Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“SCABIES”

DISUSUN OLEH :
AGNICA MIRZA
(G1B116011)

Dosen pembimbing
Ns. Nurlinawati.,S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SCABIES

Topik/Judulkegiatan : Pendidikan Kesehatan Tentang Scabies


Hari/Tanggal :Jumat,06 Desember 2019
Jam : 09.00-09.18 WIB
Waktu : 18 Menit
Tempat : Rumah Tn.A
Sasaran : Keluarga Tn.A

1.1 Latar Belakang


Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)
Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran
sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis.
Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah
menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita
maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir
yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat
tungau Sarcoptesnya.
Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari,
siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya
adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi,
dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara
langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang
tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak
dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah
tertular kembali penyakit scabies.
Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies sebesar
6.91.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkaan pada tahun 2012 yang jumlah penderita scabies diperkirakan sebesar
3,6% dari jumlah penduduk (depkes RI, 2012). Menurut urutan besar penyakit di
desa sungai terap kumpe ulu RT 03, gatal-gatal menempati urutan pertama dengan
jumlah 22 orang dari jumlah masyarakat RT 03. Oleh karena itu kami kelompok 3
tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan tentang “gaal-gatal/scabies” di
Desa Sungai Terap, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang scabies selama
1x18 menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang scabies.

1.2.2 TujuanKhusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi
selama 1x18 menit, diharapkan keluarga memahami:
a. Pengertian scabies
b. Penyebab scabies
c. Cara penularan scabies
d. Tanda dan gejala scabies
e. Cara pencegahan scabies
f. Pengobatan scabies

1.3 Metode
a. Presentasi
b. Diskusi
c. Tanya jawab

1.4 Media Dan Alat


a. Leaflet
b. Lembar balik
1.5 RencanaKegiatan

NO TAHAP KEGIATAN KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA WAKTU


1 Pembukaan 1. Memberikan salam 1. Menjawab salam 3 menit
2. Memperkenalkan dosen pembimbing 2. Memperhatikan
kepada keluarga
3. Menjelaskan tujuan pendidikan 3. Memperhatikan
kesehatan
4. Menjelaskan kontrak waktu
2 Pelaksanaan 1. Menggali pengetahuan mengenai 1. Menjawab pertanyaan 10 menit
pengertian scabies, penyebab scabies, 2. Memperhatikan dan mendengarkan
tanda dan gejala scabies. 3. Memperhatikan dan mendengarkan
2. Memberikan reinforcement positif 4. Berpartisipasi dalam kegiatan
3. Menjelaskan mengenai: 5. Memperhatikan dan mengungkapkan
a. Pengertian scabies sanggahan
b. Penyebab scabies
c. Cara penularan scabies
d. Tanda dan gejala scabies
e. Cara pencegahan scabies
f. Pengobatan scabies
3 Penutup 1. Memberikan kesempatan kepada 1. Memberikan pertanyaan 5 menit
keluarga untuk memberikan 2. Memperhatikan dan mendengarkan
pertanyaan atas penjelasan yang 3. Menjawab pertanyaan
tidak dipahami 4. Memperhatikan dan mendengarkan
2. Menjawab pertanyaan keluarga 5. Memperhatikan dan mendengarkan
3. Mengevaluasi dengan memberikan 6. Menjawab salam
tiga pertanyaan kepada keluarga
4. Memberikan reinforcement positif
5. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
6. Mengakhiri pertemuan dengan
mengucapkan terima kasih dan
salam
1.6 Evaluasi Hasil
1. Evaluasi struktur
a. 25 % mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Semua peseta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat selama jalannya diskusi.
3. Evaluasi hasil
a. 25 % peserta dapat menyebutkan:
1. Pengertian scabies
2. Penyebab scabies
3. Cara penularan scabies
4. Tanda dan gejala scabies
5. Cara pencegahan scabies
6. Pengobatan scabies
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Skabies adalah penyakit kulit dan kelamin yang berisifat menular
yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes
scabiei varietas hominis. Di indonesia skabies di kenal dengan nama
kudik, kudis dan penyakit ampera.

B. PENYEBAB
Skabies ditularkan oleh kutu betina, melalui kontak fisik yang
erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur
dan perabot rumah. Jarang terjadi kutu dapat hidup di luar kulit hanya
2-3 hari. Kutu ini dapat membuat lubang-lubang dibawah permukaan
kulit, biasanya disela-sela antara jari dan pergelangan tangan atau
dibagian depan siku dan sekitar alat-alat kelamin dan sangat gatal.
Penderita maunya menggaruk-garuk terus bintil-bintil itu setiap
waktu, dan bila kuku jari cukup panjang maka kuku itu dapat
menyebabkan luka. Maka garukan dari kuku kotor tersebut akan
menyebabkan infeksi kulit, selanjutnya akan timbul gelembung-
gelembung kecil seperti gudik atau bisul. Penyakit ini banyak
dijumpai pada anak dan orang dewasa muda. Tetapi dapat mengenai
semua umur. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya
adalah kemiskinan, hygiene (kebersihan diri) yang jelek, demografi
dan derajat sensitasi individual.

C. CARA PENULARAN
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, adapun cara penularanya adalah :
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang
dewasa hubungan seksual merupakan cara tersering, sedangkan pada
anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui
perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai
peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam
penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama
adalah selimut, pakaian dalam bagi penderita perempuan. Skabies
Norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada
rumah sakit, panti jompo, pemondokan/asrama dan rumah sakit jiwa
karena banyak mengandung tungau. Tungau itu sendiri suka dalam
keadaan lingkungan yang lembab dan pada pakaian yang kotor.
(Djuanda, 2006).

D. GEJALA PENYAKIT
Gejala seseorang terkena skabies adalah kulit penderita gatal-gatal
penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang
disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika
terinfeksi (Djuanda, 2006)
a. Gejala utama
Gejala utama adalah rasa gatal pada malam hari Rasa gatal
karena pembuatan terowongan oleh Sarcoptes Scabies di Startum
Korneum, yang pada malam hari temperatur tubuh lebih tinggi
sehingga aktivitas kutu meningkat (Goldstein, 2001). Gatal
merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul.
Rasa gatal hanya pada lesi, tetapi pada skabies kronis gatal dapat
terasa pada seluruh tubuh.
b. Erupsi kulit
Erupsi kulit tergantung pada derajat sensitasi, lama
infestasi, hygiene perorangan, dan pengobatan sebelumnya, erupsi
kulit Batognomatik berupa terowongan halu dengan ukuran 0,3-0,5
milimeter, sedikit meninggi, berkelok-kelok, putih keabuan dengan
panjang 10 milimeter sampai 3 centimeter dan bergelombang
(Goldstain, 2001)
c. Lesi kulit
Lokasi lesi kulit terdapat pada sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian dalam, lipatan aksila bagian depan,
perut sekitar umbilikus dan pantat. Pada wanita juga terdapat pada
areola mamae dan bagian bawah mamae, sedangkan pada laki-laki
lesi kulit ditemukan sekitar genetalia eksterna. Pada bayi distribusinya
sampai mengenai seluruh tubuh termasuk punggung, kepala, leher
bahkan sampai wajah, orang dewasa tidak sampai mengenai wajah
(Goldstein, 2001)

E. CARA PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-
orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi
dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk
mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.
Selain itu, Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah
penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu di anjurkan terlebih dahulu
untuk merebus kain di dalam air yang mendidih selama 1 jam.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga
kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.
Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari
E. PENGOBATAN SCABIES
a. pengobatan secara medis
Pengobatan Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang
tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang
dari 2 tahun. Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Secara umum sulfur bersifat aman bila
digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan
salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama
tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin
merupakan satu- satunya pilihan di negara yang membutuhkan
terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan
membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6)
yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat
aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui
serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak,
mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) Benzil benzoat adalah ester asam
benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam
peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada
tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan
periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak,
dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat
efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita
harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan.
Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi
ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif
dalam pengelolaan resistant crusted scabies.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane)


Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma
benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf
pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru,
mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh
tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan
kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau.
Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.
Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel,
tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan
mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24
jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci
bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk
memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh
pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk
tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang
terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane
yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor,
disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang,
kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti
menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis
kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan
pancytopenia.

4. Krotamiton 10% Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan


sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi
antara 50% dan 70%.
Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan
dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan
mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian
dicuci setelah aplikasi kedua.
Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan
jangka panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton
krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi terhadap skabies.
Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek
sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak
kecil.

5. Permetrin dengan kadar 5%


Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan
cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui
ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding
sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini merupakan
pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek
toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan
keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil.
Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit
dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali
melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah
dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang
diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih.
Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua
setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang
berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.
Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama
sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan
gatal, namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang
sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.

b. Pengobatan secara tradisional


Ada beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam
mengobati penyakit scabies, diantaranya :
1. Daun salam
Kandungan daun salam terdapat antipruritus yang dapat mengobati
penyakit scabies.
Cara pemakaian : Cuci daun, kulit batang, atau akar salam
seperlunya sampai bersih, lalu giling halus sampai menjadi adonan,
seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit, kemudian di balut.
2. Biji Pinang
Pinang mempunyai beberapa sifat yang adapat menyembuhkan
penyakit diantaranya, bersifat anthelmintica,
stimulansia(merangsang) dan haermostatica. Biji pinang
mengandung alkaloida seperti arekania dan arekolina
Cara pemakaian: haluskan satu biji buah pinang campur dengan
seperempat sendok teh kapur sirih dan air secukupnya.

3. Daun srikaya
Kandungan : daun buah terdapat astringen, antiradang,
antheimetik, sifatnya sedikit dingin.
Cara pemakaian: cuci daun srikaya segar ( 15 lembar ) lalu gilig
sampai halus, kemudian remas dengan air kapur sirih sebanyak
satu sendok teh dan gunakan untuk menggosok kulit yang terkena
kudis. Lakukan sehari dua kali.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,


ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medikal.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai