Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan

1. Bagaimana proses penutupan diastema pada kasus?

2. Bagaimana proses kegoyangan gigi anterior hilang?

3. Apakah terjadi rekurensi setelah tindakan non bedah?

4. Bagaimana patogenesis siklosporin sehingga menyebabkan terjadinya

pembesaran gingiva?

5. Apa yang dimaksud dengan saburral tongue?

Jawaban

1. Pada kasus terlihat adanya diastema gigi anterior sekitar 2,5 mm di antara

insisivus sentral maksila. Setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawat

dan berdiskusi dengan pasien, akhirnya rencana perawatan yang akan

dilaukan yaitu perawatan non bedah termasuk pembersihan karang,

penghalusan akar, instruksi kebersihan mulut, dan ekstraksi gigi 46. Enam

bulan setelah kunjungan pertama pasien, peningkatan yang signifikan pada

kondisi periodontalnya serta kontrol plak yang lebih efektif diamati. Hasil

probing periodontal mengungkapkan beberapa residual tetapi sebagian besar

mengalami penurunan poket periodontal dan kegoyangan gigi derajat I pada

gigi anterior atas dan bawah dan molar kedua kanan bawah. Selain itu,

diastema antara gigi insisivus atas menutup "secara spontan" setelah

perawatan. Jadi hanya dengan perawatan non bedah dan kontrol plak oleh

pasien diastema dapat menutup secara spontan.

17
2. Perawatan non bedah termasuk pembersihan karang, penghalusan akar,

instruksi kebersihan mulut, dan ekstraksi gigi 46 menunjukkan peningkatan

yang signifikan pada kondisi periodontal. Selain itu, diastema antara gigi

insisivus atas menutup "secara spontan" setelah perawatan juga hasil probing

periodontal mengungkapkan beberapa residual tetapi sebagian besar

mengalami penurunan poket periodontal dan kegoyangan gigi derajat I pada

gigi anterior atas dan bawah dan molar kedua kanan bawah. Pemeriksaan

klinis dan pemeriksaan periodontal setelah 2 tahun masa tindak lanjut

menunjukkan kebersihan mulut yang sangat baik, pengurangan poket terus-

menerus, dan kegoyangan gigi dalam batas normal untuk semua gigi yang

tersisa. Jadi setelah dilaukan perawatan non bedah poket periodontal menurun

begitu juga dengan kegoyangan gigi menjadi derajat I, bahkan semakin

membaik atau dalam batas normal untuk semua gigi dapat dilihat pada

pemeriksaan klinis setelah 2 tahun masa tindak lanjut.

3. Pada kasus akan tetap adanya rekurensi pembesaran gingiva selama pasien

masih mengonsumsi siklosporin sebagai obat imunosupresan. Dampak negatif

dalam rongga mulut dari terapi siklosporin yakni terjadinya pembesaran

gingiva. Maka dari itu pentingnya menjaga control plak oleh pasien itu sendiri

agar kondisi periodontal pasien tetap sehat sehingga mengurangi risiko

terjadinya rekurensi pembesaran gingiva. Namun jika peradangan jaringan

berlanjut setelah debridemen non bedah yang teliti atau jaringan yang

membesar mengganggu kesehatan periodontal pasien, pembersihan yang

dilakukan sendiri, atau penampilan estetik, intervensi bedah diindikasikan.

18
Banyak pendekatan untuk menghilangkan jaringan berlebih yang bisa

dilakukan, termasuk bedah gingivektomi, bedah flap, bedah elektro, dan laser

gingivektomi.

4. Patogenesis pembesaran gingiva pada terapi siklosporin belum diketahui

pasti, pengaruh dari proliferasi fibroblast serta pengurangan kemampuan

matriks ekstraselular diduga berperan dalam hal ini. Beberapa penelitian juga

mendapatkan bahwa hal tersebut disebabkan adanya akumulasi komponen

matriks yang abnormal di jaringan konektif gingiva. Riset secara histologi

melaporkan adanya perubahan pada komponen epitel yang ditandai dengan

pembesaran epitel, dan elongasi atau memanjangnya rate peg yang menembus

jauh ke dalam jaringan konektif. Peningkatan aktivitas mitosis pada

pembesaran gingiva juga dilaporkan sebagai pengaruh terapi siklosporin. Pada

beberapa penelitian secraa in vitro yang meneliti antara siklosporin dengan

sistem imun, diketahui bahwa pada kondisi fisiologis normal proses

pembentukan tulang maupun resorbsi tulang berjalan seimbang dengan

adanya osteoklas dan osteoblast. Siklosporin membuat kondisi tersebut

menjadi tidak seimbang, dengan proses resorbsi yang lebih cepat dari proses

pembentukan tulang. Ditemukan juga bahwa siklosporin mempengaruhi

regulasi biosintesis fibroblast pada gingiva manusia, mungkin ini yang

menyebabkan kerusakan jaringan pada penyakit periodontal.

5. Saburral tongue adalah lesi superfisial bewarna putih kekuningan dibagian

belakang lidah, lesi menyerupai kandidiasis pseudomembran tetapi tidak

dapat dihilangkan. Lesi mukosa mulut ini merupakan yang paling sering

19
ditemukan setelah pemeriksaan oral menyeluruh pada pasien penerima

transplantasi ginjal selain pembesaran gingiva dan leukoplakia.

20

Anda mungkin juga menyukai