Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Menabung

(Pengarang : Alya Karreli)

Farhan adalah putra seorang pengusaha yang sukses. Hidupnya bisa


dibilang sudah berkecukapan, tak pernah sekalipun kekurangan apapun. Meski
begitu masa kecil Farhan rupanya tidak seindah yang di bayangkan oleh banyak
orang.

9Sebagai anak seorang pengusaha harusnya Farhan dengan mudah


mendapatkan segala yang diinginkan namun ternyata tidak. Orang tua Farhan
khususnya ayahnya begitu disiplin dalam mendidik anak laki-lakinya itu. Dia tak
pernah sekalipun langsung memberikan apa yang Farhan inginkan.

“Jika ingin sesuatu maka kamu harus menabung, kalau tidak sampai
kapanpun kamu tidak akan memilikinya”, begitulah nasehat dan ucapan yang
selalu ayah Farhan katakan katakan.

“Bunda…. Aku ingin sepatu baru”


“Yang ada kan masih bisa dipakai, jadi kalau mau yang baru Roro harus nabung
dulu dong…”
“Ayah…. Jangan begitu ah, kasihan anak kita….”
“Ya gak apa-apa dong…. Anak kita kan pinter, iya kan Farhan?”
“Ah…ayah….”
“Kok bilang ah…. Ayah aja kalau mau sesuatu harus kerja dulu….”
“Ya kalau nunggu nabung kapan belinya yah….”
“Waaah…. Iya juga ya Nda…..”
“Ya terus gimana dong yah, kasihan tuh Farhan”
“Iya…iya…sudah gini aja, Farhan nabung nanti ayah yang tambahin, kalau
Farhan nabung Rp. 1000 nanti ayah ganti jadi Rp. 2000, jadi kalau tabungan Roro
Rp. 5000 nanti ayah ganti jadi Rp. 10.000….”
“Yah… ayah….”
“Iya…udah gak papa tuh sayang, biar cepet nanti bunda bantuin deh…”

Begitulah, sejak kecil Farhan memang diajarkan dan dibiasakan untuk


mendapatkan sesuatu dari jerih payahnya sendiri. Bahkan sampai sekarang saat
Farhan menginjak bangku SMA pun hal itu sudah berjalan dengan sendirinya.
Bahkan kini Farhan sudah terbiasa menabung meski ia tidak memiliki keinginan
apapun. Sampai pada suatu hari…
“Farhan kok melamun gitu?”
“Lagi males bunda…”
“Kenapa males?”
“Abisnya, tabungan Farhan habis terus, tiap kali kepingin apa-apa mesti nunggu
dulu…”

Sang bunda pun berlalu dan membiarkan anaknya merenung. Di malam


harinya sang bunda pun menceritakan apa yang terjadi pada Farhan dan sang ayah
pun sudah tahu apa yang harusnya ia lakukan.

“Farhan… sedang apa kamu nak?”


“Tiduran yah….”
“Ow…. Sini sini, ayah pengen curhat…”
“Apa si yah, tumben banget…”
“Iya… ayah lagi bingung nih…”
“Bingung kenapa yah?”
“Jadi gini…. Ayah kan rencananya pengen buka usaha lagi, buat bantu bunda
kamu tuh… tapi ayah bingung…”
“Ya buka aja emang kenapa bingung yah….”
“Tadinya si, ayah pengen usaha itu bunda yang jalanin tapi ternyata bunda gak
bisa…”
“Emang usaha apa sih kok harus bunda yang jalanin…”
“Ya usaha keluarga gitu, buat took kue… kira-kira kamu bisa bantu ayah tidak?”
“Bantu apaan yah, aku kan masih sekolah….?”
“Bantu manajemen, kan kamu udah belajar di sekolah… yang nyatet-nyatet
keuangan gitu…”
“Ah…kalau nyatet gitu doang Farhan bisa yah…. Tapi gaji Farhan berapa dong!”
“Haa ahaaa a…. kamu ini….”
“Ya berapa dong, kan Farhan juga punya kebutuhan….”
“Ya sudah, karna ini usaha baru jadi gajinya prosentase aja… keuntungan dibagi
tiga, buat ayah 25%, bunda dapet 25% sisanya Farhan yang 50%...”
“Wahhh….. boleh-boleh…”

Begitulah, mulai dari kebiasaan menabung yang Farhan lakukan akhirnya


Farhan memiliki jiwa mandiri dan memiliki kemauan keras untuk maju. Dengan
bekal pemikiran sang ayah dan kelihaian sang bunda kini Farhan benar-benar
menjadi pribadi yang mandiri meski masih di bangku sekolah.

Ia pantang menyerah, ia tak pernah takut lelah dan ia pun rajin


menyisihkan hasil kerja kerasnya tersebut. Meski hasil belajar di sekolah tidak
begitu menonjol namun Farhan yang masih remaja sudah memiliki bakat besar
untuk menjadi orang yang sukses. Dengan begitu Farhan juga sudah memiliki
bekal untuk bekerja, karena ia sudah mempunyai pengalaman dalam bidang bisnis.

Anda mungkin juga menyukai