6,35 × 100 = 698,5mm2
𝐴𝑛𝑣 = 698,5 − (2,5 × 15,875 × 6,35) = 446,484 mm2

60,484
𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 = 450 × 1000
= 27,218𝑘𝑁

0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 = 0.6 × 450 × 446,484 = 120,551 kN

𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 < 0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣


maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield
𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑦 ∙ 𝐴𝑔𝑡 ]
= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (250 ∙ 161,29)]
= 120,655 kN
upper limit
𝑅𝑛 = [0.6 ∙ 𝐹𝑢∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 ]
= 0.75[0.6 ∙ 450 ∙ 446,484 + (450 ∙ 60,484)]
= 110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena Pn > 𝑃𝑢110,826 kN > 15,832 𝑘𝑁, batang dapat menahan
beban aksial ultimate.

4.6. Pemeriksaan Baut


Baut diasumsikan diperbolehkan untuk terjadi slip dan sama pada setiap
batang, sehingga pemeriksaan baut menggunakan batang dengan beban
terbesar sebesar 67,14 kN. Baut diasumsikan bermutu A-307 dan banyaknya
baut adalah 3 baut dalam 1 baris.
Pemeriksaan baut :
1. Shear Strength
 Single Shear Strength
∅𝑅𝑛 = (0,75 ∙ 𝐹𝑣 ∙ 𝐴𝑏𝑜𝑙𝑡 ) ∙ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑏𝑎𝑢𝑡
= (0,75 ∙ 168,7 ∙ 1,266) ∙ 3
= 48,069 𝑘𝑁
 Double Shear Strength
∅𝑅𝑛 = 2 ∙ (0.75 ∙ 𝐹𝑣 ∙ 𝐴𝑏𝑜𝑙𝑡 ) ∙ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑏𝑎𝑢𝑡
= 2 ∙ (0.75 ∙ 168,7 ∙ 1,266) ∙ 3
= 96,118 𝑘𝑁

2. Bearing Strength
Profil 2x2x1/8
 Member (1 siku) – tmember = 0.64 cm
Ujung member
𝐿𝑐 = 3 − (𝑑ℎ /2)
= 3 − (1,5875/2)
= 2,20625 𝑐𝑚 = 22,0625 𝑚𝑚
∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 × 𝐿𝑐 × 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 × 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 × 𝑑𝑏 × 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 × 𝐹𝑢 )
= 0,75 ∙ (1,2 × 22,0625 × 2 × 3,175 × 450)/1000
≤ 0,75 ∙ (2,4 × 12,7 × 2 × 3,175 × 450)/1000
= 56,739𝑘𝑁 ≤ 65,322 𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 56,739 kN

Tengah member
𝐿𝑐 = 4 − 𝑑ℎ
= 4 − 1,5875
= 2,4125 𝑐𝑚 = 24,125 𝑚𝑚

∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 ∙ 𝐿𝑐 ∙ 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 ∙ 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 ∙ 𝑑𝑏 ∙ 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 ∙ 𝐹𝑢 )


= 0,75 ∙ (1,2 × 24,125 × 2 × 3,175 × 450)
≤ 0,75 ∙ (2,4 × 12,7 × 2 × 3,175 × 450)
= 62,043 𝑘𝑁 ≤ 65,322 𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 62,043 kN

Total Bearing Strength


∅𝑅𝑛 = 1 ∙ 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 + 2 ∙ 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
= 1 ∙ 56,739 + 2 ∙ 62,043
= 180,826 𝑘𝑁 (dua siku)

Profil 2x2x3/16
 Member (1 siku) – tmember = 0.64 cm
Ujung member
𝐿𝑐 = 3 − (𝑑ℎ /2)
= 3 − (1.5875/2)
= 2,20625 𝑐𝑚 = 22,0625 𝑚𝑚

∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 × 𝐿𝑐 × 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 × 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 × 𝑑𝑏 × 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 × 𝐹𝑢 )


= 0,75 ∙ (1,2 × 22,0625 × 2 × 4,763 × 450)/1000
≤ 0,75 ∙ (2,4 × 12,7 × 2 × 4,763 × 450)/1000
= 85,118 𝑘𝑁 ≤ 97,994 𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 85,118 kN
Tengah member
𝐿𝑐 = 4 − 𝑑ℎ
= 4 − 1,5875
= 2,4125 𝑐𝑚 = 24,125 𝑚𝑚

∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 ∙ 𝐿𝑐 ∙ 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 ∙ 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 ∙ 𝑑𝑏 ∙ 𝑡𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 ∙ 𝐹𝑢 )


= 0,75 ∙ (1,2 × 24,125 × 2 × 4,763 × 450)
≤ 0.75 ∙ (2,4 × 12,7 × 2 × 4,763 × 450)
= 93,075 𝑘𝑁 ≤ 97,994 𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 93,075 kN

Total Bearing Strength


∅𝑅𝑛 = 1 ∙ 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 + 2 ∙ 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
= 1 ∙ 85,118 + 2 ∙ 93,075
= 271,268 𝑘𝑁 (dua siku)

3. Bearing Strength gusset plate


 Member (1 siku) – tmember = 0,64 cm
Ujung gusset
𝐿𝑐 = 3 − (𝑑ℎ /2)
= 3 − (1.5875/2)
= 2,20625 𝑐𝑚 = 22,0625 𝑚𝑚

∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 × 𝐿𝑐 × 𝑡𝑔𝑢𝑠𝑠𝑒𝑡 × 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 ∙ 𝑑𝑏 ∙ 𝑡𝑔𝑢𝑠𝑠𝑒𝑡 . 𝐹𝑢 )


= 0,75 ∙ (1,2 × 22,0625 × 6,35 × 450)/1000
≤ 0,75 ∙ (2,4 × 12,7 × 6,35 × 450)/1000
= 56,739𝑘𝑁 ≤ 65,322𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 56,739 kN

Tengah member
𝐿𝑐 = 4 − 𝑑ℎ
= 4 − 1.5875
= 2,4125 𝑐𝑚 = 24,125 𝑚𝑚
∅𝑅𝑛 =  ∙ (1,2 × 𝐿𝑐 × 𝑡𝑔𝑢𝑠𝑠𝑒𝑡 × 𝐹𝑢 ) ≤  ∙ (2,4 ∙ 𝑑𝑏 ∙ 𝑡𝑔𝑢𝑠𝑠𝑒𝑡 . 𝐹𝑢 )
= 0,75 ∙ (1,2 × 24,125 × 6,35 × 450)/1000
≤ 0,75 ∙ (2,4 × 12,7 × 6,35 × 450)/1000
= 62,043 ≤ 65,322𝑘𝑁
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 62,043 kN

Total Bearing Strength


∅𝑅𝑛 = 1 ∙ 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 + 2 ∙ 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
= 1 ∙ 56,739 + 2 ∙ 62,043
= 180,826 𝑘𝑁

Jadi, kekuatan sambungan dari struktur kuda-kuda adalah sebesar 96,118 kN,
sementara gaya batang tarik terbesar pada struktur adalah sebesar 67,14 kN.
Karena itu, profil baut cukup kuat untuk dijadikan sambungan dari struktur
kuda-kuda.

4.7. Pemeriksaan Lendutan


Besar lendutan di tengah bentang kuda-kuda dicari dengan metode virtual work
yaitu:
𝑁×𝑛×𝐿
1×∆=∑
𝐴×𝐸
(Hibbler, Structural Analysis, p.303)
dimana :
1 = beban 1 satuan (virtual) yang diletakkan pada titik yang
akan dicari besar lendutannya (kg)
Δ = besar lendutan yang terjadi pada suatu titik (m)
N = gaya dalam batang akibat gaya luar (kg)
n = gaya dalam batang akibat beban 1 satuan (kg)
L = panjang batang (m)
A = luas permukaan profil batang (cm2)
E = modulus elastic profil batang (kg/cm2)
Gaya dalam batang akibat gaya luar yang digunakan adalah gaya dalam yang
diambil dari penjumlahan beban mati dan beban hidup, karena 2 beban tersebut
diasumsikan yang paling memberikan beban terbesar dan beban yang selalu
ada. Sedangkan gaya dalam akibat gaya 1 satuan diletakkan pada tengah
bentang bawah kuda-kuda. Untuk mempermudah perhitungan, digunakan
tabulasi dari nilai-nilai diatas sehingga diperoleh total dari masing-masing
nilai. Berikut adalah perhitungan dari lendutan,

Gambar . Gaya dalam akibat beban 1 satuan pada tengah bentang


Tabel . Pemeriksaan Lendutan

Batang N (kN) n (kN) L NxnxL A x E (kN) (N x n x L)/(A x E)

1 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095


2 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
3 63.41 1.13 3 214.9599 1406448.8 0.153
4 49.99 1.13 3 169.4661 1406448.8 0.120
5 49.99 1.13 3 169.4661 1406448.8 0.120
6 63.41 1.13 3 214.9599 1406448.8 0.153
7 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
8 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
9 -86.06 -1.23 1.64 173.600232 1406448.8 0.123
10 -78.59 -1.23 1.64 158.531748 1406448.8 0.113
11 -78.59 -1.23 1.64 158.531748 1406448.8 0.113
12 -62.89 -1.23 1.64 126.861708 1406448.8 0.090
13 -62.76 -1.23 1.64 126.599472 1406448.8 0.090
14 -48.07 -1.23 1.64 96.966804 1406448.8 0.069
15 -48.07 -1.23 1.64 96.966804 1406448.8 0.0689
16 -62.76 -1.23 1.64 126.599472 1406448.8 0.090
17 -62.89 -1.23 1.64 126.861708 1406448.8 0.090
18 -78.59 -1.23 1.64 158.531748 1406448.8 0.113
19 -78.59 -1.23 1.64 158.531748 1406448.8 0.113
20 -86.06 -1.23 1.64 173.600232 1406448.8 0.123
21 2.98 0 0.67 0 1406448.8 0
22 -3.08 0 1.33 0 1406448.8 0
23 -3.02 0 2.67 0 1406448.8 0
24 35.97 0 4 0 1406448.8 0
25 -3.02 0 2.67 0 1406448.8 0
26 -3.08 0 1.33 0 1406448.8 0
27 2.98 0 0.67 0 1406448.8 0
28 -7.46 0 1.64 0 1406448.8 0
29 14.02 0 2.5 0 1406448.8 0
30 -9.89 0 2.5 0 20320 0
31 17.93 0 3.65 0 20320 0
32 -14.76 0 3.65 0 3810 0
33 -14.76 0 3.65 0 1265343534 0
34 17.93 0 3.65 0 18287963.42 0
35 -9.89 0 2.5 0 5994.4 0
36 14.02 0 2.5 0 32774128 0
37 -7.46 0 1.64 0 10312.4 0

Maka, defleksinya adalah :


∆ = 14,122 mm
Menurut SNI 03-1729-2002, lendutan ijin untuk balok biasa adalah L/240, dengan
nilai L adalah panjang bentang terbesar rangka batang yaitu 18 m.

∆ijin = 𝐿⁄240 = 1800⁄240 = 75 mm


Karena ∆ < ∆ijin, maka lendutan yang terjadi pada rangka batang memenuhi
persyaratan.
BAB 5
Gambar Struktur

Anda mungkin juga menyukai