Hipertensi Buk Mutia
Hipertensi Buk Mutia
“SCABIES”
DISUSUN OLEH :
AGNICA MIRZA
(G1B116011)
Dosen pembimbing
Ns. Nurlinawati.,S.Kep, M.Kep
1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang scabies selama
1x18 menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang scabies.
1.2.2 TujuanKhusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi
selama 1x18 menit, diharapkan keluarga memahami:
a. Pengertian scabies
b. Penyebab scabies
c. Cara penularan scabies
d. Tanda dan gejala scabies
e. Cara pencegahan scabies
f. Pengobatan scabies
1.3 Metode
a. Presentasi
b. Diskusi
c. Tanya jawab
A. PENGERTIAN
Skabies adalah penyakit kulit dan kelamin yang berisifat menular
yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes
scabiei varietas hominis. Di indonesia skabies di kenal dengan nama
kudik, kudis dan penyakit ampera.
B. PENYEBAB
Skabies ditularkan oleh kutu betina, melalui kontak fisik yang
erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur
dan perabot rumah. Jarang terjadi kutu dapat hidup di luar kulit hanya
2-3 hari. Kutu ini dapat membuat lubang-lubang dibawah permukaan
kulit, biasanya disela-sela antara jari dan pergelangan tangan atau
dibagian depan siku dan sekitar alat-alat kelamin dan sangat gatal.
Penderita maunya menggaruk-garuk terus bintil-bintil itu setiap
waktu, dan bila kuku jari cukup panjang maka kuku itu dapat
menyebabkan luka. Maka garukan dari kuku kotor tersebut akan
menyebabkan infeksi kulit, selanjutnya akan timbul gelembung-
gelembung kecil seperti gudik atau bisul. Penyakit ini banyak
dijumpai pada anak dan orang dewasa muda. Tetapi dapat mengenai
semua umur. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya
adalah kemiskinan, hygiene (kebersihan diri) yang jelek, demografi
dan derajat sensitasi individual.
C. CARA PENULARAN
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, adapun cara penularanya adalah :
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang
dewasa hubungan seksual merupakan cara tersering, sedangkan pada
anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui
perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai
peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam
penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama
adalah selimut, pakaian dalam bagi penderita perempuan. Skabies
Norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada
rumah sakit, panti jompo, pemondokan/asrama dan rumah sakit jiwa
karena banyak mengandung tungau. Tungau itu sendiri suka dalam
keadaan lingkungan yang lembab dan pada pakaian yang kotor.
(Djuanda, 2006).
D. GEJALA PENYAKIT
Gejala seseorang terkena skabies adalah kulit penderita gatal-gatal
penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang
disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika
terinfeksi (Djuanda, 2006)
a. Gejala utama
Gejala utama adalah rasa gatal pada malam hari Rasa gatal
karena pembuatan terowongan oleh Sarcoptes Scabies di Startum
Korneum, yang pada malam hari temperatur tubuh lebih tinggi
sehingga aktivitas kutu meningkat (Goldstein, 2001). Gatal
merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul.
Rasa gatal hanya pada lesi, tetapi pada skabies kronis gatal dapat
terasa pada seluruh tubuh.
b. Erupsi kulit
Erupsi kulit tergantung pada derajat sensitasi, lama
infestasi, hygiene perorangan, dan pengobatan sebelumnya, erupsi
kulit Batognomatik berupa terowongan halu dengan ukuran 0,3-0,5
milimeter, sedikit meninggi, berkelok-kelok, putih keabuan dengan
panjang 10 milimeter sampai 3 centimeter dan bergelombang
(Goldstain, 2001)
c. Lesi kulit
Lokasi lesi kulit terdapat pada sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian dalam, lipatan aksila bagian depan,
perut sekitar umbilikus dan pantat. Pada wanita juga terdapat pada
areola mamae dan bagian bawah mamae, sedangkan pada laki-laki
lesi kulit ditemukan sekitar genetalia eksterna. Pada bayi distribusinya
sampai mengenai seluruh tubuh termasuk punggung, kepala, leher
bahkan sampai wajah, orang dewasa tidak sampai mengenai wajah
(Goldstein, 2001)
E. CARA PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-
orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi
dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk
mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.
Selain itu, Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah
penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu di anjurkan terlebih dahulu
untuk merebus kain di dalam air yang mendidih selama 1 jam.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga
kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.
Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari
E. PENGOBATAN SCABIES
a. pengobatan secara medis
Pengobatan Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang
tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang
dari 2 tahun. Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Secara umum sulfur bersifat aman bila
digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan
salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama
tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin
merupakan satu- satunya pilihan di negara yang membutuhkan
terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan
membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6)
yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat
aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui
serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak,
mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) Benzil benzoat adalah ester asam
benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam
peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada
tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan
periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak,
dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita
harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan.
Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi
ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif
dalam pengelolaan resistant crusted scabies.
3. Daun srikaya
Kandungan : daun buah terdapat astringen, antiradang,
antheimetik, sifatnya sedikit dingin.
Cara pemakaian: cuci daun srikaya segar ( 15 lembar ) lalu gilig
sampai halus, kemudian remas dengan air kapur sirih sebanyak
satu sendok teh dan gunakan untuk menggosok kulit yang terkena
kudis. Lakukan sehari dua kali.
DAFTAR PUSTAKA