Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KEBUTUHAN OKSIGENASI DIRUANG MANGGIS RSUD CENGKARENG

JAKARTA BARAT

2019

DISUSUN OLEH

ENDAS

19.156.11.03.017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1.1 Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen o2 dalam system
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energy, dan air. Akan tetapi
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahid Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponene gas dan unsur vital dalam
proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup o2
ruangan setiap kali bernapas, (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel
tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yang berartibagi tubuh,
salah satunya adalah kematian. Karenanya berbagai upaya perlu dilakukan
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi
dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut.
1.2 Anatomi Fisiologi System Pernafasan
Struktur system pernafasan
1. System pernaasan atas
System pernafasan atas terdiri mulut, hidung, faring, dan laring.
Hidung, pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan,
humidifikasi, dan penghangatan.
Faring, faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaringeal dan orofaringeal yang kaya
akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman pathogen yang masuk bersama udara.
Laring, laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan yang
biasa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga
berfungs mempertahankan kepatenanan dan meloindungi jalan nafas
bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. System pernafasan bawah
System pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru
dan pleura.
Trakea merupakan pipa membrane yang dikosongkan oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
Paru-paru ada dua buah terletak disebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri dari beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus)
dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan–jaringan paru paru sendiri terdiri
atas serangkaian jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru
dilapisi oleh dua lapis peindung yang disebut pleura. Pleura pariental
membatasi thorak dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan
friksi selama bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Pernafasan eksternal
Pernafasan eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam
tiga langkah, yakni:
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernafas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat
dan system pernafasan yang utuh, rongga thorak yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru
adekuat.
2. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus kepembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah.
Proses ini berlangsung dialveolus dan membrane kapiler, dan
dipengaruhi oleh ketebalan membrane serta perbedaan tekanan
gas
3. Transfor oksigen dan arbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transfor gas-gas
pernafasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.
b. Pernafasan internal
Pernafasan internal (pernafasan jaringan) menjadi pada proses
metabolism intrasel yang berlangsung dalam mitikondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energy molekul nutrient. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti dikapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan
gradient tekanan parsial.
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan System Oksigenasi
a. Factor fisiologi
1. Menurunnya mengikat O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernafasan
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen
4. Meningkatnya metabolism seperti adanya insfeksi, demam, luka dan
lain-lain
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru
b. Factor perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigenberkurang
2. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan coroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebabkan intake nutrisi/Fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan
5. Kecemasan, menyebabkan metabolism meningkat
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system pernafasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernafasan cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena
kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa
seperti asidosis metabolic tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi,
nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadinya ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelectasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan
gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidakseimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 selular akibat defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat selular.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
berkurangnya konsentrasi O2 jika berada jika berada dipuncak gunung.
Tanda-tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam
sianosis, sesak nafas.
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan mengeluh nyeri dada bagian tengah, mengatakan
sesak napas, mual.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada sudah 3 hari yang lalu, sesak napas, mual.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat HT
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit yang sama.
5. Riwayat psikologis
Klien menerima keadaan yang sedang dirawat
2.1.1 Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg, Nadi 88x/menit, pernapasan
24x/menit, suhu 36,6oc, kesadaran composmentis, tinggi badan 150
cm, berat badan 55 kg
2. Warna kulit : sawo matang, turgor kulit elastis, akral hangat
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4. Klien tidak mengalami perubahan perilaku.
2.1.2 Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium :
No. Lab: 190904250
Nama: Ny. S

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 36 % 35-47
Leukosit 10,1 103/µL 3,6-11,0
Trombosit 325 103/µL 150-440
KIMIA KLINIK
Glukosa Sure Step 138 mg/dL <110
Ureum 56 mg/dL 21,0-43,0
Kreatinin 1,9 mg/dL 0,5-1,0
ELEKTROLIT
SERUM
Natrium 145 mmol/L 136-146
Kalium 4.3 mmol/L 3,5-5,0
Chlorida 111 mmol/L 98-106

2.2 Diagnnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Ketidakefektifan pola napas (00032)
2.2.1 Definisi
Inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
2.2.2 Batasan karakteristik
- Perubahan kedalaman pernafasan
- Perubahan ekskursi dada
- Mengambil posisi tiga titik
- Bradipnea
- Penurunan ventilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Dyspnea
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan cuping hidung
- Fase ekspirasi memanjang
- Takipnea
- Penggunaan otot aksesorius bernafas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dindng dada
- Keletihan
- Hiperventilasi
- Sindrom hioventilasi
- Kerusakan neurologis
- Disfungsi neuro mascular
- Cidera medulla spinalis
Diagnosa II: Intoleransi aktivitas
2.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energy psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
2.2.5 Batasan karakteristik
- Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
- Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
- Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
- Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
- Dipsnea setelah beraktivitas
- Menyatakan merasa letih
- Menyatakan merasa lemas
2.2.6 Faktor yang berhubungan
- Tirah baring atau imobilisasi
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Imobilitas
- Gaya hidup monoton

2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Ketidakefektifan pola napas (00032)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, respiratory status:
airway dengan kriteria hasil:
- 040301 frekwensi pernapasan rentang normal.
- 040302 irama pernapasan teratur.
- 040303 Kedalaman inspirasi
- 040304 Ekspansi dada simetris.
- 040305 Mudah untuk bernafas.
- 040314 Tidak ada dispnea.
- 040316 Tidak terdapat nafas pendek.
2.3.2 Intervensi keperawatan (NIC)
- Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.
- Catat pergerakan dada, kesimetrisan.
- Monitor kebisingan respirasi.
- Palpasi ekpansi dada.
- Auskultasi suara nafas.
- Membuka jalan napas.
- Memberi terapi oksigen.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Monitor pernapasan lewat hidung
Diagnosa II: Intoleransi aktivitas
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, respiratory status:
airway dengan kriteria hasil:
Activity tolerance
- 0005 000501 Saturasi oksigen pada saaat beraktivitas dalam batas
normal.
- 000502 nadi dalam batas normal saat beraktivitas.
- 000503 respirasi rate dalam batas normal saat beraktifitas.
- 000508 mudah bernafas dalam beraktifitas.
- 000504 tekanan siastolik dalam batas normal saat beraktifitas.
000505 tekanan darah diastolic dalam batas normal saat beraktifitas.
2.3.4 Intervensi keperawatan (NIC)
- Kolaburasi dengan dokter & tenaga pendidik.
- bantu untuk memfokuskan apa yang harus pasien lakukan.
- Bantu untuk mengelompokkan dan mandapatkan penghasilan dari
kegiatan yang di inginkan
- Intruksikan pasien atau keluarga bagaimana menampilkan keinginan
aktivitas yang di inginkan.
- Bantu dengan aktivitas fisik yang biasa di lakukan
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002 . keperawatan medical bedah. Vol: 1, Jakarta. EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi
dalam praktek. Jakarta: EGC.

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3.
Salemba: Medika.

Anda mungkin juga menyukai