TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus
atau WC (Madjid, 2009). Jamban keluarga terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban Sehat adalah suatu
fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO₂ sebagai hasil
Tinja merupakan bahan buangan yang sangat dihindari oleh manusia untuk
berkontak karena sifatnya yang menimbulkan kesan jijik pada setiap orang dan bau
yang sangat menyengat. Tinja juga merupakan bahan yang sangat menarik perhatian
serangga, khususnya lalat, dan berbagai hewan lainnya, misalnya anjing, ayam, dan
(Suparmin, 2002).
1. Zat padat
2. Zat organik
3. Zat anorganik
agama serta tingkat sosial ekonomi dan kebudayaan yang mempengaruhi kebiasaan
hidup, termasuk dalam hal kebiasaan menggunakan air pembersih dari manusia
1. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya
terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai
jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu
bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena
baunya.
2. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh
suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari
jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung,
karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.
3. Jamban Bor
menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger
dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu
bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.
Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah
baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
d. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
f. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak 15 meter
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobic.
Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses
dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja
dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses
lapisan yaitu:
b. Lapisan cair
c. Lapisan endap
Menurut Azwar (1990), dilihat dari bangunan kakus yang didirikan, tempat
penampungan kotoran yang dipakai serta cara pemusnahan kotoran serta penyaluran
air kotor, maka kakus dapat dibedakan atas beberapa macam, yakni:
1. Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan tinjanya
kakus.
empang, sungai ataupun rawa. Kakus model ini ada yang kotorannya tersebar
begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, atau ada yang
berupa bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanam melingkar di tengah
3. Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun pada
tinja didisenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda, dan sebagai
pembersihnya dipakai kertas (toilet paper). Ada dua macam kakus kimia
yakni :
4. Kakus dengan “angsa trine”, ialah kakus dimana leher lubang closet selalu
terisi air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang
kecil. Kakus model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur
penampungan dan lubang atau sumur rembesan yang disebut septic tank.
Kakus model ini adalah yang terbaik, yang dianjurkan dalam kesehatan
lingkungan.
maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada kotoran yang perlu dipikirkan
pengolahan selanjutnya, sebaliknya ada yang tidak perlu dikelola lagi, artinya kakus
1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan
kotorannya yaitu:
yaitu:
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada
berikut:
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah di sekitarnya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
f. Cukup penerangan
Menurut Arifin yang dikutip oleh Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar
Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
berdarah.
b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
selesai digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
a. Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat
lain.
a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
lainnya
7. Sederhana desainnya
8. Murah
antara lain:
panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih
(Notoatmodjo, 2007).
pengertian ini meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar,
jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja (Galuh, 2012).
orang lain, terlindung dari panas atau hujan serta terjamin privasinya. Dalam
yang kuat, yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model
cemplung.
rupa sehingga dapat segera dipakai setelah melakukan buang kotoran (Azwar,
1990).
a. Rumah jamban
b. Lantai jamban
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus
baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya
f. Bidang resapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap
masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi karena kotoran manusia
penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara (Notoatmodjo,
2007).
Berikut ini skema mata rantai penularan penyakit dari tinja (Notoatmodjo,
2007):
tangan
mati
air Makanan
Minuman Pejamu
Tinja Sayur-sayuran
(host)
dsb
lalat
sakit
tanah
Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran
minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan
sebagainya) dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut.
Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah
menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menyebabkan penyakit
bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan
Sebagian besar kuman penyakit yang mencemari air dan makanan berasal dari
faeces hewan dan manusia. Mereka mencakup bakteri, virus, protozoa dan cacing
dan masuk bersama air atau makanan, atau terbawa oleh mulut dan jari-jari yang
mereka dapat memasuki ke badan air yang lain, yang selanjutnya dapat
bertahan dalam waktu lama di luar badan. Mereka dapat bertahan di limbah
manusia dan kadang-kadang di dalam tanah dan ditularkan ke air serta bahan
makanan. Organisme yang lebih tahan dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat
(Widiati, 2001).
2. Perkembangbiakan lalat.
Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara
sangat besar. Lalat rumah, selain senang menempatkan telurnya pada kotoran
kuda atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran manusia
yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami penguraian. Lalat
itu hinggap dan memakan bahan itu, mengambil kotoran dan organisme hidup
panas, prevalensi penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja biasanya lebih
tinggi karena pada saat ini, lalatnya paling banyak dan paling aktif (Suparmin,
2002).
Sementara itu, beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
a. Tifus
Salmonella typhi, dengan reservoir adalah manusia. Gejala utama adalah panas
yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu
(rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Penularan dapat terjadi dari orang ke orang,
atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri.
b. Disentri
protozoa. Gejala utama penyakit adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.
Penyakit ini sering pula ditemukan tanpa gejala yang nyata, sehingga seringkali
komplikasi, seperti asbes hati, radang otak dan perforasi usus. Amoebiasis ini
seringkali menyebar lewat air dan makanan yang terkontaminasi tinja dengan
kista amoeba serta dapat pula dibawa oleh lalat. Karena amoeba membentuk
kista yang tahan lama di dalam lingkungan di luar tubuh, maka penularan mudah
c. Kolera
Penyakit Kolera disebabkan oleh Vibrio cholerae. Kolera adalah penyakit usus
halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan banyak
kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi
dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai
air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui. Orang dewasa dapat meninggal
dalam waktu setengah sampai dua jam, disebabkan dehidrasi. Reservoir bakteri
kolera adalah manusia yang menderita penyakit, sedangkan penularan dari orang
ke orang, ataupun tidak langsung lewat lalat, air, serta makanan dan minuman
(Slamet, 2009).
d. Schistosomiasis
yang bersarang di dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan kandung kemih.
Reservoirnya selain penderita, juga anjing, kijang dan lain-lain hewan penderita
Schistosomiasis. Telur Schistosoma ini keluar dari tubuh penderita bersama urin
ataupun tinja. Untuk dapat hidup terus telur itu harus berada di perairan, menetas
menjadi larva miracidium dan untuk dapat berubah menjadi larva yang infektif,
maka ia harus masuk ke dalam tubuh siput air. Miracidium di dalam siput
berubah menjadi larva cercaria, keluar dari tubuh siput, berenang bebas di
perairan. Larva ini dapat memasuki kulit orang sehat, yang kebetulan berada di
air tersebut (misalnya di sawah). Larva kemudian ikut dengan peredaran darah,
bermigrasi ke dalam pembuluh darah balik sekitar usus ataupun kandung kemih.
Jumlah telur cacing yang banyak akan mendesak dinding pembuluh darah
sehingga robek dan terjadi perdarahan. Gejala 4-6 minggu setelah infeksi berupa
kencing dan berak darah. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian yang
terjadi cirrhosis atrofis dan kadang-kadang cacing dapat ikut dengan peredaran
darah ke dalam otak dan menimbulkan kerusakan. Cacing ini sudah banyak
menyebabkan kerugian dan penderitaan, karena pengobatannya kurang efisien,
yang luas, dan meninggalkan banyak cacat dan kelemahan (Slamet, 2009).
f. Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah
dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi,
(75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare
Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah
apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian
Penyakit cacing tambang (hookworm disease) adalah suatu infeksi saluran usus
manusia yang terinfeksi. Cara pemindahannya adalah larva dalam tanah yang
(Chandra, 2007):
2. Reservoir
Apabila salah satu faktor di atas tidak ada, penyebaran tidak akan terjadi.
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
1990).
Jamban merupakan kebutuhan dan salah satu sanitasi dasar yang wajib
dipenuhi. Untuk menjaga fungsinya hendaknya jamban dipelihara baik dengan cara:
d. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa
e. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
g. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (Depkes RI, 2004).
Karakteristik responden:
- Tingkat pendidikan
- Tingkat penghasilan
Variabel Penelitian :
jamban keluarga.
keluarga.
Ha: Tidak ada hubungan antara sikap responden terhadap kepemilikan jamban
keluarga.
keluarga.
jamban keluarga.
jamban keluarga.
Ha: Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap kepemilikan
jamban keluarga.