Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PENGANGKUTAN, PERALATAN DAN PEMASARAN

6.1. Tata Cara Pengangkutan


Jenis Jasa yang ditangani PT. SAND MINING yaitu penyediaan :
 Penambangan pasir kuarsa.
 Jalan Angkut dari PT. SAND MINING sampai konsumen melalui
jalur darat.

Kelancaran target produksi per tahun tergantung pada pengangkutan


melalui jalan darat yang terencana, dengan Geometri jalan angkut sebagai
berikut:

1. Lebar Jalan Untuk Jalan Lurus Dan Tikungan


a. Lebar jalan pada jalan lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah
dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan
jalan (lihat Gambar 1). Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara
sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu
menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan dengan pengertian
bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur. Seandainya lebar
kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah
Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Lmin = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)……………….(1)


di mana : Lmin = lebar jalan angkut minimum,
mn = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut, m
Dengan demikian, apabila lebar truck Colt Diesel FE-74 PS 125 antara
dua kaca spion kiri-kanan 1.970 m, maka lebar jalan lurus minimum
dengan lajur ganda adalah sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)
= 2 (1,970) + (3) (½ x 1,970)
= 6,895 m = 7 m

Gambar 6.1.a
Lebar Jalan Pada Jalan Lurus
b. Lebar Jalan Pada Tikungan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar
daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan
minimum pada belokan didasarkan atas:
 Lebar jejak ban;
 Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
dan belakang pada saat membelok;
 Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;
 Jarak dari kedua tepi jalan.
Dengan menggunakan ilustrasi, dapat dihitung lebar jalan minimum
pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:

Wmin = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
Z = (U + Fa + Fb )/2
di mana :
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m
U = lebar jejak roda (center to center tires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m
Misalnya akan dihitung lebar jalan membelok untuk dua lajur truck
FE-74 PS 125. Lebar sebuah ban pada kondisi bermuatan dan bergerak
pada jalan lurus adalah 1 m. Jarak antara dua pusat ban 3,350 m. Pada
saat membelok meninggalkan jejak di atas jalan selebar 1,10 m untuk
ban depan dan 1,95 m untuk ban belakang. Bila jarak antar truck
sekitar 5 m, maka lebar jalan membelok adalah sebagai berikut:
Lebar jejak ban pada saat bermuatan :1m
Jarak antar pusat ban : 3,350 m
Saat belok lebar jejak ban depan : 1,10 m
Lebar jejak ban belakang : 1,95 m
Jarak antar dua truck :5m
Z = ( 3,350 + 1,10 + 1,95 )/2
= 3,2 m
Wmin = 2( 3,35 + 1,10 + 1,95 + 3,2 ) + 5
= 24,2 m = 23 m
2. Super Elevasi Pada Tikungan Jalan.
Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada
lengkung horizontal. Superelevasi bertujuan untuk memperoleh komponen
berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Semakin besar
superelevasi, semakin besar komponen berat kendaraan yang diperoleh.
permukaan yang ada pada tikungan dan juga bertujuan untuk membantu
kendaraan mengatasi tikungan sehingga alat angkut tidak tergelincir pada
saat melewati tikungan dengan kecepatan maksimum. Hasil perhitungan
superelevasi aktual untuk setiap segmen jalan tikungan dapat dilihat pada
tabel 4.1. berikut:

Segmen Lebar Jarak Beda Superelevasi


Tikungan Mendatar Tinggi (m/m)
(m) (m) (m)
C-D 6,2 6,18 0,43 0,0699
D-E 12,7 12,69 0,44 0,0349
G-H 11,48 11,46 0,6 0,0524

Untuk mendapatkan nilai superelevasi, kecepatan yang digunakan adalah


kecepatan maksimum dari alat angkut saat melewati tikungan yaitu sebesar
20 km/jam dengan superelevasi maksimum sebesar 0,1.Sedangkan
koefisien gesekan dapat menggunakan perhitungan. Berikut :

Apabila V < 80 km/jam F = ( -0,0065 x v) + 0,192

Apabila v antara 80 – 112 km/jam

Maka untuk harga koefisien gesekan dengan v = 20 km/jam F = (-


0,00125 x v ) +0,192 Maka untuk harga koefisien gesekan dengan v = 20
km/jam adalah F = (- 0,00065 .v ) + 0,192 = ( - 0,00065 x 20) +0,192

= 0,179
Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi alat angkut
yang digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros roda depan dan
𝑉2
belakang. Jari-Jari Tikungan (R) = 1,27 (𝑒+𝑓)

202
=
127 .(0,1+0,166)

= 11,28 m

3. Cross Slope Pada Jalan Masuk Permuka Kerja.


Kemiringan Melintang ( Cross Slope) Kemiringan melintang sangat
perlu dibuat untuk mengatasi masalah drainase supaya kondisi permukaan
jalan tidak tergenang oleh air dan permukaan jalan tidak mudah rusak
sehingga aktivitas pengangkutan batubara menjadi lancar dan
produktivitas alat angkut menjadi optimal. Angka cross slope pada jalan
angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan horisontal,
dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki cross slope 40
mm/m. Ini berarti setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda tinggi
sebesar 40 mm = 4 cm. Pembuatan kemiringan melintang (cross slope) ini
berdasarkan lebar jalan pada kondisi lurus dan dilakukan dengan cara
membuat bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan. Sehingga
untuk jalan angkut dengan lebar 21,7 m (dua jalur) mempunyai beda
ketinggian pada poros jalan sebesar:
Untuk jalan angkut dua jalur :
a = ½ lebar jalan
=½x7m
= 3,5 = 4 m
sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
b = 4 m x 40 mm/m
= 160 mm
= 1,6 cm
Jadi nilai cross slope yang baik untuk jalan angkut dengan lebar jalan 7 m
adalah 160 mm/m. Jalan produksi yang baik memiliki kemiringan
melintang 20 mm/m sampai 40 mm/m.

6.2. Peralatan

6.2.1. Pemilihan Peralatan Tambang

Salah satu tahapan penting dalam perencanaan adalah manajemen


peralatan. Manajemen peralatan diperlukan agar penggunaan peralatan
dapat efektif dan efsien. Sistematika manajemen peralatan terdiri dari

1. Pemilihan Alat Berat

Hal-hal yang mempengaruhi pemilihan alat berat adalah:

a. Kondisi medan kerja


b. Sifat fisik dan mekanik material yang meliputi :
 Pengembangan dan penyusutan material
 Berat material
 Bentuk material
 Kohesifitas material
 Daya dukung material
c. Jarak angkut material
d. Kuantitas pekerjaan
e. Kapasitas alat
f. Teknologi
g. Dana yang tersedia
h. Peraturan pemerintah
i. Dan lain-lain
2. Pengganti suku cadang (spare parts )
3. Perawatan
4. Pembelanjaan ( anggaran )
5. Operasi kegiatan
6.2.2. Waktu Kerja Alat

Waktu kerja alat pada kegiatan penambangan meliputi kegiatan


pengupasan tanah penutup, penggalian pasir batu dan pengangkutannya
direncanakan 1 shift/hari, 8 jam/sift dan hari kerja perminggu sebanyak 6
hari, total waktu kerja tersedia selama setahun adalah 2400 jam.

Sabtu – Kamis Jum’at


Kegiatan Waktu Durasi Kegiatan Waktu Durasi
Kerja 07.00 - 5 jam Kerja 07.00 - 4,5 Jam
Produktif 1 12.00 Produktif 1 11.30
Istirahat 12.00 - 1 jam Istirahat 11.30 – 2 Jam
13.00 13.30
Kerja 13.00 - 4 jam Kerja 13.30 – 3,5 Jam
produktif 2 17.00 Produktif 2 17.00
Total waktu kerja produktif 9 jam 8 Jam

Tabel 6.2.2
Waktu Kerja Alat.
6.2.3. Produktivitas Peralatan

Pada operasi penambangan excavator digunakan untuk


melakukan penggalian material pasir, mengumpulkannya pada suatu lokasi
dekat penggalian dan memuat ke atas alat angkut. jenis atau tipe excavator
yang digunakan untuk pemuatan material pasir adalah Excavator PC 200.

Waktu Cycle Time Total


Gali Swing Isi Tumpah Swing Kosong
(A) (B) (C) (D)
Detik 5,5 6,33 2,65 5,47 19,98
Menit 0,09 0,10 0,04 0,09 0,33

Tabel 6.2.3. a
Cycle Time Exsavator
Pada operasi penambangan dump truck digunakan untuk melakukan tugas-
tugas yakni melakukan pengangkutan, pencurahan hasil kegiatan coal getting dari
tambang ke lokasi stock file. jenis atau tipe dump truck yang akan digunakan
untuk pengangkutan material pasir di tambang adalah dump truck Mitshubishi PS
125 sebanyak 8 unit.
6.3 Pemasaran Bahan Galian

6.3.1.Prospek Pemasaran
Di daerah Provinsi Kalimantan Tengah terdapat deposit pasir
kuarsa yang tersebar antara lain di daerah daerah yakni Kecamatan
Sabangau, Kelurahan Sabaru, Kabupaten Barito Utara, Barito Selatan,
Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Sebagai
gambaran adalah deposit pasir kuarsa di Kelurahan Sabaru hampir di
seluruh areal penelitian memiliki keberadaan bahan galian pasir kuarsa
yang nyaris merata, hal ini dikarenakan keseragaman formasi Dahor pada
lokasi rencana tambang yang mendominasi di Kecamatan Sabangau.
Kemudian pada daerah Kabupaten Barito Selatan terdapat di daerah
Gunung Bintang Awai dan Dusun Timur dengan jumlah cadangan
diperkirakan ratusan juta ton serta kandungan kadar silika (SiO2) nya
diatas 90 %, namun belum diteliti secara rinci kualitas pasir kuarsa
tersebut untuk industri keramik seperti refraktori, bodi keramik, glasir,
industri gelas, industri bahan bangunan beton dan industri pengecoran
logam.
Yang dimaksud dengan “foundry sand” yaitu pasir silika atau
kuarsa yang digunakan untuk membuat bentuk barang pada pengecoran
logam utamanya adalah untuk pengecoran logam besi. Sifat-sifat fisik
yang penting perlu diuji pada industri pengecoran logam antara lain adalah
tekstur atau fineness, permeabilitas, kekuatan mekanis, deformasi dan
“flowability” bahan. Adapun karakterisasi yang penting daripada pasir
kuarsa tersebut antara lain yaitu besar butiran pasir berkisar antara 0,40
mm s/d 3,00 mm; bentuk butirannya adalah subangular sampai dengan
bentuk angular, dan permukaan butiran pasir bersifat halus sampai kasar
serta bersih atau bebas dari bahan pengotor clay. Disamping itu, sifat
ukuran kehalusan butir pasir kuarsa yang disebut dengan istilah “fineness”
juga penting diamati.
Menurut American Foundrymen’s Association (AFA) dikatakan
bahwa kelas clay merupakan suatu bahan dengan diameter partikel lebih
kecil ( < ) 20 micron, dan ukuran butir pasir yang diameternya diatas ( > )
20 micron disebut sebagai butiran atau “grain”. Bahan pasir yang
dominant mengandung unsur butiran (grain)nya disebut pasir kasar, dan
kandungan unsur grainnya relatif sedikit dapat disebut pasir halus (fine
sand). Menurut AFA dikatakan bahwa kehalusan suatu pasir dinyatakan
sebagai “grain fineness number” (GFN) artinya suatu bilangan mesh per
inci ukuran ayakan. Pasir kuarsa yang berfungsi sebagai agregat pada
konstruksi beton biasanya dapat disebut sebagai agregat halus dengan
ukuran butirnya berkisar antara 0,125 – 1,0 mm dan kandungan bahan
halus (lempung atau clay) dengan ukuran butir 0,075 mm (200 mesh)
maksimum adalah 3,0 %.

6.3.2.Sistem Penjualan
Kontrak Penjualan Dengan Konsumen
Penjualan pasir kuarsa di PT. SAND MINING dilakukan
dengan sistem kontrak dimana pasir kuarsa di gali berdasarkan
permintaan pembeli per Dump Truck, dimana satu Dump Truck
diisi dengan berisi maks. 5 ton per truck. Berikut daftar jalinan
kontrak kerja penjualan pasir kuarsa di PT. SAND MINING :
 Kontrak Dengan Pemilik Usaha Beton
 Kontrak Dengan Pemilik Usaha Campuran Kaca/ Gelas
 Kontrak Dengan Pemilik Usaha Campuran Semen
Sistem kontrak dengan pemilik usaha beton adalah PT.
SAND MINING bertugas untuk menyuplai sesuai dengan nilai jual
beli yang tertera dalam perjanjian, baik nantinya disimpan di
stockpile sesuai peruntukan masing-masing konsumen.

Jumlah dan Harga


Pasir kuarsa dengan dijual dengan harga Rp 500.000,-/ton
atau dalam satu bak Truck bermuatan Maks. 5 ton dalam sekali angkut.
PT. SAND MINING memproduksi sekitar BCM/Tahun.

Anda mungkin juga menyukai