Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Dosen Pembimbing : Sulistyo Andarmoyo, S. Kep,. Ns,. M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 10
No Nama
1. Adelia Putri Yuniardi
2. Wiji Ayuningtyas
3. Kevin Setiawan
4. Ilham Prayogi
5. Iqbal Fachrudin
6. Krisnadina Bunaina S
7. Priesca D. O. C
8. Sinta Ratnasari
9. Krisnadini Bunaini S

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
A. Topik
Terapi aktivitas kelompok: Defisit Perawatan Diri Mandi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu
memahami tentang cara melakukan perawatan personal hygiene yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu menjawab
pertanyaan tentang:
a. Manfaat membersihkan diri
b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut)
c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.
C. Landasan Teori
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygene),
berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
(Poter. Perry, 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).

1
2. Jenis-jenis Perawatan diri
a. Kurang perawatan diri: Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian / berhias. Kurang
perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah:
2004, 79).
3. Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri
adalah:
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

2
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor – faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

3
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Dampak Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
1) Mandi/hygene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
memprsiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian,

4
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4) BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan
kotor Gigi kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
D. Klien
1. Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien yang bisa membaca
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.
d. Klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik devisit perawatan diri.

5
c. Mengumpulkan klien yang termasuk dari karakteristik masalah
devisit perawatan diri untuk mengikuti TAK.
E. Uraian Struktur Kelompok
1. Tempat : Ruang Lab Komunitas
2. Hari /tanggal :
3. Waktu :
4. Lamanya : ± 30 menit
5. Jumlah anggota : 10 orang.
6. Pengorganisasian
a. Leader: Yanni
Tugas:
1) Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim terapi
2) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4) Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan dan
memperaktek kan cara perawatan kebersihan diri (kulit, mulut, dan
rambut)
b. Fasilitator: Novia Priskawati, Hartinah
Tugas:
1) Memotivasi peserta yang kurang aktif.
2) Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan.
c. Observer: Viki Suryana
Tugas:
1) Mengamati proses kegiatan
2) Menilai jalannya TAK.
3) Menyimpulkan hasil kegiatan.
d. Nama Pasien
1) Nn. Monica Sales
2) Nn. Roni Hidayat
3) Tn. Andriani Baun
4) Nn. Cepi

6
F. Metode
1. Ceramah, Praktek dan Tanya jawab.
2. Media yang digunakan: kertas putih, spidol, pulpen, bola dan Hand
phone.
G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan agar
klien berperan aktif dalam TAK.
2. Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit:
a. Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang akan
meninggalkan ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada perawat.
b. Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk mengikuti TAK
tapi setelah TAK selesai temui klien dan tanyakan mengapa tadi ia
meninggalkan TAK.
H. Proses Evaluasi
1. Waktu
2. Kehadiran
3. Topik diskusi
4. Isu, ide dan pendapat anggota
5. Strategi leader
6. Rencana strategi berikutnya
7. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.
I. Bentuk Formasi Kelompok
Formasi Kelompok : Membentuk lingkaran.
J. Proses Pelaksanaan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalan di mulai oleh leader dilanjutkan oleh fasilitator, dan
observer.
3) Perkenalan oleh masing-masing klien dengan menyebutkan nama, asal
ruangan perawatan
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main.

7
1) Penjelasan aturan main dan tujuan terapi oleh leader
Sebelum memulai permainannya, saya menjelaskan tujuan dari
permainan ini yaitu supaya kita menjaga kebersihan diri kita dengan
mandi,menggosok gigi, dan mencuci rambut. Aturan mainnya yaitu
teman-teman disini diharapkan mengikuti kegiatan TAK dari awal
sampai akhir, jika ada teman-teman yang ingin meninggalkan
permainan TAK ini atau kekamar mandi, teman-teman harus minta
izin dengan Leader.
2) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder /suster
akan memberikan bola, dan berputar searah jarum jam, lalu musik
berhenti dan bola pun berhenti pada salah satu teman-teman. lalu
teman yang memegang bola berdiri dan memberikan salam,
menyebutkan nama
3) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di
berikan identitas berupa papan nama.
2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan.
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang:
Manfaat membersihkan diri yang dibantu oleh fasilitator.
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka yang
memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk pertama
kali diawali oleh leader.
d. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan
manfaat membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali
menulis alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang bola
wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh leader.
g. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu sudah dapat menyebutkan
alat-alat yang digunakan untuk mandi ”

8
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah
membersihkan diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut), bagi
yang memegang bola saat music berhenti, maka wajib untuk
menyebutkan, yang dimulai oleh leader dan dilanjutkan oleh anggota
TAK.
i. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah
mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.
3. Fase Teminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
b. Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu setelah kita bermain TAK
selama 30 menit?
c. Coba bapak/ibu sebutkan langkah-langkah mandi, menggosok gigi dan
mencuci rambut.

Anda mungkin juga menyukai